FARMASETIKA
Oleh :
apt. Dwi Bagus Pambudi, M.Farm., MH (Kes).
apt. Wulan Agustin Ningrum, M.Farm.
i
BIODATA MAHASISWA
NAMA :
NIM :
KELAS :
ALAMAT :
TELEPON :
EMAIL :
Pas Foto
4x6
Warna
ii
VISI DAN MISI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
VISI:
Menjadi Universitas yang unggul di tingkat nasional berdasarkan nilai-nilai Islam pada tahun
2029
MISI:
1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan iman dan taqwa berdasarkan Al Islam
dan Kemuhammadiyahan.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan standar keilmuan nasional
dan internasional
3. Mengembangkan penelitian berdasarkan perkembangan ilmu pengetahuan terkini
4. Melaksanakan pengabdian masyarakat atas dasar perkembangan IPTEK dan tanggung
jawab sosial
iii
VISI DAN MISI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
VISI:
Menjadi fakultas ilmu kesehatan yang unggul di tingkat nasional berdasarkan nilai-nilai islam
pada tahun 2029
MISI:
1. Menyelenggarakan pembinaan dan pengembangan iman dan taqwa berdasarkan Al Islam
dan Kemuhammadiyahan
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bidang ilmu kesehatan dan pendidikan
berdasarkan standar keilmuan nasional dan internasional terkini yang terintegrasi dengan
nilai-nilai Islami
3. Meningkatkan dan mengembangkan penelitian dan publikasi sesuai perkembangan ilmu
pengetahuan terkini
4. Meningkatkan dan mengembangkan pengabdian masyarakat berdasarkan hasil
penelitian, perkembangan IPTEK dan tanggung jawab sosial.
iv
VISI DAN MISI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
VISI:
Pada tahun 2029 menjadi program studi penyelenggara pendidikan sarjana farmasi yang
unggul dalam bidang farmasi klinis berbasis bahan alam di tingkat nasional berdasarkan nilai-
nilai Islam.
MISI:
1. Menyelenggarakan pembinaan keimanan dan ketaqwaan berdasarkan Al Islam dan
Kemuhammadiyahan.
2. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran berdasarkan standar ilmu kefarmasian
nasional dan internasional terkini yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islami.
3. Meningkatkan dan mengembangkan penelitian dalam bidang farmasi klinis berbasis
bahan alam serta menggunakan hasil penelitian dalam pembelajaran.
4. Meningkatkan dan mengembangkan pengabdian masyarakat berdasarkan hasil penelitian
bidang farmasi klinis berbasis bahan alam, perkembangan IPTEK dan kearifan lokal.
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan karunianya sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan “Buku Petunjuk Praktikum Farmasetika” untuk program
studi Sarjana Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pekajangan,
Pekalongan.
Buku petunjuk praktikum ini dibuat untuk membantu mahasiswa agar dapat
melaksanakan praktikum dengan baik sesuai dengan teori yang telah diperoleh di
perkuliahan. Dalam buku petunjuk praktikum ini dipaparkan beberapa prosedur pembuatan
resep.
Kami berharap semoga dengan adanya buku penuntun ini memberikan kontribusi
terhadap peningkatan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa dalam menempuh mata
kuliah Farmasetika.
Kepada semua pihak yang telah membantu tersusunnya petunjuk praktikum ini, kami
ucapkan terima kasih dan akan ada usaha berkelanjutan untuk selalu menyempurnakan buku
petunjuk praktikum ini sesuai dengan keperluan dan kemajuan di bidang ilmu Formulasi
Sediaan Farmasi khususnya Farmasetika.
Penyusun
vi
TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Praktikan hadir maksimal 15 menit sebelum praktikum dimulai dan wajib membawa
laporan sementara serta laporan resmi praktikum.
2. Praktikan yang tidak membawa kartu praktikum, laporan sementara dan/atau laporan
resmi tidak diperkenankan mengikuti praktikum.
3. Praktikan yang berhalangan hadir harus menyerahkan surat izin dari orang tua atau wali
serta dilampiri surat keterangan dokter apabila sakit sebelum praktikum dimulai.
4. Praktikan wajib mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir atau memakai
hand sanitizer pribadi serta wajib dicek suhu badannya sebelum memasuki laboratorium.
5. Praktikan wajib mengenakan alat pelindung diri saat praktikum yang meliputi : Jas
Praktikum, Masker (medis atau kain) dan Faceshield (jika diperlukan).
6. Praktikan yang berjilbab wajib memasukkan jilbabnya ke dalam jas praktikum.
7. Praktikan yang berambut panjang harus mengikat rambutnya.
8. Praktikan tidak boleh berkuku panjang dan tidak boleh memakai kutek.
9. Praktikan tidak boleh memakai perhiasan selama praktikum.
10. Praktikan wajib berdo’a sebelum dan sesudah praktikum.
11. Praktikan dilarang makan, minum dan merokok di dalam laboratorium serta harus ikut
menjaga kebersihan laboratorium.
12. Praktikan harus meminjam alat dan menuliskan bahan yang akan digunakan saat
praktikum minimal 1 hari sebelum praktikum dimulai.
13. Praktikan harus siap dengan materi praktikum dan bertanggungjawab terhadap alat yang
telah diserahkan selama praktikum.
14. Praktikan wajib membaca do’a sebelum memulai praktikum
vii
16. Praktikan wajib mengganti alat yang dipecahkan atau dirusakkan dengan alat yang sama
atau membayar denda paling lambat 2 minggu sejak alat tersebut pecah atau rusak.
17. Praktikan yang tidak melaporkan kerusakan alatnya pada saat praktikum akan mendapat
sanksi denda administrasi dan wajib mengganti alat yang dirusakkan.
18. Praktikan setelah selesai praktikum, tidak diperkenankan meninggalkan laboratorium
sebelum ada izin dari dosen pengampu praktikum.
19. Praktikan wajib membawa kartu praktikum dan kotak alat.
20. Praktikan wajib bersikap sopan, santun, tenang, dan tertib selama praktikum berlangsung
serta wajib mentaati tata tertib laboratorium.
21. Praktikan yang tidak mengindahkan hal-hal di atas, dapat dikenakan sanksi (tidak dapat
melanjutkan praktikum).
22. Praktikan wajib membaca do’a setelah selesai praktikum
viii
23. Bobot Penilaian
24.
Artinya :
“Tidaklah Allah menurunkan suatu penyakit, melainkan akan menurunkan pula obat
untuk penyakit tersebut.” (HR. Bukhari).
ix
DAFTAR IpSI
C. Inkompatibilitas .................................................................................................... 13
x
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM PELAKSANAAN
PRAKTIKUM FARMASETIKA
1. Periksalah alat-alat yang ada di almari meja kerja dan anak timbangan. Apakah sudah
lengkap atau belum. Apabila ada yang kurang atau rusak supaya segera melapor
kepada pengawas.
2. Sebelum bekerja terlebih dahulu seluruhnya satu resep yang akan dibuat (apa yang
akan disediakan).
3. Sebelum memulai menimbang, periksalah :
a) Kebersihan neraca
b) Kertas perkamen di bawah daun neraca
c) Pada saat menimbang kuk dinaikkan (neraca dibuka), bila sudah seimbang
letakkan kertas masing-masing daun neraca.
4. Untuk menyetarakan wadah, pakailah cawan plastik yang diberi batu tara atau silikal
gel yang diletakkan di daun neraca sebelah kiri.
5. Bila hendak menimbang zat :
Di neraca gram :
a) Untuk bahan obat yang beratnya 1 gram atau lebih
b) Menambah zat, boleh dalam keadaan terbuka
c) Mengurangi zat, neraca ditutup dulu
Di neraca milligram :
a) Untuk bahan obat yang beratnya kurang dari 1 gram, minimal 50 mg
b) Menambah dan mengurangi zat harus dalam keadaan posisi tertutup
(karena sangat peka).
Perhatian : Bahan obat < 50mg harus dilakukan pengenceran
Setelah selesai menimbang, neraca ditutup kembali. Periksalah lagi anak timbangan.
6. Bahan obat yang belum langsung dikerjakan jangan ditimbang dulu supaya meja kerja
tidak penuh dan untuk memperkecil kekeliruan mencampur, juga untuk menghindari
pengotoran.
7. Memakai alat-alat (lumpang, alu, dll) sesedikit mungkin yang diperlukan saja (untuk
menghindari kerusakan). Sebelum memakai alat-alat harus dilap dulu dengan lap di
meja.
8. Setelah selesai membuat resep, masukkan hasil obat ke dalam wadah yang tepat.
1
9. Segera tempelkan etiketnya yang telah ditulis sebelum mulai resep baru. Kembalikan
alat-alat dan bersihkan.
10. Bila sudah selesai, bersihkan semua alat-alatnya dan periksa lagi apakah masih ada
yang kotor atau belum lengkap.
11. Rapikan kembali meja kerja, botol-botol persediaan di depan meja, tempat etiket dan
lain – lain seperti semula.
2
ALAT – ALAT YANG DIPAKAI UNTUK PRAKTIKUM FARMASETIKA
3
c. Sendok porselen/kaca : untuk menimbang zat yang bersifat oksidator.
10. Spatel (solet)
Untuk menimbang zat lunak, macamnya : dari logam, penyu, dan porselen.
11. Batang pengaduk
Untuk mengaduk rebusan/hasil reaksi.
12. Kruss
Wadah kecil dari porselen yang disertai tutup. Digunakan untuk menimbang bahan
obat yang mudah menguap.
13. Papan pencetak, penggulung, pemotong, pembuat pil
14. Penangas air
Bentuknya empat persegi panjang dengan lubang-lubang bulat di atasnya yang diisi
air untuk dididihkan, gunanya : untuk memanaskan, merebus, melelehkan,
mereksikan
15. Macam-macam kertas yang dipakai :
a. Kertas timbang : untuk menyetarakan dan menimbang zat padat
b. Kertas perkamen : untuk membungkus serbuk
c. Kertas paraffin : untuk menimbang zat lunak, membungkus suppo
16. Corong
Sebagai alat bantu menyaring, memasukkan cairan ke botol. Terbuat dari kaca atau
plastic
17. Macam-macam alat penyaring :
a. Kapas : untuk menyaring larutan dengan bantuan corong
b. Kain kasa : untuk menyaring salep yang dilebur
c. Kain kola : untuk menyaring rebusan
d. Kertas saring : untuk menyaring obat-obat mata dengan bantuan corong
18. Etiket
Disesuaikan dengn wadah, macamnya :
a. Warna : Biru > untuk obat luar
Putih > untuk obat dalam
b. Ukuran : ada yang besar dan ada yang kecil
19. Anak timbangan
a. Gram, terbuat dari kuningan
b. Milligram, terbuat dari alumunium
20. Wadah hasil :
4
a. Botol untuk cairan yang disesuaikan dengan volumenya
b. Botol tetesan atau botol kecil yang dilengkapi pipet
c. Botol bedak untuk serbuk tabor
d. Pot kecil/botol kecil untuk pil
e. Pot untuk salep
f. Plastic klip untuk serbuk
5
PEDOMAN CARA-CARA PRAKTIKUM FARMASETIKA
Menyetarakan neraca/timbangan
Daun neraca : setimbangkan dengan mengulir sekrup yang ada dekat anting
dengan pedoman menambah beban diulir ke tepi, mengurangi beban diuir ke
dalam.
Setimbangkan kertas timbang di atas daun neraca.
Letakkan wadah di daun neraca sebelah kanan, disetarakan dengan bantuan
cawan plastik yang diisi batu/silica gel yang diletakkan di daun neraca sebelah
kiri.
Menimbang
Setelah daun neraca dan wadah seimbang, ambil anak timbang yang
dikehendaki, letakkan di atas daun neraca sebelah kiri. Jangan dimasukkan di dalam
wadah tara.
Zat (masa) yang paling banyak digerus terlebih dahulu, dikeluarkan dari
lumpang, kemudian masukkan zat yang sedikit dan geruslah. Selanjutnya masukkan
masa tadi sama banyak dengan yang ada dalam lumpang dan aduk sampai rata,
koretlah dan tambahkan lagi sama banyak dengan yang ada dilumpang sampai habis,
hingga semuanya tercampur rata.
Lap dahulu lumpang dan alunya, letakkan di atas serbet lipat. Masukkan zat
padatnya ke dalam lumpang dn gerus isi lumpang dengan posisi alu tegak
6
digerakkan searah jarum jam dengan tangan kanan dan ibu jari menekan di
ujung gagang alu.
Cara mengoret dimulai dari alunya dulu dan setelah bersih baru lumpangnya,
kemudian letakkan pengoret tersebut di atas kertas, jangan langsung di meja
atau di atas serbet.
Kristal champor dilarutkn dulu dengan etanol sampai tak terasa kristalnya, kemudian
masukkan pengisi netral aduk sampai kering jadi serbuk.
Cara mengayak
Ambil ayakan dengan modul yang dikehendaki. Bersihkan wadah dan kasanya
dengan sikat ayakan. Setelah dipasangkan masukkan bahan yang diayak langsung dari
botol, tutuplah dan goyang-goyangkan sambil ditepuk-tepuk supaya bahan obat yang
menyumbat akan cepat turun, setelah hasilnya cukup timbanglah sesuai dengan yang
dikehendaki.
Dengan neraca gram, tarakan wadah, ambil anak timbang 1 gram tetesi cairan sampai
setimbang, misalnya = a tetes.
7
A. KEABSAHAN DAN KELENGKAPAN RESEP
Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan, praktisi lain
yang berijin kepada Apoteker Pengelola Apotik atau APA untuk membuat dan menyerahkan
obat kepada pasien.
Resep harus ditulis dengan lengkap dan jelas. Berdasarkan SK Menkes RI No.
26/Menkes/1981 Bab III Pasal 10, Resep dikatakan sah dan lengkap jika memuat :
1. Nama, alamat dan nomor ijin praktek dokter
2. Tanggal penulisan resep (inscriptio).
3. Nama obat / komponen obat.
4. Tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
5. Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura).
6. Tanda tangan atau paraf dokter penulis resep, sesuai dengan perundang-undangan
yang berlaku (subscriptio).
7. Nama pasien.
8. Alamat lengkap pasien.
9. Tanda seru atau paraf dokter untuk resep yang mengandung obat yang jumlahnya
melebihi dosis maksimal.
Hal-hal yang harus diperhatikan :
1. Yang berhak meminta copy resep yaitu dokter penulis resep, pasien, petugas
kesehatan, petugas lain yang berwenang berdasarkan peraturan perundang-
undangan.
2. Resep dapat ditulis kembali dalam bentuk salinan resep atau disebut juga copy
resep atau apograph. Selain memuat semua keterangan pada resep asli, copy resep
memuat : Nama Apotek dan alamatnya, nama Apoteker dan nomor SIK/SIA nya,
tanda tangan Apoteker Pengelola Apotek dan tanda “det” jika obat sudah
diserahkan dan “ne det” jika obat belum diserahkan.
3. Bila dokter ingin resepnya yang mengandung obat keras diulang, dokter akan
menulis iter (diulang) pada bagian kiri atas resep.
4. Untuk penderita yang segera memerlukan obatnya, dokter menulis pada bagian
kanan resep : Cito, statim atau urgen (segera) atau PIM = Periculum in mora
(berbahaya jika ditunda).
8
5. Bila dokter tidak ingin resepnya yang mengandung obat keras tanpa
sepengetahuannya diulang, doketr akan menulis NI = ne iteratur (tidak boleh
diulang).
9
Alur/ Rantai Pelayanan Obat
Penerimaan Resep
Screening Resep :
- Persayaratan Administrasi
- Kesesuaian Farmasetik
- Pertimbangan Klinis
Etiket
Penyiapan Obat
- Pemanggilan Pasien
- Penyerahan Obat
- Informasi/ konseling
10
3. Pertimbangan Klinis : Adanya alergi, efek samping, interaksi obat. Jika ada
keraguan terhadap resep hendaknya dikonsultasikan kepada dokter penulis
resep dengan memberikan pertimbangan dan alternatif seperlunya, bila
perlu menggunakan persetujuan setelah pemberitahuan.
11
B. PEMBUATAN RESEP STANDAR
Yang dimaksud dengan resep standar adalah resep- resep yang terdapat pada buku-
buku standar. Resep –resep ini masih banyak digunakan sebagai acuan dan seringkali
komposisinya dimodifikasi dengan obat-obat lain. Buku-buku standar yang banyak
digunakan sebagai referensi adalah :
1. Pharmacope Nederland ed. V
2. Formularium Indonesia
3. CMN
4. FNA
5. FMI
6. ISO, dll
Masalah – masalah pada pembuatan resep standar lebih dititikberatkan pada aspek teknis
farmasetisnya. Masalah teknis mencampurkan bahan obat dari resep standar dengan
bahan obat tambahan lainnya.
Contoh : R/ OBP 60
Adde :
CTM mg 12
Paracetamol 2,5
m.f.Potio
S.t.d.d. Cth I
Pro : Rista
12
C. INKOMPATIBILITAS
1. Inkompatibilitas Fisika
Yang dimaksud dengan inkompatibilitas atau tak tercampurkannya secara
fisika adalah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada waktu
mencampurkan bahan obat tanpa ada perubahan susunan kimianya. Bahan obat yang
dicampurkan tidak memberikan suatu campuran yang serba sama (homogen).
Beberapa peristiwa yang termasuk inkompatibilitas secara fisika antara lain adalah :
a. Meleleh dan menjadi lembabnya campuran serbuk
Apabila dua macam serbuk kering dicampur akan terjadi perlelehan atau
campuran menjadi lembab atau lengket, semuanya ini dapat disebabkan oleh hal-
hal sebagai berikut :
1). Penurunan titik lebur
Terjadinya penurunan titik lebur campuran serbuk dibanding titik lebur
masing-masing serbuk.
Contoh :
R/ Menthol 5
Camphor 2
Talk ad 150
m.f.pulv.adsp
S.u.c
Pro : Aris
Contoh :
R/ Kalii Bromida 0,200
Natrii Iodida 0,400
Sacch. Laktis q.s
m.f.pilv.d.t.d. No. XV
S.t.d.d.pulv. I
Pro : Ny. Anna
Campuran serbuk menjadi lembab karena adanya Kalii Bromida dan Natrii
Iodida.
13
3). Bebasnya air hablur
Disebabkan oleh terbentuknya suatu garam rangkap dengan air hablur yang
lebih sedikit daripada air hablur garam-garam penuyusunnya atau bebasnya air
yang disebabkan oleh terjadinya suatu reaksi kimia.
Contoh :
MgSO4. 7 H2O + Na2SO4. 10 H2O Na2SO4.
MgSO4. 4 H2O + 13 H2O Lembab
R/ Magnesii sulfat 10
Natrii sulfat 13
Natrii Chlorida 5
m.f.pulvis
S.t.d.d.C.I
Pro : Tn. Isman
Campuran serbuk menjadi lembab disebabkan karena terbentuknya garam
rangkap dengan bebasnya air hablur dari magnesii dan natrii sulfat.
b. Tidak dapat larut dan tidak dapat bercampur
Contoh :
R/ Atropin Sulfas 0,100
Olium Olivae 5
m.f.guttae opthalm
S.t.d.d.gtt 1 o.d
Pro : Tn. Andika
Atropin sulfas sebagai garam alkaloid tidak dapat larut dalam minyak.
R/ Ol. Ricini 10
Syr. Simplex 5
Aqua ad 100
m.f.pot
S.haust
Pro : Tn. Krisna
Oleum ricini tidak dapat campur dengan aqua.
c. Penggaraman
Yang dimaksud dengan penggaraman adalah pengurangan kelarutan dari zat-zat
dengan jalan menambahkan garam-garam atau zat-zat yang dapat larut ke dalam
larutannya, sehingga zat yang disebut terlebih dahulu tidak lagi dalam keadaan
terlarut.
14
Contoh :
R/ Chinin HCL 2
Amm. Chlorida 10
Aqua
m.f.pot
S.t.d.d.C.I
Pro : Danny
Sebagian Chinin HCL dapat larut lagi dengan adanya Amm. Chlorida.
d. Adsorpsi
Contoh :
R/ Kalii Iodida 5
Ext. Belladon 0,05
Norit 1
m.f.pil. No. LX
S.b.d.d Pil I
Pro : Annisa
Norit mengadsorpsi alkaloida, setelah diadsorpsi kemudian dilepaskan.
2. Inkompatibilitas Kimia
Perubahan- perubahan yang terjadi oleh karena timbulnya reaksi – reaksi
kimia pada waktu mencampurakan bahan-bahan obat dapat disebabkan oleh hal yang
berbeda-beda dan hasil reaksinya sangat beragam. Tak tercampurkannya atau
inkompatibilitas secara kimia dapat terjadi dalam beberapa golongan, antara lain
sebagai berikut :
a. Reaksi – reaksi dimana oleh karena perubahan – perubahan dari kedua
belah pihak reaksi terbentuk suatu endapan yang tak dapat larut.
Contoh :
R/ Zinci Sulfat 0,40
Na. Biborat 1,00
Aquadest ad 100
S. Collyrium
Pro : Hendra
Resep ini menghasilkan suatu campuran yang keruh karena terbentuknya seng
borat basa. Jika Na Biborat diganti dengan asam borat maka kombinasi tersebut
tetap jernih.
15
b. Reaksi –reaksi yang berasal dari pengaruh zat-zat yang bereaksi asam atau
basa.
Reaksi-reaksi dimana oleh pengaruh dari zat-zat yang bereaksi asam atau basa
dapat mengakibatkan pembentukan gas, antara lain sebagai berikut :
R/ Phenol 3
Natrii bicarb 10
Natrii biborat 10
Glycerin 35 cc
S.Gtt.auric
Pro : Adi
Pada resep tersebut, reaksi asam dari boroglycerol dapat menyebabkan
pembentukan CO2.
c. Reaksi- reaksi yang terjadi oleh karena oksidasi atau reduksi.
Reaksi ini banyak dipengaruhi oleh cahaya.
Contoh : R/ Bismuth subnitrat 10
Zinc. Oxid
Talk venetum
Glycerin
Aquadest aa ad 100
Pro : Arya
Jika didiamkan pada cahaya dengan cepat akan terjadi warna hitam, dikarenakan
akan terbentuknya logam bismuth.
d. Perubahan warna
Jika terjadi perubahan warna, dalam banyak hal akan menimbulkan kesulitan-
kesulitan. Kita tidak dapat mengetahui susunan kimia dari hasil reaksi yang
berwarna.
Contoh : R/ Codein Phospat 0,020
Papaverin HCl 0,020
Acetosal 0,200
Amidopyrin 0,200
m.f.pulv.d.t.d No. XV 0,200
S.t.d.d.pulv I
Pro : Sania
Campuran antara amidopirin dengan asetosal, setelah beberapa lama akan
menunjukkan warna kuning dan campuran menjadi agak lengket.
e. Tak tercampurkannya dengan sediaan galenika
Sari-sari nabati yang biasanya bereaksi asam menyebabkan timbulnya CO2 dari
karbonat – karbonat dan hydrogen karbonat. Zat – zat samak hampir selamanya
16
terdapat dalam sari – sari nabati. Dengan garam – garam dari logam berat, zat –
zat samak memberikan persenyawaan yang tidak larut.
f. Tidak stabil dalam larutan
D. PENGATURAN DOSIS
Dosis obat merupakan hal yang penting, karena kelebihan atau kekurangan dosis
akan mengakibatkan efek yang membahayakan. Dosis suatu obat adalah dosis pemakaian
sekali, biasanya peroral, atau jika disebutkan lain. Dosis terapi adalah dosis yang terdapat
dalam resep yang dapat menyembuhkan penderita atau pasien. Dosis lazim adalah dosis yang
tercantum dalam literatur yang lazimnya dapat menyembuhkan. Dosis lazim digunakan
untuk pedoman dalam penulisan dosis terapi.
Dosis maksimal adalah dosis terbanyak yang dapat diberikan tanpa menimbulkan bahaya.
Dosis maksimal untuk anak – anak dapat diperhitungkan dengan membandingkan dengan
dosis maksimal dewasa.
Untuk dosis anak – anak kurang dari 8 tahun menggunakan rumus Young :
DM Anak = n x DM Dewasa
n + 12
n = umur anak
Untuk usia dari 8 tahun – 20 tahun menggunakan rumus Dilling :
DM Anak = n x DM Dewasa
20
n = umur anak
Apabila dalam resep tersebut terdapat dua atau lebih obat yang mempunyai khasiat
yang sama, maka dosis – dosis yang ada dihitung sebagai berikut :
Dosis A + Dosis B + dan seterusnya ≤ 1
DM A DM B
17
Diriwayatkan oleh Imam Muslim:
Artinya:
“Setiap penyakit pasti memiliki obat. Bila sebuah obat sesuai dengan penyakitnya maka dia
akan sembuh dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta’ala.” (HR. Muslim)
E. INTERAKSI OBAT
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat yang disebabkan oleh adanya obat
(termasuk makanan/minuman) yang digunakan sebelum atau pada waktu yang bersamaan.
Pada penulisan resep seringkali beberapa obat diberikan secara bersamaan. Hal ini
memungkinkan suatu obat berinteraksi dengan lainnya. Ada berbagai alasan penggunaan
kombinasi antara lain karena pasien mengalami berbagai penyakit yang masing – masing
perlu pengobatan segera atau pada kondisi penyakit tertentu seperti ginjal, kanker dan infeksi.
Kombinasi obat dapat memperkuat atau memperlemah, memperpanjang atau memperpendek,
bahkan dapat menimbulkan toksis dari obat lainnya.
Interaksi farmakologi berkaitan dengan obat yang berinteraksi dengan tubuh
manusia. Menurut jenis mekanisme kerja interaksi farmakologi dibedakan ke dalam interaksi
farmakodinamika dan farmakokinetika.
Interaksi farmakodinamik merupakan efek obat terhadap tubuh, meliputi :
1. Absorpsi : dipengaruhi oleh kecepatan dan jumlah
2. Distribusi : distribusi obat ke seluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sirkulasi, lalu obat
masuk ke jaringan unuk bekerja. Disini terjadi ikatan antara obat dengan protein
(pendesakan obat), dimana obat bebas (aktif) dan obat terikat (tidak aktif).
3. Metabolisme hepatik, meliputi : induksi enzim akan terjadi penurunan kosentrasi obat
atau inhibisi enzim akan terjadi peningkatan konsentrasi obat.
4. Ekskresi, berkaitan dengan klirens ginjal.
Interaksi farmakodinamik merupakan interaksi dimana efek suatu obat diubah oleh obat lain
pada tempat aksinya, bisa meliputi :
- Kompetisi pada reseptor yang sama
- Interaksi obat pada sistem fisiologis yang sama, misalnya :
1. Sinergisme, contoh : antihistamin – diazepam
2. Antagonis, contoh : vitamin k – wafarin (anti koagulan )
18
3. Efek reseptor tidak langsung, contoh : beta bloker (propanolol) – insulin
4. Gangguan cairan dari elektrolit, contoh : obat diuretik – digoksin
Pada pemakaian obat secara oral, besarnya respon farmakologi obat tergantung dari
jumlah dan kecepatan absorbsi dari gastrointestinal. Bercampurnya obat dengan makanan
maupun minuman dapat mempengaruhi sifat fisikokimia isi saluran cerna dan berpengaruh
pada proses fisiologi maupun patofisiologi pasien. Misalnya, makanan dapat merubah
absorbsi melalui perubahan pada ionisasi, stabilitas dan kelarutan. Interaksi obat makanan
dapat merubah jumlah ataupun kecepatan absorbsi obat atau makanan serta waktu
pengosongan lambung. Hal ini bisa berkembang menjadi efek yang tidak dikehendaki.
Pasien yang rentan terhadap interaksi obat :
1). Pasien lanjut usia.
2). Pasien yang minum lebih dari satu macam obat.
3). Pasien yang mempunyai gangguan fungsi ginjal dan hati.
4). Pasien dengan penyakit akut.
5). Pasien dengan penyakit tidak stabil.
6). Pasien yang memiliki karakteristik genetik tertentu.
7). Pasien yang dirawat oleh lebih dari satu dokter.
19
kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian dosis diperlukan pada saat
mulai atau menghentikan penggunaan obat yang menyebabkan interaksi.
3) Memantau pasien
Pemantauan perlu dilakukan jika kombinasi obat yang saling berinteraksi
diberikan. Pemantauan dapat meliputi hal – hal berikut ini :
(a). Pemantauan klinis untuk menemukan berbagai efek yang tidak diinginkan,
hal ini dapat dilakukan oleh seorang dokter dan informasi ditulis pada
catatan medik pasien.
(b). Pengukuran kadar obat dalam darah, hal ini dapat diperlukan bila tersedia
sarana pemantauan yang memadai dan bila ada pertimbangan interaksi
yang potensial berbahaya.
(c). Pengukuran indikator interaksi.
4) Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya, jika interaksi obat tidak bermakna
klinis, atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan
yang optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan tanpa perubahan.
Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut: ْ
Telah disampaikan kepada kami oleh Muhammad bin Ubadah al-Wustha,
telah menyapaikan kepada kami Yazid bin Harun, telah mengkhabarkan kepada kami
Ismail bin Iyasy dari Ts’labah bin Muslim dari Imran al-Anshari dari Abi al-Darda’
dari bapaknya dia berkata, Rasulullah saw telah bersabda” Sesunggguhnya Allah
menurunkan penyakit dan obat dan menciptakan untuk tiap penyakit ada obatnya,
makaberobatlah dan jangan berobat dengan sesuati yang haram” (HR Abu Daud, juz
10, no 3376).
20
CONTOH RESEP :
Skining Resep :
PERSYARATAN ADMINISTRASI
1. Kelengkapan Resep
Tidak ada nomor ijin praktek dokter
Tidak ada tanggal penulisan resep
Tidak ada tanda tangan / paraf dokter penulisan resep.
2. Kejelasan resep
Cukup jelas
KESESUAIAN FARMASETIKA
1. Inkompatibilitas
Problem : Adanya inkompatibilitas antara theopyllin dan ephedrine,
dimana campuran serbuk menjadi lengket, berwarna kuning.
Pengatasan : Ephedrin diganti dengan ephedrine HCL. (Arkel, 1963).
21
2. Perhitungan dosis
Theopyllin :
DM : 500 mg / 1 g (Anonim, 1979)
Perhitungan DM untuk 15 tahun :
DM sekali : 15 x 500 mg = 375 mg
20
DM sehari : 15 x 1000 mg = 750 mg
20
Pemakaian menurut resep :
Pemakaian sekali : 300 mg < DM (tidak over dosis)
Pemakaian sehari : 2 x 300 mg = 600 mg < DM (tidak over dosis)
Ephedrin :
DM : 50 mg / 150 mg (Anonim, 1979)
Perhitungan DM untuk 15 tahun :
DM sekali : 15 x 50 mg = 37,5 mg
20
DM sehari : 15 x 150 mg = 112,5 mg
20
Pemakaian menurut resep :
Pemakaian sekali : 30 mg < DM (tidak over dosis)
Pemakaian sehari : 2 x 30 mg = 60 mg < DM (tidak over dosis)
Pehachlor
DM : - / 40 mg (Anonim, 1979)
Perhitungan DM untuk 15 tahun :
DM sehari : 15 x 40 mg = 30 mg
20
Pemakaian menurut resep :
1 tablet pehachlor (CTM) = 4 mg
½ tablet pehachlor (CTM) = 2 mg
Pemakaian sekali : 2 mg
Pemakaian sehari : 2 x 2 mg = 4 mg < DM (tidak over dosis)
22
PERTIMBANGAN KLINIS
1. Interaksi Obat
Asam mefenamat karena menyebabkan iritasi lambung maka aturan pakai untuk
asam mefenamat adalah sesudah makan.
2. Efek samping obat.
CTM dapat menyebabkan rasa kantuk, sehingga setelah mengkonsumsi obat ini
dianjurkan untuk tidak mengemudi.
3. Khasiat
Resep I : Obat asma bronchial
Resep II : Analgetik
PENIMBANGAN BAHAN
Resep I
Theophyllin : 0,300 g x 12 = 3,6 g
Ephedrin : Ephedrin diganti dengan ephedrine HCL.
Penimbangan Ephedrine HCL =
BM Ephedrine HCL x jumlah bahan obat
BM Ephedrin
201,70 x 0,030 = 0,036 g x 12 = 432 mg
165,2
Prednison : ½ tablet x 12 = 6 tablet
Atau
1 tablet prednisone mengandung 5 mg prednisone
Jadi prednisone yang ditimbang : 2,5 mg x 12 = 30 mg
(dilakukan pengenceran !)
Pehachlor (CTM) : ½ tablet x 12 = 6 tablet
Atau
1 tablet pehachlor (CTM) mengandung 4 mg CTM
½ tablet pehachlor (CTM) mengandung 2 mg CTM
Jadi CTM yang ditimbang : 2 mg x 12 = 24 mg
Resep II
Asam mefenamat : 6 tablet
23
CARA KERJA
Ditimbang semua bahan
Dimasukkan theophyllin dan ephedrine HCL dalam mortir dan diaduk sampai
homogen
Ditambahkan prednisone dan CTM, diaduk sampai homogen
Dibagi campuran dalam 10 bungkus
Dimasukkan wadah dan beri etiket yang sesuai.
ETIKET
Resep I
Apotek Ribut
Jl. Ambokembang No. 1
Apoteker : Rizky, S. Farm., Apt.
SIA : 446 / 011 / 2017
No. 1 4 September 2021
Tukul
2 x sehari 1 bungkus serbuk
Sesudah makan
Apotik Ribut
Jl. Ambokembang No. 1
Apoteker : Rizky, S. Farm., Apt
SIA : 446/ 011 / 2017
No. 1 4 September 2021
Tukul
Jika perlu 1 tablet
Sesudah makan
24
LAMPIRAN RESEP
25
Pulveres dan Capsulae
Dr. Nug ,Sp. An Dr. Herri, Sp. An
SIP : 441 / 001/ 2022 SIP : 442 / 002 / 2022
RS. Mitra Sehat Pekalongan (0285) 445231 RS. Siloam Pekalongan (0285) 445222
No. 1 Pekalongan, 05/11/22 No.2 Pekalongan,11/11/22
26
Dr. Nugroho, Sp. An Dr. Bagus, Sp. An
SIP : 441 / 012 / 2024 SIP : 442 / 011 / 2025
RS Mutiara (0285) 448 890 RSU Pekajangan (0285) 447 789
No. 7 Batang, 31/10/2022 No. 8 Pekajangan, 10/11/22
Dr. Antono, Sp. An Dr. Syafitri, S. An
R/ Mucopect
SIP: 44/XI/2022 25 mg R/ Rifampicin
SIP : 789 / 456 / 2024 250 mg
Salbuven
RS. QIM (0285) 392 051 1,25 mg Pehadoxin
RSUD Brayo (0285) 432143 150 mg
No. 1 PehachlorPekalongan, 30/10/2022
1/2 tab No. 2 Vit.Pekalongan,
B Complex8/11/2022 1 tab
Sacch Lact q.s m. f. pulv. dtd No. XXX
R/ OBH m.f.pulv. dtd 50 No. XII R/ Scott’s Emulsion
S 1 dd 1 ac 60 mL
S. t. dd cth II pc S. 2 dd C I p.c
S 3 dd pulv I ---------------------------------------- Ꝭdid
-------------------------------- Ꝭ ---------------------------------- Ꝭ
------------------------------------------ Ꝭ Pro : Nora
Pro :
Pro : Lia (12 th)Fitrah (9 th) Pro : Rista ( 5 th )
Dr. Pambudi, Sp. An Dr. Irsan, Sp. An
Dr. Hanna,
SIP : Sp.
442An/ 011 / 2024 Dr. Wijoyo, Sp.
SIP: An
21/XI/2023
SIP RSUD
: 123 / Batang
456 / 2022
(0285) 447 789 RS. Sahabat
SIP : 423 (0285) 4493 293
/ 011 / 2023
RSUD
No. 9 Brayo (0285) 392 087 25/10/2022
Batang, No. 10Buaran (0285)
RSUD Kedungwuni,
23453124/10/2022
No.4 Buaran, 22/10/22
No. 3 R/ AmoxanPekajangan.316/10/22 R/ Cefat 250 mg
g
CTM 2 mg
Nalgestan 3 tab R/ Dextromethorphan
Codein HBr 560 mgmg
R/ Suspensi Chloramphenicol250100 mgml Diphenhydramine
Epexol m.f.pulv.dtdHCl
No. XII 1 mg/ml
S. 3 dd cth II
Vit. B6 5 tab Ammonium Chlorida 50 mg/cth
da in caps
-----------------------------
SL Ꝭ qs Syr. Simplex
S. 3 dd I caps 15 ml
m. f. pulv No. XII AMP--------------------------------
ad 60Ꝭ ml
Pro: Rindu (10 th) m. f.Pro
potio
da in caps : Anita (15 th)
---------------------------------- Ꝭ S. tdd cth I
Pro: Ruri (12 th) ------------------------------ Ꝭ
Pro : Sintia (8 th)
Dr. Slamet, Sp. An Dr. Nugh, Sp. An
Dr. Joyo.SIP:
Sp.222/X/2023
An Dr. Prabowo,Sp.
SIP : 441 /An 012 / 2025
SIP
RS.: 123 / 456Lima
Bintang / 2022(0285) 391 059 SIP : 442 / 123 / 2022
RS Mutiara (0285) 448 890
RSUD Brayo (0285)
No.11 445678
Ambukembang, 17/11/22 RS. Columbia Asia (0285) 456789
No. 5 Pekalongan, 29/10/2022 No. 12 Batang, 31/10/2022
No.6 Pekajangan, 31/10/22
R/ Amoxcillin 500 1/4 tab R/ Mucopect 25 mg
R/ Oleum Ricini 10
Dexamethasone ½ tab R/ OBP Salbuven 60 1,25 mg
Syr. Simplex
CTM 5 ½ tab Adde : Sacch Lact q.s
Aqua destEqual ad 100 ½ tab CTM m.f.caps. 1 tabdtd No. XII
m. f. potio
m. f. pulv. dtd No. XX PCT 4 tab
S. Haustda in caps S 3 dd I
m. f. potio
-----------------------------------
S. 3 dd I caps Ꝭ S t dd------------------------------------------
CI Ꝭ
Pro : Wildan (14 th)
---------------------------------------- Pro : Randi (8 th) Ꝭ
da X ----------------------------------
Pro : Roni (11 th) Pro: Sintia (12 th)
Solutio
27
Dr. Hambali,Sp. An Dr. Joyo, Sp. An
SIP : 123 / 456 / 2023 SIP : 423 / 011 / 2023
RSUD Brayo Sehat (0285) 422321 RSUD Buaran (0285) 234531
No. 7 Pekalongan,3/10/22 No.8 Buaran, 2/10/22
28
R/ Elixir Parasetamol 60 ml R/ Dextromethorphan HBr 60 mg
S. t.dd C I a.c Diphenhydramine HCl 1 mg/ml
------------------------------------ Ꝭ Ammonium Chlorida 50 mg/cth
Syr. Simplex 60 ml
m. f. potio
Pro : Tedy (6 th) S. t dd cth I
------------------------------ Ꝭ
Pro : Tia (6 th)
29
Dr. Agus, Sp.KK Dr. Susanti, Sp, KK
SIP: 232/IX/2022 SIP: 245?X/2022
RS. Wijaya Kusuma (0285) 4231231 RS. Wijaya Kusuma
No.1 Pekalongan, 8/11/22 No.2 Pekalongan, 9/11 22
30
Dr. Abimanyu, Sp.KK Dr. Albi,Sp. KK
SIP : 345 / 011 / 2024 SIP : 345 / 012 / 2023
RSUD Pekalongan 453212 RSUD Pekalongan
No. 10 Pekajangan,18/11/22
No. 9 Pekalongan, 20/11/22
R/ Lotio Calamin 100
R/ Ac. Salycyl 2,5% Suc
Vas. Album ad 15 --------------------------- Ꝭ
S.u.e
----------------------------------- Ꝭ
Pro : Lia
Pro : Raisa
Pulvis Adpersorius
Dr. Muhammad, Sp. KK Dr. Wira
SIP : 411 / 098 / 2022 SIP : 422 / 999 / 2023
RS PKU Muhammadiyah RS PKU Muhammadiyah
No. 1 Pekajangan, 22/11/22 No. 2 Pekalongan, 3/11/22
R/ Camphor 2% R/ Camphor 2%
Menthol 2% Menthol 1
ZnO 6 ZnO 10
Talcum ad 25 Talcum ad 30
m.f.pulv.adsp. m.f.pulv.adsp.
s.u.e s.u.e
-------------------------------------- Ꝭ ------------------------------------ did
31
Suppositoria dan Pilulae
Dr. Dewi , Sp. PD Dr. Cita, Sp. PD
SIP: 43/VI/2023 SIP: 89/SV/2024
RSI Muhammadiyah RS. Aisyiah Pekalongan 876876
No. 2 Pekajangan, 29/11/22
No. 1 Pekajangan, 9/10/22
R/ Bisacodyl 10 mg
R/ Bisacodyl 15 mg Oleum Cacao q.s
Oleum Cacao q.s m.f. suppo. dtd No. VI
m.f. suppo. dtd No. IV S. Omne Vesp. I
S. Omne Vesp. I ------------------------- da 1/2
------------------------- da 1/2
Pro : Siti
Pro : Siti
Dr. Dewa , Sp. PD Dr. Dede , Sp. PD
SIP: 43/VI/2024 SIP: 43/VI/2025
RSI Muhammadiyah RSI Muhammadiyah
R/ Acetaminophen 50 mg R/ Acetaminophen 60 mg
Oleum Cacao q.s Oleum Cacao q.s
m.f. suppo. dtd No. II m.f. suppo. dtd No. VI
S. Omne Vesp. I S. Omne Vesp. I
------------------------- Ꝭ ------------------------- da 1/2
32
Oculentum, Guttae Opthalmicum, Collyrium dan Infusum
Dr. Sri, Sp. M Dr. Citasia, Sp. PD
SIP: 43/VII/2025 SIP: 89/SV/2023
RS Aisyiah 465234 RS. Aisyiah Pekalongan 876876
33
LEMBAR KERJA
34
Praktikum I
I. Judul Praktikum :
II. Tujuan Praktikum :
III. Resep
35
b. Skrining Farmasetika
c. Skrining Klinik
V. Perhitungan Dosis
36
VI. Penimbangan Bahan/Obat
VII.Cara Kerja
37
VIII. Etiket
38
IX. Copy Resep
Pekalongan, ……………………
Dosen Jaga
…………………………………….
39
Praktikum II
I. Judul Praktikum :
II. Tujuan Praktikum :
III. Resep
40
b. Skrining Farmasetika
c. Skrining Klinik
V. Perhitungan Dosis
41
VI. Penimbangan Bahan/Obat
VII.Cara Kerja
42
VIII. Etiket
43
IX. Copy Resep
Pekalongan, ……………………
Dosen Jaga
……………………………………..
44
Praktikum III
I. Judul Praktikum :
II. Tujuan Praktikum :
III. Resep
45
b. Skrining Farmasetika
c. Skrining Klinik
V. Perhitungan Dosis
46
VI. Penimbangan Bahan/Obat
VII.Cara Kerja
47
VIII. Etiket
48
IX. Copy Resep
Pekalongan, ……………………
Dosen Jaga
……………………………………..
49
Praktikum IV
I. Judul Praktikum :
II. Tujuan Praktikum :
III. Resep
50
b. Skrining Farmasetika
c. Skrining Klinik
V. Perhitungan Dosis
51
VI. Penimbangan Bahan/Obat
VII.Cara Kerja
52
VIII. Etiket
53
IX. Copy Resep
Pekalongan, ……………………
Dosen Jaga
……………………………………..
54
Praktikum V
I. Judul Praktikum :
II. Tujuan Praktikum :
III. Resep
55
b. Skrining Farmasetika
c. Skrining Klinik
V. Perhitungan Dosis
56
VI. Penimbangan Bahan/Obat
VII.Cara Kerja
57
VIII. Etiket
58
IX. Copy Resep
Pekalongan, ……………………
Dosen Jaga
……………………………………..
59
Praktikum VI
I. Judul Praktikum :
II. Tujuan Praktikum :
III. Resep
60
b. Skrining Farmasetika
c. Skrining Klinik
V. Perhitungan Dosis
61
VI. Penimbangan Bahan/Obat
VII.Cara Kerja
62
VIII. Etiket
63
IX. Copy Resep
Pekalongan, ……………………
Dosen Jaga
……………………………………..
64
Praktikum VII
I. Judul Praktikum :
II. Tujuan Praktikum :
III. Resep
65
b. Skrining Farmasetika
c. Skrining Klinik
V. Perhitungan Dosis
66
VI. Penimbangan Bahan/Obat
VII.Cara Kerja
67
VIII. Etiket
68
IX. Copy Resep
Pekalongan, ……………………
Dosen Jaga
……………………………………..
69
DAFTAR PUSTAKA
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh Farida Ibrahim,
UI Press, Jakarta
Direktur Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III,
Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Direktur Jendral Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV,
Departemen kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Martin, A., , 1993 “Physical Pharmacy”, 4th ed., Lea & Fbiger, Philadelphia.
Martin, A., , 2012. “Farmasi Fisika dan Ilmu Farmasetika”, ed 5., Lea & Fbiger, EGC,
Jakarta.
MIMS
Moechtar., Yuwono, T., Riswaka, S., Murrukmihadi, M., 2002. “Petunjuk Praktikum Farmasi
Fisika”, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Jogjakarta
Ningrum, W. A., Rachim, R. A., & Muthoharoh, A. (2020). Children Inpatients: Precision
Dose Evaluationin Hospital Kraton Pekalongan Period Of 2018. In INTERNATIONAL
CONFERENCE ON EDUCATION: 2(1):
70