Anda di halaman 1dari 7

Bukti Cinta Seorang Hamba kepada Allah

Khotbah pertama

ّ‫اتّأَ حع َمالِنَا‬ِّ َ‫للِّم حّنّ ُش ُرحوِّرّأَنح ُف ِسنَاّ َو َسي ئ‬ ِّ ‫للّ َحَن َم ُد ّهُّ َونَ حستَ ِع حي نُّهُّ َونَ حستَ غح ِف ُرّهُّ َونَعُ حو ّذُّ ِِب‬
ِّ ِّّ‫إِنّّا حْلَ حم َّد‬
ُ‫يّلَّه‬
َّ ‫اد‬ِ ‫لَّ َه‬ ّ َ‫ضلِ حّلّف‬ ‫ضلّّلَّهُّ َوَم حّنّيُ ح‬ ِ ‫لَّم‬
ُ ّ َ‫للاُّف‬ ّ ِّ‫َم حّنّيَ حه ِد ّه‬
‫ا‬
.ُ‫ّ َوأَ حش َه ُّدّأَ ّنّ ُُمَ ّم ًداّ َع حب ُد ّهُّ َوَر ُس حولُّه‬،ُ‫كّلَه‬ َّ ‫للاُّ َو حح َد ّهُّ ّلَّ َش ِريح‬ ّ ّ‫أَ حش َه ُّدّأَ حّنّ َّلّإِ ٰل ّهَّإِّّل‬
ّّ‫ّأَ ّماّبَ حع ُد‬.‫ص ححبِ ِّهّأ حَه ِّلّالتُّ ٰقىّ َوال َحو ٰٰف‬ ِِ ِِ ِ ٰ
َ ‫ّ َو َع ٰلىّآل ّهّ َو‬،ّ ‫ص ِّلّ َو َسل حّمّ َع ٰل ّىّ َُمَ ّم ّدِّنل ُحم حجتَ ٰٰب‬ َ ّ‫اَلل ُه ّم‬
ّ‫ازّ َم ِّنّاتّ َقى‬ َّ َ‫اعتِ ِّهّفَ َق حّدّف‬
َ َ‫للاّ َوط‬ ِّ ّّ‫ص حي ُك حّمّ َونَ حف ِس حّيّبِتَ حق َوى‬ ِ ‫فَ ياأَيُّ َهاّالحمسلِمو َن!ّأُو‬
‫ُ ح ُح ح‬ َ
:‫فّّكِتَابِِّهّالح َك ِرحِّي‬ ّ ٰ ‫للاُّتَ َع‬
‫الِّ ح‬ ّ َّّ‫فَ َقال‬
ّ‫ث‬ّّ َ‫اح َدةّ ّ َو َخلَ َّق ّ ِم حن َها ّ َزحو َج َها ّ َوب‬ ِ ‫ّاس ّاتّ ُقوا ّربّ ُك ّم ّالّ ِذيّ ّ َخلَ َق ُك ّم ّ ِم ّن ّنَ حفسّ ّو‬
َ ‫ح ح‬ ُ َ ُّ ‫َّي ّأَيُّ َها ّالن‬
ِ ِ ّ ّّ ّ ‫اء ّواتّ ُقوا‬ ِ ِ‫الّّ َكث‬ ِ
ّّ ّ ‫امّ ّإِ ّن‬
ّ‫اَللَّّ َكا َّن ّ َعلَحي ُك حّم‬ َ ‫ساءَلُو َّن ّبِّه ّ َو حاْل حَر َح‬ َ َ‫اَللَّالذيّ ّت‬ َ ًّ ‫س‬ َ ‫ريا ّ َون‬ ً ًّ ‫م حن ُه َما ّ ِر َج‬
‫َرقِيبًّا‬
Ma’asyiral muslimin, jemaah Jumat yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Allah Ta’ala berfirman,

ّ‫فّ َسبِحيلِهّٖلَ َعلّ ُك حّمّتُ حفلِ ُح حو َن‬ ِ ‫اَللّواب ت غُاواّاِلَي ِّهّالحو ِسي لَ ّةَّوج‬ ِ
ّ‫اه ُد حواِّ ح‬ َ َ ‫ٰايَيُّ َهاّالّذيح َّنّٰا َمنُواّاتّ ُقواّّ َّٰ َ ح َ ح ح َ ح‬
“Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, carilah wasilah (jalan untuk
mendekatkan diri) kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya agar kamu
beruntung.” (QS. Al-Maidah: 35)
Mendekatkan diri kepada Allah, bertakwa, dan mencintai Allah Ta’ala adalah pondasi
utama agama Islam. Dengan sempurnanya kecintaan seorang hamba kepada Allah, maka
sempurna pula keimanannya. Dan dengan berkurangnya rasa cinta seorang hamba kepada
Allah Ta’ala, maka berkurang juga kadar tauhid dan keimanan dari diri seorang hamba.
Kecintaan ini hukumnya wajib menurut kesepakatan seluruh kaum muslimin. Seorang
hamba dituntut untuk mengusahakan setiap hal yang akan mengantarkannya menuju rasa
cinta kepada Allah Ta’ala sehingga nantinya imannya menjadi sempurna.

Jemaah Jumat yang senantiasa dalam rahmat Allah Ta’ala.


Sesungguhnya, kecintaan kita kepada Allah ini layaknya pohon yang tumbuh dengan
subur. Akarnya kuat dan ranting-rantingnya menjulang tinggi ke langit. Tanda-tanda
kecintaan ini akan nampak di hati dan anggota badan pemiliknya, layaknya sebuah pohon
yang buahnya berlimpah menandakan bahwa pohon tersebut tumbuh dengan baik dan
subur.

Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.


Berikut ini adalah beberapa ciri yang membuktikan kejujuran cinta kita kepada
Allah Ta’ala. Ciri-ciri yang sudah seharusnya dimiliki oleh setiap muslim yang mengaku
cinta kepada Tuhan-Nya, Allah Ta’ala.

Yang pertama: Hamba yang mencintai Allah Ta’ala karena sibuknya ia dengan
beribadah dan bermunajat kepada Allah Ta’ala serta membaca kitab-Nya. Ia akan
terlupa dari selain Allah Ta’ala. Beribadah kepada Allah menjadi penyejuk hati dan
penggembiranya sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

ِ‫ص َل ّة‬ ِ ‫ّّع حي ِن‬


ّ ‫ّّفّّال‬ ‫ّّو ُج ِعلَ ح‬ ِ ‫ّّدنح يا ُكمّّالنِساء‬ ِ ّ ِِ‫حبِبّّإ‬
َ ُ‫تّّقُ ّرة‬ َ ‫يب‬
ُ ‫ّّوالط‬
َ ُ َ ُ َ ُ ‫لّّم حن‬ َ ُ
“Dijadikan kecintaan pada diriku dari dunia kalian (yaitu) wanita-wanita (istri-istri beliau)
dan wewangian. Dan dijadikanlah penyejuk hatiku dalam salat.” (HR. An-Nasa’i no. 3939,
Ahmad no. 14069 dan Baihaqi no. 13836)

Ibnul Qayyim rahimahullah dalam kitabnya Al-Waabil As-Sayyib menjelaskan,


“Siapa yang hatinya menjadi sejuk karena melaksanakan salat di dunia, di akhirat kelak
hatinya akan bahagia dan sejuk karena kedekatannya dengan Allah Ta’ala, bahkan di dunia
pun hatinya akan menjadi lebih nyaman dan tentram. Siapa yang senang dan bahagia
dengan beribadah kepada Allah Ta’ala, maka hatinya akan menjadi tenang. Dan siapa yang
hatinya tidak senang dan bahagia dengan Allah Ta’ala, maka di dunia ini hatinya akan
senantiasa dipenuhi kesedihan dan patah hati.”

Yang kedua: Sabar di atas ketaatan dan saat menghadapi kesulitan.


Allah Ta’ala berfirman,

ّ‫اصِ حب‬ َ ِ‫َولَِرب‬


‫كّّفَ ح‬
“Dan karena Tuhanmu, bersabarlah.” (QS. Al-Muddassir: 7)
Jemaah yang dimuliakan Allah Ta’ala.
Banyak dari kita yang mengaku mencintai Allah Ta’ala, padahal kecintaannya itu adalah
kecintaan yang palsu. Betapa banyak dari kita yang tidak bisa bersabar saat ditimpa
sebuah ujian dan musibah, padahal kesabaran merupakan pembuktian cinta yang paling
besar. Allah Ta’ala mengisahkan Nabi Ayyub ‘alaihissalam saat ia diberi ujian oleh
Allah Ta’ala,

ّ‫ّّصابًِراّنِ حع َمّّال َحع حب ُدّّإِنّهُّّأ َّواب‬ َ ‫إِِن‬


َ ُ‫ّّّو َج حد َِنه‬
“Sesungguhnya Kami dapati dia (Ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba.
Sungguh, dia sangat taat (kepada Allah).” (QS. Sad: 44)
Imam Al-Halimi rahimahullah mengatakan,

ّ‫ ّ َوَّلحّيَ حستَ ثح ِق حّل‬،‫يها ّ َعلَحي ِّه ّإِ َساءَ ّةً ّ ِم حن ّهُ ّإِلَحي ِه‬
َ‫ض‬ ِ ‫ت ّي حق‬
َ ّ ِّ‫ب ّال‬ َّ ِ‫صائ‬ ِ َّ ‫للا ّتَع‬
َ َ‫ال ّ َّلحّيُع ّد ّامل‬ َ َّ ّ ‫ب‬ ّّ ‫َح‬
َ ‫َم حّن ّأ‬
َ َ‫فّ ِعب‬
‫ادتِِّهّ َوتَ َكالِي َف ّهُّاملَ حكتُوبَّةَّ َعلَحي ِّه‬ َّ ِ‫َوظَائ‬
“Barangsiapa mencintai Allah Yang Mahatinggi, ia tidak akan lagi menganggap bencana
yang menimpanya sebagai bentuk penghinaan-Nya atas dirinya. Ia juga tidak menganggap
berat kewajiban ibadah dan beban tanggung jawab yang Allah tuliskan kepada-Nya.”

Yang ketiga: Orang yang jujur di dalam cintanya kepada Allah Ta’ala, saat ia
mengingat dan berzikir kepada Allah dalam kesendirian, hatinya menjadi takut
dan air matanya pun bercucuran karena rasa takutnya kepada Allah Ta’ala.
Mereka layak mendapatkan kasih sayang Allah berupa naungan-Nya di hari kiamat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

ّّ‫ت‬
‫ض ح‬ ّ ّ ‫(وِم حن َها) ّ َر ُجلّ ّذَ َك َّر‬
َ ‫للاَّ َخالِيًا ّفَ َفا‬ ِ ِ ِ ِ ِ ّ ِّ ‫للا‬
َ ّ :ُ‫ف ّظل ّه ّيَ حوَّم ّ َّل ّظ ّل ّإِّّل ّظلُّه‬
ِ
‫َس حب َعةّ ّيُظلُّ ُه ُّم ّ ُّ ح‬
ُ‫َع حي نَ ّاه‬
“Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada
naungan, kecuali naungan-Nya: (salah satunya) seseorang yang berzikir kepada Allah
dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (HR. Bukhari no. 6806 dan Muslim
no. 1031)

Yang keempat: Mencintai Al-Qur’an sepenuh hati.


Sebagaimana perkataan Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu,
ِ ُّّ ‫بّأَ حّنّيَ حعلَ َّمّأَنّّهُّ ُُِي‬
ُّّ ‫َم حنّّ َكا َّنّ ُُِي‬
ّ‫ب‬ َ ‫س ّهُّ َعلَىّال ُق حرآن؛ّفَِإ حّنّأ‬
ّّ ‫َح‬ َ ‫ضّنَ حف‬ّ‫ّفَ لحيَ حع ِر ح‬،‫اَللَّ َع ّزّ َو َج ّل‬
ّّ ّ‫ب‬
ِّّ ّ‫ّفَِإ َّّنَاّال ُق حرآ ُنّّ َك َل ُّم‬،ّ ‫اَللَّ َع ّزّ َو َج ّل‬
‫اَللّ َع ّزّ َو َج ّل‬ ّّ ّ‫ب‬ ُّّ ‫ال ُق حرآ َّنّفَ ُه َّوّ ُُِي‬
“Siapa yang ingin mengetahui apakah ia benar-benar mencintai Allah ‘Azza Wajalla, maka
biarkan dirinya di hadapan Al-Qur’an. Jika ia mencintai Al-Qur’an, maka ia juga mencintai
Allah Ta’ala, karena sesungguhnya Al-Qur’an merupakan kalamullah.” (AS-Sunnah karya
Abdullah bin Ahmad rahimahullah)

ّّ‫ور‬ ِ ّ ‫ّفَاستغح ِفر‬،‫لّولَ ُكم‬


ُ ‫وهُّيَغحف حّرّلَ ُك حّمّإِ ّنهُّ ُه َّوّالغَ ُف‬ُ ‫يمّ ّ َ ح ح‬ َّ ‫الع ِظ‬
َ َّ‫للا‬ ّ ّ‫أستغح ِف ُّر‬
‫أقُولُّّقَ حولّ َه َذاّّّ َو ح‬
َُّّ ّ‫بّلَ ُك حّمّإِ ّنهُّ ُه َّو‬
.ُ‫البّال َك ِرحّي‬ ِ ‫وهُّيس‬
ّ‫تج ح‬ ِ
‫ّ َوا حدعُ ّ َ ح‬،‫يم‬ُ ‫ال ّرح‬

Khotbah kedua

ّّ.‫َص َحابِِّهّأَ حه ِّلّال َحوفَا‬ ِ ِ ‫ّوأُصلِ ّيّوأ‬،‫للّوَك َفى‬ ِ


‫ّ َو َعلَىّآل ِّهّ َوأ ح‬،‫صطََفى‬ ‫ُسل ُّمّ َعلَىّ ُُمَ ّمدّّال ُحم ح‬ َ َ‫َ َ ح‬ َ ّ ّ‫اَ حْلَ حم ُّد‬
ّ ّ‫أَ حش َه ُّدّأَ حّنّ ّّلّإِ ّلهَّإِّّل‬
َّ ‫للاُّ َو حح َد ّهُّ َّلّ َش ِريح‬
.‫ّ َوأَ حش َه ُّدّأَ ّنّ ُُمَ ّم ًداّ َع حب ُد ّهُّ َوَر ُس حولُّهُّأَ ّماّبَ حع ُّد‬،ُ‫كّلَه‬
Ma’asyiral mukminin yang dimuliakan Allah Ta’ala.

Bukti cinta kita kepada Allah Ta’ala


Yang kelima adalah menyesal jika terluput dan terlewat dari sebuah ketaatan
kepada Allah, menyesal apabila kita lupa tidak berzikir kepada
Allah Ta’ala, menyesal jika tidak membaca zikir di waktu pagi dan petang.
Bukan hanya menyesal saja, jika kita memang mencintai Allah Ta’ala, kita juga akan
berusaha untuk mengganti, mengqada amalan yang kita tinggalkan tersebut secepatnya,
sebagaimana hal ini dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Aisyah radhiyallahu
‘anha bercerita,

ّّ‫ّ َوَكا َّنّإِذَاّ َِن َّمّ ِم َّنّاللّحي ِّلّأ حَو‬،ُ‫لًّأَثح بَ تَه‬


ّ ‫اَللّصل ّىّللاّعليهّوسلمّإِذَاّ َع ِم َّلّ َع َم‬ ِّّ ُّّ‫َكا َّنّ َر ُسول‬
ّ‫ّها ِّرّثِحن َح‬ ِ
ً‫تّ َع حش َرّةَّ َرحك َع ّة‬ َ ‫صلّىّم َّنّالن‬ َ ّ‫ض؛‬ َ ‫َم ِر‬
“Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam jika beliau mengerjakan sebuah amalan, maka akan
benar-benar serius dan berusaha untuk konsisten melaksanakannya. Jika beliau (mendapati
halangan dari melaksanakan salat malam karena) tertidur di sebuah malam atau sakit,
maka beliau akan salat di siang harinya 12 rakaat (sebagai pengganti salat
malamnya).” (HR. Muslim no. 746)
Jemaah salat Jumat yang berbahagia.

Yang keenam adalah senantiasa mengikuti dan tunduk terhadap syariat


Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

ّ ‫اَللُّغَ ُفورّّ َرِح‬


‫يم‬ ّّ ‫اَللُّ َويَغح ِف حّرّلَ ُك حّمّذُنُوبَ ُك حّمّ َو‬
ّّ ّ‫ونّ ُحُيبِحب ُك حّم‬ ّّ ّ‫قُ حّلّإِ حنّّ ُك حن تُ حّمّ ُُِتبُّو َّن‬
ّ ِ ُ‫اَللَّفَاتّبِع‬
“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.” (QS. Al-Imran: 31)

Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan,


“Sungguh ayat yang mulia ini membantah setiap orang yang mengaku-ngaku cinta kepada
Allah Ta’ala, namun ia tidak di atas jalan dan ajaran Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam. Sungguh mereka adalah pendusta atas apa yang mereka dakwakan hingga
mereka benar-benar mengikuti ajaran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad, agama
islam ini dalam setiap perkataan dan perbuatan.”

Yang terakhir adalah zuhud dalam urusan dunia, mencukupkan diri dan tidak
berlebihan di dalam urusan duniawi.

Setiap kali seorang hamba semakin mencintai Allah Ta’ala, semakin zuhud juga dirinya
terhadap perkara duniawi, lebih menyibukkan diri dengan amalan-amalan yang akan
menjadi bekalnya di akhirat nanti.

Ketahuilah wahai saudaraku, zuhud kita, rasa cukup kita terhadap perkara duniawi akan
membawa dua cinta kepada diri kita, cinta Allah Ta’ala dan cinta manusia. Suatu ketika
ada seorang sahabat yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu bertanya,
“Wahai Rasulullah, tunjukkanlah kepadaku sebuah amalan yang apabila aku
mengamalkannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala dan manusia akan mencintaiku.”
Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun menjawab,
‫وكّ‬ ‫فّأَيح ِديّالن ِّ‬
‫ّاسّ ُُِيبُّ َ‬ ‫يماِّ ّ‬
‫َ‬
‫اَلل‪ّ،‬وا حزَه حّدّفِ‬
‫كّ ّ ُ َ‬‫الدنح يَاّ ُُِيبّ َّ‬ ‫ا حزَه حّدِّ ّ‬
‫فّ ُّ‬
‫‪“Bersikaplah zuhud terhadap dunia, niscaya Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mencintaimu.‬‬
‫‪Dan bersikaplah zuhud terhadap apa yang ada pada manusia, niscaya mereka akan‬‬
‫)‪mencintaimu.” (HR. Ibnu Majah no. 3326‬‬

‫‪Ya Allah, ya Mujiba As-Saa’ilin, tuliskanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang‬‬


‫‪senantiasa jujur di dalam mencintai-Mu. Ya Allah, jadikanlah kami salah satu hamba-Mu‬‬
‫‪yang selalu mendapatkan cinta dan rida-Mu.‬‬
‫‪Aamiin Ya Rabbal Aalamiin.‬‬

‫ّّوا حعلَ ُم حواّأَ ّنّّللاَّّأ ََم َرُك حّمّ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ص حي ُك حم ِ ِ‬ ‫فَ ياّأَيُّ َهاّالحمسلِمو َن‪ّ،‬أُو ِ‬
‫ّّونَ حفس حيّّبتَ حق َوىّللاّّال َحعل ِيّّال َحعظ حي ِم َ‬ ‫َ‬ ‫ُ ح ُح ح‬ ‫َ‬
‫صلُّو َّنّ‬ ‫ال‪ّ:‬إِ ّنّّللا ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ّّعلَىّنَبِيِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ص َلةِ‬ ‫ِ‬ ‫ّّع ِ‬
‫ِِب حَمر َ‬
‫ّّوَم َلئ َكتَهُّّيُ َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ق‬
‫َ‬ ‫ّّف‬
‫َ‬ ‫ي‬‫ح‬ ‫ر‬ ‫ك‬
‫َ‬ ‫ح‬
‫ل‬ ‫ّّا‬ ‫ه‬ ‫َ‬ ‫م‬ ‫ل‬ ‫َ‬ ‫س‬
‫ّ‬ ‫ال‬‫ّّو‬
‫َ‬ ‫ّ‬ ‫ل‬‫ِب‬ ‫ّ‬ ‫ّ‬
‫م‬
‫ح‬ ‫ك‬‫ُ‬‫ر‬‫َ‬ ‫َم‬
‫َ‬ ‫أ‬‫‪ّ،‬‬ ‫م‬ ‫ي‬
‫ح‬ ‫ظ‬
‫واّعلَي ِهّّوسلِمواّتَسلِ‬ ‫ِّ‬
‫يما‪،‬‬ ‫واّصلُّ َ ح َ َ ُ ح ً‬ ‫ّّآمنُ َ‬ ‫ين َ‬ ‫‪ّ،‬يّّأَيُّ َهاّالذ َ‬ ‫ّب َ‬ ‫َعلَىّالنِ ِ‬
‫ىّآلّّإِبح َر ِاه حي َم‪ّ،‬‬
‫ّّعلَىّّإِبح ر ِاه حيمّّو َعلَ ِ‬
‫ت َ َ ََ‬ ‫ّصلّحي َ‬ ‫ُّّمَ ّمدّّّ َك َماّ َّ‬‫ىّآل ُ‬‫ُّّمَ ّمدّّّو َعلَ ِ‬
‫ّّعلَى ُ َ‬ ‫اَللّ ُه ّم َ‬
‫ّّص ِل َ‬
‫ِ‬ ‫ّّو َعلَ ِّ‬ ‫ك َِ‬
‫َّّح حيد َِ‬
‫ّّو َعلَىّ‬ ‫ّّعلَىّّإِبح َراه حي َم َ‬ ‫ت َ‬ ‫اِّب َرحك َ‬
‫ُّمَ ّمدّّّ َك َم َ‬ ‫ىّآلّ ُ‬ ‫ىُّمَ ّمد َ‬‫حّّعلَ ُ‬ ‫‪ّ.‬وَِب ِرك َ‬ ‫َّّم حيد َ‬ ‫إِنّ َ‬
‫َّّح حيد َِ‬
‫َّّم حيدّ‬ ‫ك َِ‬ ‫آلّّإِبح َر ِاه حي َم‪ّ،‬إِنّ َ‬
‫ِ‬
‫ات‪،‬‬ ‫ّّم حن ُهمّّو حاْل حَمو ِ‬ ‫ّّاْلَحي ِاء ِ‬
‫ح‬ ‫ح‬ ‫يّّوالحم حؤِمنَ ِ‬
‫ات‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫اتّّوالحم حؤِمنِ‬ ‫يّّوالحمسلِم ِ‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫اَ ٰلل ُه ّمّّا حغ ِفرّّلِلحمسلِ ِ‬
‫م‬
‫حَ َ‬ ‫َ‬ ‫َ ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ ُح َ‬ ‫ح ُح‬
‫فّ‬ ‫السيُ حو َّ‬
‫ّو ُّ‬ ‫ّّوالحبَ غح َّيّ َ‬‫ّّوال ُحم حن َك َر َ‬‫شاءَ َ‬ ‫ّّوالح َف حح َ‬ ‫ّّوال َحوَِبءَ َ‬
‫ّّوالحغَ َلءَ َ‬ ‫ّّعنّاّالحبَ َلءَ َ‬ ‫اللهمّا حدفَ حع َ‬
‫ّّوِم حّنّ‬ ‫صةً َ‬‫ّه َذاّ َخا ّ‬ ‫ِ‬
‫ّوَماّبَطَ َن‪ّ،‬م حنّّبَلَ ِد َِّنّ َ‬
‫ِ‬
‫‪ّ،‬ماّظَ َه َّرّّم حن َهاّ َ‬
‫ش َدائِ َد ِ‬
‫ّّوالحم َح َن َ‬ ‫َ‬ ‫ّّوال ّ‬ ‫ِ‬
‫ال ُحم حختَل َفةَ َ‬
‫ىّ ُك ِلّّ َش حيءّّقَ ِديح رّ‬ ‫ِ‬ ‫ب حل َد ِ‬
‫ّّعلَ ّ‬
‫ك َ‬ ‫ّّعا ّمةً‪ّ،‬إِنّ َ‬ ‫ي َ‬ ‫انّّال ُحم حسل ِم ح َ‬ ‫ُ‬
‫ّعلَىّال ِ‬ ‫ِ‬ ‫رب ناّلَتُ َؤ ِ‬
‫ّذيح َنّّ‬ ‫َّّحَلحتَ ّهُّ َ‬
‫ص ًرّاّ َك َما َ‬ ‫ّعلَحي نَاّإِ ح‬ ‫ُّّتح ِم حّلّ َ‬
‫اّولَ َ‬ ‫ِّّنّّإِ حنّّنَس حي نَاّأ حَوّّأَ حخطَأ َحِن َ‬
‫ّّرب نَ َ‬ ‫اخ حذ َ‬ ‫ََ‬
‫ّّم حولَ َِّنّ‬ ‫اّو حار ََححنَاّأَنح َ‬ ‫ّّعن ِ‬ ‫ِِ‬ ‫ِ ِ‬
‫تَ‬ ‫اّوا حغف حرّّلَنَ َ‬ ‫ف َ َ‬ ‫ّّوا حع ُ‬ ‫اّمالَّّطَاقَةَّّلَنَاّبه َ‬ ‫ُّّتَملحنَ َ‬ ‫اّولَ ً‬‫اّرب نَ َ‬‫م حنّّقَ حبلنَ َ‬
‫ّّعلَىّالح َق حوِمّّالح َكافِ ِريح َّن‬ ‫ص حرَِن َ‬ ‫‪.‬فَانح ُ‬
‫ن‬ ‫ِ‬
‫ّّ‪ّ،‬والغ َّ‬ ‫اف‬
‫ىّ‪ّ،‬والع َف َ‬ ‫كّّاهلَُدىّ‪ّ،‬والتُّ َق‬ ‫اللّ ُه ّمّّإِنّّّنَ حسأَلُ َ‬
‫َ‬
‫اب ِ‬
‫ّّاآلخ َرةِّ‬ ‫اّو َع َذ ِ‬ ‫ّّخ حز ِي ُّ‬ ‫ّّمن ِ‬ ‫اللهمّّأح ِسنّّعاقِب ت ناِّّفّّاْلُموِرّّّ ُكلِه ِ ِ‬
‫ّّالدنح يَ َ‬ ‫ا‪ّ،‬وأج حرَِن ح‬ ‫َ َ‬ ‫ُ‬ ‫ح ح َ َََ‬
‫اّفّّالدنح ياّحسنةًّّوِفّّاحْل ِ‬
‫َخرةِ‬
‫ابّّالنا ِرّ‬ ‫ّّوقِنَ َ‬
‫اّع َذ َ‬ ‫َ َ َ‬‫ة‬
‫ً‬ ‫ن‬
‫َ‬ ‫س‬ ‫ّّح‬
‫َ‬ ‫َ َ ََ َ‬ ‫‪.‬ربَنَاّءَاتِنَ ِ‬‫َ‬
‫ّّالعالَ ِم ح َّ‬
‫ي‬ ‫ّّر ِ‬‫وا حْلم ُد ِ‬
‫ب َ‬ ‫َ‬ ‫ّّلل‬ ‫َ َح‬
‫اءّ‬‫ش ِّ‬
‫ىّع ِنّّال َف حح َ‬
‫ّّذيّالح ُق حرَبّّويَ حن َه َ‬ ‫انّّوإِي تَ ِاء ِ‬
‫سِ َح‬ ‫ح‬
‫ح‬
‫َ َ‬ ‫اْل‬
‫ح‬ ‫ّّو‬
‫ل‬ ‫َ ُ‬
‫اد ِ‬
‫ّّللا‪ّ،‬إ ّنّّللاََّّي ُحم ّرّ ِِبل َحع حد ِ‬
‫َ‬ ‫ب‬
‫َ‬
‫ِ‬
‫ع‬
‫والحم حن َك ِرّّوالب غح ِي‪ّ،‬ي ِعظُ ُكمّّلَعلّ ُكمّّتَ َذ ّكرو َن‪ّ.‬فَاذ ُكرواّللاّّالحع ِظيمّّي حذ ُكرُكمّّولَ ِذ حكر ِ‬
‫ّّللاّّأَ حك َّ‬
‫بُ‬ ‫ُ َ َ حَ َ ح ح َ ُ‬ ‫َ ُ َ َ َ ح َ ح ُح‬

Anda mungkin juga menyukai