FARMAKOLOGI
DOSEN PENGAMPU:
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
PROGRAM STUDI S1 FARMASI
STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
VISI DAN MISI PROGRAM STIKES DIRGAHAYU SAMARINDA
a. Visi
Menjadi Perguruan Tinggi Kesehatan yang unggul, Penuh kasih dan
persaudaraan.
b. Misi
1) Menyelenggarakan tata kelola perguruan tinggi yang sehat, inovatif,
didukung
suasana kampus yang ramah lingkungan dengan berasaskan prinsip-
prinsip otonomi, akuntabilitas dan transparan dan keadilan.
2) Menyelenggarakan program studi yang memberi bekal soft skill pada
mahasiswa untuk berkontribusi bagi masyarakat dan institusi pengguna
lulusan
3) Menyelenggarakan kegiatan tridharma perguruan tinggi secara
berkelanjutan dan berorientasi pada peningkatan kompetensi dosen dan
mahasiswa, pengembangan ilmu dan pemecahan persoalan dalam
masyarakat.
4) Menyelenggarakan kerjasama dengan mitra strategi untuk mendukung
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi.
2
b. Misi
1) Menyelenggarakan Program Studi yang memberikan bekal baik hard-skill
dan soft skills pada mahasiswa.
2) Menyelenggarakan kegiatan tridharma secara berkelanjutan dan
berorientasi pada peningkatan kompetensi dosen dan mahasiswa,
pengembangan ilmu dan pemecahan persoalan dalam masyarakat.
3) Menyelenggarakan kerjasama dengan mitra strategis untuk mendukung
pelaksanaan tridharma perguruan tinggi dan pendayagunaan alumni.
1) Segi lima berbentuk bunga teratai melambangkan falsafah dasar Pancasila yang
mengungkapkan mengenai keluhuran budi dan keteguhan komitmen sebagai
tenaga kesehatan untuk melksanakan tugas kemanusiaan.
2) Tongkat Hermes dililit dua ekor ular dan memiliki sepasang sayap di ujungnya
melambangkan pelayanan karya kemanusiaan di bidang kesehatan, sedangkan
warna hitam melambangkan kondisi dan cakupan luasnya wilayah pelayanan
kesehatan.
3) Burung Merpati berwarna merah melambangkan ketulusan dan keteguhan hati
dalam pelayanan kemanusiaan yang berkualitas dan professional di bidang
kesehatan. Dalam konteks spiritualitas, burung merpati melambangkan Roh
Kudus sebagai karunia Allah yang turun atas para rasul pada hari Pentakosta,
sehingga karunia Roh Kudus senantias menyertai pelayanan kemanusiaan di
bidang kesehatan tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan.
3
4) Latar belakang lambang berwarna kuning muda melambangkan ketulusan hati
dalam pelayanan karya kemanusiaan, buku berwarna biru melambangkan ilmu
pengetahuan dan cakupan multi-disiplin keilmuan.
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah banyak
memberikan berkat melimpah dalam kehidupan kita sehingga kita masih diberikan
kesempatan untuk berkarya dalam kasih dan persaudaraan. Tidak lupa penyusun
mengucapkan puji syukur hingga akhirnya dapat menyelesaikan penyusunan Buku
Panduan Praktikum Farmakologi.
Praktikum ini dimaksud kan untuk memberikan dasar bagaimana melaksanakan
percobaan-percobaan Farmakologi. Panduan praktikum ini dirancang sedemikian rupa agar
para mahasiswa dapat melakukan kegiatan praktikum Farmakologi dengan baik, mudah
dipahami dan mampu membantu mahasiswa mencapai standar kompetensi yang
diharapkan di bidang keilmuan Farmakologi.
Penyusun sadar bahwa panduan ini masih jauh dari kesempurnaan namun
penyusun senantiasa bertekad untuk selalu melakukan perbaikan. Saran dan kritik yang
bersifat menyempurnakan akan senantiasa diterima dan dihargai. Kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan panduan ini penulis mengucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Samarinda, Agustus 2023
Penyusun
5
MATERI PERTEMUAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
2. Karakteristik, Penanganan, Penomoran Hewan Uji, Rute Dan Cara Pemberian Obat
16. REMEDIAL
6
TATA TERTIB PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
7
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN
8
FORMAT LAPORAN RESMI
9
CONTOH COVER LAPORAN RESMI
PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
JUDUL PRAKTIKUM
Oleh:
Dosen Pembimbing:
LABORATORIUM FARMAKOLOGI
10
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
CONTOH HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN RESMI
PANDUAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
JUDUL PRAKTIKUM
Kami yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan telah menyelesaikan laporan resmi
Praktikum Farmakologi Pertemuan Ke … dengan Judul …………... Jika ditemukan
adanya kesamaan isi/materi laporan dengan kelompok lain yang ditandai oleh adanya
minimal 2 buah kalimat berurutan yang sama persis, maka kami bersedia dipanggil oleh
Dosen Pembimbing dan menerima kemungkinan terburuk yaitu nilai laporan diturunkan
50% dari nilai yang seharusnya diperoleh.
11
MATERI I
KARAKTERISTIK, PENANGANAN, PENOMORAN HEWAN UJI, RUTE DAN
CARA PEMBERIAN OBAT SERTA PEMUSNAHAN HEWAN PERCOBAAN
A. Dasar Teori
Hewan percobaan atau hewan laboratorium adalah hewan yang sengaja
dipelihara dan diternakkan untuk dipakai sebagai hewan model, dan juga untuk
mempelajari dan mengembangkan berbagai macam bidang ilmu dalam skala
penelitian atau pengamatan laboratorik. Animal model atau hewan model adalah objek
hewan sebagai imitasi (peniruan) manusia (atau spesies lain), yang digunakan untuk
menyelidiki fenomena biologis atau patobiologis (Hau & Hoosier Jr., 2003)
Penggunaan hewan hidup ini penting sebagai alat untuk memperjelas teori dan
fenomena yang terjadi dalam materi mata kuliah yang bersangkutan dan hal ini tidak
dapat dihindari. Begitu pula dalam hal penelitian, Penelitian adalah kegiatan yang
dilakukan berdasarkan kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh
informasi, data, dan keterangan dari subjek terkait, dengan pemahaman teori dan
pembuktian asumsi dan/atau hipotesis. Hasil yang didapat merupakan kesimpulan
yang dapat diaplikasikan atau menjadi tambahan pengetahuan bagi kemajuan ilmu
pengetahuan. Walaupun demikian, kegiatan penelitian harus tetap menghormati
hak dan martabat subjek penelitian.
Hewan coba yang banyak digunakan adalah mencit, tikus, marmot dan kelinci.
Penanganan terhadap hewan coba adalah cara memperlakukan hewan dengan baik
selama masa pemeliharaan maupun selama percobaan/praktikum
Mencit:
12
Tikus:
13
14
Kelinci:
Marmot:
Marmot amat jinak dan jarang menggigit. Pengambilan dan pemegangan marmot.
Pegang badan bagian atas dengan tangan yang satu dan pegang badan bagian belakang
dengan tangan yang lainnya.
b. Hewan percobaan harus diberi makan sesuai dengan makanan standar untuknya dan
diberi minum ad libitum.
Jika suatu hewan telah kehilangan berat badan lebih dari 20% namun berdasarkan
penilaian BCS kondisinya masih di nilai 3 (BCS 3) maka mungkin belum perlu dilakukaan
euthanasia segera. Dengan demikian, BCS adalah penanda yang lebih komprehensif dan
15
akurat untuk kesehatan hewan dibandingkan kehilangan berat badan. Penilaian BCS dapat
dilihat pada Gambar di bawah ini:
17
Letakkan hewan pada wadah tertutup sedemikian rupa sehingga mencit
tak leluasa untuk bergerak-gerak dengan ekor menjulur keluar.
Hangatkan ekor dengan mencelupkan pada air hangat (40 –50 0C).
Pegang ujung ekor dengan tangan satu dan suntik dengan tangan lainnya.
Dapat dilakukan pada vena marginalis baik untuk marmot besar maupun
marmot yang dianestesi.
3. Pemberian subkutan
Pada mencit dan tikus dilakukan di bawah kulit di daerah tengkuk atau sisi
pinggang. Angkat sebagian kulit dan tusukkan jarum menembus kulit, sejajar
dengan otot di bawahnya (untuk marmot dan kelinci)
18
4. Pemberian intramuskuler
Untuk mencit dan tikus dilakukan pada otot gluteus maksimus atau bisep
femoris atau semi tendinosus paha belakang.
5. Pemberian intraperitonial
Untuk semua hewan coba, penyuntikan dilakukan pada perut sebelah kanan
garis tengah, jangan terlalu tinggi agar tidak mengenai hati dan kandung kemih
. Hewan dipegang pada punggung supaya kulit abdomen menjadi tegang .
Pada saat penyuntikan posissi kepala lebih rendah dari abdomen. Suntikan
jarum membentuk sudut 10o menembus kulit dan otot masuk ke rongga
peritoneal.
IV IP SC IM PO
Mencit Jarum 27,5 g Jarum 25 g Jarum Jarum 18 g Ujung tumpul
½ inch ¾ inch ¾ inch 15 g/16 g
SC 25 g ¾ 2 inch
inch
Tikus Jarum Jarum 25 g Jarum 25 g Jarum 25 g Ujung
25 g 1 inch 1 inch 1 inch tumpul
15 g/16 g
19
1 inch
Kelinci Jarum 25 g Jarum 21 g Jarum 25 g Jarum 25 g Kateter karet
1 inch 1,5 inch 1 inch 1 inch No. 9
Marmot - Jarum 25 g Jarum 25 g Jarum 25 g -
1 inch 1 inch 1 inch
Kucing - Jarum 21 g Jarum 25 g Jarum 25 g -
1,5 inch 1 inch 1 inch
Volume yang maksimum untuk berbagai cara pemberian dapat dilihat pada Tabel
dibawah ini:
20
dalam wadah tertutup untuk semua jenis hewan tersebut.
3. Dislokasi atau pematahan leher hewan coba dimana hal ini perlu teknik khusus
b. Hewan disembelih, kemudian dimasukan ke dalam kantong plastik dan dibungkus
lagi dengan kertas diletakkan di dalam tas plastik, ditutup dan disimpan dalam lemari
pendingin (jika ingin digunakan lagi), dikubur atau langsung diabukan.
MATERI II
PERHITUNGAN DOSIS DAN VOLUME PEMBERIAN OBAT
21
Mencit Tikus Marmo Kelinci Kucing Kera Anjing Manusia
20 g 200 g t 400 g 1,5 kg 2 kg 4 kg 12 kg 70 kg
Mencit 1,0 7,0 12,25 27,8 29,7 64,1 124,2 387,9
20 g
Tikus 0,14 1,0 1,74 3,9 4,2 9,2 17,8 56,0
200 g
Marmot 0,08 0,57 1,0 2,25 2,4 5,2 10,2 31,5
400 g
Kelinci 0,04 0,25 0,44 1,0 1,08 2,4 4,5 14,2
1.5 kg
Kucing 0,03 0,23 0,41 0,92 1,0 2,2 4,1 13,0
2 kg
Kera 0,016 0,11 0,19 0,42 0,45 1,0 1,9 6,1
4 kg
Anjing 0,008 0,06 0,10 0,22 0,24 0,52 1,0 3,1
12 kg
Manusia 0,0026 0,018 0,031 0,07 0,076 0,16 0,32 1,0
70 kg
(Evaluation of drug activities: pharmacometrics, ed. by D.R. Laurence and A.L.
Bacharach, 1981)
Penjelasan
Jika yang diketahui adalah dosis manusia dan dicari dosis untuk mencit, maka faktor
konversinya adalah 0,0026, sedangkan jika diketahui dosis mencit dan dicari dosis untuk
manusia, maka faktor konversinya adalah 387,9.
1. Jika dosis manusia adalah 500g/70kgBB, hitunglah dosis untuk tikus 200 g
Faktor konversi dosis manusia ke tikus = 0,018
Dosis untuk tikus = dosis manusia x faktor konversi = 500 g x 0,018 = 9 g
23
= 0,015 mg
Dosis ini diberikan dalam volume = 0,2 ml
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 100 ml
Jumlah CTM yang digunakan = (100 ml / 0,2 ml) x 0,015 mg
= 7,5 mg atau 0,0075 gram
% kadar CTM = (0,0075 g / 100ml ) x 100%
= 0,0075%
Tablet CTM tersedia dalam konsentrasi 4 mg. Tentukan dahulu jumlah tablet
CTM yang akan digunakan lalu timbang berat tablet tersebut. CTM yang
digunakan yaitu sebanyak 7,5 mg, berarti membutuhkan 2 tablet CTM. Misal berat
1 tablet CTM tersebut adalah 200 mg, jika 2 tablet maka bobot tablet 400 mg,
maka serbuk tablet CTM yang anda butuhkan sebanyak :
Berat serbuk CTM yang timbang = (7,5 mg/8 mg) x 400 mg
= 375 mg = 0,375 gram
24
Jika diketahui konsentrasi Sirup PCT 120mg/5mL maka mL yang dibutuhkan
untuk dapat memberikan dosis PCT 1,625 mg ialah:
Sirup PCT yang ditakar = (1,625mg/120mg) x 5ml
= 0,067 mL ≈ 0,07mL
MATERI III
PENGARUH VARIASI BIOLOGIK TERHADAP EFEK OBAT
25
menganalisa efek obat yang diberikan dengan mengamati efek yang tarjadi (onset) dan
lama efek tersebut bertahan pada hewan uji (durasi). Praktikan juga diharapkan mampu
menerangkan terjadinya perbedaan efek antar hewan coba yang berkelamin sama dan antar
hewan coba jantan dan betina sebagai dasar pertimbangan percobaan dengan memakai
hewan percobaan. Kebanyakan obat tersedia saat ini dapat diberikan melalui mulut (oral). Obat
dapat diberikan secara oral dalam bentuk tablet, kapsul, bubuk, larutan, atau suspensi. Obat yang
diberikan melalui rute oral biasanya digunakan untuk mendapatkan efek sistemik. Obat-obat ini
harus melalui saluran pencernaan dan biasanya mengalami first pass metabolism. Pemberian oral
pada hewan uji akan memberikan bioavailabilitas yang beragam, dikarenakan banyak faktor yang
mempengaruhi obat sebelum mencapai pembuluh darah. Hal ini menyebabkan kecepatan dan
jumlah dosis yang mencapai pembuluh darah beragam pula, akibatnya efek obat juga akan
memberikan onset dan durasi yang beragam pula.
B. Alat & Bahan Yang Digunakan
Alat yang digunakan
Batang pengaduk, Beaker glass, Gelas ukur, Hot plate-stirrer, Mixer, Spuit 1 ml, Sonde
oral, Stop-watch, Timbangan analitik, Mortir dan stamper, Toples wadah hewan uji (untuk
penimbangan hewan uji).
Bahan yang digunakan
Mencit putih Jantan dan Betina (masing-masing 2 ekor) bobot 20-30 gram, Alkohol 70%,
Aqua destilat, Suspensi Na CMC 1%, Tablet Diazepam 5 mg.
C. Pembuatan Natrium CMC 0,5% 100 mL
1. Ditimbang sebanyak 500 mg CMC Na
2. Taburkan diatas mortir yang berisi 10 ml aquadest panas dan dibiarkan hingga
mengembang, kemudian digerus ad homogen.
3. Tambahkan dengan aquadest sedikit demi sedikit sambil digerus ad homogen
hingga diperoleh volume 100 ml.
E. Prosedur Kerja
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 2 kelompok dan masing-masing kelompok
terdiri dari 1 ekor jantan dan 1 ekor betina. Setiap kelompok dipisahkan dalam
kandang yang berbeda. Sebelum penelitian dilakukan mencit diaklimatisasi selama 7
hari untuk membiasakan pada lingkungan percobaan, dan diberi makanan standar.
Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih dari 10% serta
memperlihatkan perilaku normal.
1. Gunakan mencit sebanyak 4 ekor yang terdiri dari jantan sebanyak 2 ekor dan
mencit betina 2 ekor (yang tidak dalam keadaan hamil). Tiap kelompok terdiri
dari 1 ekor jantan dan 1 ekor betina
2. Mencit dikelompokkan ke dalam 2 kelompok, 1 kelompok sebagai kontrol dan 2
kelompok uji
3. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat, distribusikan hewan uji menurut
berat badannya agar antara kelompok kontrol dan yang mendapat perlakuan
memiliki berat badan yang setara.
4. Amati perilaku keaktifan sebelum pemberian obat, amati perilaku normal masing-
masing mencit selama 10 menit.
5. Pada kelompok kontrol, diberikan larutan Na.CMC 0,5%, pada kelompok uji,
diberikan larutan Na CMC + Diazepam secara per oral
6. Amati perilaku hewan uji selama 50 menit. Mencit yang mengantuk akan tampak
diam (umumnya di sudut wadah) dan tampak lunglai. Mencit dikatakan tidur atau
mengalami efek sedasi, apabila tubuhnya dibalik dan berada pada posisi
terlentang maka tidak akan kembali tertelungkup. Jadi, untuk melihat kapan
tepatnya terjadi respon awal sedasi maka harus sering membalikkan badan mencit
pada posisi terlentang.
Pengamatan
Larutan Waktu Waktu Waktu
Onset Durasi
yang Rute Pemberian Hilang Kembali
Hewan Uji Obat Obat
diberika Pemberian Obat Righting Righting
(menit) (menit)
n (menit) Effect Effect
(Menit) (Menit)
27
Mencit Jantan Na. CMC PO
Kontrol 0,5%
Negatif
Mencit Betina Na. CMC PO
Kontrol 0,5%
Negatif
Mencit Jantan Na. CMC PO
Perlakuan 0,5% +
Diazepam
Mencit Betina Na. CMC PO
Perlakuan 0,5% +
Diazepam
Catatan:
Righting reflex adalah refleks mencit yang apabila tubuhnya dibalik dan
berada pada posisi terlentang, maka akan kembali tertelungkup.
Onset obat adalah mula kerja obat (diamati waktu antara pemberian obat
sampai timbulnya efek hilangnya refleks balik badan jika ditelentangkan
selama 30 detik hingga tidur).
Durasi obat adalah lama kerja obat (diamati waktu antara timbulnya efek
hilangnya reflex balik badan jika ditelentangkan selama 30 detik hingga tidur,
sampai hilangnya efek tersebut).
7. Bandingkan empat jenis data yang diperoleh dan buatlah laporan praktikumnya.
MATERI IV
PENGUJIAN EFEK ABSORBSI OBAT
B. Prosedur Kerja
1. Pilih mencit jantan sebanyak 4 ekor. Satu sebagai kontrol dan 3 lainnya sebagai
hewan perlakuan/uji.
2. Timbang mencit dan catat BB, distribusikan dengan baik agar antara hewan
kontrol dan uji memiliki BB yang kurang lebih serupa.
3. Dosis Tramadol pada manusia= 50-100mg/70kg BB PRN, dosis maksimal
29
400mg/hari. Konversikan dosis manusia pada mencit dan hitung volume injeksi
yang diberikan.
4. Sebelum dilakukan injeksi dan pengamatan perlakuan, lakukan pengujian
rangsang panas selama 15 menit pada plate dengan suhu sekitar 35oC.
5. Catat waktu dan jumlah saat mencit melakukan jilatan/ meloncat/ kaki belakang
atau depan digerak-gerakkan sebagai pernyataan nyeri setempat, setelah 15
menit turunkan mencit dari atas hot plate.
6. Berikan Tramadol pada mencit perlakuan melalui rute i.v., i.m. dan subkutan.
7. Letakkan kembali mencit pada plate dengan suhu sekitar 35 oC. Catat waktu dan
jumlah saat mencit melakukan jilatan/ meloncat/ kaki belakang atau depan
digerak-gerakkan sebagai pernyataan nyeri setempat.
8. Lakukan pengamatan selama 60 menit.
9. Bandingkan empat jenis data yang diperoleh dan buatlah laporan praktikumnya.
MATERI V
PENGARUH METABOLISME OBAT PADA HEWAN UJI
30
upaya tubuh untuk mengeluarkan senyawa asing diantaranya dengan mengubah senyawa
tersebut menjadi lebih hidrofilik sehingga mudah diekskresikan. Proses ini belangsung
dengan melibatkan reaksi-reaksi biokimia fase-1 (oksidasi, reduksi, hidrolisis dan
hidroksilasi), dilanjutkan fase-2 (konyugasi sulfat, asetat, glukoronat, glisin dan glutation).
Enzim utama yang banyak berperan dalam dalam metabolisme obat adaah sitokrom P450
(CYP). Kerja enzim ini dalam memetabolisme suatu obat dapat mengalami inhibisi
(penghambatan) dan induksi (peningkatan) kerja oleh suatu senyawa lain, sehingga dapat
mengubah ketersediaan hayati obat, yang pada akhirnya dapat mengubah kadar obat dalam
darah.
Pada umumnya metabolisme akan mengurangi kadar obat di dalam tubuh (kecuali
untuk obat jenis prodrug). Sehingga peningkatan kemampuan enzim dalam metabolisme
(induksi) akan menyebabkan kadar obat didalam tubuh akan berkurang, begitu pula
sebaliknya penghambatan kemampuan enzim dalam metabolisme (inhibisi) akan
menyebabkan kadar obat meningkat. Induksi dan inhibisi enzim sering terjadi bila obat
diberikan secara bersamaan. Jika suatu obat diberikan secara bersamaan dan salah satu
dari obat tersebut dapat mempengaruhi kerja enzim dalam memetabolisme obat yang
lainnya maka, kadar obat yang dimetabolisme oleh enzim tersebut akan berubah pula,
yang dapat diamati pada efek yang terjadi. Pada praktikum ini praktikan diharapkan dapat
untuk menganalisis efek metabolisme Diazepam yang diberikan secara bersamaan dengan
Cimetidin. Berkurangnya kemampuan enzim dalam metabolisme Diazepam yang
menyebabkan konsentrasi Diazepam menjadi lebih tinggi di dalam darah yang dapat
diamati dengan durasi efek yang lebih lama.
A. Alat & Bahan Yang Digunakan
Alat
Timbangan analitik, spuit 1 ml, beaker glass 250ml, gelas ukur 100ml, hot plate-
stirer, Mixer, sonde oral, stopwatch.
Bahan
Mencit Jantan 3 ekor dengan bobot 20-30gram, Tablet Diazepam 5 mg, Tablet
Cimetidine 200 mg, Alkohol 70%, Aquadest (Purified), Natrium CMC.
B. Prosedur Kerja
31
1. Pembuatan Natrium CMC 0,5% 50 mL
2. Pembuatan suspensi oral Diazepam untuk mencit
a. Perhitungan Dosis oral Diazepam untuk mencit
Dosis lazim Diazepam untuk manusia = 5 mg
Konversi dosis untuk mencit BB 20 g =Dosis Lazim x Faktor Konversi
= 5 mg x 0,0026 = 0,013 mg
Untuk mencit dengan berat 25 g = (25 g/ 20 g) x 0,013 mg
= 0,01625 mg
Dosis ini diberikan dalam volume
Dibuat larutan persediaan sebanyak = 25 ml
Jumlah Diazepam yang digunakan = (25 ml/0,2 ml) x 0,01625 mg
= 2,03 mg ~ 2 mg
= 2 mg = 0,002 g
% kadar Diazepam = (0,002g / 25ml ) x 100% =0,008%
Hitung berat serbuk Diazepam yang ditimbang!
Misalnya berat 2 tablet cimetidine tersebut adalah 500 mg, maka serbuk tablet
Cimetidine yang dibutuhkan sebanyak :
32
Berat 2 tablet Cimetidine @ 250 mg = 500 mg, mengandung zat aktif 400
mg Cimetidine
Berat serbuk Cimetidine yang timbang = (81,25 mg / 400 mg) x 500 mg
= 101,6 mg = 0,101 gram
MATERI VI
EFEK OBAT ANALGETIK PADA HEWAN UJI
33
samping tertentu yang sama. Protetipenya adalah aspirin; oleh karena itu, senyawa-
senyawa ini sering disebut obat mirip aspirin dan juga sering disebut obat antiradang
nonsteroid atau NSAID (Non-Steroid Antiinflamasi Drugs). NSAID adalah suatu
kelompok agen yang berlainan secara kimiawi dan memiliki perbedaan dalam aktivitas
antipeiretik, analgesik dan anti-inflamasinya. Obat ini terutama bekerja melalui
penghambatan enzim siklooksigenasi yang mengkatalisis langkah pertama dalam
biosisntesis prostanoid. NSAID dalam digolongkan menjadi:
1. Aspirin dan derivatnya
2. Derivat asam propionic
3. Derivat asam acetit
4. Derivat oxicam
5. Fenamate
6. Asam hetoaryl acetic
7. Nabumetone
8. Celecoxib
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Sediaan Cair Parasetamol
Lakukan perhitungan Dosis oral Paracetamol untuk mencit, bila dosis lazim
Parasetamol untuk manusia = 500 mg. Jika di dalam percobaan menggunakan sirup
parasetamol (Sirup parasetamol mengandung parasetamol 120 mg/5 ml), hitunglah
berapa ml sirup parasetamol yang diambil!
34
2. Pembuatan Sediaan Cair Ibuprofen
Lakukan perhitungan Dosis oral Ibuprofen untuk mencit, bila dosis lazim
Ibuprofen untuk manusia = 400 mg. Jika di dalam percobaan menggunakan sirup
Ibuprofen (Sirup Ibuprofen Forte mengandung Ibuprofen 200 mg/5 ml), hitunglah
berapa ml sirup Ibuprofen yang diambil!
3. Pembuatan Sediaan Cair Asam Mefenamat
Lakukan perhitungan Dosis oral Asam Mefenamat untuk mencit, bila dosis lazim
Asam Mefenamat untuk manusia = 500 mg. Jika di dalam percobaan menggunakan
sirup Asam Mefenamat (Sirup Asam Mefenamat mengandung Asam Mefenamat
50 mg/5 ml), hitunglah berapa ml sirup Asam Mefenamat yang diambil!
4. Pelaksanaan Pada Hewan Uji
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–masing
kelompok terdiri dari 1 ekor. Sebelum perlakuan mencit dipuasakan selama 10 jam
tetapi tetap diberikan air minum.
1. Digunakan mencit jantan sebanyak 4 ekor dengan bobot 20-30 gram. Setelah
ditimbang, hewan dikelompokkan secara acak dan dibagi ke dalam 4
kelompok
2. Kelompok I sebagai kontrol, diberikan larutan aquadest
3. Kelompok II sebagai kelompok parasetamol diberi sirup Parasetamol
4. Kelompok III sebagai kelompok ibuprofen diberi sirup Ibuprofen
5. Kelompok IV sebagai kelompok antalgin diberi sirup Asam Mefenamat
6. Semua pemberian dilakukan secara oral dengan volume pemberian 0,2 ml
7. 30 menit setelah pemberian sediaan, semua mencit kemudian disuntik secara
intraperitoneal dengan larutan asam asetat 1% v/v dengan dosis 75 mg/kgBB
8. Amati dan catat jumlah geliatan mencit setelah setelah pemberian asam
asetat, geliatan mencit dapat berupa perut kejang dan kaki tertarik ke
belakang
PENGAMATAN
Data yang dikumpulkan berupa jumlah geliatan mencit setelah pemberian injeksi
peritoneal asam asetat setiap 5 menit selama 60 menit. Geliatan mencit yang
teramati berupa torsi pada satu sisi, kontraksi otot yang terputus-putus, kaki
belakang dan kepala tertarik kearah belakang sehingga menyentuh dasar ruang
yang ditempatinya, penarikan kembali kepala serta kaki belakang ke arah
abadomen.
% daya analgetik =
35
Hitunglah % daya analgetik dari parasetamol berdasarkan data pengamatan
dibawah ini
Jumlah geliat mencit
Kelompok 5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’ jumlah
Kontrol
24 23 16 10 9 12 11 16 8 12 13 8 162
Ibuprofen
3 5 6 3 4 4 4 3 3 2 3 3 43
Parasetamol
2 7 16 17 21 18 17 13 12 6 5 3 137
Asam
16 24 18 13 14 10 11 8 6 3 4 3 130
Mefenamat
= 100 – (
= 100 – 84,56 = 15,44%
36
OBAT-OBAT GOLONGAN SISTEM SYARAF OTONOM (SSO)
Pendahuluan Sistem syaraf otonom (SSO) adalah sistem syaraf yang tidak dapat
dikendalikan oleh kemauan kita melalui otak. SSO mengendalikan beberapa organ tubuh
seperti: Jantung, Pembuluh darah, Ginjal, Pupil mata, Lambung dan Usus. Sistem syaraf
ini dapat dipacu (induksi) atau dihambat (inhibisi) oleh senyawa obat. SSO dibedakan
menjadi dua (2) yaitu: Sistem Syaraf Parasimpatik dan Sistem Syaraf Simpatik. Sistem
Syaraf Parasimpatik mekanisme kerjanya menggunakan suatu zat kimia
(neurotransmiter/neurohormon). Senyawa yang dapat memacu syaraf parasimpatik disebut
senyawa Parasimpatomimetik atau Kolinergik, sedangkan senyawa yang menghambat
disebut senyawa Parasimpatolitik atau Antikolinergik. Sedangkan senyawa yang dapat
memacu Syaraf Simpatik disebut senyawa Simpatomimetik atau senyawa adrenergik,
sedangkan senyawa yang menghambat disebut senyawa Antiadrenergik.
Efek syaraf parasimpatis terhadap otot polos dan kelenjar disebut efek muskarinik,
reseptornya disebut reseptor muskarinik. Efek syaraf parasimpatis pada otot rangka disebut
efek nikotinik, reseptornya disebut reseptor nikotinik. Efek nikotinik berlawanan dengan
efek muskarinik, bahkan menyerupai efek adrenergik, yaitu vasokonstriksi, tekanan darah
naik, pacu jantung dan perangsangan SSP.
37
9. Kapasitas kandung kemih berkurang (diuresis)
Alat yang digunakan: Alat suntik, Jarum suntik oral, Papan datar bulat, Gelas piala,
Erlennmeyer, Labu takar, 10, 25, 50 dan 100 ml, Pipet volume
38
tersebut, meliputi pengamatan pupil mata, diare, tremor, grooming, vasokonstriksi,
vasodilator, straub, salivasi, midriasis, miosis, dll.
Alat yang digunakan: Alat suntik, Jarum suntik oral, Papan datar bulat, Gelas piala,
Erlennmeyer, Labu takar, 10, 25, 50 dan 100 ml, Pipet volume
39
MATERI IX
ANALISIS EFEK OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL
Obat hipoglikemik oral adalah obat yang sering digunakan untuk mengatasi
diabetes melitus (DM) tipe 2 pada pasien. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO),
terdapat sekitar 160.000 penderita diabetes di dunia, yang jumlah penderita diabetes
memiliki peluang untuk meningkat dua kali lipat dalam beberapa tahun terakhir. Karena
prevalensi yang tinggi dan potensi efek merusak pada fisik pasien dan keadaan psikologis,
diabetes adalah masalah medis utama yang perlu diperhatikan. Keberadaan penelitian yang
melibatkan hewan coba untuk pengobatan Penyakit sangat membantu tidak hanya untuk
memahami tentang patofisiologi penyakit tersebut, tetapi juga pengembangan obat untuk
pengobatannya.
Pankreas merupakan kelenjar endokrin yang menghasilkan hormon-hormon
peptida insulin, glukagon dan somatosatin; selain itu, pankreas juga merupakan kelenjar
eksokrin yang menghasilkan enzim-enzim pencernaan. Salah satu hormon yang
memainkan peranan penting dalam mengatur aktivitas metabolik tubuh adalah insulin.
Kekurangan atau ketiadaan insulin dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus yang
ditandai dengan hiperglikemia berat yang dapat menyebabkan retinopati, nefropati,
neuropati dan komplikasi kardiovaskular jika tidak ditangani. Pemberian preparat insulin
atau agen-agen hipoglikemik oral dapat mencegah morbiditas dan menurunkan mortalitas
akibat diabetes
Senyawa-senyawa hipoglikemik oral terdiri dari golongan :
a. sulfonilurea
b. Short-acting insulin secretagogues
c. Golongan biguanid
d. Thiazolidindione
e. Golongan α-glukosidase-inhibitors
Induksi glukosa
Pada cara ini mencit yang digunakan adalah mencit normal yang dibebani glukosa
tanpa merusak pankreasnya, karena berdasarkan teori bahwa dengan pembebanan glukosa
akan menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemik) secara cepat. Kadar
glukosa yang tinggi dalam darah dapat diturunkan oleh zat-zat berefek antihiperglikemik.
40
Metode pengukuran kadar glukosa darah
Dengan Glukometer
Terdiri dari alat glukometer dan strip glukosa Glucometer yang sesuai dengan
nomor pada alat. . Setuhkan tetesan darah yang keluar langsung dari pembuluh darah ke
Tes strip dan ditarik sendirinya melalui aksi kapiler. Ketika wadah terisi penuh oleh darah,
alat mulai mengukur kadar glukosa darah. Hasil pengukuran diperoleh selama 10 detik.
41
3. Pembuatan suspensi Glibenklamid sebanyak 25 ml. Lakukan perhitungan dosis oral
Glibenklamid untuk mencit dimana dosis lazim Glibenklamid untuk manusia = 5 mg.
4. Pembuatan suspensi Metformin HCl sebanyak 25 ml. Lakukan Perhitungan dosis
oral Metformin HCl untuk mencit dimana dosis lazim Metformin HCl untuk manusia =
500 mg.
5. Pembuatan suspensi Acarbose sebanyak 25 ml. Lakukan Perhitungan dosis oral
Acarbose untuk mencit dimana dosis lazim Acarbose untuk manusia = 25 mg. Tablet
Acarbose tersedia dalam beberapa konsentrasi yaitu 25 mg, 50 mg dan 100 mg per
tabletnya.
6. Pelaksanaan
Hewan percobaan dikelompokkan menjadi 4 kelompok dan masing–masing
kelompok terdiri dari 1 ekor mencit jantan. Setiap kelompok dipisahkan dalam kandang
yang berbeda. Sebelum perlakuan mencit dipuasakan selama 12 jam tetapi tetap
diberikan air minum. Hewan dianggap sehat apabila perubahan berat badan tidak lebih
dari 10% serta memperlihatkan perilaku normal
1. Gunakan mencit jantan sebanyak 4 ekor
2. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
3. Mencit kemudian dikelompokkan secara rawu ke dalam 4 kelompok, tiap
kelompok terdiri dari 1 ekor, dimana kelompok I sebagai kontrol, diberikan
larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi glibenklamid, kelompok III
diberi suspensi akarbose dan kelompok IV diberi suspensi metformin HCL
4. Sebelum perlakukan mencit diambil darahnya melalui pembuluh darah yang ada
di vena ekor
5. Darah yang keluar di teteskan pada strip glukometer yang terpasang pada alat.
Kadar glukosa darah yang muncul pada alat kemudian dicatat sebagai kadar
glukosa puasa
6. Setelah penentuan kadar glukosa puasa pada mencit, kemudian semua mencit
diberikan larutan glukosa 5% dengan dosis 2g/Kg BB mencit secara oral
7. Pada menit ke-5 diukur kadar glukosa darahnya sebagai kadar glukosa setelah
pembebanan,
8. pada menit ke 10 (atau 5 menit setelah kadar glukosa di ukur) setiap mencit
diberikan perlakuan, kelompok I diberi larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi
suspensi glibenklamid, kelompok III diberi suspensi akarbose dan kelompok IV
42
diberi suspensi metformin HCL, semua perlakukan secara oral dengan volume
pemberian adalah 0,2 ml / 30 g BB mencit.
9. Mencit kemudian dibiarkan dan diukur kadar gula darahnya tiap 30 menit selama
60 menit.
43
MATERI X
EFEK OBAT HIPOKOLESTEROLEMIA PADA HEWAN COBA
44
dengan PTU, tetapi bila menggunakan Triton WR 1339, maka tidak perlu dengan
menggunakan pakan khusus tinggi kolesterol.
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Natrium CMC 1% sebanyak 100 mL
2. Pembuatan suspensi Simvastatin sebanyak 25 ml. Lakukan perhitungan dosis oral
Simvastatin untuk mencit dimana dosis lazim Simvastatin untuk manusia = 5 mg.
3. Pembuatan suspensi Gemfibrozil sebanyak 25 ml. Lakukan Perhitungan dosis oral
untuk Gemfibrozil mencit dimana dosis lazim Gemfibrozil untuk manusia = 600 mg.
4. Pembuatan suspensi Fenofibrate sebanyak 25 ml. Lakukan Perhitungan dosis oral
Fenofibrate untuk mencit dimana dosis lazim Fenofibrate untuk manusia = 25 mg.
Tablet Fenofibrate tersedia dalam beberapa konsentrasi yaitu 54 dan 160 mg per
tabletnya.
45
Metode Penginduksian Hiperkolesterolemia
Metode ini digunakan untuk menguji efek obat hipokolesterol dalam mencegah sintesis
kolesterol dalam tubuh yang dapat menyebabkan kenaikkan kolesterol dalam darah.
1. Gunakan mencit jantan sebanyak 4 ekor
2. Mencit dipuasakan semalaman (12 jam) sebelum perlakuan
3. Ditimbang berat badan tiap mencit lalu catat
4. Sebelum perlakukan mencit diambil darahnya melalui pembuluh darah yang ada di
vena ekor
5. Darah yang keluar di teteskan pada strip Kolesterol yang terpasang pada alat. Kadar
Kolesterol darah yang muncul pada alat kemudian dicatat sebagai kadar Kolesterol awal
6. Setelah penentuan kadar Kolesterol awal pada mencit, dikelompokkan secara acak ke
dalam 4 kelompok, dimana kelompok I sebagai kontrol, akan diberikan larutan
Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi Simvastatin, kelompok III diberi suspensi
Gembifrozil dan kelompok IV diberi suspensi Fenofibrate.
7. Semua mencit diberikan jus hati ayam secara rutin pagi dan sore dengan volume 0,5mL
selama 5 hari berturut-turut. Lakukan pengecekan kadar kolesterol pada hari ke-5.
8. Setelah pengecekan kadar kolesterol, setiap mencit diberikan perlakuan, kelompok I
diberi larutan Na.CMC 1%, kelompok II diberi suspensi Simvastatin, kelompok III
diberi suspensi Gembifrozil dan kelompok IV diberi suspensi Fenofibrate, semua
perlakukan secara oral dengan volume pemberian adalah 0,2 ml.
9. Mencit kemudian dibiarkan selama 8 jam dan setelah 8 jam diukur kadar kolesterol
46
MATERI XI
ANALISIS EFEK TOKSISITAS AKUT OBAT PADA HEWAN UJI
Obat adalah bahan atau campuran bahan-bahan yang pada dosis terapi memilki
efek yang diinginkan dalam pengobatan. Selain memiliki efek yang diinginkan obat juga
memilki efek yang tidak inginkan, efek yang tidak diinginkan biasa dikenal sebagai efek
samping yang sering kali tidak dapat dihindari. Namun selain efek samping, obat juga
memiliki efek toksik, dimana efek ini harus dihindari dalam penggunaan obat.
Toksisitas adalah kemampuan suatu bahan atau senyawa kimia untuk
menimbulkan kerusakan pada saat mengenai bagian dalam atau permukaan tubuh yang
peka. Untuk dapat mengetahui informasi efek toksik dari suatu obat atau bahan tertentu,
maka dapat diperoleh dari percobaan menggunakan hewan uji sebagai model yang
dirancang pada serangkaian uji toksisitas yang meliputi uji toksisitas akut oral, toksisitas
subkronis oral, toksisitas kronis oral, teratogenisitas, sensitisasi kulit, iritasi mata, iritasi
akut dermal, iritasi mukosa vagina, toksisitas akut dermal, dan toksisitas subkronis dermal.
Pemilihan uji tersebut, tergantung dari tujuan penggunaan suatu zat dan kemungkinan
terjadinya risiko akibat pemaparan pada manusia.
Pengujian toksisitas akut dengan menggunakan hewan percobaan diperlukan untuk
mendeteksi efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian suatu zat
dalam dosis tunggal atau dosis berulang yang diberikan secara dalam waktu tidak lebih
dari 24 jam; apabila pemberian dilakukan secara berulang, maka interval waktu tidak
kurang dari 3 jam. Umumnya digunakan mencit betina karena sedikit lebih sensitif
dibandingkan mencit jantan. Namun bila bahan uji (menurut literatur) secara toksikologi
atau toksikokinetik menunjukkan bahwa tikus jantan lebih sensitif, maka jenis kelamin
jantan harus digunakan untuk uji.
Kriteria hewan uji meliputi:
a. Hewan sehat dan dewasa
b. Hewan betina harus yang belum pernah beranak dan tidak sedang bunting.
c. Pada permulaan uji, setiap hewan harus berumur 8-12 minggu dengan variasi
berat badan tidak boleh melebihi 20% dari rata-rata berat badan.
47
A. Alat dan Bahan yang digunakan
Alat yang digunakan
1. Batang pengaduk
2. Beaker
3. Gelas ukur
4. Hot plate
5. Mixer
6. Spuit 1 ml
7. Sonde oral
8. Stop watch
9. Timbangan analitik
Bahan yang digunakan
1. Alkohol 70%
2. Aqua destilat,
3. Natrium CMC
4. Diazepam 5mg
B. Prosedur Kerja
1. Pembuatan Natrium CMC 1% sebanyak 25 ml
2. Pembuatan suspensi Diazepam
3. Perhitungan Dosis oral Diazepam untuk mencit
Dosis Maksimal Diazepam untuk manusia = 15 mg sekali pakai dan seharinya 60 mg.
Akan dibuat seri dosis luminal dengan kelipatan 2 dimulai dengan dosis maksimalnya
yaitu 15 mg kemudian 30 mg (2 x 15 mg), dan 60 mg (4x 15mg).
48
sebanyak 0,2 mL.
d. . Kelompok III diberi suspensi diazepam dengan dosis 4 kali lipat dosis maksimal
sebanyak 0,2 mL.
3. Mencit kemudian ditempatkan dan diamati efek toksisitas yang dapat terjadi pada
kulit, bulu, mata, membran mukosa dan juga sistem pernafasan, sistem syaraf
otonom, sistem syaraf pusat, aktivitas somatomotor serta tingkah laku. Selain itu,
perlu juga pengamatan pada kondisi: gemetar, kejang, salivasi, diare, lemas, tidur
dan koma
4. Pengamatan dilakukan selama 2 jam untuk tanda-tanda toksisitas dan diamati selama
24 untuk jumlah mencit yang mati
5. Hasil pengamatan kemudian dicatat dan di hitung LD 50 untuk luminal
PELAPORAN
Data yang dikumpulkan berupa gejala-gejal toksisitas pada mencit, dan jumlah
mencit yang mati. Data tersebut kemudian digunakan untuk menentukan LD 50 untuk
luminal. LD 50 dapat dihitung dengan cara sebagai berikut :
Menghitung LD 50
Dengan Cara Weil, untuk menggunakan cara ini ada harus menggunakan tabel yang
terdapat dalam lampiran
Rumus Cara Weil =
Log m = Log D + d (f+1)
Dimana :
m = LD50
D = Dosis terkecil yang diberikan
d = log kelipatan dosis
f = Faktor dari tabel Weil yang nilainya disesuaikan dengan urutan
kematian hewan coba
Contoh Soal
Klp Jumlah hewan Dosis obat yang Log Dosis Kematian Persen
tiap kelompok diberikan (mg/kg) kematian
1 4 10 1 0 0
2 4 20 1,30 1 33,3
3 4 40 1,60 2 66,67
49
4 4 80 1,90 3 100%
Penyelesaian
Diketahui
D (Dosis terkecil yang diberikan = 10 mg/Kg
d (log kelipatan dosis) = dosis diberikan dengan kelipatan 2x, jadi
log2 = 0,301
r (urutan kematian per kelompok) = karena hewan yang mati, pada kelompok 1
= 0,
kelompok 2 = 1, kelompok 3 = 2, kelompok 4=3,maka urutannya = 0,1,2,3
f (faktor kematian dari tabel weil) = menurut tabel Weil urutan 0,1,2,3
faktor f = 1
semua nilai tersebut kemudian dimasukkan dalam rumus menghasilkan :
Log m = Log D + d (f+1)
Log m = Log 10 + 0,301 (1+1)
Log m = 1 + (0,301 x 2)
Log m = 1 + 0,602 Log m = 1,602
m = anti log 1,602 = 39,994 mg/kg jadi LD 50 obat tersebut = 39,994 mg/Kg
50
Tabel perhitungan Toksisitas menurut Weil
51
52
REFERENSI
Endi Ridwan. (2013). Etika Pemanfaatan Hewan Percobaan dalam Penelitian Kesehatan.
Journal of the Indonesian Medical Association
Goodman & Gilman. (2017). Dasar Farmakologi Terapi. Editor Joel G Hardman. Lee E.
Limbird. Konsultan Editor Alfred Goodman Gilman. Alih bahasa: Tim Alih Bahasa
Sekolah Farmasi ITB. Edisi 10. Volume 1 &2. EGC: Jakarta.
Hau, J., & Hoosier Jr., G. L. (2003). Handbook of Laboratory Animal Science. 2nd Edition.
P. Hasimun, E.Y. Sukandar, I.K. Adnyana and D.H. Tjahjono. (2011). A Simple Method for
Screening Antihyperlipidemic Agents. International Journal of Pharmacology, 7: 74-
78.
Wubshet Hailu dan Ephrem Engidawork. (2014). Evaluation of the diuretic activity of the
aqueous and 80% methanol extracts of Ajuga remota Benth (Lamiaceae) leaves in
mice. BMC Complementary and Alternative Medicine 2014 14:135.
53