Anda di halaman 1dari 13

Analisis tentang talqin dan adzan iqomah

ketika meletakkan mayit ke dalam liang


lahat

Dosen Pengampu:
Milla Ahmadia Apologia, M.Pd.I
Anggota Kelompok 10

1 2 3

PUTRI MAY MAULIDIA RIZKA NUR FAIDAH EVA PUTRI MULIYANI

42421005 42421084 42421183


Bab Pembahasan

01 Talqin

02 Argumen tentang adzan dan iqomah


ketika meletakkan mayit ke dalam
liang lahat
01

TALQIN
Pengertian Talqin
Talqin secara bahasa berarti mengajar atau memahamkan secara lisan. Sedangkan secara istilah,
talqin adalah mengajar dan mengingatkan kembali kepada mayit (orang meninggal dunia) yang baru saja
dikubur dengan kalimat-kalimat tertentu. Talqin adalah membacakan sebagian doa-doa khusus untuk
mayit dan sebagian lagi membaca nasehat yang berisi bimbingan dalam menjawab pertanyaan malaikat
Munkar dan Nakir di dalam kubur.. Mentalqin mayit merupakan tradisi masyarakat Indonesia yang sudah
dilakukan secara turun temurun.

Tata cara dan tempat metalqin


Talqin dibacakan setelah mayit dikuburkan. Tempat mentalqin adalah di atas pekuburan, di mana si
mulaqqin (orang yang mentalqin) itu duduk menghadapkan muka mayit, di atas kubur, dan orang-orang
lainnya dari pada pengiring mayit berdiri sekeliling kubur.
Disebutkan dalam kitab Hawasyi Al-Syarwani :
Orang yang mentalqin dianjurkan duduk di depan kepalan kuburan (mayit). Dalam kitab Fathul Mu’i
disebutkan, ‘Hendaknya seseorang (orang yang mentalqin) duduk di depan wajah atau kepala mayit dan
kemudian membaca; Wahai hamba Allah dan seterusnya. Dalam kitab Al-Nihayah disebutkan, ‘Orang
yang mentalqin hendaknya duduk di bagian kepala kuburan (mayit) dan hendaknya talqin dilakukan oleh
orang-orang yang mengerti agama dan baik dari kelurga mayit. Jika tidak ada dari keluarganya, maka
dari orang lain..
Hukum Talqin
para ulama berbeda pendapat tentang hukum mentalqin mayit setelah dikubur. Sebagian dari ulama
mazhab Hanafi, sebagian ulama mazhab Maliki, ulama mazhab Syafi’i, dan ulama mazhab Hanbali
menghukuminya Sunnah dan sebagian ulama mazhab Hanafi yang lain menghukuminya mubah.
Sedangkan, sebagian ulama mazhab Maliki yang lain menghukuminya makruh.  
Dari ketiga pendapat di atas, tampaknya pendapat yang menyatakan kesunnahan mentalqin mayit
merupakan pendapat yang kuat, sebab didukung oleh hadits riwayat Abu Umamah, bahwa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda:

‫ْأ‬
  ِ ‫ فَ ْليَقُ ْم َأ َح ُد ُك ْم َعلَى َر‬،‫اب َعلَى قَب ِْر ِه‬
،‫س قَب ِْر ِه‬ َ ‫ فَ َس َّو ْيتُ ِم التُّ َر‬،‫ات َأ َح ٌد ِم ْن ِإ ْخ َوانِ ُك ْم‬
َ ‫ِإ َذا َم‬
ُ‫ فَِإنَّهُ يَ ْس َم ُعهُ َوال ي ُِجيب‬،َ‫الن بن فُالنَة‬ َ ُ‫ يَا ف‬: ْ‫ ثُ َّم لِيَقُل‬ 
Bila seseorang dari kalian mati, maka ratakanlah tanah di kuburnya. Lalu hendaknya salah seorang di
antara kalian berdiri di atas kuburnya, kemudian berkata: “Wahai Fulan putra si Fulanah’. Sungguh si mayit
mendengarnya dan tidak menjawabnya. (HR Thabrani).  

Imam Nawawi mengomentari hadits tersebut, bahwa sekalipun hadits itu dhaif tetapi tetap dapat dijadikan
sebagai dalil penguat. Apalagi, para ulama ahli hadits dan ulama lain sudah sepakat menerima hadits-hadits
terkait amal utama, berita gembira, dan peringatan (Yahya bin Syaraf An-Nawawi, Al-Majmu’, juz 5, h. 304).
‫‪Contoh bacaan talqin‬‬
‫‪Berikut ini adalah susunan bacaan talqin mayit yang dibaca setelah jenazah dimakamkan. Rangkaian doa ini lazim dibaca‬‬
‫‪masyarakat di atas kubur pada saat pemakaman jenazah. Bacaan talqin ini dikutip dari Kitab Majmu Syarif, Kitab‬‬
‫‪Perukunan Melayu dan Kitab Maslakul Akhyar karya Sayyid Utsman bin Yahya.‬‬

‫س َذاِئ َق ُة‬
‫الخ ْي ُر َي ْف َع ُل َما َي َشا ُء َوه َُو َع َلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْيرٌ‪ُ ،‬ك ُّل َن ْف ٍ‬ ‫ْت‪َ ،‬وه َُو َحيٌّ دَاِئ ٌم اَل َيم ُْو ُ‬
‫ت‪ِ ،‬ب َي ِد ِه َ‬ ‫ك لَهُ‪َ ،‬ل ُه الم ُْل ُ‬
‫ك َولَ ُه َ‬
‫الح ْم ُد يُحْ ِيى َ̀و ُي ِمي ُ‬ ‫اَل ِإلَ َه ِإاَّل هللاُ َوحْ دَ هُ اَل َش ِر ْي َ‬
‫الد ْن َيا ِإاَّل َم َتا ُع ال ُغر ُْو ِر‬
‫الح َيا ُة ُّ‬
‫از‪َ ،‬و َما َ‬ ‫الج َّن َة َف َق ْد َف َ‬ ‫ار َوُأ ْد ِ‬
‫خ َل َ‬ ‫ُأ‬
‫ت َ̀وِإ َّن َما ُت َ̀و َّف ْو َن ج ُْو َر ُك ْم َي ْ̀و َم القِ َيا َمةِ‪َ ،‬ف َمنْ ُزحْ ِز َح َع ِن ال َّن ِ‬
‫ال َم ْو ِ‬

‫ت َعبْدَيِ هللاِ) ‪َ ..‬يا‬ ‫هللا ( َيا َأ َم َة ِ‬


‫هللا‪ ،‬بِ ْن َ‬ ‫هللا‪ ،‬اب َْن َعبْدَيِ ِ‬‫َعبْدَ ِ‬
‫ت َح َواء)‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َأ‬
‫‪َ ...‬يا َعبْدَ هللاِ‪ ،‬اب َْن َح َواء ( َيا َمة هللاِ‪ِ ،‬بن َ‬

‫ت َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ‬ ‫صلَّى هللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‪َ ،‬وَأنَّ ال َم ْو َ‬‫دَار ال ُّد ْن َيا‪َ ،‬وه َُ̀و َش َهادَ ةُ َأنْ اَّل ِإلَ َه ِإاَّل هللا ُ َوَأنَّ م َُح َّم ًدا رَّ س ُْ̀و ُل هللاِ َ‬ ‫(اذ ُك ِري) ال َعهْدَ الَّذِيْ َخ َرجْ َ‬ ‫ْذ ُكر ْ‬
‫(خ َرجْ تِ) َعلَ ْي ِه مِنْ ِ‬ ‫ت َ‬ ‫ِ‬
‫ان َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ الص َِّرا َط َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ‬ ‫اب َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ ال ِمي َْز َ‬
‫ث َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ ال ِح َس َ‬ ‫ال َقب َْر َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ َن ِع ْي َم ُه َح ٌّق‪َ̀ ،‬وَأنَّ َع َذا َب ُه َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ ُسَؤ ا َل ُم ْن َك ٍر َو َن ِكي ٍْر فِ ْي ِه َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ ال َبعْ َ‬
‫ث‬ ‫ْب فِ ْي َها‪َ ،‬وَأنَّ هللاَ َيب َْع ُ‬‫الح ِّق َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ السَّا َع َة آتِ َي ٌة اَل َري َ‬ ‫ار َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ لِ َقا َء هللاِ َت َعا َلى َأِلهْ ِل َ‬ ‫الج َّن َة َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ ال َّن َ‬
‫صلَّى هللاُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َح ٌّق‪َ ،‬وَأنَّ َ‬
‫اع َة َس ِّي ِد َنا م َُح َّم ٍد َ‬
‫َش َف َ‬
‫َمنْ فِي القُب ُْ̀و ِر‬

‫ك ( ُي ْف ِز َعاكِ ) َواَل‬ ‫(بكِ )‪َ ،‬و ُه َما ُم ْن َك ٌر َو َن ِك ْي ٌر َفاَل ُي ْف ِز َعا َ‬ ‫ان الم َُوكَّاَل ِن ِب َك ِ‬ ‫(جاءَكِ ) ال َملَ َك ِ‬ ‫الث َرى َ̀و َبي َْن َع َساك ِِر ال َم ْ̀و َتى‪َ ،‬فِإ َذا َجا َء َك َ‬ ‫اق َّ‬ ‫ت (صِ رْ تِ) فِي َأ ْط َب ِ‬ ‫اآلن َق ْد صِ رْ َ‬ ‫َ‬
‫ك (قِ ْبلَ ُتكِ ) َو َما‬ ‫ك ( ِد ْي ُنكِ ) َو َما قِ ْبلَ ُت َ‬‫ك ( َن ِبيُّكِ ) َو َما ِد ْي ُن َ‬ ‫(ربُّكِ ) و َمنْ َن ِب ُّي َ‬
‫ك َ‬ ‫َأ‬
‫ك ( َس اَل كِ ) " َمنْ َر ُّب َ‬ ‫َأ‬
‫اك (يُرْ ِهبَاكِ )‪َ ،‬فِإ َّن ُه َما َخ ْل ٌق مِنْ َخ ْل ِق هللاِ َت َعالَى َع َّز َ̀و َجلَّ‪َ ،‬وِإ َذا َس اَل َ‬ ‫يُرْ ِه َب َ‬
‫ْح "هللا ُ َربِّي ̀وم َُح َّم ٌد َن ِبيِّى َ̀واِإلسْ اَل ُم ِد ْينِي َوال َكعْ َب ُة قِ ْبلَتِي َوالقُرْ آنُ ِإ َمامِي‬ ‫ص ِحي ٍ‬‫ْح َواعْ ِت َقا ٍد َ‬ ‫ان َفصِ ي ٍ‬ ‫ك (ِإ َمامُكِ ) َو َمنْ ِإ ْخ َ̀وا ُن َك (ِإ ْخ َوا ُنكِ )" َفقُ ْل ( َفقُ ْولِيْ ) لَ ُه َما ِبلِ َس ٍ‬ ‫ِإ َما ُم َ‬
‫ْت ( ُح ِّي ْيتِ) َو َع َلى‬ ‫صلَّى هللا ُ َع َل ْي ِه َو َسلَّ َم َن ِب ًّيا َو َرس ُْواًل " َعلَى َذل َِك ُح ِّيي َ‬ ‫هلل َر ًّبا َو ِباِإلسْ اَل ِم ِد ْي ًنا َو ِبم َُح َّم ٍد َ‬
‫ْت ِبا ِ‬ ‫"رضِ ي ُ‬ ‫(وقُ ْولِيْ ) َ‬ ‫َوالمُسْ لِم ُْ̀و َن َ̀والمُْؤ ِم ُن ْو َن ِإ ْخ َوانِي‪َ "،‬وقُ ْل َ‬
‫ث ( ُت ْب َع ِثي َْن) ِإنْ َشا َء هللا ُ َت َعالَى م َِن اآل ِم ِني َْن‬ ‫ِت) َو ِب َذل َِك ُت ْب َع ُ‬ ‫ِت (م ِّ‬
‫ك م َّ‬ ‫ت )‪َ  (3 x‬ذلِ َ‬ ‫ِّت هللا ُ الَّ ِذي َْن آ َم ُن ْوا ِبال َق ْ̀و ِل َّ‬
‫الث ِاب ِ‬ ‫ت ( َث َّب َتكِ هللا ُ ِبال َق ْ̀و ِل َّ‬
‫الث ِابتِ) ُي َثب ُ‬ ‫َث َّب َت َك هللا ُ ِبال َق ْو ِل َّ‬
‫الث ِاب ِ‬
‫الح َيا ِة ال ُّد ْن َيا َ̀وفِي اآلخ َِرةِ‪َ ،‬يا َأ َّي ُت َها ال َّن ْفسُ الم ُْطمَِئ َّن ُة‪ ،‬ارْ ِجعِي ِإلَى َربِّكِ َراضِ َي ًة َمرْ ضِ ي ًَّة‪َ ،‬ف ْاد ُخلِى فِي عِ َبادِي َو ْاد ُخلِي َج َّنتِي‬ ‫فِي َ‬
02

Argumen tentang adzan dan iqomah


ketika meletakkan mayit ke dalam
liang lahat
Argumen tentang adzan dan iqomah ketika meletakkan
mayit ke dalam liang lahat

Di kalangan masyarakat muslim Indonesia, adzan dan iqamah


tidak hanya dikumandangkan untuk menandai masuknya waktu
shalat wajib. Namun banyak hal-hal tertentu yang juga didahului
adzan dan iqamah, di antaranya adalah ketika hendak menguburkan
jenazah.
mayoritas masyarakat Indonesia membudayakan mengazankan
mayat ketika hendak dikubur. Setelah mayat diletakkan di liang lahat,
kain kafan dibuka, dan muka mayat ditempelkan ke tanah sembari
menghadap kiblat, salah satu dari orang yang menguburkan
mengumandangkan adzan sebagai bentuk penghormatan terakhir.
Hukum Adzan dan Iqomah ketika meletakkan
mayit ke liang lahat
Dan dalam kitab Al-Mausu’ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah disebutkan bahwa mengumandangkan adzan
dan iqamah pada saat hendak menguburkan jenazah adalah sunnah. 
Ada ulama yang mengatakan, adzan dan iqamah disunnahkan ketika menguburkan mayat.
Kesunnahan ini disamakan (qiyas) dengan kesunnahan mengazankan anak yang baru lahir. Akan tetapi,
menyamakan hukum mengazankan mayat dengan bayi yang baru lahir ini dianggap lemah oleh ulama
lain. Syekh Ibrahim al-Baijuri dalam Hasyiyah al-Baijuri menjelaskan:

  ‫ويسن األذان واإلقامة أيضا خلف المسافر وال يسن األذان عند إنزال الميت القبر خالفا لمن قال بسنيته قياسا لخروجه من الدنيا على‬
‫ دخوله فيها قال ابن حجر ورددته في شرح العباب لكن إن وافق إنزاله القبر بأذان خفف عنه في السؤال‬  “

“Disunnahkan adzan dan iqamah saat melakukan perjalanan dan tidak disunnahkan adzan ketika
menguburkan mayat. Pendapat ini berbeda dengan ulama yang mensunnahkan adzan karena
menyamakan hukumnya dengan mengazankan anak yang baru lahir. Ibnu Hajar berkata, saya
menolaknya dalam Syarah al-‘Ubab, akan tetapi jika penguburan mayat disertai adzan, maka mayat
diringankan dalam menjawab pertanyaan di dalam kubur”
dapat dipahami bahwa ulama berbeda pendapat tentang hukum adzan dan
iqamah ketika menguburkan mayat. Ada yang mengatakan sunnah dan ada yang
tidak. Perbedaan ini didasarkan pada perbedaan mereka dalam memahami hadis
Nabi. Ulama yang mengatakan tidak sunnah beragumentasi dengan tidak adanya
dalil spesifik dan pasti terkait permasalahan ini. Sementara ulama yang
membolehkannya menganalogikan kasus ini dengan kesunnahan mengazankan
anak yang baru lahir.

Kendati tidak ada dalil spesifik, namun perlu diingat bahwa adzan dan iqamah
termasuk bagian dari dzikir. Sebagaimana diketahui, zikir disunnahkan
melafalkannya kapan pun dan di mana pun kecuali di tempat-tempat yang
dilarang, seperti saat buang hajat. Oleh sebab itu, mengazankan mayat dibolehkan
karena bagian dari zikir. Hikmahnya, sebagaimana dikutip al-Baijuri di atas,
membantu mayat dan meringankannya dalam menjawab pertanyaan malaikat di
dalam kubur.
Kesimpulan
Dalam Islam, pengurusan jenazah merupakan hal wajib
dilakukan dengan baik serta sesuai dengan syariat Islam. Layaknya
menghormati manusia ketika masih hidup, mengurus jenazah pun
harus dilakukan dengan adab-adab menghargai jenazah. ada banyak
amaliyah yang mentradisi di kalanagan warga nahdliyin terkait
kematian seperti membca tahlil, yasin,sedekah ayas nama almarhum.
Tujuannya sangat sedehana yaitu agar mayit mendapat ampunan dari
Allah, sebab mayit sangat membutuhkan rahmat dari Allah. Sama
halnya seperti membaca talqin kepada mayit, yaitu membaca doa-doa
khusu untuk mayit dan sebagian lagi membaca nasehat yang berisi
bimbingan dalam menjawab pertanyaan malaikat Munkar dan Nakir di
dalam kubur..
Sekian dan
terima kasih

Anda mungkin juga menyukai