Anda di halaman 1dari 8

Khutbah Jumat – Jangan Suka Merendahkan

Orang Lain
Oleh: DR. Firanda Andirja, Lc, MA

Khutbah Pertama

‫شرور‬
ِ ‫ ونعوذُ باهللِ من‬،‫وب ِإلَ ْي ِه‬
ُ ُ ‫ونستغفره َونَت‬
ُ ‫ نحمدُه ونستعينُه‬،‫إن الحمد هلل‬
،‫ ومن يض ِل ْل فال هادي له‬،‫ من يهدِه هللا فال مض َّل له‬،‫ وسيئات أعمالنا‬،‫أنفسنا‬
‫ ال نبي‬.‫ وأشهدُ أن محمدا ً عبده ورسوله‬،‫شريك له‬ َ ْ ُ‫وأشهد‬
‫أن ال إله إال هللا وحده ال‬
.‫معده‬

. َ‫َّللا َح َّق تُقَا ِت ِه َو َال ت َ ُموت ُ َّن ِإ َّال َوأ َ ْنت ُ ْم ُم ْس ِل ُمون‬
َ َّ ‫َيا أَي َها الَّذِينَ آ َمنُوا اتَّقُوا‬
،‫ي محمد صلى هللا عليه وسلم‬ ُ ‫وخير الهدي هد‬َ ،‫كتاب هللا‬
ُ ‫فإن أصدق الحديث‬
‫ وك َّل ضاللة في‬،ٌ‫ وك َّل بدعة ضاللة‬،ٌ‫ وك َّل محدثة بدعة‬،‫األمور محدثاتُها‬
ِ ‫وشر‬
َّ
.‫النار‬

‫ فقد فاز المتقون‬،‫ أًوصيكم ونفسي بتقوى هللا‬،‫معاشر المسلمين‬


Sesungguhnya diantara penyakit hati yang sangat dan paling berbahaya di antara
penyakit-penyakit lainnya adalah kesombongan. Penyakit ini tidak hanya menimpa
iblis, mujrimin (para pelaku dosa), akan tetapi juga menimpa sebagian kaum muslimin.
Penyakit kesombongan ini tentunya dapat mendatangkan penyakit yang buruk, dalam
suatu hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi
wa sallam bersabda,

َّ ‫ ِإ َّن‬:‫ قَا َل َر ُج ٌل‬،‫َال َيدْ ُخ ُل ْال َجنَّةَ َم ْن َكانَ ِفي قَ ْل ِب ِه ِمثْقَا ُل ذَ َّر ٍة ِم ْن ِكب ٍْر‬
‫الر ُج َل يُ ِحب أ َ ْن‬
،‫ق‬ ِ ‫ط ُر ْال َح‬
َ َ‫ ْال ِكب ُْر ب‬،‫هللا َج ِمي ٌل يُ ِحب ْال َج َما َل‬
َ ‫ ِإ َّن‬:‫ قَا َل‬،ً‫سنَة‬ َ ‫سنًا َونَ ْعلُهُ َح‬
َ ‫يَ ُكونَ ث َ ْوبُهُ َح‬
‫اس‬ ِ َّ‫ط الن‬ ُ ‫غ ْم‬
َ ‫َو‬
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar
dzarrah.” Seseorang bertannya, “Sesungguhnya seorang laki-laki menyukai pakaian
yang indah dan sendalnya indah (apakah ini termasuk ekdombongan?)”. Beliau
menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahanya. Kesombongan
itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim 1/93 no. 91)

Hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,

Sesungguhnya kesombongan menghalangi seseorang masuk ke dalam surga meskipun


kesombongan tersebut hanya sebesar dzarrah. Dalam bahasa Arab dzarrah diartikan
dalam beberapa makna, di antara maknanya adalah semut kecil yang tatkala kita
meletakkannya pada sebuah timbangan, maka sangat sedikit beratnya bahkan hampir-
hampir tidak ada. Di antara makna dzarrah yang lain yaitu satu butir tanah yang masih
melekat pada tangan seseorang tatkala dia membersihkan telapak tangannya setelah ia
memukulkan tangannya pada tanah. Di antara makna dzarrah yang lain adalah sebuah
partikel-partikel kecil yang tampak tatkala cahaya matahari pagi menyinari jendela
yang sedang dibuka. Semua makna dzarrah ini menunjukkan bahwa dzarrah itu adalah
suatu yang sangat kecil, dan jika dinaikkan di atas timbangan, hampir-hampir tidak
memiliki berat sama sekali.

Jika sekiranya seseorang kesombongan sekecil itu bisa menghalanginya masuk ke


dalam surga, maka bagaimana lagi jika kesombongan di dalam hati seseorang itu
sebesar batu, gunung, atau bahkan dadanya dipenuhi dengan kesombongan.

Ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang kesombongan, maka


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan tentang bukti kesombongan
tersebut dengan mengatakan,

ُ ‫غ ْم‬
ِ َّ‫ط الن‬
‫اس‬ ِ ‫ط ُر ْال َح‬
َ ‫ َو‬،‫ق‬ َ َ‫ْال ِكب ُْر ب‬
“Kesombongan itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.”

Maka pada kesempatan yang berbahagia ini kita akan fokuskan pembahasan pada ciri
orang yang sombong yaitu merendahkan orang lain.

Jika seseorang mendapati dalam dirinya sifat senang dan suka meremehkan orang lain,
suka mencibir orang lain, dan suka merendahkan orang lain, maka ketahuilah
bahwasanya itu bukti atu indikator terbesar bahwa hatinya telah terjangkiti
kesombongan, maka hendaknya dia waspada.

Dalam hadits yang lain disebutkan, dari ‘Iyadh bin Himar radhiallahu ‘anhu berkata,

‫ ِإ َّن‬،‫هللا أ َ َم َر ِني‬
َ ‫ ِإ َّن‬:‫ فَقَا َل‬،‫َطي ًبا‬ َ َ‫سلَّ َم ذ‬
ِ ‫ات َي ْو ٍم خ‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ِ ‫سو ُل‬
َ ‫هللا‬ ُ ‫ام ِفينَا َر‬َ َ‫ق‬
‫علَى أ َ َح ٍد‬
َ ٌ‫ َو َال يَ ْب ِغي أ َ َحد‬،ٍ‫علَى أ َ َحد‬
َ ٌ‫ضعُوا َحتَّى َال يَ ْفخ ََر أ َ َحد‬ َ ‫ي أ َ ْن ت َ َوا‬
َّ َ‫هللا أ َ ْو َحى ِإل‬
َ
“Suatu hari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri berkhutbah di tengah-tengah
kami lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian
tawadhu’ (saling merendah diri) agar tidak seorang pun yang berbangga diri pada yang
lain dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lain.” (HR. Muslim 4/2198 no.
2865)

Hadits ini sangat jelas menggambarkan bahwa di antara tawadhu’ adalah dia tidak
merasa besar atau hebat dihadapan orang lain, melainkan dia senantiasa menghormati
dan menghargai orang lain. Dalam suatu hadits disebutkan, dari Abu
Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫ِير ِإلَى‬ ُ ‫»ويُش‬َ ‫ َو َال َي ْح ِق ُرهُ الت َّ ْق َوى هَاهُنَا‬،ُ‫ظ ِل ُمهُ َو َال َي ْخذُلُه‬ْ ‫ َال َي‬،‫ْال ُم ْس ِل ُم أ َ ُخو ْال ُم ْس ِل ِم‬
‫ ُكل ْال ُم ْس ِل ِم‬،‫ش ِر أ َ ْن يَ ْح ِق َر أَخَاهُ ْال ُم ْس ِل َم‬
َّ ‫ئ ِمنَ ال‬ٍ ‫ب ا ْم ِر‬
ِ ‫ث َم َّراتٍ« ِب َح ْس‬ َ ‫صدْ ِر ِه ث َ َال‬
َ
({1986 /4( ‫ضهُ} صحيح مسلم‬ ُ ‫ َو ِع ْر‬،ُ‫ َو َمالُه‬،ُ‫ دَ ُمه‬،‫علَى ْال ُم ْس ِل ِم َح َرا ٌم‬ َ
“Muslim yang satu dalah bersaudara dengan muslim yang lainnya. Maka tidak boleh
saling menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah
menunjuk dadanya seraya mengucapkannya tiga kali). Seseorang telah dianggap
berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. Muslim yang satu
dengan yang lainnya haram darahnya, hartanya dan kehormatannya.” (HR. Muslim
4/1986 no. 2564)

Apakah maksud Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa takwa itu
letaknya di hati? Terdapat dua penafsiran akan hal ini. Penafsiran pertama adalah
Rasulullah mengingatkan kepada kita agar jangan merendahkan dan meremehkan
orang lain karena barometer kedudukan seseorang di sisi Allah Subhanahu wa
ta’ala adalah ketakwaaannya, dan ketakwaan itu letaknya di hati, dan tidak ada yang
mengetahui isi hati seseorang kecuali Allah Subhanahu wa ta’ala. Maka apakah sikap
merendahkan tersebut adalah anggapan bahwa seseorang lebih bertakwa daripada
yang lainnya? Memang benar seseorang dapat melihat amalan zahir seseorang, akan
tetapi dia tidak bisa mengetahui isi hatinya.

Bisa jadi ada seseorang yang tampak amalan zahirnya lebih sedikit daripada diri kita,
akan tetapi bisa jadi dia jauh lebih ikhlas dan jauh daripada ujub atau dia ternyata jauh
lebih bertakwa dan takut kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Oleh karenanya tatkala
seseorang tidak bisa menilai batin seseorang, maka janganlah dia menghukumi bahwa
orang tersebut jauh lebih rendah daripada dirinya. Dalam sebuah hadits dari Sahl bin
Sa’d As-Sa’idi berkata,

‫ « َما‬:‫لر ُج ٍل ِع ْندَهُ َجا ِل ٍس‬ َ ‫ فَقَا َل‬،‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ِ َّ ‫سو ِل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫علَى َر‬ َ ‫َم َّر َر ُج ٌل‬
،‫ب أ َ ْن يُ ْن َك َح‬َ ‫ط‬َ ‫ي إِ ْن َخ‬ ِ َّ ‫ َهذَا َو‬،‫اس‬
ٌّ ‫َّللا َح ِر‬ ِ َّ‫اف الن‬ِ ‫ َر ُج ٌل ِم ْن أ َ ْش َر‬:‫َرأْيُ َك فِي َهذَا» فَقَا َل‬
،‫سلَّ َم ث ُ َّم َم َّر َر ُج ٌل آخ َُر‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫ت َر‬ َ ‫س َك‬ َ ُ‫شفَ َع أ َ ْن ي‬
َ َ‫ ف‬:‫ قَا َل‬،‫شفَّ َع‬ َ ‫َو ِإ ْن‬
ِ َّ ‫سو َل‬
،‫َّللا‬ ُ ‫ يَا َر‬:‫ « َما َرأْيُ َك فِي َهذَا» فَقَا َل‬:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ ُ ‫فَقَا َل لَهُ َر‬
َ‫شفَ َع أ َ ْن ال‬َ ‫ َو ِإ ْن‬،‫ب أ َ ْن الَ يُ ْن َك َح‬ َ ‫ط‬ َ ‫ي ِإ ْن َخ‬ ٌّ ‫ َهذَا َح ِر‬، َ‫اء ال ُم ْس ِل ِمين‬ِ ‫َهذَا َر ُج ٌل ِم ْن فُقَ َر‬
‫ « َهذَا‬:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ُ ‫ فَقَا َل َر‬،‫ َو ِإ ْن قَا َل أ َ ْن الَ يُ ْس َم َع ِلقَ ْو ِل ِه‬،‫شفَّ َع‬
ِ َّ ‫سو ُل‬
َ ‫َّللا‬ َ ُ‫ي‬
‫ض ِمثْ َل َهذَا‬ ِ ‫َخي ٌْر ِم ْن ِم ْل ِء األ َ ْر‬
“Seorang laki-laki melintasi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lantas Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada orang yang duduk di dekat beliau: “Apa
pendapat kalian dengan laki-laki ini?” Maka seorang yang terpandang menjawab; ‘Demi
Allah, bahwa dia dari seorang bangsawan, bila dia meminang pasti akan diterima, dan
bila dimintai bantuan pasti akan dibantu.’ Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam kemudian diam. Beberapa saat kemudian, lewatlah seorang laki-laki lain, lalu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya kepadanya: ‘Apa pendapatmu dengan
orang ini?’ Dia menjawab; ‘Wahai Rasulullah, menurutku; orang ini adalah orang
termiskin dari kalangan kaum Muslimin, apabila ia meminang sudah pantas
pinangannya untuk ditolak, dan jika dimintai pertolongan dia tidak akan ditolong, dan
apabila berkata, maka perkataannya tidak akan didengar.’ Maka Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Sungguh orang ini (orang yang terlihat miskin) lebih baik
dari dunia dan seisinya daripada orang yang ini (yaitu orang yang kelihatanya
bangsawan)’.” (HR. Bukhari 8/95 no. 6447)

Dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ingin mengingatkan bahwa
janganlah kita menjadikan penilaian terhadap orang lain dari sisi dunianya. Tatkala
orang tersebut adalah seorang pejabat, orang kaya, atau orang terkenal, maka serta
merta kita pun menghormatinya dan kita tidak berani merendahkannya, padahal status
tersebut bukanlah barometer yang dijadikan tolak ukur oleh Allah Subhanahu wa ta’ala.
Akan tetapi Allah menjadikan ketakwaan sebagai tolak ukur kedudukan seseorang.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

)13( ‫َّللا أَتْقَا ُك ْم‬


ِ َّ َ‫ِإ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْند‬
“Sesungguhnya yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara
kalian.” (QS. Al-Hujurat : 13)

Adapun penafsiran yang kedua tentang larang merendahkan orang lain dan letak
takwa itu di hati adalah isyarat bahwa jika seseorang suka merendahkan orang lain,
suka mencibir orang lain, suka menjatuhkan orang lain, maka isi dada orang tersebut
(kertakwaannya) bermasalah. Karena bagaimana mungkin seseorang dikatakan
bertakwa akan tetapi masih merendahkan orang lain? Sesungguhnya orang yang suka
merendahkan orang lain telah terjangkit penyakit kesombongan dan keangkuhan. Oleh
karenanya tatkala Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

)3( ُ‫ب أ َ َّن َمالَهُ أ َ ْخلَدَه‬ُ ‫س‬ َ ‫) الَّذِي َج َم َع َم ًاال َو‬1( ٍ‫َو ْي ٌل ِل ُك ِل هُ َمزَ ةٍ لُ َمزَ ة‬
َ ‫) َي ْح‬2( ُ‫عدَّدَه‬
‫) الَّتِي‬6( ُ ‫َّللا ْال ُموقَدَة‬ ُ ‫) ن‬5( ُ‫ط َمة‬
ِ َّ ‫َار‬ َ ‫اك َما ْال ُح‬َ ‫) َو َما أَدْ َر‬4( ‫ط َم ِة‬ َ ‫َك َّال لَيُ ْنبَذَ َّن فِي ْال ُح‬
)9( ٍ‫ع َم ٍد ُم َمدَّدَة‬َ ‫) فِي‬8( ٌ ‫صدَة‬ َ ‫) إِنَّ َها‬7( ِ‫علَى ْاأل َ ْفئِدَة‬
َ ْ‫علَ ْي ِه ْم ُمؤ‬ َ ‫ط ِل ُع‬َّ َ ‫ت‬
“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta
dan menghitung-hitung, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengkekalkannya,
sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam
Huthamah. Dan tahukah kamu apa Huthamah itu? (yaitu) api (yang disediakan) Allah
yang dinyalakan, yang (membakar) sampai ke hati. Sesungguhnya api itu ditutup
rapat atas mereka, (sedang mereka itu) diikat pada tiang-tiang yang panjang.” (QS. Al-
Humazah : 1-9)

Sebagian ulama menjelaskan bahwa tatkala Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan


ciri-ciri neraka, Allah Subhanahu wa ta’ala menyebutkan bahwa api neraka itu
membakar sampai ka hati, alasannya adalah karena tidaklah seseorang suka
mengumpat, mencela, kecuali ada penyakit di dalam hatinya. Maka ini adalah indikasi
yang sangat kuat bahwa di dalam hati seseorang tersebut ada kesombongan.

‫أقول قولي هذا واستغفر هللا لي ولكم ولسائر المسلمين من ذنب وخطيئة فأستغفره‬
‫إنه هو الغفور الرحيم‬
Khutbah Kedua

‫ وأشهد أن ال إله إال هللا‬،‫ والشكر له على توفيقه وامتنانه‬،‫الحمد هلل على إحسانه‬
‫ وأشهد أن محمدا عبده ورسوله الداعي إلى‬،‫وحده ال شريك له تعظيما لشأنه‬
‫ أللهم صلي عليه وعل أله وأصحابه وإخوانه‬،‫رضوانه‬
Para hadirin yang dirahmati oleh Allah Subhanahu wa ta’ala,

Ketahuilah bahwa di antara sifat orang-orang munafik adalah suka mencibir, suka
mencela, dan merendahkan orang lain. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

‫ت َوالَّذِينَ َال يَ ِجدُونَ ِإ َّال ُج ْهدَ ُه ْم‬ َّ ‫ط ِو ِعينَ ِمنَ ْال ُمؤْ ِمنِينَ فِي ال‬
ِ ‫صدَقَا‬ َّ ‫الَّذِينَ يَ ْل ِم ُزونَ ْال ُم‬
)79( ‫اب أ َ ِلي ٌم‬ َ ‫َّللاُ ِم ْن ُه ْم َولَ ُه ْم‬
ٌ َ‫عذ‬ َّ ‫س ِخ َر‬ َ ‫فَ َي ْسخ َُرونَ ِم ْن ُه ْم‬
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang
memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh
(untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu
menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka
azab yang pedih.” (QS. At-Taubah : 79)

Ayat ini turun tatkala ada dari sebagian para sahabat yang bersedekah yang banyak
namun dikatakan oleh orang-orang munafik bahwa mereka adalah orang yang riya’.
Kemudian tatakala para sahabat tidak menemukan yang bias disedekahkan kecuali
sedikit, maka orang-orang munafik kemudian mengatakan bahwa sedekah mereka
tidak diperlukan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala karena sedikit. Demikianlah orang-
orang munafik yang pekerjaan mereka hanyalah mencela amalan orang lain.
Maka hendaknya seseorang berhati-hati, jangan sampai ia memiliki sifat-sifat orang-
orang munafik yang kerjaannya menghina dan merendahkan orang lain. Ketahuilah
bahwa jika kita mendapati orang yang memiliki amalan yang sedikit, hendaknya kita
hargai dan jangan rendahkan dan hinakan. Dan janganlah kita terperdaya dengan diri
kita, karena bisa jadi ada orang yang bersedekah dengan sedekah yang lebih sedikit
daripada sedekah kita, namun lebih ikhlas daripada kita yang kita keluarkan. Dalam
suatu hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ٍ‫س َبقَ د ِْر َه ٌم ِمائَةَ أ َ ْلف‬


َ
“Satu dirham (pahalanya) bisa mengalahkan seratus ribu dirham.” (HR. An-Nasa’i 5/59
no. 2528)

Maka bisa jadi sedekah yang sedikit mengalahkan sedekah yang banyak.

Kemudian ketahuilah bahwa kesombongan itu tidak selamanya terletak pada


penampilan, karena bisa jadi ada seseorang yang berpenampilan indah namun tidak
sombong. Karena sebagaimana telah kita sebutkan pada hadits sebelumnya,

َّ ‫ ِإ َّن‬:‫ قَا َل َر ُج ٌل‬،‫َال يَدْ ُخ ُل ْال َجنَّةَ َم ْن َكانَ فِي قَ ْل ِب ِه ِمثْقَا ُل ذَ َّرةٍ ِم ْن ِكب ٍْر‬
‫الر ُج َل يُ ِحب أ َ ْن‬
،‫ق‬ ِ ‫ط ُر ْال َح‬
َ َ‫ ْال ِكب ُْر ب‬،‫ إِ َّن هللاَ َج ِمي ٌل يُ ِحب ْال َج َما َل‬:‫ قَا َل‬،ً‫سنَة‬ َ ‫سنًا َونَ ْعلُهُ َح‬
َ ‫يَ ُكونَ ث َ ْوبُهُ َح‬
‫اس‬ ِ َّ‫ط الن‬ ُ ‫غ ْم‬
َ ‫َو‬
“Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar
dzarrah.” Seseorang bertannya, “Sesungguhnya seorang laki-laki menyukai pakaian
yang indah dan sendalnya indah (apakah ini termasuk ekdombongan?)”. Beliau
menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahanya. Kesombongan
itu adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia.” (HR. Muslim 1/93
no. 91)

Oleh karenanya bisa jadi seseorang mengenakan pakaian yang indah dan memiliki
harta yang banyak, namun dia tidak sombong dengan semua itu dan tidak pula
menghin dan merendahkan orang lain. Dan sebaliknya bisa jadi ada seseorang yang
miskin dan secara penampilan memilki sikap zuhud, akan tetapi hatinya dipenuhi
dengan kesombongan. Dan orang-orang dengan sikap seperti ini benar adanya.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

:‫اب أ َ ِلي ٌم‬ ُ ‫ث َ َالثَةٌ َال يُ َك ِل ُم ُه ُم هللاُ يَ ْو َم ْال ِقيَا َم ِة َو َال يُزَ ِكي ِه ْم َو َال يَ ْن‬
َ ‫ظ ُر ِإلَ ْي ِه ْم – َولَ ُه ْم‬
ٌ َ‫عذ‬
‫عائِ ٌل ُم ْست َ ْكبِ ٌر‬
َ ‫ َو‬،‫اب‬ ٌ َّ‫ َو َم ِل ٌك َكذ‬،‫ان‬ ٍ َ‫ش ْي ٌخ ز‬ َ
“Ada tiga orang yang Allah Subhanahu wa ta’ala pada hari kiamat tidak akan mengajak
mereka bicara dan tidak akan mencusikan mereka, dan tidak melihat kepada mereka,
dan mereka mendapatkan siksa yang pedih. Mereka adalah orang tua pezina, pemimpin
yang pendusta, dan orang miskin yang sombong.” (HR. Muslim 1/102 no. 1047)
Maka hendaknya seseorang bertakwa kepada Allah Subhanahu wa ta’ala. Jika
seseorang menemukan di dalam dirinya sifat yang suka merendahkan orang lain, suka
mencibir orang lain, suka menghina orang lain, maka ketahuilah bahwa hatinya telah
terjangkiti dengan penyakit kesombongan. Dan berhati-hatilah karena kesombongan
adalah sifat Iblis, dan neraka jahannam adalah tempatnya orang-orang yang sombong.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

)72( َ‫س َمثْ َوى ْال ُمت َ َك ِب ِرين‬ َ ‫قِي َل ادْ ُخلُوا أَب َْو‬
َ ْ‫اب َج َهنَّ َم خَا ِلدِينَ فِي َها فَ ِبئ‬
“Dikatakan (kepada mereka): “Masukilah pintu-pintu neraka Jahannam itu, sedang
kamu kekal di dalamnya” Maka neraka Jahannam itulah seburuk-buruk tempat bagi
orang-orang yang menyombongkan diri.” (QS. Az-Zumar : 72)

Dan sesungguhnya orang-orang yang sombong akan dihinakan oleh Allah Subhanahu
wa ta’ala tatkala dibangkitkan pada hari kiamat kelak. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

‫الر َجا ِل يَ ْغشَاهُ ُم الذل ِم ْن ُك ِل‬ ِ ‫ص َو ِر‬ ُ ‫يُ ْحش َُر ال ُمت َ َكبِ ُرونَ يَ ْو َم ال ِقيَا َم ِة أ َ ْمثَا َل الذَّ ِر فِي‬
ِ ‫َار األ َ ْن َي‬
‫ار يُ ْسقَ ْونَ ِم ْن‬ ُ ‫س ت َ ْعلُوهُ ْم ن‬ َ ُ‫ساقُونَ ِإلَى ِس ْج ٍن ِفي َج َهنَّ َم ي‬
َ َ‫س َّمى بُول‬ َ ُ‫ فَي‬،‫ان‬ ٍ ‫َم َك‬
({655 /4( ‫ار ِطينَةَ ال َخبَا ِل} سنن الترمذي‬ ِ َّ‫ارةِ أ َ ْه ِل الن‬
َ ‫ص‬ َ ‫ع‬ ُ
“Orang-orang sombong akan dikumpulkan pada hari kiamat seperti semut (kecil)
namun bermuka manusia. Mereka diliputi kehinaan dari segala penjuru.” (HR. Tirmidzi
4/655 no. 2492)

Maka tatkala seseorang di dunia merasa tinggi dan merasa hebat, ujub dengan apa
yang dia lakukan, maka kelak diakhirat Allah Subhanahu wa ta’ala akan hinakan dia
dengan mengecilkan tubuhnya sebagai balasan akibat apa yang dia lakukan di dunia
(kesombongan).

َ ‫علَ ْي ِه َو‬
‫س ِل ُموا ت َ ْس ِلي ًما‬ َ ‫علَى النَّ ِبي ِ يَاأَي َها الَّذِينَ آ َمنُوا‬
َ ‫صلوا‬ َ ُ‫َّللا َو َم َالئِ َكتَهُ ي‬
َ َ‫صلون‬ َ َّ ‫ِإ َّن‬
‫علَى آ ِل‬َ ‫ َو‬،‫يم‬ َ ‫علَى ِإب َْرا ِه‬ َ ‫صلَّي‬
َ ‫ْت‬ َ ‫ َك َما‬،ٍ‫علَى آ ِل ُم َح َّمد‬ َ ‫ َو‬،ٍ‫علَى ُم َح َّمد‬ َ ‫ص ِل‬َ ‫اللَّ ُه َّم‬
‫علَى‬
َ ‫ت‬ َ ‫ار ْك‬
َ َ‫ َك َما ب‬،ٍ‫علَى آ ِل ُم َح َّمد‬
َ ‫ َو‬،ٍ‫علَى ُم َح َّمد‬َ ‫ار ْك‬ ِ َ‫ َوب‬،ٌ‫ ِإنَّ َك َح ِميدٌ َم ِجيد‬،‫يم‬
َ ‫ِإب َْرا ِه‬
َ ‫علَى آ ِل إِب َْرا ِه‬
ٌ‫ إِنَّ َك َح ِميدٌ َم ِجيد‬،‫يم‬ َ ‫ َو‬،‫يم‬
َ ‫إِب َْرا ِه‬
ِ ‫اء ِم ْن ُه ْم َواْأل َ ْم َوا‬
‫ت‬ ِ ‫ت َو ْال ُم ْس ِل ِميْنَ َو ْال ُم ْس ِل َما‬
ِ ‫ت األ َ ْح َي‬ ِ ‫اَللَّ ُه َّم ا ْغ ِف ْر ِل ْل ُمؤْ ِمنِيْنَ َو ْال ُمؤْ ِمنَا‬
ْ ‫ي ْال َحا َج‬
‫ات‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ت َويَاقَا‬ َ َّ‫ْب الد‬
ِ ‫ع َوا‬ ُ ‫ْب ُم ِجي‬ ٌ ‫س ِم ْي ٌع قَ ِري‬ َ ‫ِإنَّ َك‬
َ ‫ت َخي ُْر َم ْن زَ َّكاهَا أ َ ْن‬
‫ت َو ِلي َها َو َم ْو َالهَا‬ َ ‫سنَا ت َ ْق َواهَا َوزَ ِك َها أ َ ْن‬ ِ ‫اللَّ ُه َّم آ‬
َ ‫ت نُفُ ْو‬
‫اللهم إنا نسألك الهدى والتقى والعفاف والغنى‬
‫ص ِل ْح لَنَا دُ ْنيَانَا الَّتِي فِي َها َمعَا ُ‬
‫شنَا‪،‬‬ ‫ص َمةُ أ َ ْم ِرنَا‪َ ،‬وأ َ ْ‬
‫ص ِل ْح لَنَا دِينِنَا الَّذِي هُ َو ِع ْ‬
‫اللَّ ُه َّم أ َ ْ‬
‫اج َع ِل ْال َح َياة َ ِز َيادَة ً لَنَا فِي ُك ِل َخي ٍْر‪َ ،‬و ْ‬
‫اج َع ِل‬ ‫آخ َرتَنَا الَّتِي ِإلَ ْي َها َم َعادُنَا‪َ ،‬و ْ‬ ‫َوأ َ ْ‬
‫ص ِل ْح لَنَا ِ‬
‫ت فِي ِه َرا َحةً لَنَا ِم ْن ُك ِل ش ٍَر‬ ‫ْال َم ْو َ‬

‫سنَا َوإِ ْن لَ ْم ت َ ْغ ِف ْر لَنَا َوت َ ْر َح ْمنَا لَنَ ُكون ََّن ِمنَ ْالخَا ِس ِرينَ‬
‫ظلَ ْمنَا أ َ ْنفُ َ‬
‫َربَّنَا َ‬

‫اب النَّ ِ‬
‫ار‬ ‫سنَةً َوقِنَا َ‬
‫عذَ َ‬ ‫سنَةً َوفِي ْاْل ِخ َرةِ َح َ‬
‫َربَّنَا آتِنَا فِي الد ْنيَا َح َ‬

‫‪Baca lebih banyak di: https://firanda.com/3671-khutbah-jumat-jangan-suka-‬‬


‫‪merendahkan-orang-lain.html‬‬

Anda mungkin juga menyukai