Anda di halaman 1dari 4

CRP (C-reactive protein/protein C-reaktif) adalah suatu protein plasma (alfa-globulin)

yang diproduksi oleh hati sebagai respon adanya infeksi, kerusakan jaringan atau inflamasi.
Kadar CRP akan meningkat tajam di dalam serum saat 6 jam setelah terjadinya inflamasi dan
selama proses inflamasi sistemik berlangsung. Kadar CRP dalam serum dapat meningkat dua
kali lipat sekurang-kurangnya setiap 8 jam dan mencapai puncaknya setelah kira-kira 48-72
jam. Setelah diberikan pengobatan yang efektif dan rangsangan inflamasi hilang, maka kadar
CRP akan turun / menghilang secepatnya seiring dengan proses kesembuhan.

Dalam praktikum ini dilakukan pemeriksaan CRP secara kualitatif dan semi
kuantitatif dengan metode lateks aglutination. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui
ada tidaknya antigen CRP di dalam serum serta perkiraan kadarnya secara semii-kuanktitatif.
Pemeriksaan CRP memiliki sensitivitas yang sangat baik nanum merupakan uji yang tidak
spesifik.

Prinsip dari pemeriksaan CRP adalah antigen CRP di dalam serum akan bereaksi secara
imunologis dengan antibodi anti-CRP di dalam partikel lateks sehingga akan terjadi aglutinasi. Reaksi
aglutinasi menunjukkan adanya antigen CRP di dalam sampel serum yang diperiksa dan secara klinis
menunjukkan kemungkinan adanya reaksi peradangan.

Dalam pemeriksaan CRP denagn metode lateks aglutination ini digunakan slide test berlatar
belakang gelap yang telah berisi beberapa lingkaran sebagai tempat mereaksikan antigen dalam
serum dan antibodi anti-CRP pada reagen lateks. Latar belakang gelap bertujuan untuk
mempermudah pengamatan, karena campuran yang terbentuk dari homohenisasi reagen lateks dan
serum berwarna putih. Reaksi positif ditandai dengan adanya aglutinasi. Reaksi aglutinasi
ditunjukkan denagn terbentuknya butir-butir halus seperti pasir pada campuran. Dalam setiap
pengujian CRP , harus selalu disertakan serum kontrol positif dan serum kontrol negatif. serum
kontrol positif merupakan serum standar yang positif mengandung CRP, sedangkan serum kontrol
negatif merupakan serum standar yang tidak mengandung CRP. Kedua serum ini diperlakukan sama
seperti sampel (direaksikan dengan reagen lateks). kedua kontrol serum ini berfungsi sebagai
pembanding sehingga lebih mudah menginterpretasikan reaksi yang terjadi pada sampel yang diuji
(apakah positif atau negatif). aglutinasi yang terjadi pada sampel dibandingkan dengan serum
kontrol positif dan serum kontrol negatif. apabila terbentuk ciri-ciri seperti yang ditunjukkan serum
kontrol positif, maka hasil pemeriksaan sampel adalah positif, namun jika ciri-ciri reaksi yang terjadi
lebih menyerupai serum kontrol negatif, maka hasilnya negatif

Terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan CRP secara kualitatif. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui secara kasar ada tidaknya antigen CRP di dalam sampel serum yang diperiksa. Jika
dalam pemeriksaan CRP secara kualitatif diperoleh hasil positif, maka dilanjutkan dengan
pemeriksaan secara semi-kuantitatif untuk menentukan kadar CRP di dalam sampel serum tersebut.
Pemeriksaan secara semi kuantitatif dilakukan dengan mereaksikan serum yang telah diencerkan
dengan reagen lateks. Sampel serum diencerkan menggunakan larutan buffer saline (NaCl 0,9%)
dengan pengenceran bertingkat (1/2, ¼, 1/8, 1/16 dan seterusnya). Serum yang telah diencerkan
kemudian dilakukan pemeriksaan seperti cara kualitatif. Pemeriksaan serum ini harus berurutan dari
pengenceran terendah. Dimulai dari pemeriksaan serum dengan pengenceran ½. Apabila
pemeriksaan menunjukkan hasil positif, maka dilanjutkan dengan pengujian serum dengan
pengenceran ¼. Apabila pemeriksaan menunjukkan hasil positif, maka dilannjutkan dengan
pengujian serum pengenceran 1/8. Demikian seterusnya sampai hasil menunjukkan reaksi negatif,
sehingga titer antibodi dapat ditentukan. Titer antibodi merupakan pengenceran tertinggi yang
masih menghasilkan reaksi positif aglutinasi. Masing-masing titer antibodi berhubungan kadar CRP
tersendiri, sehingga kadar CRP dalam serum yang diperiksa dapat diketahui.

Adapun hall-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan CRP ini adalah :

1. Slide test yang digunakan harus bersih, bebas dari kotoran, sehingga tidak mengganggu
pengamatan agglutinasi.
2. Sebelum digunakan, reagen dan sampel harus dikondisikan pada suhu ruang dan
dihomogenkan. Hal ini penting dilakukan untuk mengoptimalkan reaksi antara antigen pada
sampel serum yang diperiksa dan antibodi anti CRP pada reagen lateks.
3. Serum yang digunakan harus jernih sehingga tidak akan mengganggu pengamatan aglutinasi.
Sebelum diteteskan, serum dihomogenkan terlebih dahulu untuk meratakan partikel-partikel
sampel serum tersebut, sehingga reaksi antigen dalam serum dan antibodi anti-CRP dalam
reagen lateks dapat terjadi dengan optimal.
4. Penetesan reagen maupun sampel serum dilakukan secara vertikal agar tetesan benar-benar
satu tetes penuh. Petugas/praktikan yang meneteskan reagen dan sampel untuk setiap
pengujian harus orang yang sama agar hasil penetesan dari awal sampai terakhir stabil sebab
tekanan setiap orang berbeda-beda. Ujung pipet penetes tidak boleh menyentuh slide test
untuk mencegah terjadinya kontaminasi. Apabila reagen lateks terkontaminasi oleh serum
dengan CRP positif, maka reagen akan rusak dan akan menimbulkan reaksi yang palsu untuk
pemeriksaan selanjutnya.
5. Pada saat menggoyang-goyangkan slide test untuk tujuan homogenisasi, diusahakan agar
campuran tidak keluar dari garis lingkaran, sehingga tidak tercampur dengan sampel lainnya
pada satu slide test.
6. Pembacaan hasil dilakukan tidak kurang dan tidak lebih dari 2 menit. Bila waktu inkubasi
kurang, kemungkinan antibodi anti-CRP pada reagen lateks belum berikatan dengan antigen
CRP di dalam sampel serum yang diperiksa. sedangkan jika pembacaan dilakukan lebih dari 2
menit, maka kemungkinan antigen lain di dalam sampel serum yang seharusnya tidak bereaksi
dengan antibodi anti CRP di dalam reagen lateks akan bereaksi, sehingga terjadi aglutinasi.
Kedua hal ini akan menyebabkan hasil palsu.
7. Pembacaan hasil sebaiknya dilakukan pada pencahayaan terang, sehingga aglutinasi dapat
diamati dengan jelas.
8. Setelah selesai digunakan, slide tes harus dibilas bersih menggunakan aquadest, dikeringkan
dan dilap dengan tissue untuk mencegah kontaminasi pada pe
9. meriksaan selanjutnya.
Dari hasil pemeriksaan CRP yang dilakukan pada sampel serum Mrs. A (x/-th) diperoleh hasil negatif.
Hal ini menandakan bahwa kadar CRP di dalam sampel serum tersebut < 6 mg/L.

Ssedangkan pemeriksaan CRP pada sampel serum Mrs. X (x/-th) diperoleh hasil positif dengan titer
antibodi 1/4 . hal ini menunjukkan bahwa di dalam sampel serum yang diperiksa mengandung
antigen CRp dengan kadar 48 mg/L sehingga kemungkinan pasien tersebut mengalami
inflamasi/peradangan. Pemeriksaan CRP bukkan merupakan uji yang spesifik, sehingga mengetahui
lebih pasti penyakit yang diderita, setelah pemeriksaan CRP perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan.

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi keakuratan hasil pemeriksaan CRP diantaranya :

1. Aktivitas / latihan yang berlebihan

Dapat meningkatkan kadar CRPnya saat pemeriksaan.

2. Penggunaan terapi Hormon


Dapat memberikan hasil positif palsu pada pemeriksaan CRP.
3. Penggunaan IUD

Dapat meningkatkan ,kadar CRP dalam darah.

4. Hamil
Pada pemeriksaan, kadar CRP meningkat
5. Obesitas, berhubungan
Pemeriksaan CRP meningkat
6. Penggunaan

Kesimpulan

Pemeriksaan CRP pada sampel serum Mrs. A


g

Anda mungkin juga menyukai