Disusun oleh:
RIZKY DEWI PRABANDARI
151910113021
KELOMPOK 4
LABORATORIUM BAKTERIOLOGI
PROGRAM STUDI DIII-TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS VOKASI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Hasil
Berikut adalah hasil praktikum pengukuran kadar ALP dalam serum menggunakan
fotometer metode Kinetic increase dengan faktor 2757 dan panjang gelombang 405nm:
Sample 1 Sample 2
Berdasarkan hasil praktikum ALP dalam serum yang tertera pada tabel, dikatakan bahwa
kadar yang didapat masih dalam rentang nilai normal, namun presisi sample tidak cukup baik,
karena perbedaan nilai antara sample pertama dan kedua cukup signifikan, yakni selisih 11 angka
konsentrasi.
Gambar 3.1.1
Hasil Praktikum ALP Sample 1
Gambar 3.1.2
Hasil Praktikum ALP Sample ke-2
3.2 Pembahasan
Prinsip pemeriksaan Alkali Phosphatase (ALP) adalah Alkali fosfatase dalam suasana
alkali menghidrolisis p-nitrofenilfosfat menjadi fosfat dan p-nitrofenol. Kecepatan hidrolisis p-
nitrofenilfosfat diukur dengan intensitas warna merah p-nitrofenol yang terjadi, sebanding
dengan aktivitas alkali fosfatase yang dibaca pada panjang gelombang 405 nm.
Reaksi yang terjadi:
Menurut WHO (2002) Pemeriksaan alkali fosfatase dapat menggunakan spesimen berupa
serum dan plasma heparin. Pemeriksaan alkali fosfatase sering menggunakan spesimen serum,
karena dapat mempertahankan kadar enzim alkali fosfatase tetap stabil. Pemeriksaan alkaline
fosfatase tidak diperkenankan menggunakan antikoagulan plasma sitrat, plasma oksalat maupun
plasma EDTA, karena dapat mempengaruhi reaksi dengan mengikat kofaktor Zn dan
menyebabkan inaktivasi enzim yang ireversibel, sehingga aktivitas enzim alkali fosfatase tidak
dapat diukur. Hal ini ini juga didukung oleh Thapa dan William (2007;2014) Plasma heparin
merupakan satu-satunya antikoagulan yang dapat digunakan tanpa mempengaruhi reaksi,
sehingga aktivitas enzim alkali fosfatase tetap terukur.
Pada praktikum yang telah kami lakukan, sample yang digunakan adalah serum. Serum
adalah cairan bening yang dipisahkan dari sel-sel darah menggunakan sentrifus dan sudah tidak
mengandung fibrinogen. Campuran antara monoreagen dengan serum kemudian akan dilakukan
pengukuran dengan panjang gelombang 405nm. Digunakan panjang gelombang 405nm karena
pada daerah tersebut sample memberikan hasil serapan yang lebih maksimal, selain itu daerah
tersebut termasuk kedalam daerah visible yang digunakan untuk mengukur reagen yang
berwarna. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan absorbansi sample 1 adalah 89 U/L dan
absorbansi sample kedua adalah 100 U/L, hal ini menunjukkan bahwa kadar ALP dalam serum
probandus masih ada dalam range nilai normal yakni <258 U/L dalam suhu 37°C.
Selain memperhatikan normal atau tidaknya hasil pemeriksaan, perlu diperhatikan juga
presisi dari hasil pemeriksaan. Presisi adalah ketelitian atau kedekatan dari masing-masing hasil
sample untuk setiap pengulangan pemeriksaan (Sacher, 2002). Berdasarkan hasil praktikum
amilase, namun presisi antara sample tidak cukup baik, karena perbedaan nilai sample pertama dan
kedua cukup signifikan, yakni selisih 11 angka konsentrasi.
Presisi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor preanaliti, analitik dan pasca
analitik. Misalnya pemipetan yang kurang baik, homogenisasi yang kurang sempurna atau waktu
inkubasi yang tidak sesuai dengan SOP. Selain itu perlu diperhatikan kadaluarsa reagen yang
digunakan serta waktu simpan sample serum. Jika menggunakan monoreagen maka monoreagen
akan stabil selama 4 minggu pada suhu 2–8˚C atau 5 hari pada suhu 15-25˚C. Untuk sampel
serum, plasma heparin, plasma EDTA akan stabil selama 7 hari pada suhu 20-25˚C dan akan
stabil selama 1 tahun jika disimpan pada suhu -20˚C. (Joyce,2007).
Ada beberapa interferensi yang dapat terjadi dan mempengaruhi hasil dari pemeriksaan
ALP, yakni bilirubin >40 mg/dL, lipemia trigliserida >2000 mg/dL, asam askorbat >30 mg/dL, dan
hemoglobin >150 mg/dL (Riswanto, 2013).
Aktivitas alkali fosfatase meningkat akibat dari peningkatan sintesis enzim ini oleh sel-sel
yang melapisi kanalikuli empedu, biasanya sebagai respon terhadap kolestasis, yang dapat
terjadi intra atau ekstrahepatik (Gaw, 2011). Kadar alkali fosfatase naik 20 kali lipat dari nilai
normal ditemukan pada keadaan sirosis biliaris primer, disorganisasi dan fibrosis arsitektur
hati, dan penyakit yang ditandai oleh peradangan regenerasi, dan obstruksi duktus biliaris
intrahepatik. Obstruksi duktus biliaris ekstrahepatik menyebabkan peningkatan kadar alkali
fosfatase sampai 10 kali lipat dari nilai normal (Sacher, 2004).
Kadar alkali fosfatase juga akan mengalami penurunan kadar pada kondisi
hipotiroidisme, malnutrisi, sariawan atau skorbut (kekurangan vitamin C), hipofosfatasia,
anemia pernisiosa, insufisiensi plasenta (Kee, 2007 ; Gowda, 2009).
BAB IV
KESIMPULAN
Pemeriksaan Alkaline Phosphatase (ALP )adalah pemeriksaan yang digunakan untuk tes
kolestatis hati. Beberapa interferensi yang dapat terjadi dan mempengaruhi hasil dari
pemeriksaan ALP yakni: bilirubin >40 mg/dL, lipemia trigliserida >2000 mg/dL, asam askorbat
>30 mg/dL, dan hemoglobin >150 mg/Dl.
Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan absorbansi sample 1 adalah 89 U/L dan
absorbansi sample kedua adalah 100 U/L, hal ini menunjukkan bahwa kadar ALP dalam serum
probandus masih ada dalam range nilai normal yakni <258 U/L dalam suhu 37°C, namun presisi
antara sample tidak cukup baik, karena perbedaan nilai sample pertama dan kedua cukup signifikan,
yakni selisih 11 angka konsentrasi.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Åkesson, Anita, K. Berglund, and And Miriam Karlsson. 1980. “Liver Function in Some
Common Rheumatic Disorders.” Scandinavian Journal of Rheumatology 9 (2): 81–88.
https://doi.org/10.3109/03009748009098135.
Ariefta, D., Herlisa, P., Zulfikar, A., & Faruq, H. (2018). Perbedaan Alkali Fosafatase Serum
dan Plasma Heparin. Prosiding Seminar Nasional Mahasiswa Unimus, 1, 163–165.
Arif, M., Abdullah, A. A., & Samad, I. A. (n.d.). Postpantrum Neutrophile Alkaline Phospatase
Score in Pregnant and Postpantrum Women. Bagian Ilmu Patologi Klinik Fakultas
Kedokteran , Universitas Hasanuddin Makassar Bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran , Universitas Hasanuddin Makassar B. 1–12.
Bishop, MichaelL., Edward P, Fody dan Larry E.Schoeff. 2010. Clinical Chemystry Principles,
Techniques, and Correlation.s 6𝑡ℎ Edition. Jakarta: EGC
Gaw, A., et al. 2011. Biologi Klinis: Teks Bergambar. Jakarta: EGC.
Kee, Joyce LeFever. 2007. Pedoman Pemerik saan Laboratorium dan Diagnostik Edisi 6.
Jakarta: EGC. Pp: 232.
Ni Kadek Mona Fujiastuti Hendriani, Ni Putu Rahayu Artini, I. W. T. A. (2020). Analisi Kadar
ALP ( Alkaline Phospatase ) Dan Kholinesterase Akibat Lama Bekerja Pada Petugas
Fogging Di Kota Denpasar. The Journal Of Muhammadiyah Medical Laboratory
Technologist, 3(2), 32–39. http://103.114.35.30/index.php/analis/article/view/5843/3413.
Sacher, Ronald A. dan McPerson, Richard A. 2002. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan
Laboratorium Edisi 11. Penerbit Buku Kedokteran ECG. Jakarta.