Anda di halaman 1dari 4

Khutbah Jum’at 24 Maret 2023

RAMADHAN MENGHIDUPKAN SEMANGAT BERBAGI


( Oleh : Ustadz Dr Sumarno, M.Pd.I )
DPS LAZIS Muhammadiyah Kab Pekalongan

،‫ات أ حَع َمالِنَا‬ِ َ‫ ونَعوذُ ِِبهللِ ِمن ُشروِر أَنح ُف ِسنَا وِمن سيِئ‬،‫َلِل َحَنم ُده ونَستَعِي نُه ونَستَ حغ ِفره‬
َ ‫َ ح‬ ‫ح ُح‬ ُ َ ُُ ‫اْلَ حم َد َّ َ ُ َ ح ح ُ َ ح‬
ِ ِ ‫إِ َّن ح‬
ِ ِ ‫ض َّل لَه ومن ي ح‬ ِ ‫من ي ه ِد هللا فَالَ م‬
‫ك‬ َ ‫َن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َو حح َدهُ الَ َش ِريح‬ َّ ‫ أَ حش َه ُد أ‬.ُ‫ي لَه‬ َ ‫ضل حل فَالَ َهاد‬ ُ ‫ُ ََ ح‬ ُ ُ ‫َ ح َح‬
‫صلَّى ا هللُ َعلَحي ِه‬ ٍ ِ ِ
َ ‫ص ِل َو َسل حم َعلَى نَبِيِنَا َوَر ُس حولنَا ُُمَ َّمد‬ َ ‫َن ُُمَ َّم ًدا َعحب ُدهُ َوَر ُس حولُهُ اَللَّ ُه َّم‬
َّ ‫لَهُ َوأَ حش َه ُد أ‬
ِ ‫ان إِ ََل ي وِم‬
‫الديح ِن‬ ٍ ‫وسلَّم و َعلَى آلِِه وأَصحابِ ِه ومن تَبِعهم ِبِِحس‬
‫َح‬ َ ‫َ ح َ ََ ح َُ ح ح‬ ََ ََ
‫ث ِمحن ُه َما‬ َّ َ‫اح َدةٍ َو َخلَ َق ِمحن َها َزحو َج َها َوب‬ ِ‫س و‬ ِ ِ
َ ٍ ‫َّاس اتَّ ُقوا َربَّ ُك حم الَّذي َخلَ َق ُك حم م حن نَ حف‬ ُ ‫ََي أَيُّ َها الن‬
ً‫اَلِلَ َكا َن َعلَحي ُك حم َرقِيبا‬
َّ ‫اَلِلَ الَّ ِذي تَتَ َساءَلُو َن بِ ِه َواأل حَر َح َام إِ َّن‬ َّ ‫ِر َجاالً َكثِرياً َونِ َساءً َواتَّ ُقوا‬
‫اَلِلَ َح َّق تُ َقاتِِه َوَال ََتُوتُ َّن إَِّال َوأَنحتُ حم ُم حسلِ ُمو َن‬ ِ
َ ‫ََي أَيُّ َها الَّذ‬
َّ ‫ين آَ َمنُوا اتَّ ُقوا‬
‫صلِ حح لَ ُك حم أ حَع َمالَ ُك حم َويَ حغ ِفحر لَ ُك حم ذُنُوبَ ُك حم‬ ‫ يُ ح‬، ‫يدا‬ ً ‫اَلِلَ َوقُولُوا قَ حوًال َس ِد‬ َّ ‫ين آَ َمنُوا اتَّ ُقوا‬ ِ
َ ‫ََي أَيُّ َها الَّذ‬
‫يما أ ََّما بَ حع ُد‬ ِ َّ ‫َوَم حن يُ ِط ِع‬
ً ‫اَلِلَ َوَر ُسولَهُ فَ َق حد فَ َاز فَ حوًزا َعظ‬
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan Rabbul Izzati. Allah yang
melimpahkan nikmat dan karunia-Nya bagi segenap kaum muslimin hingga dapat
menunaikan puasa dan ibadah Ramadhan. Shalawat dan salam terlimpahkan bagi
Nabi Muhammad, Rasul pembawa Risalah Islam sebagai misi pencerahan bagi umat
manusia di seluruh persada bumi.
Baru saja kita segenap kaum muslimin memasuki gerbang shaum Ramadhan
1444 H/2023 M disertai rangkaian ibadah lainnya. Dalam Islam, puasa Ramadhan dan
ibadah-ibadah lainnya, tidak berhenti pada ritual semata. Ibadah hakikatnya ialah
“taqarrub ila Allah” atau mendekatkan diri kepada Allah dengan menjalankan segala
perintah, menjauhi larangan, dan melaksanakan apa yang diizinkan-Nya
sebagaimana disunnahkan oleh Rasulullah. Dari makna ibadah tersebut terbentuk
kesalehan seorang muslim yang memiliki hubungan baik dengan
Allah (habluminallah) sekaligus hubungan dengan sesama (habluminannas) dan
lingkungannya, sehingga terpancar rahmat bagi semesta alam.
Ibadah puasa bertujuan agar menjadikan orang beriman yang menjalankannya
menjadi insan bertaqwa sebagaimana firman Allah:
‫ب َعلَى الَّ ِذيح َن ِم حن قَ حبلِ ُك حم لَ َعلَّ ُك حم تَتَّ ُق حو َن‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ٓاَيَيُّ َها الَّذيح َن آ َمنُ حوا ُكت‬
َ ‫ب َعلَحي ُك ُم الصيَ ُام َك َما ُكت‬

1
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (QS Al-
Baqarah : 183)
Oleh karena itu, di jumat pertama setelah kita berada di bulan ramadhan ini ada
baiknya kita bertanya pada diri kita sendiri, “Apa saja yang akan kita lakukan dengan
puasa dan rangkaian ibadah lainnya selama satu bulan di tahun ini. Apakah kita
sudah punya rencana untuk mendekati kriteria sebagai orang yang bertakwa selepas
puasa Ramahan nanti ?
Jamaah Jumat rahimakumullah,
Dalam QS Ali Imran: 134 Allah menyebut di antara ciri orang bertakwa ialah
mereka yang senantiasa bersedia untuk berbagi dalam kondisi lapang maupun
sempit, serta mampu menahan marah dan memberi maaf kepada sesama manusia.

ِ‫ظ والحعاف‬ ِ ِ ِ ‫الس ََّّۤر ِاء والض َََّّّۤر‬ ِ ِ ِ


ِ ‫ْي َع ِن الن‬
‫َّاس‬ َ
َ ‫ح َ َح َ َ ح‬‫ي‬ ‫غ‬‫ح‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ْي‬ ‫م‬ ‫اظ‬‫ك‬َ ‫ل‬
‫ح‬ ‫ا‬
‫و‬ َ ‫اء‬ َ َّ ‫الَّذيح َن يُحنف ُق حو َن ِف‬
Artinya: (yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang
yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. (QS Ali Imran:
134).
Sedangkan di dalam (QS Al-Baqarah: 177) Allah juga mengingatkan kalau orang yang
bertakwa itu selain beriman kepada Allah, kepada Malaikat, kepada Nabi, iman Hari
Akhir, dan menegakkan shalat, juga harus mereka yang berzakat, memberi kepada
َّۤ
orang miskin, dan berbuat baik kepada sesama.
ِ‫اال ِخ ِر والحم ٓل ِٕى َكة‬ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫لَحي‬
َ َ ٓ ‫س الحِبَّاَ حن تُ َولُّحوا ُو ُج حوَه ُك حم قبَ َل الح َم حش ِرق َوالح َم حغ ِرب َوٓلك َّن الحِبَّ َم حن آ َم َن ِب َٓلِل َوالحيَ حوم ح‬ َ
َِّۤ ِ ِ ‫َوالحكِت‬
‫ْي‬
َ ‫السا ِٕىل ح‬َّ ‫السبِحي ِل َو‬ َ ‫ال َع ٓلى ُحبِه َذ ِوى الح ُق حرٰٓب َوالحيَ ت ٓٓمى َوالح َم ٓسك ح‬
َّ ‫ْي َوابح َن‬ َ ‫ْي ۚ َوآتَى الح َم‬ َ ِ‫ٓب َوالنَّب‬
َّۤ ِ‫الزٓكوةَ ۚ والحموفُو َن بِعه ِد ِهم ا‬ ۚ ‫الرق‬
‫الصِ ِِبيح َن ِِف الحبَأح َسا ِء‬
ٓ ‫اه ُد حوا ۚ َو‬ ‫ع‬ ‫ا‬ ‫ذ‬
َ
َ َ ‫َ ُ ح َّۤ ح َ ح ح‬ َّ ‫ى‬ ‫ت‬
َ ٓ
‫ا‬‫و‬ ‫ة‬
َ‫و‬
َ َّۤ ٓ
‫ل‬ ‫الص‬
َّ َ َ َِ ‫َو ِِف‬
‫ام‬ َ‫ق‬‫ا‬
َ‫و‬ ِ
‫اب‬
ٓ ِ َّ ٓ ِ ِ َّۤ
‫ك ُه ُم الح ُمتَّ ُق حو َن‬
َ َُ ‫َوالضَّ َ ح َ َ ُ َ ح َ َ َ ُ ح‬
‫ى‬ِٕ ‫ل‬‫و‬‫ا‬‫و‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ق‬‫د‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ي‬ ‫ذ‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫ك‬ ‫ى‬ِٕ ‫ل‬‫و‬ ‫ا‬ ِ
‫س‬ ‫ح‬
‫أ‬ ‫ب‬‫ح‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ْي‬ ‫ح‬ ‫و‬ ‫ء‬ ‫ا‬‫َّر‬
Artinya: Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi
kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir,
malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang
dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba
sahaya, yang melaksanakan salat dan menunaikan zakat, orang-orang yang
menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan,
penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar, dan
mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS Al-Baqarah: 177).

Jamaah Jumat rahimakumullah,


Dari dua ayat di atas, orang yang berpuasa diharapkan akan memiliki kualitas
kesalehan yang otentik dan menjadi pembentuk tindakan yang mulia (al akhlaq al

2
karimah). Perbuatan baiknya wujud kesalehan yang murni, tidak dibuat-buat. Insan
muslim hasil puasa dan membentuk kualitas takwa akan menjadi aktor tangguh dari
segala pandemi virus keburukan dan kemungkaran. Orang yang sungguh-sungguh
bertakwa tidak akan korupsi, baik diawasi maupun tidak diawasi, ketika memperoleh
peluang maupun tidak.
Dengan kata lain, manusia yang bertakwa akan senantiasa menggunakan akal-
budinya dengan baik agar tidak berperangai seperti hewan, sebagaimana peringatan
Allah dalam Al-Qur’an yang artinya: “Dan sungguh, akan Kami isi neraka Jahanam banyak
dari kalangan jin dan manusia. Mereka memiliki hati tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka memiliki mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka seperti hewan ternak,
bahkan lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lengah” (Q.S. Al-A‘rāf: 179).
Memang, perilaku hewaniah itu kadang terlihat bias atau absurd karena sering
dibingkai oleh alam pikiran dan ilmu pengetahuan yang secara teoritik tampak benar
dan “maju”, tetapi sejatinya salah kaprah sehingga merendahkan martabat dan
kemuliaan manusia. Manusia modern yang semestinya membangun kehidupan
dengan keadaban luhur, malah jatuh ke dalam sangkar-besi kemodernan yang
dibangunnya sendiri, sehingga menurut sosiolog Peter L. Berger manusia
menjadi “chaos”, yakni menjalani kehidupan yang kacau. Alam pikiran posmodern
dengan nalar dekonstruksi dapat memutar balik epistemologi ilmu dan kehidupan
yang benar menjadi salah atau disalahkan sebagaimana paradigma “post truth” yang
kini meluas di ruang publik. Kemudian terjadi ironi, yang salah dibenarkan dan
memperoleh dukungan luas, sementara yang benar disalahkan dan diketepikan.
Kehidupan “chaos” seperti itu dalam rujukan nalar sejarah Tanah Jawa disebut hidup
di zaman “Kalabendu” sebagaimana tertulis pada “Ramalan Jayabaya”.
Masih merujuk pada QS Ali Imran134, ibadah puasa idealnya juga harus
semakin menyuburkan jiwa kasih sayang yang setidaknya teraplikasikan dalam
kebiasaannya untuk terus berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit dan bersedia
memberi maaf orang yang berbuat salah kepadanya bukan malah sebaliknya menjadi
insan pengumbar amarah bukan penahan amarah. Jika tidak mau membantu sesama
jangan bertindak semaunya. Jika tidak dapat memberi solusi atas masalah yang
dihadapi, jangan menjadi bagian dari masalah dan mengabaikan masalah. Nilai kasih
sayang antar manusia terhubung dengan kasih sayang Tuhan, sebagaimana hadits
Nabi yang artinya: “Orang-orang yang penyayang itu akan dikasihi oleh Yang Maha
Penyayang dan Yang Mahasuci lagi Mahatinggi, maka sayangilah makhluk yang ada di bumi
niscaya kalian akan disayangi oleh makhluk yang ada di langit.” (H.R. ‘Abdullāh bin ‘Amr
ra).
Hukum evolusi alam hanya memberi peluang organisme unggul yang akan
mampu bertahan dalam perjuangan hidup. Narasi itu sejalan dengan hukum siapa
yang kuat maka dia yang menang dalam teori “survival of the fittest” dari sosiolog
Herbert Spencer. Sebaliknya, ajaran welas asih dari Al-Mā‘ūn justru mendasarkan
perjuangan hidup secara bersama sehingga yang kuat mau berbagi dengan yang

3
‫‪lemah, bukan sebaliknya mengorbankan yang lemah. Mereka yang lemah pun tetap‬‬
‫‪berbuat baik terhadap sesama.‬‬
‫‪Karena itu, agar puasa tidak berhenti menjadi ritual ibadah yang formalistis‬‬
‫‪mengikuti rukun syariat semata, jadikan ibadah tahunan tersebut sebagai proses‬‬
‫‪transformasi rohaniah yang aktual. Itu demi menuju terbentuknya umat Islam‬‬
‫‪berkualitas dan tampil sebagai khalifah di muka bumi.‬‬

‫اْلَكِحي ِم‪َ ,‬وتَ َقبَّ َل‬ ‫تو ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ ِِِ‬ ‫ِ ِ‬


‫الذ حك ِر ح‬ ‫اآلَي َ‬ ‫َِب َرَك هللاُ ِ حِل َولَ ُك حم ِِف الح ُقحرآن الح َعظحي ِم‪َ ,‬ونَ َف َع ِ حِن َوإِ ََّي ُك حم ِبَا فحيه م َن َ‬
‫استَ حغ ِفُر هللاَ الح َع ِظحي َم ِ حِل َولَ ُك حم‬ ‫ِ‬ ‫ِم ِِن وِمحن ُكم تِالَوتَه إِنَّه هو َّ ِ‬
‫السمحي ُع الح َعلحي ُم‪ .‬أَقُ حو ُل قَ حوِ حِل َه َذا َو ح‬ ‫ح َ ح َ ُ ُ َُ‬
‫استَ غح ِفُرحوهُ‪ ،‬إِنَّهُ ُه َو الحغَ ُف حوُر َّ‬
‫الر ِححي ُم‬ ‫فَ ح‬
‫‪Khutbah kedua‬‬

‫الس َم ِاء بُُرحو ًجا َو َج َع َل فِحي َها‬ ‫ص ح ًريا‪ ،‬تَبَ َارَك الَّ ِذ حي َج َع َل ِِف َّ‬ ‫َلِل الَّ ِذي َكا َن بِعِب ِادهِ خبِريا ب ِ‬
‫َ َ حً َ‬ ‫ح‬
‫اَ حْلم ُد َِِّ‬
‫َح‬
‫اجا َوقَ َمًرا ُمنِ ح ًريا‪ .‬أَ حش َه ُد اَ حن الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ وأَ حش َه ُد اَ َّن ُُمَ َّم ًدا َعحب ُدهُ ُوَر ُسولُهُ الَّ ِذ حي بَ َعثَهُ ِِب حْلَ ِق‬ ‫سَر ً‬
‫ِ‬
‫اجا ُمنِ ح ًريا اللهم صل و سلم على هذا النيب الكرمي و‬ ‫ِِ ِ‬
‫اْلَ ِق ِبِِ حذنه َوسَر ً‬ ‫بَ ِش ح ًريا َونَ ِذيح ًرا‪َ ،‬وَداعِيَا إِ ََل ح‬
‫على آله و أصحابه و من تبعهم ِبحسان إَل يوم الدين‪ .‬أما بعد‬
‫ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ص ِل‬ ‫صلُّوا َعلَحيه َو َسل ُم حوا تَ حسلحي ًما‪ .‬اَللَّ ُه َّم َ‬ ‫آمنُ حوا َ‬ ‫َّيب‪ََ ،‬يأَيُّ َها الَّذيح َن َ‬‫صلُّ حو َن َعلَى النِ ِ‬ ‫إِ َّن هللاَ َوَمالَئ َكتَهُ يُ َ‬
‫ٍ‬ ‫علَى ُُم َّم ٍد َكما صلَّيت علَى إِب ر ِاهيم وعلَى ِ ِ‬
‫ت َعلَى‬ ‫آل إِبح َراهحي َم‪َ .‬وَِب ِرحك َعلَى ُُمَ َّمد َك َما َِب َرحك َ‬ ‫َ َ َ َ ح َ َ حَ ح َ َ َ‬
‫َححي ٌد ََِمحي ٌد‬
‫ك َِ‬ ‫ِ‬ ‫إِب ر ِاهيم وعلَى ِ ِ‬
‫ْي‪ ،‬إِنَّ َ‬‫آل إِبح َراهحي َم ِِف الح َعالَم ح َ‬ ‫حَ ح َ َ َ‬
‫ك ََِسحي ٌع‬ ‫ات‪ ،‬إِنَّ َ‬‫ات احألَحي ِاء ِمحن هم واحألَمو ِ‬ ‫ات والحم حؤِمنِْي والحم حؤِمنَ ِ‬ ‫اَللَّه َّم ا حغ ِفر لِلحمسلِ ِمْي والحمسلِم ِ‬
‫ح َ ُ ح َ َح‬ ‫َ ُ‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫ُ ح ُ ح حَ َ ُ ح َ َ ُ‬
‫ك‬ ‫اف َوالحغِ ََن‪ .‬اَللَّ ُه َّم إِ ََّّن نَ حسأَلُ َ‬ ‫ك ا حْلَُدى َوالتُّ َقى َوالح َع َف َ‬ ‫ات اَللَّ ُه َّم إِ ََّّن نَ حسأَلُ َ‬‫َّعو ِ‬
‫ب الد ح َ‬
‫قَ ِري ِ‬
‫ب َُمحي ُ‬ ‫حٌ‬
‫ْي‪ .‬اَللَّ ُه َّم‬ ‫ك َي أَرحم َّ ِ ِ‬ ‫ك ُش حكر نِعمتِ‬ ‫الر حش ِ‬
‫ات ِِف احأل ُُم حوِر‪َ ،‬ونَ حسأَلُ َ‬
‫الراَح ح َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ َ‬ ‫ح‬ ‫َ‬ ‫ل‬
‫ُ‬‫َ‬‫أ‬ ‫ك َع ِزحْيَةَ ُّ َ ح‬
‫س‬ ‫َ‬‫ن‬‫و‬ ‫‪،‬‬ ‫د‬ ‫الثَّبَ َ‬
‫ِ ِ‬
‫آلخرةِ‬ ‫ِ َّ ِ ِ ِ‬ ‫أحِ ِ ِ‬
‫َحس حن َعاقبَ تَ نَا ِف احأل ُُم حورُكل َها َوأَجحرََّن م حن خ حز ِي الدُّنحيَا َو َع َذاب اح َ‬
‫ِ‬
‫الس ِمحي ُع‬ ‫ت َّ‬ ‫ك أَنح َ‬ ‫اب النَّا ِر‪َ .‬ربَّنَا تَ َقبَّ حل ِمنَّا إِنَّ َ‬ ‫ِ‬
‫َربَّنَا آتنَا ِِف الدُّنحيَا َح َسنَةً َوِِف اآلخَرةِ َح َسنَةً َوقنَا َع َذ َ‬
‫ِ‬
‫الر ِححي ُم‬ ‫ِ‬
‫اب َّ‬ ‫ت الت ََّّو ُ‬ ‫ك أَنح َ‬ ‫ب َعلَحي نَا إِنَّ َ‬ ‫الح َعلحي ُم‪َ .‬وتُ ح‬
‫ان َوإِيحتَ ِاء ِذي الح ُق حرَٰب َويَحن َهى َع ِن الح َف حح َش ِاء َوالح ُمحن َك ِر‬ ‫عِب َاد هللاِ‪ ،‬إِ َّن هللا َيحمر ِِبلحع حد ِل واح ِإلحس ِ‬
‫َ َ ُُ َ َ ح َ‬ ‫َ‬
‫ضلِ ِه يُ حع ِط ُك حم‪،‬‬ ‫اسأَلُحوهُ ِم حن فَ ح‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َوالحبَ حغ ِي‪ ،‬يَعظُ ُك حم لَ َعلَّ ُك حم تَ َذ َّكُرحو َن‪ .‬فَاذح ُكُروا هللاَ الح َعظحي َم يَ حذ ُكحرُك حم‪َ ،‬و ح‬
‫ِ ِ‬
‫َولَذ حكُر هللا أَ حك َِبُ‬

‫‪4‬‬

Anda mungkin juga menyukai