Anda di halaman 1dari 48

MODUL PRAKTIKUM

BIOKIMIA

TIM PENYUSUN

Subakir Salnus, S.Si., M.Si

Dzikra Arwie, S.Si., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANRITA HUSADA

BULUKUMBA

2017
MODUL PRAKTIKUM

BIOKIMIA

TIM PENYUSUN

Subakir Salnus, S.Si., M.Si

Dzikra Arwie, S.Si., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANRITA HUSADA

BULUKUMBA

2018
MODUL PRAKTIKUM

BIOKIMIA

TIM PENYUSUN

Subakir Salnus, S.Si., M.Si

Dzikra Arwie, S.Si., M.Kes

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS KESEHATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANRITA HUSADA

BULUKUMBA

2019
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANRITA HUSADA

BULUKUMBA

VISI

Menghasilkan tenaga kesehatan yang unggul dan religious dalam pengembangan

pelayanan kesehatan masyarakat pada tahun 2030.

MISI

1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bidang kesehatan secara

komperhensif dengan mengedepankan nilai religious.

2. Menyelenggarakan penelitian dengan pihak terkait dan memanfaatkan hasil

penelitian untuk pengembangan institusi dan masyarakat.

3. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat berbasis riset.

4. Menyelenggarakan sistem manajemen pendidikan tinggi dengan menerapkan

asas-asas otonomi, evaluasi diri, dan akuntabilitas.

5. Menyediakan Sumber Daya Manusia yang memadai.

6. Menyediakan fasilitas penunjang penyelenggaraan tridharma perguruan

tinggi.
PROGRAM STUDI DIII ANALIS KESEHATAN

VISI

Menjadikan Program Studi DIII Analis Kesehatan yang professional, berdaya

saing, unggul, dan religius dalam bidang teknis pemeriksaan apusan darah tepi.

MISI

1. Menyelenggarakan Pendidikan & Pengajaran Ilmu Analis Kesehatan yang

berbasis kompetensi serta berorientasi pada pengembangan keunggulan dalm

bidang teknis pemeriksaan apusan darah tepi.

2. Melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di bidang Analis

Kesehatan khususnya dalam bidang teknis pengembangan apusan darah tepi.

3. Melakukan program kerja sama dengan lembaga terkait di dalam negeri

khususnya dalam hal pendayagunaan lulusan Analis Kesehatan yang

professional dan berdaya saing.

4. Menyelenggarakan dan meningkatkan kompetensi penunjang yang berbasis

Analis Kesehatan dan Keagamaan.

5. Mengupayakan pertumbuhan sumber daya yang berkesinambungan.


KATA PENGANTAR

Modul praktikum Biokimia ini disusun dengan maksud dan tujuan

membantu mahasiswa dalam melaksanakan praktikum Biokimia. Keahlian dan

keterampilan kerja di Laboratorium sangat membantu dalam memahami teori

yang telah diperoleh di kuliah sehingga dapat tercipta korelasi yang saling

membangun antara teori dengan kenyataan.

Modul praktikum ini disusun rinci dan sistematis, dilengkapi dengan

gambar sehingga memudahkan praktikan memahami dan mempersiapkan diri

sebelum melakukan kegiatan praktikum. Harapan kami, modul ini dapat

bermanfaat bagi praktikan Biokimia serta bagi mahasiswa yang memerlukannya.

Segala kritik dan saran yang bersifat membangun tentang isi modul ini sangat

dihargai demi perbaikan kualitas lebih lanjut.

Bulukumba,

Tim Penyusun
KONTRAK PROGRAM PRAKTIKUM

1. Ketentuan pelaksanaan praktikum:

- Mahasiswa yang datang terlambat lebih dari 20 menit dilarang

mengikuti praktikum dan harus menggantinya di lain hari.

- Mahasiswa yang tidak dapat mengikuti praktikum karena alasan

tertentu (sakit atau izin) harus menggantinya di lain hari.

- Respon (pre-test) dilaksanakan sebelum dimulainya praktikum

- Jadwal praktikum suatu saat bisa berubah, dan akan ditentukan

hari pengganti praktikum sesuai dengan kesepakatan dosen dan

mahasiswa.

- Laporan awal harus dibawa saat masuk praktikum sebagai syarat masuk.

- Laporan awal meliputi:

• Tujuan

• Dasar Teori

• Cara Kerja

2. Ketentuan ujian praktikum:

- Mahasiswa wajib mengikuti ujian praktikum sebanyak 3 kali.

- Nilai batas lulus (NBL) untuk ujian praktikum sebesar 80 poin,

mahasiswa yang mendapatkan nilai dibawah NBL harus melakukan

ujian praktikum ulang.

- Penilaian ujian praktikum terdiri dari penguasaan keterampilan 60%,

penguasaan konsep 30%, dan penilaian sikap 10%.

3. Ketentuan penulisan laporan:

- Format penulisan laporan meliputi:


1. Tujuan

2. Dasar Teori

3. Metode Kerja (cara kerja dibuat diagram alir)

4. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil

4.2. Pembahasan

5. Kesimpulan

6. Daftar Referensi

- Mahasiswa menulis laporan pada kertas A4 margins 4, 3, 3, 3 dengan

font Times new roman ukuran 12.

- Hasil pengamatan berisi data yang didapat sesuai dengan hasil

praktikum yang telah dilakukan. Data pengamatan dapat dibuat dalam

bentuk tabel atau kalimat sederhana, juga dapat disertai dengan foto

hasil praktikum.

- Pembahasan berisi tinjauan pustaka yang menunjang hasil atau data

yang diperoleh ketika praktikum.

- Kesimpulan berisi jawaban yang disesuaikan dengan tujuan praktikum.

- Daftar pustaka merupakan seluruh referensi yang digunakan dalam

menuliskan isi laporan. Tidak diperbolehkan mengambil referensi yang

bersumber dari blog atau Wikipedia.

4. Ketentuan waktu pengumpulan laporan:

- Laporan dikumpulkan sesuai dengan kesepakatan dosen pengampu.


- Mahasiswa yang tidak mengumpulkan laporan sesuai dengan

waktu yang telah ditentukan, maka akan dikenai sanksi

pengurangan nilai sebesar 30 poin.

5. Ketentuan penilaian praktikum:

- Jumlah maksimal nilai laporan yang bisa didapatkan adalah sebesar 90

poin.

- Rincian penilaian: Tujuan (5 poin), dasar teori (15 poin), metode (10

poin), hasil pengamatan (20 poin), pembahasan (30 poin), kesimpulan (5

poin), daftar pustaka (5 poin).


TATA TERTIB LABORATORIUM ANALIS KESEHATAN

1. Pakailah jas laboratorium saat berada dalam ruang pemeriksaan atau di

ruang laboratorium. Tinggalkan jas laboratorium di ruang laboratorium

setelah selesai bekerja.

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan.

3. Menggunakan alat pelindung diri (masker, sarung tangan, kaca mata dan

sepatu tertutup).

4. Semua spesimen harus dianggap infeksius (sumber penular), oleh karena

itu harus ditangani dengan sangat hati-hati.

5. Semua bahan kimia harus dianggap berbahaya, oleh karena itu harus

ditangani dengan hati-hati.

6. Tidak makan, minum dan merokok di dalam laboratorium.

7. Tidak menyentuh mulut dan mata pada saat sedang bekerja.

8. Tidak diperbolehkan menyimpan bahan-bahan klinik atau riset.

9. Tidak diperbolehkan melakukan pengisapan pipet melalui mulut, gunakan

peralatan mekanik (seperti penghisap karet) atau pipet otomatis.

10. Tidak membuka sentrifuge sewaktu masih berputar.

11. Menutup ujung tabung pengumpal darah dengan kertas atau kain atau

jauhkan dari muka sewaktu membuka.

12. Bersihkan semua peralatan bekas pakai dengan desinfektans larutan klorin

0,5% dengan caa merendam 20-30 menit.

13. Bersihkan permukaan tempat bekerja atau meja kerja sebelum dan sesudah

bekerja dengan menggunakan larutan klorin 0,5%.


14. Pakai sarung tangan rumah tangga sewaktu membersihkan alat-alat

laboratorium dari bahan gelas.

15. Gunakan tempat antitembus dan antibocor untuk menempatkan bahan-

bahan yang tajam.

16. Letakkan bahan-bahan limbah infeksius di dalam tempat sampah medis.

17. Letakkan bahan-bahan limbah non infeksius di dalam tempat sampah non

medis.

18. Laboratorium ditinggalkan dalam keadaan bersih dan rapi

19. Periksalah kembali dan pastikan gas, kran dan lampu pada posisi off (mati)
BAB I

KARBOHIDRAT

A. ANALISIS KUALITATIF KARBOHIDRAT

1. Uji Molisch

Uji Molisch adalah uji umum untuk karbohidrat. Uji ini sangat efektif

untuk senyawa-senyawa yang dapat dihidrasi oleh asam pekat menjadi

senyawaa furfural atau senyawa furfural tersubstitusi, seperti hidroksimental

furfural.

Warna yang terjadi disebabkan oleh kondensansi furfural atau derivatnya

dengan alpha-naftol.

Thymol dapat dipakai sebagai pengganti alpha-aftol. Ia juga lebih stabil

dari pada alpha-naftol dan pada penyimpanan yang lama tidak berubah warna.

1
Reagen dan Bahan:

 Larutan glukosa 1%

 Larutan fruktosa 1%

 Larutan galaktosa 1%

 Larutan maltose 1%

 Larutan laktosa 1%

 Larutan sukrosa 1%

 Larutan amilum 1%

 H2SO4 pekat

Prosedur:

Tambahkan dua tetes reagen molisch kedalam tabung-tabung reaksi yang

telah berisi 2 ml larutan-larutan glukosa, fruktosa, galaktosa, maltose,

laktosa, dan amilum, lalu aduk dengan baik. Kemudian dengan perlahan-

lahan tabahkan melalui dinding tabung-tabung tersebut 5 ml asam sulfat

pekat.

Pertanyaan:

1. Warna apa yang terlihat diantaraa permukaan dua larutan tersebut?

2. Gugus apa dari karbohidrat yang memberikan uji molisch?

3. Mengapa banyak protein juga memberikan uji molisch yang positif?

2. Uji Benedict

Uji benedict dan uji berfoed kedua duanya berdasarkan reduksi CU+.

Pada proses reduksi kupri dalam suasana alkalis biasanya ditambahkan zat

pengkompleks seperti sitrat pada larutan benedict atau larutan fehling, hal

ini dilakukan untuk mencegah pengendapan CuCO3, dalam larutan

2
Natrium Karbonat pada benedict, sedangkan pada fehling untuk mencegah

pengendapan Cu(OH)2 atau CuO larutan natrium hidroksida oksida

karbohidrat dalam larutan alkalis sangat kompleks dan banyak jumlahnya,

belum semuanya dapat diidentifikasi. Tidak seperti maltose dan laktosa,

sukrosa dapat mereduksi benedict, karena ia tidak memiliki gugus aldehide

atau gugus keto bebas.

Reagen dan Bahan

 Larutan glukosa 1%

 Larutan fruktosa 1%

 Larutan galaktosa 1%

 Larutan maltose 1%

 Larutan laktosa 1%

 Larutan sukrosa 1%

 Larutan amilum 1%

Prosedur:

Tambahkan delapan tetes dari setiap larutan karbohidrat kedalam

masing-masing tabung yang berisi benedict, kocok. Lalu tempatkan semua

tabung didalam penangas air didih selama 3 menit, biarkan mendingin,

lalu dibandingkan.

Pertanyaan:

1. Apa warna endapan yang dibentuk?

2. Senyawa apa lagi selain koper yang dapat dipakai?

3. Apa fungsi natrium sitrat?

4. Apa perbedaan reageng benedict dan reageng fehling?

3
5. Senyawa apa didalam urine yang menganggu uji fehling?

3. Uji Berfoed

Dengan menggunakan reagen berfoed yang mengandung koper asetat

didalam asam, maka kita dapat membedakan monosakarida dan disakarida

dengan jalan mengotrol kodisi-kondisi, seperti Ph dan waktu pemanasan.

Reagen dan Bahan

 Larutan glukosa 1%

 Larutan fruktosa 1%

 Larutan galaktosa 1%

 Larutan maltose 1%

 Larutan laktosa 1%

 Larutan sukrosa 1%

 Larutan amilum 1%

Prosedur

Tambahkan 1 ml dari setiap larutan karbohidrat kedalam masing-

masing tabung yang telah berisi 3 ml reageng barfoed. Tempatkan semua

tabung didaalam penangas air didih selama 1 menit atau lebih sampai

terlihat adanya reduksi.

Pertanyaan :

1. Larutan gula mana yaang dioksidasi?

2. Apa pengaruhnya bila campuran tersebut dipanaskan terlalu lama?

3. Apa perbedaan reageng berfoed dengan reageng benedict?

4. Dapatkan uji berfoed dipakai untuk menggunakan uji benedict dalam

penentuan gula urine?

4
4. Uji Seliwanoff

Reaksi sfesifik lainya untuk berkarbohidrat tertentu adalah uji

seliwanoff dan uji foulger. Reaksi seliwanoff disebabkan pertumbuhan

fruktosa oleh asam klorida panas menjadi asam resersinal menghasilkan

sennyawa berikut.

Sukrosa yang mudah dihidrolisa menjadi glukosa dan fruktosa

memberi reaksi positif dengan uji seliwanoff. Pada pendidihan lebih

lanjut, aldosa-aldosa memberikan warna merah dengaan reageng reageng

seliwanoff, karena aldosa-aldosa tersebut diubah oleh HCL menjadi

ketosa.

Reagen dan bahan:

 Larutan glukosa 1%

 Larutan fruktosa 1%

 Larutan galaktosa 1%

 Larutan maltose 1%

 Larutan laktosa 1%

 Larutan sukrosa 1%

 Larutan amilum 1%

Prosedur:

Larutan 0,5 gr resorsini dalam 100 ml HCL encer (1 bagian HCL

pekat dengan 2 bagian air). Kedalam masing-masing tabung yang teelah

berisi 3 ml reagen seliwanoff ditambahkan 3 tetes larutan glukosa,

fruktosa, galaktosa, maltose, laktosa, dan amilum. Lalu taruh semua

5
tabung didalam lpenangas air didih sampai terlihat warna didalam

beberapa tabung tersebut.

Pertanyaan:

1. Larutan apa yang memberikan uji positif tercepat?

2. Daptkah uji ini dipakai untuk membedakan sukrosa dan fruktosa?

3. Bila laruttan glukosa dan larutan maltose yang telah mengandung

reageng seliwannoff. Dipanaskan untuk jangka waktu yang lama,

warna juga dihasilkan. Apa sebabnya?

5. Uji fenilhidrazin

Karbohidrat (kecuali manosa) yang memiliki gugus fungsional,

aldehid, atau keton, membuat oszon dengan fenilhidrazin. Glukosa dan

fruktosa memberikan osazon yang sama karen monosakarida-

monosakarida tersebut mempunyai letak susunan gugus-H dan –OH yang

sama pada atom karrbon 3,4,5, dan 6 manosa tidak membentuk osazon

didalam larutan air, tapi membetuk fenilhidrazin yang tidak larut.

Tidak selalu dapat mengidentifikasi gula berdasarkan titik leleh

osazonya, karena perbedaan titik lelehnya hanya berbeda beberapa derajat

saja. Selain itu, banyak osazon yang meleleh pada pengurainya.

Reagen dan bahan:

-larutan glukosa 1%

-larutan fruktosa 1%

6
Prosedur:

Larutan 2 gr fenilhidrazin dalam 30 ml air, aduk beberapa menit,

saing, bila murni, akan larut sempurna, tambahkan 3 gr natrium asetat dan

campur dengan baik. (hati-hati filhidrazin beracun jangan kena kulit).

Tambahkan 5 ml larutan fenilhidrazin dengan menggunakan gelas

ukur kedalam tabung yang berisi 2 ml larutan glukosa dan kedalam tabung

lain yang berisi 2 ml larutan fruktosa. Panaskan kedua tabung tersebut

didalam penangas air didih selama setengah jam. Biarkan tabung-tabung

mendinging perlahan-lahan. Ambil kristalnya dengan pipet tetes , dan

letkkan diatas kaca objek. Lalu tutup permukaanya dengan slip dan lihat

dibawa mikiroskop, gambarkan kristtal tersebut.

Pertanyaan:

1. Bagaimana bentuk kristal kedua osazon tersebut?

2. Tuliskan reaksi pembentukan osazon dari glukosa dan fruktosa?

3. Gula mana yang tidak membentuk osazon?

4. Apa maksudnya penambahan natrium asetan kedalam larutan

fenilhidrazin hidroksida?

5. Apa maksudnya penambahan natrium asetat larutan fenilhidrazin

hidroksida?

6. Uji Iodine

Uji iodine dipakai untuk Membedakan amilum dari glikogen.

Reagen dan Bahan

 Larutan amilum 1%

 HCL 6 N

7
 NaOH 6 N

Prosedur:

Larutan iodine 0,01 M: larutan 10 gr 1 liter air, tambahkan 2,5 gr

iodine dan aduk. Pipet kedalam tabung reaksi masing-masing 3 ml larutan

amilum kedalam tabung pertama tambahkan 2 tetes air, kedalam tabung ke

dua tetes HCL dan kedalam tabung ke-3 masing-masing tabung.

Perhatikan warna yang terbentuk, panaskan tabung yang berwarna,

dinginkan. Perhatikan perubahan- perubahannya.

Pertanyaan:

1. Zat lain manakah selama amilum yang memberi warna dengan iodine?

5NaI+NaIO3+3 H2O

2. 3 I2+6 NaOH 5NaI+NaIO3+3 H2O

5 NaI+NaIO3+6 HCL 3 I2+6 NaOH +3 H2O

Dengan melihat kedua persamaan diatas, kondisi yang bagaimanakah yang

daapat memberikan hasil uji yang terbaik?

3. Bagaimana keampuhan / ketelitian uji iodine ini dibandingkan terhadap uji

neutron?

8
BAB II

PROTEIN

1. Uji Million

Reagen yang dipanaskan dalam uji million adalah larutan merkuri dan

ion merkuri dan ion merkuri dalam suasana asam nitratwarna merah yang

berbentuk mungkin adalah garam merkuri dari tirosin yang ternitrasi.

Reagen:

Reagen million: dibuat dengan melarutkan 10 g merkuri dalam 20 ml

asam nitrat pekat. Jika melarut semua dan uap coklat tak kelihatan lagi,

encerkan dengan 50 ml air kemudian disimpan

Larutan protein: buat larutan albumin telur dengan mengecerkan putih

telur 5 kali.

Prosedur:

Pipet tetes 4, tabung reaksi 4,tambahkan 5 tetes reagen million

kedalam 3 ml larutan protein, panaskan camuran dengan baik. Jika reagen

yang digunakan terlalu banyak, maka akan hilang pada pemanasan.

Pertanyaan:

1) Apa yang terjadi jika garam merkuri ditambahkan kedalam protein?

2) Mengapa larutan albumin terkoagulasi?

3) Larutan protein mana yang memberikan uji negatif? Jelaskan!

2. Uji Hopkins-Cole

Reagen yang digunakan dalam uji hokins-cole mengandung asam

glioksilat atau dapat juga diganti dengan formaldehida dengan

penambahan asam sulfat pekat sedikit.karena tryptophan berkondensasi

9
dengan aldehid dalam suasana asam sulfat dan membentuk komleks

berwarna seperti:

Reagen:

 Reagen Hopkins-cole

 Larutan protein

 H2 SO4

Alat:

 Pipet tetes

 Tabung reaksi

Prosedur

Masukkan 2 ml larutan protein kedalam tabung reaksi, kemudian

tambahkan 2 ml reagen Hopkins-cole. Tambahkan sedikit demi sedikit

kira-kira 5 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung. Amati warna

yang terbentuk pada pertemuan kedua cairan. Jika perlu putar perlahan-

lahan tabung tersebut sampai terbentuk cincin berwarna.

Pertanyaan:

1. Jelaskan uji protein manakah yang tidak memeberika uji positif?

3. Uji Ninhidrin

Apabila ninhindri (triketohidrindene hidrat) dipanaskan dengan asam

amino, maka akan terbentuk kompleks berwarna. Untuk salah satu asam

amino dapat ditentukan secara kuantitatif dengan jalan mengamati

intensitas warna yang berbentuk sebanding warna yang terbentuk

sebanding dengan konsentrasi asam amino tersebut. Dalam hal ini NH 3

10
dan CO2 dikeluarkan, sehingga kemungkinan dapat diukur secara

kuantitatif.

Reaksinya: R-CH(NH2)-COOH →R-CHO+NH3+CO2

Asam-asam amino seperti; alanin, valin, leusin, isoleusin, rolin, dan

hidroksirolin memberikan kompleks yang berbeda warnanya dengan asam

amino lainnya, kompleks berwarna yang terbentuk mengandung dua

molekul ninhidrin yang bereaksi dengan ammonia setelah asam amino

dioksida.

Pertanyaan:

1. Warna apa yang terbentuk?

2. Gugus apa yang memberikan uji positif?

4. Uji Biuret

Biuret dihasilkan dengan memanaskan urea kira-kira pada suhu

180C. Dalam larutan biasa, biuret memeberikan warna violet dengan

CuSO4. Reaksi ini disebut sebagai reaksi biuret. Pada reaksi ini

kemungkinan terbentuk senyawa kompleks antara Cu++ dengan pasangan

electron bebas dari gugus –NH atauun gugus –CO DARI rantai

polipeptida. Syarat undutk dapat terjadi reaksi ini adalah adanya minimal

dua ikatan peptide. Asam-asam amino tidak memeberikan uji positif untuk

reaksi ini kecuali asam amino histidin, serin, dan treonim

Reagen:

 NaOH

 Larutan protein

 CuSO4 0,01 M

11
Alat:

 Vortex-mixer

 Tabung reaksi

 Pipet tetes

Prosedur:

Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N Kedalam 3 ml larutan protein, aduk

samai rata. Tambahkan setetes CuSO4 0,01 M. Aduk, jika timbul warna

violet, tambahkan lagi setetes atau dua tetes CuS.

Pertanyaan:

1. Mengapa harus dihindarkan kelebihan CuSO4?

2. Mengapa garam ammonium menganggu?

3. Mengapa asam amino histidin treonin dan serin memberikan reaksi

yang positif?

4. Mengapa syarat terjadinya reaksi ini harus ada minimal dua ikatan

peptide?

5. Pengendapan dengan Logam

Reagen:

 Larutan protein

 HgCL2 0,2 M

 Timbal asetat

Prosedur:

Kedalam 3 ml larutan protein tambahkan 5 tetes HgCl2 0,2 M. Ulangi

percobaan dengan menggunakan Pb asetat 0,2 M.

12
Pertanyaan:

1. Terangkan mengapa putih telur digunakan sebagai antidote pada

keracunan Pb & Hg?

2. Bagaimana warna endapan yang terjadi?

6. Pengendaan dengan Ammonium Sulfat Jenuh

Jika terdapat garam ammonium sulfat dalam persentase tinggi dalam

larutan protein, maka kelarutan protein berkurang. Akibatnya protein

menjadi mengendap. Secara teori dijelaskan hal ini dapat terjadi karena

garam ammonium sulfat dan protein berkompetisi mengikat air, padahal

garam ammonium sulfat memiliki kemampuan yang lebih besar untuk

terhidrasi dari protein. Akibatnya protein menjadi mengendap. Peristiwa

ini disebut dengan salting out.

Reagen:

 Larutan protein

 Ammonium sulfat Kristal

 Reagen millon

 Reagen untuk uji biuret

 Neraca

 Pengaduk

 Sentrifuga klinis

Prosedur:

Jenuh 10 ml larutan protein dengan ammonium sulfat Kristal. Untuk

pekerjaan ini pertama tambahkan sedikit Kristal ammonium sulfat, aduk

hingga melarut tambahkan lagi sedikit demi sedikit ammonium sulfat dan

13
aduk lagi hingga malarut, lakukan hal ini terus menerus hingga melarut.

Lakukan hal ini terus menerus hingga ammonium sulfat tidak melarut lagi.

Jika larutan sudah jenuh saring endapan. Uji kelarutan endapan dalam air.

Kemudian uji dengan reagen million dan fitratnya diuji dengan reagen

biuret.

7. Uji Koagulasi

Koagulasi berbeda dengan denaturasi.. pada koagulasi terjadi

kesetimbangan antara endapan dengan melarutnya kembali endapan yang

terbentuk. Denaturasi protein juga terjadi endapan, akan tetapi jika

endapan yang terbentuk dilarutkan kembali ternyata tidak dapat larut bagi.

Reagen:

 Asam asetat 1 M

 Larutan protein

 Reagen million

 Aquadest

Alat:

 Penangas air

 Kompor listrik

 Batang pengaduk

 Tabung reaksi

Prosedur:

Tambahkan 2 tetes asam asetat 1 m kedalam 5 ml larutan

protein.letakkan tabung dalam air mendidih selama 5 menit. Ambil

14
endapan dengan batang pengaduk. Uji kelarutan endapan didalam air,

kemudian uji endapan dengan reagen million.

8. Pengendapan dengan Alkohol

Reagen:

- HCL 0,1M

- NaOH 0,1 M

- Buffer asetat PH =4,7

- Etil alkohol 95 %

Prosedur:

Lakukan reaksi seperti terdapat dalam tabel berikut:

TABUNG 1 2 3

Laturan albumin 5 ml 5 ml 5 ml

HCL 0,1M 1 ml - -

NaOH 0,1 M - 1 ml -

Buffer asetat PH - - 1 ml

4,7

Etil alkohol 95% 6 ml 6 ml 6 ml

Tempatkan ketiga tabung dalam air mendidih selama 15 menit dan

dinginkan pada temperature kamar. Dalam tabung mana yang kelihatan

mengendap? Untuk tabung 1 dan 2 tambahkan 10 ml bufferr asetat PH 4,7

tulis hasil pengamatan ada.

Pertanyaan:

1. Sifat fisik apa dari protein yang mempengaruhi kelarutanya dalam

percobaan ini?

15
2. Metode lain apakah yang digunakan untuk denaturasi protein?

3. Perubahan kimia apa yang berhubungan dengan denaturasi telur

9. Kromotografi Kertas Asam-Asam Amino

Dasar percobaan

Kromotografi ketas adalah salah satu cara analisis yang sering

digunakan dalam penelitian komponen-komponen suatu campuran.

Dengan membandingkan pemindahan zat yang diselidiki terhadap

pemindahan zat zat standar yang diketahui, kita dapaat mengetahui zaat

yang diselidiki. Dalam percobaan ini hendak dianalisis secara

kualitatifsuatu larutaan yang berisi bermacam-macam asaam amino.

Kromotografi kertas dapat dilakukan secara satu atau dua dimensi. Bila

macam komponen tidak terlalu banyak, maka biasanya cara satu dimensi

cukup memuaskan. Tetapi jika hasilnya meragukan daan ini biasanya

disebaban karena macam komponenya terlalu banyak, maka caraa dua

dimensi seringkali diperlukan. Untuk diperlukan dua macam larutan eluen,

yang satu diperlukan untuk kesatu arah dan yang kedua untuk kearah lain.

Yang tegak lurus pada arah eluen yang Pertama. Elusi yang kedua

dilakukan setelah kertas kratomografi pada elusi pertama dikeringkan.

Umumnya dilakukan dengan menggunakan ninhidrin, untuk pewarnaan

noda-noda asam amino pada kertas kromatografi.

Reagen:

Larutan elusi (fase gerak): ada tiga jenis larutan elusi yang dikenalkan

dan sering dipakai. Untuk kromatografi satu dimensi hendaknya memilih

16
satu diantarannya, sedangkan bagi yang dua dimensi dipilih dua

diantarannya.

a. N-butanol: asam cuka: air (25:6:25)

Campurkanlah sambil dikocok-kocok dalam labu pemisah 100 ml n-

butanol, 100 ml aquadestdan 24 ml asam cuka glacial. Akan terbentuk

dua lapisan. Lapisan bawah dikumpulkan dalam beaker glass dan

ditaroh didalam cember kromatografi untuk menjenuhkan ruangan

tersebut dengan uapnya. Lapisan atas dikumpulkan juga dan inilah

yang dipakai sebagai larutan aluen.

b. Phenol: air (100:39)

Perlu diperhatikan bahwa phenol yang dipakai harus benar-benar

murni.

c. Kollidin: 2,4-litidin: air (1:1:1)

Zat-zat ini harus benar-benar murni.

Larutan standar asam-asam amino A,B,C,……,E,F, dan G, kadar

standar asam amino berkisar 3 mg per ml. Sebagai standar dapat diambil

glisil, leusin, metionin, tirosin, triptofan, dan sebagainya. Asam amino ini

dilarutkan dalam alcohol 75% dan kalu perlu ditambahkan 1-3 tetes HCL

pekat. Larutan D adalah larutan sampel campuran dari beberapa asam

amino.

Alat:

 Chamber kromatografi

 Kertas kromatografi (watman No.1)

 Botol semprot larutan nninhidrin

17
 Pengering

Prosedur:

Siapkan kertas kromatografi dengan ukura sesuai dengan besarnnya

cember kromatografi. Kemudian dengan pipet mikro (penotol) atau suatu

kapiler ditaruh tetesan 7 macam larutan seperti di atas berdampingan

dengan jarak 3 cm. Larutan ujung ada pada 5 cm dari pinggir kertas. Tiap-

tiap tetesan harus dikeringkan dulu misalnya dengan alat pengering

rambut, l sebelum tetesan berikutnya ditaruh diatasnya. Harus diusahakan

dengan asam amino yang diteteskan mencukupi sekitar 5 ul, sedangkan

besar Noda hendaknya jangan melibihi 0,4 cm, di agar kertasnya jangan

sampai tersentuh jari tangan kita, untuk itu pergunakannlah pinset.

Kertas tersebut digoyangkan dalam chamber kromatografi untuk

beberapa jam. Setelah penjenuhan maka berulah dimulai elusi, disini dapat

dipakai cara kromatografi menurun atau menaik.

Setelah larutan eluasi berjalan cukup jauh, maka kertas kromatografi

dikeringkan pada suhu 105-110o C selama 5 menit. Noda-noda asam amino

yang berwarna akan terlihat.

Tugas:

- Hitung harga Rf tiap-tia noda dan catat warnanya. Kemudian tetapkan

komonen asam-asam amino dalam larutan tersebut dengan

membandingkan Rf asam amino standar.

18
BAB III

LIPIDA

A. REAKSI LIPID

Lipid merupakan komponen jaringan yang heterogen dan

penggolongannya didasarkan atas kelarutannya didalam pelarut-pelarut

lemak seperti eter dan lain-lain. Sedangkan komponen-komponen

campuran lipid dapat difarksionisasi lebih lanjut dengan menggunakan

perbedaan kelarutannya didalam berbagai pelarut organic, sebagai contoh

fosfilid dapat dipisahkan dari sterol dan lemak netral atas dasar

ketidaklartannya didalam aseton.

Suatu reaksin yang sangat berguna untuk fraksionasi lipid adalah

reaksi penyambunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks adalah reksi

penyambunan. Alkali menghidrolisa lipid kompleks dan menghasilkan

sabun dari komponen-komponen yang mengandung asam-asam lemak

yang dapat diesterkan. Berhubung sebab tidak larut didalam eter, maka

dilakukan pemisahan sebagai berikut

Penyiapan bahan:

Pecahkan butir demi butir telur, lalu pisahkan putih telurnya dari

merahnya. Putih telurnya kemudian ditempatkan didalam botol 1 liter,

tuangkan kedalammnya hingga melapisi permukaan putih telur tersebut,

simpan botol didalam lemari es untuk percobaan dengan protein.

Sedangkan merah telur diaduk dengan campuran 50 ml eter, diamkan

selama 10 menit dengan sewaktu-waktu diaduk. Saring dalam beaker

19
kering melelui kertas saring yang telah dibasahi alkohol. Cuci residu diatas

kertas saring dengan 20 ml larutan alkohol eter segar yang dipakai untuk

ekstraksi (awas api).

Uapkan filtrate hingga kering diatas penangas air didih. Lalu

larutkan residu didalam 10 ml eter, dan perlahan-lahan tuangkan larutan

ini kedalam 30 ml aseton sambil diaduk, endapan yang terjadi adalah

lesitin (fosfolipid) saring. Lesitin (fofolipid) ini lalu dilarutkan didalam 20

ml alcohol. Tambah segera volume yang sama larutan katmium klorida

alkoholis, aduk dan biarkan selama 10 menit. Saring dengan penyaring

Buchner dan keringkan. Fosfolipid ini dipakai untuk uji akrolin. Filtrate

eter-aseton (dari pengendapan lesitin) diuapkan hingga menjadi pasta

diatas penangas air didih. Didinginkan, tambahkan larutan 15 ml larutan

KOH alkoholis alkoholis 10% aduk dan panaskan diatas penangas air

didih salama 30 menit, dinginkan dan tambahkan 50 ml eter. Saring

endapan dari sabun (simoan untuk uji pengendapan sabun).

Filtrate eter yang mengandung kolesterol, diuapkan hingga kering.

Kolesterol yang terjadi diekstrasi dengan 5 ml alkohol dan panaskan diatas

penangas air didih. Pindahkan larutan alkohol panas ini kedalam tabung

centrifuge tadi, lalu sentrifuge selama 2 atau 3 menit. Pindahkan

supernatant larutan alkohol kedalam tabung sentrifuge lainnya dan bantuan

pipet tetes. Tambahkan tetes demi tetes air kedalam larutan ini hingga

tidak lagi terjadi endapan, biarkan selama ½ jam, sentrifuge lagi.

Dekentasi supernatant yang jernih. Residu Kristal didalam tabung

sentrifuge dapat direksistelisasi dengan melarutkannya dalam sedikit

20
alcohol panas, biarkan mendingin, beberapa tetes air, dan

menyempurnakan kristalisasi. Sentrifuge lagi dan setelah supernnatan

didekantasi, keringkan Kristal dalam eksikator vacum. Dengan cara ini

dari sebuah merah telur bisa dihasilkan 50 sampai 75 mg kolesterol. Lihat

bentuk Kristal dibawah mikroskop dan gambarkan, simpan Kristal untuk

uji kolesterol.

Skema Analisis Lipida

Bahan yang mengandung lipida: kuning telur, kacang, kemiri,

wijjen, leak ewa, buah alpokat, dan lain-lain.

Keterangan:

1. Ekstraksi dege etanol-eter (2:1)

2. Dipaska penangas air

3. Tambahkan eter teruskan dengan aseton

21
4. Dilakukan tes teradap lesitin

5. Dipanaskan penangas air, teruskan dengan penambahan NaOH

alkoholis, dipanaskan penangas air, teruskan dengan penambahan etil

eter

6. Tambahakan air, terbentuk suspense + NaCl jenuh

7. Diuapkan penangas air, penambahan alkohol 98%

8. Tes asam lemak

9. Filtrate kolesterol, tes salkowski dan Lieberman-burchard

1. Uji Akrolin

Uji akrolin untuk gliserol bergantung pada dehidrasi dan oksidasi

gliserol menjadi akrolin.

CH2OH H

HCOH + KHSO4 C=O + H2O

CH2OH CH

CH2

Gliserol akrolin

Reagen dan bahan:

 KHSO4

 Gliserol

 Lesitin (Fosfolipid) dari percobaan sebelummnya.

Prosedur:

Gerus kira-kira 0,5 g lemak dengan 0,5 g KHSO4 didalam mortar.

Pindahkan kedalam tabung reaksi kering, lalu panaskan diatas api lebuh

22
besar. Perhatikan bau yang tercium. Ulangi percobaan dengan

menggunakan gliserol.

2. Uji penyambunan (untuk asam-asam lemak)

Reagen dan bahan:

 KOH alkoholis 10%

 Lemak/minyak

Prosedur:

Tambahkan 10 ml KOH alkoholis kedalam minyak yang hendak di uji,

kocok dan panaskan diatas penangas air didih hingga satu tetes dari

larutan larut sempurma didalam air. Tambahkan 10 ml air dan panaskan

lagi diatas penangas air didih sampai semua alkohol menguap. Lakukan

uji busa.

Pertanyaan:

Senyawa-senyawa apa lagi selain sabun yang membentuk busa.

Uji pengendapan (untuk sabun)

Reagen dan bahan:

- HCI pekat

- Sabun (dari percobaan sebelumnya)

- Kertas indicator kongomerah

Prosedur:

Kedalam larutan sabun dingin, tambahkan berapa tetes asam klorida

pekat sampai larutan bereaksi asam kuat terhadap kongomerah. Kocok

selama penambahan asam dengan baik.

23
Pertanyaan:

1. Apa hasilnya?

2. Senyawa organic lain apa yang juga memberi rekasi positif?

3. Uji salkowski untuk kolestrol

Bila kolestrol dengan konfigurasi tidak jenuh didalam molekulnya

direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi bebas air, maka akan

memberikan warna yang karakteristik. Warna yang dihasilkan bervariasi

dengan kondisi percobaan. Mekanisme reaksinya menurut salah satu teori:

mula-mula dibentuk kompleks asam yang berekativasi. Diikuti dengan

agregasi beberapa kolestrol menghasilkan sistem terkoagulasi. Senyawa-

senyawa kromofor agar yang dihasilkan berlaku sampai indikator asam

basa.

Baik uji salkowski maupun uji Liebermann-burchard akan

menghasilkan yang baik, bila alat-alat gelas, reagen-reagen dan senyawa

yang akan diuji berada dalam keadaan kering.

Reagen dan bahan:

- Kolesterol (dari percobaan sebelumnya)

- Klorofrom anhidrus

- H2SO4 pekat (D.B.1.84)

Prosedur:

Dalam tabung reaksi kering, larutkan beberapa miligram kolestrerol

didalam 3 ml klorofrom. Tambahkan volume yang sama dengan asam

sulfat pekat, kocok tabung perlahan-lahan, biarkan lapisan cair terpisah,

amati warnanya.

24
Pertanyaan:

1. Lapisan mana yang merupakan lapisan klorofrom? Bagaimana

warna?

2. Jelaskan warna lapisan asam sulfat dalam cahaya yang dipantulkan

cahaya yang ditransmisi!

3. Uji Liebermann-burchard untuk kolesterol

Prosedur:

Kedalam larutan kolesterol dalam klorofrom, tambahkan 10 tetes

asam asetat dan dua tetes asam sulfat pekat. Kocok perlahan-lahan dan

biarkan untuk beberapa menit.

Pertanyaan:

1. Jelaskan warna isi tabung?

2. Bagaimana kepekaan dari kedua uji: salkowski dan libermann

burchard terhadap kolesterol

3. Apa yang menyebabkan reaksi warna ini berguna untuk penentuasan

kuantitatif?

4. Uji Peroksida

Reagen dan bahan:

- Minyak olive

- Minyak lemak tengik

- Asam asetat glacial

- Larutan KI 10%

- Klorofrom

25
Prosedur:

Larutan kira-kira 1 ml minyak olive didalam 1 ml klorofrom,

tambahkan 2 ml asam asetat glacial dan 1 tetes larutan KI 10 % aduk

dengan baik dan biarkan selama 5 menit. Ulangi percobaan dengan

menggunakan minyak lemak tengik. Adanya peroksida ditunjukkan

dengan pembebasan iodine.

Pertanyaan:

1. Lipid mana yang menunjukkan dengan pembebasan iodine?

26
STIKES PANRITA HUSADA BULUKUMBA

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM BIOKIMIA

NAMA :

NIM :

HARI/TANGGAL :

MATERI PRAKTEK :

HASIL PENGAMATAN:
 PROSEDUR KERJA

 REAKSI

 HASIL

27
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

28
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

29
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

30
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

31
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

32
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

33
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

34
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

35
DIII ANALIS KESEHATAN
STIKES PANRITA HUSADA
BULUKUMBA

Judul Percobaan:

Laporan Harian:

Pembimbing Praktikan

(…………………………..….) (………………………………)

36
DAFTAR PUSTAKA

Panil, Z., 2008. Memahami Teori dan Praktik Biokimia Dasar Medis: Untuk
Mahasiswa Kedokteran, Keperawatan, Gizi, dan Analis Kesehatan. EGC:
Jakarta.

Rodwell, V.W., Bender, D.A., dkk., 2018. Biokimia Harper Ed. 30. EGC: Jakarta.

Sadikin, M., 2014. Seri Biokimia: Biokimia Darah. Widya Medika: Jakarta.

Saryono, 2011. Biokimia Enzim. Nuha Medika: Yogyakarta.

Yazid, E., & Nursanti, L., 2016. Biokimia: Praktikum Analisis Kesehatan. EGC:
Jakarta.

37

Anda mungkin juga menyukai