Anda di halaman 1dari 35

TIM PENYUSUN:

Dr.dr.I Gusti Agung Dewi Sarihati, M. Biomed


Dr.drg. I Gusti Agung Ayu Putu Swastini, M. Biomed
Luh Putu Rinawati, S.Si

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


POLTEKKES DENPASAR 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kai panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-Nyalah
penulisan “Buku Pedoman Praktikum Kimia Klinik Semester IV” dapat diselesaikan
tepat pada waktunya. Buku pedoman ini disusun berdasarkan kurikulum yang telah
ditetapkan dengan tujuan agar mahasiswa mempunyai pedoman kerja dalam melaksanakan
kegiatan praktikum pada mata kuliah Kimia Klinik Semester IV, di Jurusan Teknologi
Laboratorium Medis Poltekkes Denpasar.

Kami sampaikan terimakasih kepada segenap pihak yang telah memberikan bantuan
dan dukungan moril sehingga buku pedoman ini bisa tersusun, terutama untuk segenap
jajaran di Jurusan Analis Kesehatan Poltekkes Denpasar.

Kami menyadari bahwa buku pedoman praktikum ini masih jauh dari sempurna,
sehingga saran dan kritik yang membangun kami harapkan untuk penyempurnaan lebih
lanjut.

Denpasar, Januari 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ………...…………………………………..…………………………
DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………
PEMERIKSAAN KADAR BULIRUBIN TOTAL DAN DIRECT PADA SERUM .............
PEMERIKSAAN KADAR SGOT PADA SERUM................................................................
PEMERIKSAAN KADAR SGPT PADA SERUM.................................................................
PEMERIKSAAN GAMMA GLUTAMYLTRANSFERASE (GGT)......................................
PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE ( ALP )......................................................
PEMERIKSAAN ALBUMIN..................................................................................................
PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN......................................................................................
PEMERIKSAAN KADAR UREA PADA SERUM ...............................................................
PEMERIKSAAN KADAR CREATININ PADA SERUM ...................................................
PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT PADA SERUM....................................................

ii
PEMERIKSAAN BILIRUBUIN TOTAL DAN DIRECT
TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan bilirubuin total dan direct pada
sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan bilirubuin total dan direct pada sampel
serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan bilirubuin total dan
direct pada sampel serum.

METODE
Malloy-Evelyn modified, end point.

PENDAHULUAN

PRINSIP
Prinsip pemeriksaan yaitu asam sulfanilat bereaksi dengan natrium nitrat untuk membentuk
asam sulfanilat yang diazotisasi. Di hadapan akselerator (setrimida), bilirubin terkonjugasi
dan tak terkonjugasi bereaksi dengan asam sulfanilat diazotisasi untuk membentuk
azobilirubin (total Bilirubin 4 +1). Dengan tidak adanya akselerasi, hanya bilirubin
terkonjugasi yang bereaksi (Bilirubin Direct 4 +1). Peningkatan absorbansi pada 550nm
sebanding dengan konsentrasi bilirubin.
Sulfanilic Acid +NaNO2 Diazotized Sulfanilic Acid
Bilirubin+Diazotized Sulfanilic Acid Azobilirubin

ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge

Bahan, Reagen merk Elitech:


Bahan:

 Bilirubin total (R1) dengan komposisi:

Sulfanilic Acid 29 mmol/L


Hydrochloric acid 67 mmol/L
Cetrimide 37 mmol/L

 Bilirubin directl (R1)

Sulfanilic Acid 29 mmol/L


Hydrochloric acid 67 mmol/L

 Bilirubin total dan directl (R2)

Sodium nitrit 5,8 mmol/L


Sampel : Serum, plasma

CARA KERJA
Bilirubin total
1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL R1 dengan 250 uL
R2 ) homogenkan  WR ( working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel

Blanko Standar Sampel


Working Reagen (WR) 500 µl 500 µl 500 µl
Aquadest 50 µl - -
Standar - 50 µl -
Sampel - - 50 µl
Campur dan baca optical density (OD) setelah inkubasi 10 menit dengan panjang
gelombang 546 nm.
Bilirubin direct
1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL R1 dengan 250 uL
R2 ) homogenkan  WR ( working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel

Sampel
Working Reagen (WR) 500 µl
Sampel 50 µl
Campur dan baca optical density (OD) setelah inkubasi 10 menit dengan panjang
gelombang 546 nm.

Bila menggunakan perhitungan manual maka akan digunakan kalkulasi sebagai berikut:
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑘𝑎𝑙𝑖𝑏𝑟𝑎𝑡𝑜𝑟( )
𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑑𝑙
Konversi :
mg/dl x 17,1 = µmol/L

INTERPRETASI
 Total bilirubin dalam serum/plasma pada orang dewasa dan anak-anak
diatas 10 tahun adalah 0.3 – 1,2 mg/dL ( 5 – 21 µmol/L),
 Bilirubin direct <0,2 mg/dL ( 3,4 µmol/L)
PEMERIKSAAN AST/SGOT (Aspartate Aminotransferase)
TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan AST/SGOT pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan AST/SGOT pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan AST/SGOT pada sampel
serum.

METODE
Enzymatic kinetic

PENDAHULUAN
SGOT / AST didistribusikan secara luas dengan konsentrasi tinggi di jantung, hati, otot rangka,
ginjal, dan eritrosit. Kerusakan atau gangguant pada semua jaringan tersebut seperti infark
miokard, hepatitis virus, nekrosis hati, sirosis dan distrofi otot dapat menyebabkan peningkatan
kadar SGOT / AST.

PRINSIP
Rangkaian reaksi yang terlibat dalam sistem pengujian adalah sebagai berikut:

SGOT / AST
L-Aspartate + 2-oxoglutarate Oxaloacetate + L-Glutamate

MDH
Oxaloacetate + NADH Malate + NAD +

LDH
Piruvat + NADH L-laktat + NAD

1. SGOT / AST dalam sampel mengkatalisis transfer kelompok amino dari L-aspartate ke 2-
oxoglutarate sehuingga membentuk oxaloacetate dan L-glutamate.
2. Oxaloacetate dengan adanya NADH dan Malate dehydrogenase (MDH) ini direduksi
menjadi L-malat. Dalam reaksi ini NADH dioksidasi menjadi NAD. Reaksinya adalah
dipantau dengan mengukur laju penurunan absorbansi pada 340 nm karena oksidasi
NADH menjadi NAD.
3. Penambahan Lactate dehydrogenase (LDH) ke reagen perlu dilakukan untuk
mempercepat pengurangan piruvat endogen sehingga tidak mengganggu pengujian.

ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge
Bahan:
a. Reagen:
R1
Tris Buffer (pH 7.8) 110 mmol/l
L-Aspartate 340 mmol/l
LDH ≥ 4000 U/l
MDH ≥ 750 U/l
R2
CAPSO 20 mmol/l
2-Oxoglutarate 85 mmol/l
NADH 1.05 mmol/l
b. Sampel : Serum, plasma
CARA KERJA ( ERBA Mannheim)
Panjang gelombang 340 nm, Hg 334 nm, Hg 365 nm
Suhu 37oC
1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL R1 dengan 250 uL R2 )
homogenkan  WR ( working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel
Sampel
WR 500µl
Sampel 50µl
Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan Panjang gelombang 340
nm, Hg 334 nm, Hg 365 nm pada Suhu 37oC (inkubasi dilakukan dalam alat 1 menit dan
pengukuran serapan dibaca pada alat 1,2 dan 3 menit )

Kalkulasi

ΔAsam/min

AST/GOT (U/l) = x Ccal


ΔAcal/min

Ccal = konsentrasi kalibrator


Using factor: AST/GOT = f x ΔA/min f = factor
Konversi UNIT
U / l x 0,017 = μkat / l

INTERPRETASI
Pria hingga 35 U / l
Wanita hingga 31 U / l
Pustaka:
1. Thomas L. Alanine aminotransferase (ALT), Aspartate aminotransferase (AST). In:
Thomas L, editor. Clinical Laboratory Diagnostics. 1st ed. Frankfurt: TH-Books
Verlagsgesellschaft; 1998. p. 55-65.
2. Moss DW, Henderson AR. Clinical enzymology. In: Burtis CA, Ashwood ER, editors.
Tietz Textbook of Clinical Chemistry. 3rd ed. Philadelphia: W.B Saunders Company;
1999. p. 617-721.
3. Schumann G, Bonora R, Ceriotti F, Férard G et al. IFCC primary reference procedure for
the measurement of catalytic activity concentrations of enzymes at 37 °C. Part 5:
Reference procedure for the measurement of catalytic concentration of aspartate
aminotransferase. Clin Chem Lab Med 2002;40:725-33.
4. Tietz Textbook of Clinical Chemistry. Burtis CA and Ashwood ER, Fifth Edition, 2012
PEMERIKSAAN SERUM GLUTAMIC PYRUVATE TRANSAMINASE (SGPT) /
ALANIN AMINOTRANSFERASE (ALT)
TUJUAN
1. Tujuan Umum :

Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan ALT/SGPT pada sampel serum.


2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan ALT/SGPT pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan ALT/SGPT pada
sampel serum.

METODE
Enzymatic kinetic

PENDAHULUAN
Alanin Aminotransferase (ALT) / GPT dalam konsentrasi tinggi ditemukan di hati
dan pada tingkat lebih rendah di ginjal, jantung, otot rangka, pankreas, limpa dan paru-paru.
Peningkatan level ALT / GPT umumnya akibat penyakit hati yang terkait dengan terjadinya
nekrosis hati seperti sirosis, hepatitis virus maupun hepatitis toksik dan penyakit kuning
akibat dari obstruktif (obstructive jaundice). Secara khas ALT / GPT umumnya lebih tinggi
dari AST / GOT pada virus akut atau hepatitis toksik, sedangkan untuk sebagian besar pasien
dengan penyakit hati kronis, ALT / GPT level umumnya lebih rendah dari level AST / GOT.

PRINSIP
Reagen ALT / GPT ini didasarkan pada rekomendasi IFCC tanpa piridoksal fosfat.
Rangkaian reaksi yang terlibat dalam sistem pengujian adalah sebagai berikut:

ALT/GPT
L-Alanine + 2-oxoglutarate Pyruvate + L-Glutamate

LDH
Pyruvate + NADH L-Laktat + NAD +

LDH
Sample pyruvate + NADH L-laktat + NAD+
1. Gugus amino ditransfer secara enzimatik oleh SGPT / ALT yang ada dalam sampel
serum dari alanin dengan atom karbon 2-oxoglutarate menghasilkan piruvat dan L-
glutamat.
2. Piruvat direduksi menjadi laktat oleh LDH yang ada dalam reagen dengan oksidasi
+
simultan NADH menjadi NAD . Reaksi dipantau dengan mengukur tingkat
penurunan absorbansi pada 340 nm karena oksidasi NADH.
3. Piruvat sampel endogen dengan cepat dan sepenuhnya dikurangi dengan LDH selama
periode inkubasi awal untuk menghindari gangguan selama pengujian.

ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge

Bahan dan reagen merk ERBA:

Reagen:

R1
Tris buffer (pH 7.5) 137.5 mmol/l
L-Alanine 709 mmol/l
LDH (microbial) ≥ 2000 U/l
R2
CAPSO 20 mmol/l
2-oxoglutarate 85 mmol/l
NADH 1.05 mmol/lR2
Bahan : Serum, plasma
CARA KERJA ( ERBA Mannheim)
1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL R1 dengan 250 uL R2
) homogenkan  WR ( working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel
Sampel
Working Reagen (WR) 500µl
Sampel 50µl
Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan Panjang
gelombang 340 nm, Hg 334 nm, Hg 365 nm pada Suhu 37oC (inkubasi
dilakukan dalam alat 1 menit dan pengukuran serapan dibaca pada alat 1,2
dan 3 menit )

Kalkulasi :

ΔAsam/min
1.
ALT/GPT (U/l) = x Ccal
ΔAcal/min

Ccal = konsentrasi kalibrator

2. Faktor yang digunakan: ALT/GPT = f x ΔA/min f = faktor


Faktor pada suhu 37oC
Sample start (f)
Pada 340 nm 1745
Pada 334 nm 1780
Pada 365 nm 3235

Konversi UNIT
U / l x 0,017 = μkat / l

INTERPRETASI
Laki-laki ≤ 45 U/l
Perempuan ≤ 34 U/l
Pustaka:
1. Thomas L. Alanine aminotransferase (ALT), Aspartate aminotransferase (AST). In:
Thomas L, editor. Clinical Laboratory Diagnostics. 1st ed. Frankfurt: TH-Books
Verlagsgesellschaft; 1998. p. 55-65.
2. Moss DW, Henderson AR. Clinical enzymology. In: Burtis CA, Ashwood ER,
editors. Tietz Textbook of Clinical Chemistry. 3rd ed. Philadelphia: W.B Saunders
Company; 1999. p. 617-721.
3. Tietz Textbook of Clinical Chemistry. Burtis CA and Ashwood ER, Fifth Edition,
2012
PEMERIKSAAN GAMMA GLUTAMIL TRANSFERASE (Gamma-GT/GGT)

TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Gamma Glutamil Transferase
(Gamma-GT/GGT) pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Gamma Glutamil Transferase (Gamma-
GT/GGT) pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Gamma Glutamil
Transferase (Gamma-GT/GGT) pada sampel serum.

METODE
Enzymatic kinetic

PENDAHULUAN
Gamma-glutamyl transferase (GGT) adalah enzim yang ditemukan di banyak organ di
seluruh tubuh, dengan konsentrasi tertinggi ditemukan di hati. GGT meningkat dalam darah
pada sebagian besar penyakit yang menyebabkan kerusakan pada hati atau saluran empedu.
Produksi GGT oleh hati bisa meningkat akibat pengaruh obat-obatan yang menginduksi
enzim mikrosomal, terutama etanol, zat antikonvulsan, sedatif dan penghambat reseptor
histamin. Sama halnya dengan ALP, obstruksi bilier menyebabkan terganggunya ikatan lipid
dengan GGT, sehingga mengakibatkan peningkatan aktivitas GGT dalam plasma. Sebaliknya
berbeda dengan ALP, tidak ada peningkatan GGT yang terdeteksi pada penyakit tulang. GGT
sangat berkorelasi dengan indeks massa tubuh, dan ditemukan sebagai prediktor independen
kerusakan ginjal (mikroalbuminuria) pada individu diabetes dan hipertensi.
PRINSIP
Metode yang digunakan adalah kolorimetri kinetik menurut Persijn & van der Slik. Metode
yang sudah terstandarisasi yang direkomendasikan International Federation of Clinical
Chemistry and Laboratory Medicine (IFCC).
GGT yang ada dalam sampel mengkatalisasi kelompok glutamyl dari substrat γ-glutamyl-3-
carboxy-4-nitroanilide dengan glycylglycine yang membentuk glutamyl glycylglycine dan 5-
amino-2-nitrobenzoate.

L-γ-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide + glycylglycine

GGT

L-γ-glutamyl glycylglycine + 5-amino-2-nitrobenzoate

ALAT DAN BAHAN


Alat:

 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge
Bahan, Reagen merk ERBA:
Reagen:
Reagen 1 (R1)
Tris buffer, pH 8,25 125 mmol/l
Glycylglycine 125 mmol/l
Reagen 2 ( R2)
L-γ-glutamyl-3-carboxy-4-nitroanilide 20 mmol/l
Serum, plasma (heparin, EDTA) dari pasien puasa 8 jam
Stabilitas serum / plasma: 3 hari pada suhu 20–25°C, 7 hari pada suhu 4–8°C, dan 1 tahun
pada suhu -20°C
CARA KERJA ( ERBA Mannheim)
1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL R1 dengan 250 uL R2
) homogenkan  WR ( working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel
Sampel
Working Reagen (WR) 500µl
Sampel 5µl
Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan Panjang
gelombang 405 (400 – 420) nm pada Suhu 37oC (inkubasi dilakukan dalam
alat 1 menit dan pengukuran serapan dibaca pada alat 1,2 dan 3 menit )

Kalkulasi

ΔAsam/min
1.
GGT (U/l) = X Ccal

ΔAcal/min

Ccal = konsentrasi kalibrator

2. Faktor yang digunakan : GGT = f x ΔA/min f = faktor


Substrat start faktor 1606 (IFCC)
Sample start faktor 1669 (IFCC)

INTERPRETASI
Laki-laki < 55 U/l
Perempuan < 38 U/l
PEMERIKSAAN ALKALINE PHOSPHATASE (ALP)

TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Alkaline phosphatase (ALP) pada
sampel serum.

2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Alkaline phosphatase (ALP) pada sampel
serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari Alkaline phosphatase (ALP) pada
sampel serum.

METODE
Enzymatic kinetic

PENDAHULUAN
Pengukuran alkali fosfatase serum samgat penting dalam diagnosis penyakit hati
kolestatik. Peningkatan yang tinggi kadar alkali fosfatase terlihat pada pasien dengan
kolestasis. Biasanya, empat kali lipat dari batas atas nilai normal atau lebih besar, hal ini
ditemukan pada 75% pasien dengan kolestasis, baik intrahepatik maupun ekstrahepatik.
Namun tingkat dari kadar alkali fosfatase serum tidak bisa membantu dalam membedakan
kedua jenis kolestasis tersebut. Peningkatan kadar alkali fosfatase serum juga bisa terjadi
pada obstruksi bilier karena kanker (kolangiokarsinoma, adenokarsinoma pankreas,),
koledocholithiasis, cedera hati karena obat, penyakit hati infiltratif (sarkoidosis, amiloidosis,
tuberkulosis, dan metastasis hati), hepatitis alkoholik berat yang menyebabkan steatonekrosis.
Pasien dengan AIDS juga mungkin memiliki tingkat yang sangat tinggi, bisa karena
kolangiopati dari infeksi oportunistik seperti cytomegalovirus, cryptosporidiosis, atau
granulomatosa hati akibat tuberkulosis.
Peningkatan sedang (moderate) (hingga empat kali batas atas normal) serum alkaline
phosphatase dapat terjadi dalam berbagai kondisi yang memengaruhi hati termasuk sirosis,
hepatitis kronis, hepatitis virus, gagal jantung kongestif dan kolangiopati iskemik. Gangguan
yang tidak langsung melibatkan hati seperti infeksi intra-abdominal, kolestasis sepsis,
limfoma Hodgkin, metaplasia myeloid dan osteomielitis juga dapat menyebabkan
peningkatan moderat alkali fosfatase serum.
Kadar rendah yang abnormal dapat terjadi pada penyakit Wilson, terutama ketika
muncul dalam bentuk fulminan dengan hemolisis. Seng adalah kofaktor dari Alkaline
phosphatase, yang digantikan oleh tembaga pada penyakit Wilson, suatu kelainan dari
kelebihan tembaga, dengan demikian mengarah ke tingkat yang rendah. Penyebab lain dari
kadar alkali fosfatase yang rendah adalah defisiensi seng, anemia pernisiosa, hipotiroidisme,
dan hipofosfatasia bawaan.

PRINSIP
Metode ini sesuai dengan rekomendasi dari International Federation of Clinical
Chemistry and Laboratory Medicine (IFCC), menggunakan 4-nitrofenil fosfat sebagai
substrat. Dalam kondisi yang optimal, ALP yang ada dalam sampel mengkatalisis reaksi
berikut:

ALP
AMP + 4-NPP + H2O 4-nitrophenol + phosphate
Mg 2++ / pH alkali

Pada pH reaksi, 4-nitrophenol memiliki warna kuning yang pekat. Pereaksi juga mengandung
sistem buffer ion logam untuk menjaga konsentrasi Zinc dan Magnesium yang optimal.
Buffer ion logam juga dapat mengikat ion lainnya yang mungkin berpotensi menghambat
reaksi.
Reaksi dipantau dengan mengukur laju peningkatan absorbansi pada 405 atau 415 nm yang
sebanding dengan aktivitas ALP dalam serum.

ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge
Bahan dan reagen merk ERBA:
Reagen:
Reagen 1 (R1)
AMP buffer, pH 10.4 434 mmol/l
Magnesium acetate 2.48 mmol/l
Zinc sulfate 1.24 mmol/l
HEDTA 2.48 mmol/l
Reagen 2 ( R2)
p-nitrophenyl phosphate 19.5 mmol/l
Serum, plasma (heparin, EDTA)
Stabilitas serum / plasma: 4 jam pada suhu 20–25°C, 3 hari pada suhu 4–8°C, dan 2
bulan pada suhu -20°C

CARA KERJA ( ERBA Mannheim)


Panjang gelombang.
Suhu 37oC
1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL R1 dengan 250 uL
R2 ) homogenkan  WR ( working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel

Sampel
Working Reagen (WR) 500µl
Sampel 10µl
Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 420
(405 – 430) nm pada Suhu 37oC (inkubasi dilakukan dalam alat 1 menit dan
pengukuran serapan dibaca pada alat 1,2 dan 3 menit )

Kalkulasi

ΔAsam/min
1.
ALP (U/l) = X Ccal

ΔAcal/min

Ccal = konsentrasi kalibrator

2. Faktor yang digunakan : ALP = f x ΔA/min f = faktor f = 2764 (pada 405 nm)
INTERPRETASI

Perempuan Kadar ALP Laki-Laki Kadar ALP


4 – 15 tahun 54 - 369 U/l 1 – 12 tahun 54 - 369 U/l
20 – 50 tahun 42 - 98 U/l 20 – 50 tahun 53 - 128 U/l
≥ 60 tahun 53 - 141 U/l ≥ 60 tahun 56 - 119 U/l
PEMERIKSAAN ALBUMIN

TUJUAN PEMBELAJARAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan albumin pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa memahami prinsip pemeriksaan albumin
b. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan albumin pada sampel serum.
c. b.Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan albumin pada
sampel serum
METODE

Colorimetric- Bromocresol green (BCG)

PENDAHULUAN

Albumin, pertama kali disintesa dalam hati, banyaknya hampir 50% dari plasma protein.
Karena ukurannya yang kecil dan konsentrasinya yang tinggi dalam plasma, albumin
merupakan komponen protein yang besar dari cairan ekstra vaskuler termasuk cairan
serebrospinal, cairan interstitial, urin dan cairan amnion. Fungsi utama albumin adalah
menjaga tekanan osmotik koloid antara cairan vaskuler dan ekstravaskuler dengan cara
menjaga keseimbangan keduanya. Albumin juga berikatan dan mengedarkan sebagian besar
komponen seperti ion-ion, asam lemak bebas, bilirubin, obat. Albumin merupakan cadangan
seluler asam amino. Meningkatnya kadar albumin ditemukan pada keadaan dehidrasi akut
atau hemodilusi. Hipoalbuminemia ditemukan dalam berbagai penyakit terkait dengan
beberapa patologi seperti keradangan akut dan kronik, penurunan sintesis albumin, gangguan
hepatica, malnutrisi berat, analbuminemia, kehilangan albumin yang berlebihan, sindrom
nefrotik, kehilangan lewat gastrointestinal, luka bakar yang berat, peningkatan katabolisme
seperti demam, hiprtiroidisme.
PRINSIP

Penentuan kolorimetri albumin menggunakan bromocresol green pada pH 4.20

pH 4.20
Albumin + BCG Albumin-BCG kompleks

ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge

Reagen Merk ELITech : R


 Siccinate buffer, ph 4.20 87 mmol/L
 Bromocresol green 0,2 mmol/L
 Brj 35 7,35 mmolL
Standar: std
 Bovine albumin 5 g/dl (50g/L)
 Sodium acide < 1%

CARA KERJA
Blanko Standar Control Sampel

Reagen 500 µL 500 µL 500 µL 500 µL

Distilled water 5 µL
Standar 5 µL
Control 5 µL
Sampel 5 µL
Homogenkan, inkubasi selama 5 menit kemudian baca pada alat dengan panjang gelombang
546 nm (520-570) ( warna bertahan paling lama dalam waktu 30 menit)
Kalkulasi: OD sampel x konsentrasi standar

OD Standar

INTERPRETASI
Pasien istirahat
 Dewasa : 3,5 – 5,2 g/dL
 60-90 th : 3,2 – 4,6 g/dL
 >90 th : 2,9 – 4,5 g/dL
Pasien Rawat Jalan

 Dewasa : 3,8 – 5,5 g/dL


 60-90 th : 3,5 – 4,9 g/dL
 >90 th : 3,1 – 4,8 g/dL
PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN (Elitech)
TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan Total protein pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan Total protein pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan Total protein pada
sampel serum.

METODE

Biuret end point

PENDAHULUAN

Dalam plasma, terdapat 50 - 60 % dari total protein. Sebagian besar protein plasma disintesa
di hati. Total protein abnormal terjadi karena gangguan konsentrasi albumin atau
immunoglobulin. Insufisiensi protein berat ditemukan pada malabsorpsi, maldigestion dietary
insufisiensi. renal dan penyakit hati disertai dengan hipoproteinemia. Jika konsentrasi protein
total lebih rendah dari 4 g/dl, dapat terjadi oedem. Hiperproteinemia dapat terlihat pada kasus
hiperimunoglobulinemia (multiple myeloma, dehidrasi penyakit hati kronis). Kadar protein
serum menurun pada keadaan penyakit ginal dan kegagalan fungsi hati terminal.

PRINSIP

Serum protein dilihat melalui kompleks warna yang terbentuk antara garam tembaga dalam
larutan alkali

Alkalin
2+ solution
Protein + Cu colored complex
solution

ALAT DAN BAHAN


Alat:
• Mikropipet + tip
• Spektrofotometer
• Tabung serologi
• Rak tabung
• Beaker glass
• Centrifuge
Bahan, Reagen (Elitech)
Potassium iodide 6 mmol/L
Potassium sodium tartrate 21 mmol/L
Copper sulfate 6 mmol/L
Sodium hydroxide 490 mmol/L
Standar
Albumin 6 g/dL (tertera dalam botol)
Sodium azide <0.01 %
Sampel:
Serum ( plasma lithium heparin)

CARA KERJA
Blanko Standar Sampel

Reagen 500µl 500µl 500µl

Distilled water 5 µL
Standar 5 µL
Sampel 5 µL
Homogenkan, inkubasi selama 11 menit kemudian baca pada alat ( warna bertahan paling
lama dalam waktu 30 menit)

INTERPRETASI
Serum 6.0 – 7.8 g/dL
Plasma lebih tinggi 0.2 – 0.4 g/dL dari kadarnya dalam serum
PEMERIKSAAN UREA
TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan urea pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan urea pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan urea pada sampel
serum.

METODE
Enzymatic-UV-Kinetic

PENDAHULUAN
Urea merupakan produk metabolik utama katabolisme protein. Biosintesis urea dari amonia
dilakukan oleh enzim hati. Lebih dari 90% urea diekskresikan melalui ginjal, sisanya
diekskresikan melalui saluran pencernaan atau kulit. Konsentrasi urea darah dapat meningkat
pada berbagai faktor yang terkait dengan penyebab prerenal seperti peningkatan katabolisme
protein, perdarahan pada saluran pencernaan, dan beberapa penyakit hati kronis atau
penyebab postrenal ginjal (penyakit ginjal akut atau kronis, obstruksi postrenal terhadap
aliran urin). Penentuan kadar urea dilakukan bersama dengan penentuan kadar kreatinin
untuk membedakan antara gangguan prerenal (kreatinin normal) dan gangguan postrenal
ginjal (peningkatan kreatinin). Urea dalam urin dapat digunakan sebagai indikator
keseimbangan nitrogen keseluruhan dan sebagai panduan untuk total kebutuhan asam amino
untuk pasien dengan nutrisi pra renal.

PRINSIP

urease
Urea + 2H20 2NH4+ + CO22-

GDH
NH4+ + α-Ketoglutarate + NADH L-Glutamate + NAD+ + H2O
urease

GDH = Glutamate dehydrogenase


ALAT DAN BAHAN
Alat:
 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge
Bahan merk Elitech:
 Reagen 1 (R1)
o Triss Buffer, pH 7.60 (37oC) 125 mmol/L
o ADP 1 mmol/L
o α-Ketoglutarate 9 mmol/L
o Urease ≥ 8100 U/L
o GIDH ≥ 1350 U/L
o Sodium azide < 0.1 %
 Reagen 2 (R2)
o NADH 1.5 mmol/L
o Sodium azide < 0.1 %
 Standar
o Urea 50 mg/dL
8.33 mmol/L
CARA KERJA
1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL R1 dengan 250 uL R2
) homogenkan  WR (working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel
Standar Sampel
Working Reagen (WR) 500µl 500µl
Standar 5µl
Sampel - 5µl
Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan panjang
gelombang 340 nm pada suhu 37 oC (inkubasi dilakukan dalam alat masing-
masing 2 menit )
Kalkulasi:
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟( 𝑑𝑙 )
𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Konversi :
mg/dl x 0,1665 = mmol/L
catatan: pada praktikum menggunakan alat di lab JAK tidak perlu dilakukan kalkulasi pada
hasil yang ditampilkan oleh alat

INTERPRETASI
Urea serum/plasma
12.9 – 42.9 mg/dl
Dewasa 21- 60 th
2.14 – 7.14 mmol/L
17.2 – 49.3 mg/dl
Dewasa 60 – 90 th
2.86 – 8.21 mmol/L
21.4 – 66.5 mg/dl
Dewasa >90 th
3.57 – 11.07 mmol/L
PEMERIKSAAN CREATININ
TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan creatinin pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus :
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan creatinin pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan creatinin pada sampel
serum.

METODE
Enzymatic-Calorimetric-Kinetic

PENDAHULUAN
Creatinin adalah produk limbah dari metabolisme keratin dan merupakan penanda yang
sangat baik untuk mengetahui fungsi ginjal. Kadar kreatinin serum cenderung tetap konstan.
Kadar kreatinin serum yang tinggi berhubungan dengan penurunan fungsi glomerulus ginjal
(FGR). Tes kreatinin serum lebih dapat diandalkan daripada tes urea. Karena tingkat serum
urea dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti diet, derajat dehidrasi dan metabolisme protein
(tingkat kreatinin serum tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor ini). Tes clearance creatinin juga
dapat digunakan untuk mengukur FGR. Dalam kasus transplantasi ginjal, setiap peningkatan
kreatinin serum, sesedikit mungkin, dapat mencerminkan penolakan transplantasi.
Peningkatan kreatinin dalam serum dan urin bisa menjadi tanda nekrosis otot.

PRINSIP

creatinin ase
Creatinin + H20 creatine

creatinase
Creatine + H20 Sarcosine + Urea

Sarcosine oxidase
Sarcosine + 02 Glycine + HCHO + H2O2

Peroxidase
H2O2 + EHSPT + 4-AAP Quinoneimine
4-AAP : amino-4-Antipyrine

EHSPT : N-Ethyl-N-(2(Hydroxy-3-Sulfopropyl)-m-Toludine

ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge
Bahan, Reagen merk Elitech:
 Reagen 1 (R1)
o MOPS Buffer, pH 7.5
o EHSPT 0,4 mmol/L
o Creatinase ≥ 10.000 U/L
o Sarcosine oxidase ≥ 3500 U/L
o Ascorbate Oxidase ≥ 1000 U/L
 Reagen 2 (R2)
o MOPS Buffer, pH 7.5
o Amino-4-Antipyrine 2.95 mmol/L
o Creatininase ≥ 150.000 U/L
o Peroxidase ≥ 4.000 U/L
o Sodium azide < 0.1 %
 Standar
 Serum darah
CARA KERJA ( Elitech Clinical Systems Selectra Analyzers)
1. Campur reagen 1 dan 2 dengan perbandingan 4:1 (contoh :1000 uL R1 dengan 250 uL R2
) homogenkan  WR ( working reagen)
2. Setelah disiapkan WR maka dilanjutkan dengan prosedur dalam tabel
Standar Sampel
Working Reagen (WR) 500µl 500µl
Standar 5µl -
Sampel - 5µl
Homogenkan, langsung dibaca pada spektrofotometer dengan Panjang
gelombang 546 nm pada Suhu 37oC (inkubasi dilakukan dalam alat masing-
masing 2 menit )

Kalkulasi:
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟( 𝑑𝑙 )
𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Konversi :
mg/dl x 0,0884 = mmol/L
mg/dl x 88.40 = µmol/L

catatan: pada praktikum menggunakan alat di lab JAK tidak perlu dilakukan kalkulasi pada
hasil yang ditampilkan oleh alat

INTERPRETASI
Urea serum/plasma
0.72 – 1.18 mg/dl
Laki-laki
64 - 104 mmol/L
0.55 – 1.02 mg/dl
Perempuan
49 – 90 mmol/L
PEMERIKSAAN ASAM URAT
TUJUAN
1. Tujuan Umum :
Mahasiswa mampu mengetahui prinsip pemeriksaan asam urat pada sampel serum.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan asam urat pada sampel serum.
b. Mahasiswa mampu menginterpretasikan hasil dari pemeriksaan asam urat pada
sampel serum.

METODE
Enzymatic-Calorimetric
Tinder end point

PENDAHULUAN
Asam urat adalah produk utama dari metabolisme endogen dan eksogen (makanan)
nukleosida purin (adenosin dan guanosin). Transformasi ini terutama terjadi di hati. Sekitar
75% asam urat dikeluarkan oleh ginjal; sisanya dikeluarkan ke dalam saluran pencernaan,
yang terdegradasi oleh enzim bakteri. Asam urat tidak larut dalam air, kristal urat dapat
terjadi dalam urin ketika konsentrasi tinggi yang tidak normal. Ini juga dapat terjadi dalam
plasma, kristal kemudian tersimpan dalam sendi yang memicu respons inflamasi yang terus
menerus (gout). Beberapa penyebab peningkatan kadar asam urat dalam serum adalah
meningkatnya gangguan metabolisme sintesis purin (sindrom Lesch-Nyhan), masalah nutrisi,
peningkatan pergantian asam nukleat pada kasus proliferasi atau sel tumor, leukemia,
psoriasis, obat sitotoksik, gagal ginjal. Penurunan kadar asam urat dalam serum lebih jarang
terjadi. Ini dapat terjadi dalam beberapa kasus kegagalan dalam eliminasi asam urat ginjal
(sindrom Fanconi), misalnya penyakit Hodgkin. Kuanttasi asam urat dalam urin digunakan
untuk menentukan penyebab hiperurisemia (kelebihan purin atau retensi ginjal dan
menentukan pengobatan yang tepat).
PRINSIP

uric ase
Uric acid + 2H20 + O2 Allantoine + CO2 + H2O2

Peroxidase
2H2O2 + EHSPT + 4-AAP Quinoneimine + 4H20

4-AAP : amino-4-Antipyrine
EHSPT : N-Ethyl-N-(2(Hydroxy-3-Sulfopropyl)-m-Toludine

ALAT DAN BAHAN


Alat:
 Mikropipet + tip
 Spektrofotometer
 Tabung serologi
 Rak tabung
 Beaker glass
 Centrifuge
Bahan dan Reagen merk Elitech:
 Reagen (R)
o Phosfat Buffer, pH 7.0 100 mmol/L
o EHSPT 0,72 mmol/L
o Ferrocyanide 0,03 mmol/L
o amino-4-Antipyrine 0,37 mmol/L
o Uricase ≥ 150 U/L
o Peroxidase ≥ 12.000 U/L
o Sodium azide < 0.1 %
 Standar (lihat pada kemasan luar botol standar)
 Sampel serum darah
CARA KERJA ( Elitech Clinical Systems Selectra Analyzers)

Blank Standar Sampel

Reagen (R) 500 µl 500µl 500µl


Destilate water 12 µl
Standar 12 µl
Sampel 12 µl
Homogenkan, incubasi 4 menit, 30 detik dibaca dengan panjang gelombang
546nm

Kalkulasi:
𝐴𝑏𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑚𝑔
𝑥 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟( 𝑑𝑙 )
𝐴𝑏𝑠 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟

Konversi :
mg/dl x 0,059 = mmol/L
mg/dl x 59,48 = µmol/L
mg/dl x10 =mg/L
catatan: pada praktikum menggunakan alat di lab JAK tidak perlu dilakukan kalkulasi pada
hasil yang ditampilkan oleh alat

INTERPRETASI
Uric acid serum/plasma
3.5 – 7.2 mg/dl
Laki-laki
208 - 428 µmol/L
2.6 – 6.0 mg/dl
Perempuan
155 – 375 µmol/L

Anda mungkin juga menyukai