Anda di halaman 1dari 48

UNTUK KALANGAN

SENDIRI
Kata Pengantar

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya
sehingga Buku Modul Praktikum Imunoserologi ini dapat tersusun. Dimana buku ini
digunakan sebagai pedoman praktikum mata kuliah Imunoserologibagi mahasiswa Program
Studi Analis Kesehatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Palangkaraya.

Kami sadar buku ini masih belum sempurna, akan tetapi sebagai pedoman sederhana
diharapkan dapat berguna untuk membantu dalam pembelajaran dan pemahaman materi
kuliah Imunoserologi.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan buku ini,
kami mengharap kritik dan saran dari segenap pihak yang membaca buku ini dalam rangka
perbaikan dan penyempurnaan.

Akhir kata, semoga modul ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Analis Kesehatan FIK
UM Palangkarya khususnya dan Pranata Laboratorium Kesehatan pada umumnya, Amin.

Palangka Raya, Januari 2021

Tim Penyusun

2
Daftar Isi

Kata Pengantar ....................................................................................................................... 2


Daftar Isi ................................................................................................................................. 3
I. PEMERIKSAAN WIDAL (AGLUTINASI) .......................................................................... 4
II. PEMERIKSAAN HCG LATEX (AGLUTINASI) ................................................................... 7
III. PEMERIKSAAN RHEUMATOID FACTOR (AGLUTINASI) .............................................. 10
IV. PEMERIKSAAN ANTI STREPTOLISIN O / ASTO (AGLUTINASI) .................................... 12
V. PEMERIKSAAN C-REAKTIF PROTEIN / CRP (AGLUTINASI).......................................... 14
VI. PEMERIKSAAN RPR (FLOKULASI)............................................................................... 17
VII. PEMERIKSAAN TPHA (HEMAGLUTINASI) .................................................................. 20
VIII. PEMERIKSAAN TUBEX TF (INHIBISI ANTIBODI) ......................................................... 23
IX. PEMERIKSAAN ANTI TP METODE IMUNOKROMATOGRAFI ...................................... 27
X. PEMERIKSAAN IgG IgM SALMONELLA METODE IMUNOKROMATOGRAFI ............... 30
XI. PEMERIKSAAN IgG IgM DENGUE METODE IMUNOKROMATOGRAFI ....................... 34
XII. PEMERIKSAAN HCG METODE IMUNOKROMATOGRAFI ............................................ 37
XIII. PEMERIKSAAN NS1 METODE IMUNOKROMATOGRAFI ............................................ 40
XIV. PEMERIKSAAN MALARIA METODE IMUNOKROMATOGRAFI .................................... 43
XV. PEMERIKSAAN HBsAg DENGAN ENZIM LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA).. 46

3
I. PEMERIKSAAN WIDAL (AGLUTINASI)

A. Tujuan
Mengidentifikasi ada tidaknya antigen Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi dalam
sampel serum
B. Metode
Aglutinasi
C. Prinsip
Antigen Salmonella adalah suspensi yang terstandarisasi, dimana antigen bakteri
diwarnai digunakan untuk pemeriksaan atau deteksi cepat dan semi kuantitatif dari
antibodi Salmonella yang ditemukan pada penyakit infeksi Salmonella selama
masa/tahap akut. Antigen akan beraglutinasi apabila ada antibodi yang sama persisi
(homolog) dengan bentuk antigen yang ada di dalam sampel.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Kaca Objek/Test Card 1. Sampel serum
2. Mikropipet dan tip 2. Reagen Salmonella typhi H dan O
3. Aplikator 3. Reagen Salmonella paratyphi AH, BH, CH, AO, BO dan
CO
4. Rotator
5. Timer
E. Prosedur Kerja
Metode Kualitatif
1. Disiapkan 5 kaca slide atau test card dan diberi label pada masing-masing slide H,
O, AH, BH, CH, AO, BO dan CO.
2. Diteteskan sampel serum pada masing-masing slide sesuai label sebanyak 50µL
menggunakan.
3. Diteteskan 1 tetes suspensi H, O, AH, BH, CH, AO, BO dan CO di sebelah sampel.
4. Dihomogenkan sampel dan suspensi menggunakan stik aplikator.
5. Di rotator selama 2 menit.
6. Di lihat hasil apakah terbentuk aglutinasi.
7. Jika tes kualitatif positif, dilanjutkan ke tes semikuantitatif.

4
Metode semikuantitatif
1. Jika positif pada antigen AH, maka dilanjutkan hanya menggunakan antigen AH.
2. Jika AH negatif, disiapkan 5 slide untuk label titer 80, 40, 20, 10, dan 5 untuk
masing-masing.
3. Diteteskan serum sesuai label titer sebanyak 80µL, 40µL, 20µL, 10µL dan 5µL di
masing-masing slide AH.
4. Diteteskan 1 tetes suspensi AH di sebelah sampel sesuai label titer.
5. Dicampurkan sampel dan suspensi menggunakan stik aplikator.
6. Di rotator selama 2 menit.
7. Di lihat hasil apakah terbentuk aglutinasi.
8. Di sesuaikan hasil aglutinasi pada banyaknya serum dengan titer.

F. Interpretasi hasil
Pada pemeriksaan kualitatif:
Positif (+) : Terbentuk adanya aglutinasi
Negatif (-) : Tidak terbentu adanya aglutinasi

Pada pemeriksaan semikuantitatif :


Serum Titer
80 µL 1/20
40 µL 1/40
20 µL 1/80
10 µL 1/160
5 µL 1/320

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet Pemeriksaan Widal

5
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

6
II. PEMERIKSAAN HCG LATEX (AGLUTINASI)

A. Tujuan
Mengidentifikasi ada tidaknya antibodi HCG pada sampel urin
B. Metode
Aglutinasi
C. Prinsip
Suspensi dari partikel latex dan antibodi monoklonal bereaksi dengan HCG dan hormon,
pada sampel urin memberikan aglutinasi biru secara makroskopis. Pada spesimen yang
tidak terkandung HCG tidak membentuk aglutinasi dan perubahan warna.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. HCG Latex 1. Sampel Urin
2. Test Card 2. Reagen HCG
3. Mikropipet dan tip 3. Reagen Kontrol Positif
4. Aplikator 4. Reagen Kontrol Negatif
5. Rotator
6. Timer
E. Prosedur Kerja
1. Reagen HCG, Kontrol, dan sampel di simpan dalam suhu ruang sebelum di
gunakan.
2. Sebelum di digunakan, Reagen dihomogenkan hingga terlarut sempurna.
3. Diteteskan kontrol negatif sebanyak 1 tetes pada bagian tengahlingkaran Card
aglutinasi 1.
4. Diteteskankontrolpositifsebanyak 1 tetespadabagiantengahlingkaranaglutinasi 2.
5. Dipipetsampelsebanyak 50 µl padabagiantengahlingkaran card aglutinasi 3 dan
seterusnya, sesuai banyaknya sampel yang diperiksa.
6. Diteteskanreagen latex HCGsebanyak 1 tetespada card aglutinasi (ujung pipet
reagentidakbolehmenyentuhkontrolmaupunsampel)
7. Dihomogenkan
8. Dirotatoratau di goyangkan selama 2 menit.
9. Dibacahasil

7
F. Interpretasi hasil
Negatif Positif
Adanya aglutinasi dari partikel latex dalam
Tidak adanya aglutinasi setelah 2 menit
2 menit (hCG 200 mIU/mL)

H. Daftar Pustaka
1. Leaflet Pemeriksaan hCG Latex

8
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

9
III. PEMERIKSAAN RHEUMATOID FACTOR (AGLUTINASI)

A. Tujuan
Mengidentifikasi keberadaan Rheumatoid Factors (RF) pada sampel serum
B. Metode
Aglutinasi
C. Prinsip
Serum Rheumatoid Factors (RF) menyebabkan adanya aglutinasi pada slide yang
dilapisis suspensi partikel latex dengan human gamma-globulin.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Test Card 1. Sampel Urin
2. Mikropipet dan tip 2. Reagen RF
3. Pipet tetes 3. Reagen Kontrol Positif
4. Aplikator 4. Reagen Kontrol Negatif
5. Rotator
6. Timer
E. Prosedur Kerja
1. Reagen dan sampel dibawa ke suhu ruang
2. Diletakkan 50 μl sampel dan 1 tetes masing-masing kontrol pada lingkaran di test
card
3. Ditambahkan 1 tetes reagen pada masing-masing lingkaran di samping sampel
4. Dihomogenkan masing-masing sampel sampai memenuhi lingkaran
5. Dirotasikan test card pada 100 rpm selama 2 menit
F. Interpretasi hasil
Negatif Positif
Tidak adanya aglutinasi (RF ≥ 30 IU/mL) Adanya aglutinasi (RF ≥ 30 IU/mL)

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet Rheumatoid Factors (RF)-Slide Biosystems

10
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

11
IV. PEMERIKSAAN ANTI STREPTOLISIN O / ASTO (AGLUTINASI)

A. Tujuan
Mengidentifikasi adanya Anti-Streptolysin O (ASO) pada sampel serum.
B. Metode
Aglutinasi
C. Prinsip
Serum Anti-Streptolysin O (ASO) pada 200 IU/mL atau lebih menyebabkan adanya
aglutinasi pada slide yang dilapisi suspensi partikel latex dengan Streptolysin O.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Test Card 1. Sampel Urin
2. Mikropipet dan tip 2. Reagen ASO
3. Pipet tetes 3. Reagen Kontrol Positif
4. Aplikator 4. Reagen Kontrol Negatif
5. Rotator
6. Timer
E. Prosedur Kerja
1. Tes reagen dan sampel dibawa ke suhu ruang.
2. Tambahkan 50 μl sampel dan 1 tetes kontrol positif dan kontrol negatif pada
masing-masing lingkaran card.
3. Dihomogenkan reagen ASO. Tambahkan 1 tetes reagen ASO pada masing-masing
lingkaran yang telah berisi sampel dan kontrol.
4. Dihomogenkan menggunakan aplikator
5. Dirotasikan card pada 100 r.p.m selama 2 menit.
F. Interpretasi hasil
Negatif Positif
Tidak adanya aglutinasi (Konsentrasi ASO Adanya aglutinasi (Konsentrasi ASO pada
pada sampel < 200 IU/mL) sampel ≥ 200 IU/mL)
G. Daftar Pustaka

Leaflet Anti-Streptolysin O (ASO)-Slide Biosystem

12
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

13
V. PEMERIKSAAN C-REAKTIF PROTEIN / CRP (AGLUTINASI)

A. Tujuan
Mengidentifikasi adanya C-Reaktif Protein (CRP) pada sampel serum.
B. Metode
Aglutinasi
C. Prinsip
Serum C-Reaktif Protein(CRP) pada 6 mg/L atau lebih tinggi menimbulkan adanya
aglutinasi pada slide dari suspensi partikel latex yang dilapisi dengan anti-human C-
Reaktif Protein.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Test Card 1. Sampel Urin
2. Mikropipet dan tip 2. Reagen CRP
3. Pipet tetes 3. Reagen Kontrol Positif
4. Aplikator 4. Reagen Kontrol Negatif
5. Rotator
6. Timer
E. Prosedur Kerja
1. Reagen Latex CRP, Kontrol,dan sampel di simpan dalam suhu ruang sebelum di
gunakan
2. Sebelum di pakai Reagen dihomogenkan hingga terlarut sempurna
3. Diteteskan kontrol negatif sebanyak 1 tetes pada bagian tengah lingkaran card
aglutinasi 1.
4. Diteteskan kontrol positif sebanyak 1 tetes pada bagian tengah lingkaran card
aglutinasi 2.
5. Dipipet sampel sebanyak 50 µl pada bagian tengah lingkaran card aglutinasi 3 dan
seterusnya sesuai banyaknya sampel.
6. Diteteskan reagen latex CRP sebanyak 1 tetes pada card aglutinasi (ujung pipet
reagen tidak boleh menyentuh kontrol maupun sampel)
7. Dihomogenkan.
8. Dirotator atau di goyangkan selama 2 menit, kemudian dibaca hasil.

14
F. Interpretasi hasil
Negatif Positif
Tidak adanya aglutinasi (Konsentrasi CRP Adanya aglutinasi (Konsentrasi CRP pada
pada sampel < 6 mg/L) sampel ≥ 6 mg/L)

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet C-Reaktif Protein (CRP)

15
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

16
VI. PEMERIKSAAN RPR (FLOKULASI)

A. Tujuan
Mengidentifikasi sifilis secara kualitatif dan semi-kuantitatif menggunakan sampel
serum atau plasma
B. Metode
Flokulasi
C. Prinsip
Adanya antibodi reagin (antibodi non-treponemal) dalam serum akan bereaksi dengan
antigen lipoid yang terdiri dari mikro partikel charcoal (carbon) membentuk presipitasi.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Test Card 1. Sampel Urin
2. Mikropipet dan tip 2. Reagen RPR
3. Pipet tetes 3. Reagen Kontrol Positif
4. Aplikator 4. Reagen Kontrol Negatif
5. Rotator
6. Timer
E. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Diteteskan kontrol positif 1 tetes (50 μl) pada lingkaran pertama, kontrol negatif 1
tetes (50 μl) pada lingkaran kedua, dan sampel serum 1 tetes (50 μl) pada lingkaran
ke tiga dan seterusnya sesuai banyaknya jumlah sampel.
3. Menggunakan aplikator, sampel dihomogenkan sesuai besarnya lingkaran
4. Diteteskan 1 tetes (50 μl) reagen RPR Carbon pada masing-masing lingkaran
5. Dihomogenkan, kemudian dirotasikan menggunakan rotator selama 8 menit.
6. Dibaca hasil.

17
F. Interpretasi hasil
Negatif Positif
Tidak terbentuk adanya endapan halus/tidak Adanya endapan halus/flokulasi
terdapat flokulasi berwarna abu-hitam berwarna abu-hitam

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet Rapid Plasma Reagin (RPR)

18
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

19
VII. PEMERIKSAAN TPHA (HEMAGLUTINASI)

A. Tujuan
Mendeteksi adanya antibodi Treponema pallidum pada ssampel serum
B. Metode
Hemaglutinasi
C. Prinsip
Tes TPHA adalah uji hemaglutinasi indirek yang sensitif dan spesifik untuk mendeteksi
antibodi Treponema pallidum. Eritrosit avian yang diawetkan, dilapisi dengan
komponen patogen T. pallidum. Sel akan beraglutinasi dengan antibodi spesifik T.
pallidum yang menghasilkan mikrotitrasi pada plate. Antibodi terhadap Treponema
non-patogen diserap oleh ekstrak Treponema Reiter yang telah ditambahkan ke
suspensi sel.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Tabung reaksi 1. Sampel serum
2. Mikropipet dan tip 2. Diluent
3. Parafilm 3. TPHA Test Cell
4. Rotator 4. Control Cell
5. Timer 5. Kontrol Positif
6. Kontrol Negatif
E. Prosedur Kerja
Kualitatif
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Dimasukkan 190 μl diluent ke tabung 1
3. Ditambahkan 10 μl sampel ke tabung 1 dan dihomogenkan
4. Diambil 25 μl dari tabung 1, dimasukkan ke tabung 2 dan tabung 3
5. Ditambahkan 75 μl Controll Cell pada tabung 2
6. Ditambahkan 75 μl TPHA test cell ke tabung 3
7. Ditutup tabung dengan parafilm
8. Di inkubasi selama 45-60 menit dalam keadaan gelap
9. Dibaca hasil

20
F. Interpretasi hasil

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet Fortress Diagnostic, TPHA Haemaglutination Syphilis.

21
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

22
VIII. PEMERIKSAAN TUBEX TF (INHIBISI ANTIBODI)

A. Tujuan
Mendeteksi infeksi demam tifoid akut yang disebabkan oleh Salmonella typhi
menggunakan sampel serum
B. Metode
Inhibisi Antibodi
C. Prinsip
TUBEX TF mendeteksi keberadaan adanya antibodi anti-O9 dalam serum pasien dengan
cara mengukur kemampuan serum antibodi IgM dalam menghambat reaksi antara
reagen warna coklat yang mengandung antigen berlabel partikel lateks magnetik dan
monoklonal antibodi berlabel lateks warna dalam reagen biru. Tingkat penghambatan
yang dihasilkan setara dengan konsentrasi antibodi anti O-9 dalam sampel. Reagen
coklat mengandung partikel besi dan pemisahan dilakukan oleh suatu daya magnetik.
Hasil dibaca secara visualdengan membandingkan warna akhirreaksi terhadap skala
warna.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. TUBEX TF Well Strip 1. Sampel serum
2. TUBEX Sealing Tape 2. Brown Reagen
3. TUBEX colour scale 3. Blue Reagen
4. Mikropipet & Tip 4. Kontrol Positi
5. Timer 5. Kontrol negatif

E. Prosedur Kerja
1. Diletakkan TUBEX TF Reaction Well Strip dengan tegak pada meja dengan nomor
well menghadap ke depan ( jangan dulu pasang strip pada skala warna )
Ditambahkan 45µL TUBEX TF Brown Reagent pada masing-masing well atau lubang
2. Ditambahkan sampel 45µL, TUBEX TF Positive Control dan TUBEX TF Negative
Control pada well yang sesuai dan campurkan secara hati-hati dengan menyedot
dan mengeluarkan sebanyak 5-10 kali menggunakan pipet. Pencampuran harus

23
dilakukan dengan saksama hindari terbentuknya busa. Gunakan ujung pipet (tip)
yang baru untuk masing-masing sampel
3. Inkubasi selama 2 menit.
4. Ditambahkan 90µ TUBEX TF Blue Reagent pada masing-masing well
5. Tutup TUBEX Reaction well Strip dengan TUBEX Sealing Tape. ( pastikan tidak ada
embun atau cairan pada permukaan strip ). Tekan penutup atau penyegel dengan
kertas pada plastik untuk mencegah terjadinya kebocoran.
Dicampurkan dengan saksama selama 2 menit dengan menggunakan prosedur
berikut ini :
- Tahan salah satu ujung TUBEX Reaction Well Strip dengan ibu jari dan telunjuk
- Miringkan TUBEX Reaction Well Strip secara horizontal (90°) untuk
memaparkan permukaan well secara maksimum bagi campuran. Kocok Strip
well reaksi TUBEX Reaction Well Strip dengan sangat cepat ke arah belakang
dan depan selama 2 menit. Pastikan bahwa isinya mengalir pada seluruh
permukaan well.
6. Tempatkan TUBEX Reaction Well Strip pada TUBEX color scale sebisa mungkin
mulai dari kiri. Untuk memperoleh supernatan yang jernih, biarkan pemisahan
terjadi selama 5 menit, kemudian baca dan tafsirkan hasilnya.

24
F. Interpretasi hasil

Skor Hasil Panduan pemeriksaan


Tidak mengindikasikan
terjadinya infeksi demam
0-2 NEGATIVE
tifoid pada saat ini TUBEX
TF Negative Control
Ulangi Pengujian. Jika
TIDAK
masih tidak konklusif ulangi
>2 atau <4 KONKLUSIF
pengambilan sampel pada
(Inconclusive)
hari berikutnya
Semakin tinggi skornya,
maka semakin kuat indikasi
4-10 POSITIF terjadinya infeksi demam
tifoid saat ini. TUBEX TF
Positive Control
INDETERMINATE
Ketidakjelasan pengukuran diakibatkan oleh :
1. Protokol pengajuan tidak diikuti dengan baik
2. Kualitas sampel kurang baik ( hemolisis, ikterik )
Saran / Rekomendasi :
1. Lakukan Sampling dan pengujian ulang
2. Gunakan TUBEX TF Wash (REF 10-501) sesuai prosedur dan lakukan pengujian
ulang

G. Daftar Pustaka
1. Petunjuk Penggunaan TUBEX TF Biotech.

25
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

26
IX. PEMERIKSAAN ANTI-TP METODE IMUNOKROMATOGRAFI

A. Tujuan
Mendeteksi adanya Antibodi anti-TP pada sampel.
B. Metode
Imunokromatografi
C. Prinsip
Antibodi anti-T. pallidum yang berada dalam sampel akan berikatan dengan antigen
pertama yang terkonjugasi koloid emas. Kemudian kompleks imun tersebut akan
bergerak menuju daerah tes (T). Pada daerah tersebut akan terjadi interaksi antara
kompleks imun dengan antigen kedua dan membentuk garis berwarna. Oleh karena itu,
pembentukan garis pada daerah T menunjukkan hasil positif untuk deteksi antibodi
spesifik T. pallidum (IgG, IgA, IgM)
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Casette Test 1. Sampel serum/plasma/whole blood
2. Mikropipet dan tip 2. Diluent
3. Pipet tetes
E. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan

2. Ditempatkan casette test pada permukaan yang bersih

3. Ditetesi sampel sebanyak 10 µl (jika sampel whole blood ditetesi sebanyak 20 µl)

4. Ditetesi diluent sebanyak 3-4 tetes


5. Ditunggu selama 15 menit (jika sampel berupa seluruh darah ditunggu selama 10

menit)

27
F. Interpretasi hasil

G. Daftar Pustaka
a. Leaflet Anti-Treponema pallidum.

28
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

29
X. PEMERIKSAAN IgG IgM SALMONELLA METODE IMUNOKROMATOGRAFI

A. Tujuan
Mendeteksi simultan dan diferensiasi anti-Salmonella typhi IgG dan IgM dalam serum
B. Metode
Imunokromatografi
C. Prinsip
Typhoid igG/ IgM Repid tes adalah immunoassay kromatogafi aliran leteral. Kaset tes
terdiri dari 1) berwarna merah anggur mengandung rekombinan antigen S.tifoid H dan
antigen O terkonjukasi dengan emas koloid (konjugat tifoid) dan kelinci konjugat IgM
emas, 2) strip membrane nitroselusosa yang mengandung dua pita tes (T1 dan T2) dan
pita control (C). Pita T1 dilapisi dengan monoclonal IgM untuk mendekteksi IgM Anti –
S. typhi,pita T2 dilapisi reagen untuk mendeteksi IgG anti – S typi dan pita C dilapisi
dengan kambing anti kelinci IgG. Ketika volume yang memadai specimen yang diuji
dibagikan ke sampel sumur kaset tes. Specimen bermigrasi dengan aksi kapiler di kaset
Anti – S. typhi IgM jika hadir dalam specimen akan mengikat konjugat tipus.
Immunocomplex tersebut kemudian di tangkap pada membrane oleh precoated anti –
manusia IgM anti body membentuk anggur berwarna merah T1 band. Menunjukkan
hasil tes positif S. typhi IgM. Anti – S. typhi IgM jika hadir dalam specimen akan
mengikat kunjugat tipus. Immunocomplex ini kemudian ditangkap oleh reagen pra –
dilapisi pada membrane. Memmbentuk merah anggur berwarna T2 band menunjukkan
hasil positif S. Typhi IgG. Tidak adanya band T (T 1 dan T 2)menunjukkan hasil tes
negatif. Tes berisi pengendalian internal (C band) yang harus menunjukkan sebuah
band berwarna merah merah anggur berwarna dari immunocomplex kambing anti
kelinci IgG / kelinci konjugat IgG – emas terlepas dari perkembangan warna pada salah
satu band. Jika tidak, hasil tes tidak valid dan specimen harus di uji ulang dengan
perangkat lain.

30
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Test Cassette 1. Sampel serum
2. Pipet dropper
3. Buffer
4. Timer
E. Prosedur Kerja
a. Bawa specimen dan uji komponen untuk suhu kamar jika didinginkan atau beku.
Campur specimen sebelum essay baik yang dicairkan
b. Bila sudah siap untuk menguji, membuka kantong di teklk dan menghapus
perangkat, temptkan uji perangkat dengan nomor ID specimen
c. Pegang pipet secara vertical dan memasukkan 1 tetes penuh serum atau plasma
sekitar (30µL). kemudian tambahkan 1 tetes penyangga sekitar ( 40µL) pastikan
tidak ada gelembong udara d. mengatur timer
e. Hasil dapat di baca dalam 10 – 15 menit
f. Jangan membaca hasil setelah 15 menit untuk menghindari kebingungan
membuang perangkat uji selain interpretasi hasil
F. Interpretasi hasil

1. Hasil negatif Hasil negatif hanya terdapat garis pada zona control. Pada zona test
tidak muncul garis merah.

2. Hasil Positif

31
(+) IgG : munculnya garis berwarna pada garis control dan garis IgG

(+) IgM : munculnya garis berwarna pada garis control dan garis IgM

(+) IgG dan IgM : Munculnya garis berwarna pada garis control dan garis IgM Dan
IgG.

3. Invalid Garis merah tidak muncul pada zona kontrol.

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet Monotes Typhoid Test Cassette.

32
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

33
XI. PEMERIKSAAN IgG IgM DENGUE METODE IMUNOKROMATOGRAFI

A. Tujuan
Mengidentifikasi adanya antibodi IgG dan IgM pada sampel
B. Metode
Imunokromatografi
C. Prinsip
Rapid test Dengue adalah imunoassaykromatografi untuk mendeteksi antibodi Dengue
IgG dan IgM pada sampel. Tes ini digunakan dalam diagnosis sampel Dengue dari
subjek yang divaksinasi JEV tidak akan bereaksi dengan tes ini. Metode yang digunakan
adalah kombinasi antigen emas terkonjugasi (colloidal employs) dan protein
rekombinan Dengue yang dimurnikan untuk secara khusus mendeteksi antibodi
Dengue dalam serum manusia.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Strip Test 1. Sampel serum
2. Pipet Tetes 2. Buffer Dengue
3. Plastik loop
4. Tabung

E. Prosedur Kerja
1. Dibawa test card dan sampel ke suhu ruang, diletakkan test card di permukaan
datar
2. Ditambahkan 4 tetes (100 uL) Dengue wash solition ke dalam tabung.
3. Teteskan 1 uL sampel menggunakan plastik loop yang tersedia ke dalam tabung
yang telah diteteskan buffer
4. Dimasukkan seluruh campuran sampel dan buffer tersebut ke dalam lubang
sampel pada test card
5. Hasilnya dibaca antara 10-20 menit. Jangan baca hasil setelah lebih dari 20 menit.

34
F. Interpretasi hasil

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet IgG IgM Dengue Test Cassette.

35
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

36
XII. PEMERIKSAAN hCG METODE IMUNOKROMATOGRAFI

A. Tujuan
Mengidentifikasi adanya ɑ dan β HCG dalam sampel urin
B. Metode
Imunokromatografi
C. Prinsip
HCG rapid test adalah rapid imunokromatografi immunoassay untuk mendeteksi
human chorionic ganodotropin secara kulaitatif di urin pada masa awal kehamilan. Test
menggunakan dua garis untuk menunjukkan hasil. Tes menggunakan kombinasi dari
antibodi termasuk antibodi hCG monoklonal yang selektif mendeteksi level hCG yang
tinggi. Garis kontrol terkandung antibodi poliklonal kambing dan partikel emas koloidal.
Tes dilakukan dengan merendam strip test pada spesimen urin dan melihat adanya
garis warna. Spesimen bermigrasi dengan capillary sepanjang membran dan bereaksi
dengan konjugat warna. Positif menunjukkan adanya antibodi spesifik hCG konjugat
warna yang membentuk garis warna pada test. Negatif tidak adanya garis warna pada
tets. Garis kontrol selalu muncul, menandakan volume sampel cukup.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Rapid test strip hCG 1. Sampel urin
2. Wadah uri
3. Timer
E. Prosedur Kerja
1. Dibuka kemasan rapid test
2. Direndam test strip pada spesimen urin tidak melebihi batas maksimum
3. Ditunggu selama 15 detik
4. Diamati hasil setelah test strip diambil dari spesimen dan dijalankan timer selama 3
menit.

37
F. Interpretasi hasil

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet hCG Test Strip.

38
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

39
XIII. PEMERIKSAAN NS1 METODE IMUNOKROMATOGRAFI

A. Tujuan
Mendeteksi Dengue NS1 antigen pada sampel serum
B. Metode
Imunokromatografi
C. Prinsip
Rapid test dengue adalah immunoassay kromatografi untuk mendeteksi dengue NS1
antigen. Tes ini dimaksudkan sebagai alat untuk membantu diagnosa dengue. Gold
antibodi konjugat (koloidal gold) pada tes membran akan mengikat Dengue Ag dalam
serum. Intensitas garis warna tes tergantung dari kuantitas antigen dalam sampel. Hasil
tes tetap dianggap positif walaupun warna garis pada zona garis T lebih gelap atau lebih
terang dari pada warna garis pada zona garis Control
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Dengue NS1 Ag Rapid Test 1. Sampel serum
2. Mikropipet dan tip
3. Pipet tetes
4. Timer
E. Prosedur Kerja
1. Bawa tes dan sampel ke suhu ruang
2. Keluarkan tes card dari bungkusnya, letakkan tes card pada permukaan datar
3. Tambahkan 100 µL (3 tetes) serum/plasma ke dalam lubang sampel.
4. Baca hasil dalam waktu 15-20 menit

40
F. Interpretasi hasil

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet NS 1

41
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

42
XIV. PEMERIKSAAN IgG IgM MALARIA (IMUNOKROMATOGRAFI)

A. Tujuan
Mengidentifikasi adanya IgG dan IgM Malaria pada sampel.
B. Metode
Imunokromatografi
C. Prinsip
Pada bagian bantalan kojugat imunokromatografi pendeteksi infeksi malaria terdapat
antibodi monoklonal anti-Pf.HRP-2 (IgG), antibodi monoklonal anti-pLDH spesifik P.
vivax, dan antibodi kelinci. Ketiga antibodi tersebut terkonjugasi koloid emas. Ketika
sampel mengandung Pf.HRP-2 atau pLDH makan protein tersebut akan berikatan
dengan antibodi yang spesifik. Kemudian kompleks imun yang terbentuk akan mengalir
ke daerah tes (T). Daerah tes pada imunokromatografi ini dibagi menjadi 2, yaitu
daerah tes P. falciparum yang didalamnya sudah diendapkan antibodi monoklonal anti-
Pf. HRP-2 (IgM) dan daerah tes P. vivax yang didalamnya sudah diendapkan antibodi
monoklonal antipLDH spesifik Pan. Jika spesimen mengandung salah satu protein
tersebut maka akan terbentuk garis berwarna pada daerah tes. terikat pada daerah tes
akan terus mengalir ke daerah kontrol. Selanjutnya, bahan yang tidakterikat pada
daerah tes akan terus mengalir ke daerah kontrol. Ada daerah kontrol sudah
diendapkan antibodi anti-globulin rabit dan menimbulkan warna pada daris kontrol.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Cassette Test 1. Sampel serum
2. Mikropipet dan tip 2. Diluent
3. Pipet tetes
4. Timer
E. Prosedur Kerja
a. Dibiarkan Cassette Test dan sampel mencapai suhu kamar
b. Dikeluarkan dari kantung alumunium dan segera digunakan.
c. Ditempatkan pada permukaan yang bersih .
d. Ditetesi sampel sebanyak 1 tetes (10 µl) pada sumur Cassette
e. Ditambahkan diluent sebanyak 2 tetes pada sumur Cassette

43
f. Ditunggu selama 15 menit
F. Interpretasi hasil

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet IgG IgM Dengue Test Cassette.

44
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………………

45
XV. PEMERIKSAAN HBsAg DENGAN ENZIM LINKED IMMUNO SORBAN ASSAY (ELISA)

A. Tujuan
Menentukan secara kuantitatif adanya Hepatitis B Surface Antigen (HbsAg) di dalam
sampel serum
B. Metode
ELISA (Enzym-Linked Immunosorbet Assay)
C. Prinsip
Antibodi ganda “sandwich” immunoassay yang menggunakan anti-HbsAg spesifik.
Antibodi monoklonal HbsAg uang berada di dasar sumur mikrotiter dan antibodi
poliklonal HbsAg ditambahkan dengan Horseradish Peroxidase (HRP) sebagai larutan
konjugat. Selama pemeriksaan, adanya HbsAg dalam spesimen akan bereaksi dengan
antibodi-antibodi tersebut untuk membentuk kompleks imun “Antibodi-HbsAg-
Antibodi-HRP”. Setelah materi yang tidak terikat tercuci selama pemeriksaan, substrat
ditambahkan untuk menunjukkan hasil test. Munculnya warna biru di sumur mikrotiter
mengindikasikan HbsAg reaktif.
D. Alat dan Bahan
Alat Bahan
1. Mikroplate 1. Sampel serum
2. Mikropipet dan tip 2. Enzim konjugat
3. Inkubator 3. Kontrol Positif
4. ELISA Reader 4. Kontrol negatif
5. ELISA Washer 5. Substrat A dan B
6. Stop Solution
7. Wash Solution Concentrate
E. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Sumur A1 dan B1 untuk kontrol negatif, Sumur C1 dan D1 untuk kontrol positif,
sumur E1, F1, G1, H1 untuk sampel masing-masing sebanyak 50 µL.
3. Ditambahkan setiap sumur dengan enzim konjugat sebanyak 50 µL.
4. Ditutup sumur, dohomogenkan dan di inkubasi selama 30 menit pada suhu 37oC
5. Dilakukan pencucian menggunakan ELISA Washer, dikeluarkan residual.

46
6. Ditambahkan masing-masing 50 µL substrat A dan B, dihomogenkan 15 detik.
7. Di inkubasi selama 10 menit pada suhu 37oC
8. Ditambahkan 50 µL stop solution pada masing-masing sumur.
9. Dibaca absorbansi dalam 20 menit pada 450 nm.

F. Interpretasi hasil
Non reaktif Reaktif
Absorbansi sampel kurang dari nilai Cut Absorbansi sampel sama dengan atau
Off 0,1 lebih tinggi dari nilai Cut Off 0,6

G. Daftar Pustaka
1. Leaflet HbsAg ELISA Immunoassay, Autobio Diagnostics.

47
Nama :

NIM :

Hari/Tanggal Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Kesimpulan :

Mahasiswa Dosen/Asisten Praktikum

………………………… ……………………………

48

Anda mungkin juga menyukai