Anda di halaman 1dari 42

UVEITIS

Pembimbing :
dr. Sisilya Maria Umboh, Sp.M

Program Studi Pendidikan Dokter


Fakultas Kedokteran Universitas Palangka Raya
Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
2021
DEFINISI
• Uveitis adalah peradangan atau
inflamasi yang terjadi pada
lapisan traktus uvealis yang
meliputi peradangan pada iris,
korpus siliaris dan koroid yang
disebabkan oleh infeksi, trauma,
neoplasia, atau proses autoimun.
ANATOMI UVEA
IRIS
• Bagian mata yang berwarna
• Merupakan perluasan badan siliar ke arah
anterior
• Berfungsi mengatur banyaknya sinar yang
masuk ke dalam mata.
• Permukaan relatif datar dengan celah di tengah
berbentuk bulat yang disebut pupil.
• Iris bersandaran pada lensa dan menjadi
pemisah antara BMD dan BMB yang
keduanya berisi cairan mata.
BADAN SILIAR

• Terdiri dari koronaria siliar dan Epitel siliar


• Mengerutkan dan mengendorkan serabut-
serabut zonula, sehingga terjadi perubahan
tensi pada kapsul lensa yang memberikan
berbagai fokus baik terhadap obyek yang
dekat maupun yang letaknya lebih jauh dari
lapang pandang (akomodasi)
KOROID
• Terletak diantara retina dan sklera
• Berisi pembuluh darah dalam
jumlah yang sangat besar, yang
fungsinya memberi nutrisi retina
bagian terluar yang terletak di
bawahnya.
acute
Dilatasi Slitlamp
pembuluh darah Hiperemis silier / “Aquos Flare”
pericorneal vascular Partikel kecil dengan gerak
injection brown (efek tyndal)

Sel radang menumpuk


dalam BMD  hipopion
Permeabilitas
meningkat

Eksudasi
cronic menuju humor
aquos
Konsentrasi
protein di HA
sel-sel radang dapat melekat pada endotel kornea, keratic
meningkat
precipitate (KP).
• Mutton fat KP : besar, kelabu, terdiri atas makrofag dan pigmen-
pigmen yang difagositirnya, biasanya dijumpai pada jenis
granulomatosa.
• Punctate KP : kecil, putih, terdiri atas sel limfosit dan sel plasma,
terdapat pada jenis non granulomatosa.
it is A nte ri o r p ada iris
• Uv e t e r u ta m a
la m a s i y a n g terjadi ir id o sik litis.
n in f ng a n
Merupaka a t a u d i se b ut juga de
iliaris
dan korpus s
t
• Uveitis intermedie retina
a d a p a rs p la n a d a n
Inflamasi dominan p d a ngan vitreous.
d is er t ai d gn p e ra
perifer yang
• Uveitis posterior
inflamasi yang mengenai retina atau
koroid
• Panuveitis
inflamasi yang meng
enai seluruh
laisan uvea
Klasifikasi Uveitis
 Perjalanan Penyakit :
 Uveitis akut : Uveitis yang berlangsung selama <
6 minggu, onsetnya cepat dan bersifat simptomatik.
 Uveitis kronik : Uveitis yang berlangsung selama
> 6 minggu bahkan sampai berbulan-bulan atau
bertahun-tahun, seringkali onset tidak jelas dan
bersifat asimtomatik
 Residif : tanpa disertai
penyembuhan sempurna
Klasifikasi Uveitis

 Cara Masuknya :
 Uveitis eksogen : trauma, invasi
mikroorganisme atau agen lain
dari luar tubuh, misal : trauma,
operasi,
 Uveitis endogen :
mikroorganisme atau agen lain
dari dalam tubuh misal : focal
infection, reaksi autoimun.
Klasifikasi Uveitis

 Berdasarkan reaksi radang


a) Uveitis non-granulomatosa : infitratnya terdiri dari sel
plasma dan limfosit.
b) Uveitis granulomatosa : infiltratnya terdiri dari sel
epitoloid dan makrofag

 Berdasarkan ada tidaknya abses


 Purulent, ex : endoftalmitis, panoftalmitis, non
granulomatosa
 Nonpurulent, ex : granulomatosa, non granulomatosa
Perbedaan Uveitis granulomatosa dan non-granulomatosa
Gambaran Klinis
 Uveitis anterior  Uveitis anterior
akut kronik
 Hiperemi  Gx minimal
 Fotopobia meskipun
 Nyeri telah terjadi
 Lakrimasi inflmasi berat
 Visus↓  Mata tidak
merah
 Nyeri dangkal
hilang timbul
 Fotopobia
 Visus kabur
Gambaran Klinis
Uveitis anterior  Pada pmx ditemukan
 Visus biasanya,
normal atau dapat
sedikit menurun
Konjungtiva :
terlihat injeksi silier /
perilimbal.
 Kornea : odema,
stroma kornea, KP (+)
Gambaran Klinis
Uveitis Anterior
KP :  Camera Oculi Anterior
• Mutton fat KP → besar, (COA) : sel-sel flare
kelabu, tdd makrofag & dan/atau hipopion
pigmen yang difagostisirnya  Iris : dapat ditemukan
• Punctat KP → kecil, putih, sinekia posterior
tdd limfosit & sel plasma  Pupil miosis, refleks
pupil lemah
Injeksi silier
Terapi Uveitis Anterior
• Terapi Umum
Bed, rest, di kamar terlindungi cahaya, tidak membaca /
menulis
• Terapi lokal pada mata
1. Secepatnya diberi sulfas atropin 1% (anak
0,5%) karena bekerja cepat dan khasiat lama (+ 2
minggu)
• khasiat sulfat atropine :
• Mengurangi kongesti pada tempat peradangan
• Midriasis→ melepas sinekia posterior
• Melumpuhkan otot sfingter pupil dan otot siliar, →
mata tak dapat berakomodasi / istirahat.
2. Kortikosteriod / anti inflamasi :
(tetes mata, salep, atau infeksi subkonjuctiva)
- Steroid sistemik bila perlu :
Dosis tunggal seling sehari yang tinggi kemudian
diturunkan sampai dosis efektif. Bila jangka lama
menyebabkan katarak, glaukoma, dan midriasis
- Oral : Prednison 2 tablet sehari 3 kali
- Subkonjuctiva : hidrokortin 0,3 cc. disuntikkan
arah jam 12 sejauh mungkin diforniks, supaya obat
yang warna putih tertutup palpebra superior,
sehingga tak menimbulkan ganguan kosmetik.
3. Antibiotik (diberikan bila ada indikasi yang jelas)
Gambaran Klinis
Uveitis Intermediet
 Gejala uveitis intermediet biasanya berupa
floater, meskipun kadang-kadang penderita
mengeluhkan gangguan penglihatan.
 Tidak ditemukan :
 Hiperemi perikonea
 Nyeri
 Fotopobia
Gambaran Klinis

Uveitis intermediet
Kadang-kadang ditemukan KP (mutton fat)
pada COA
 Dengan oftalmoskopi bisa ditemukan
adanya lesi di retina berupa bercak putih
kekuningan dan badan kaca di depan lesi
tampak keruh.
Snowball appearance
Gambaran Klinis Uveitis Posterior
 Gejala :
 Visus ↓
 Floaters (gangguan
kotoran/bercak-bercak
pada lapang padang yang
semakin banyak)
 Tidak nyeri
 Tidak ada fotopobia
Gambaran Klinis
Uveitis posterior
 Pada pmx :
 Segmen anterior :
- Tidak didapatkan kelainan
yang berarti
- Hiperemi perikoneal (-)
 Dengan oftalmoskop ditemukan KP,
lesi di retina berupa bercak putih
kekuningan dan badan kaca di depan
lesi tersebut tampak keruh
Exsudate, perdarahan
Rubella
toxoplasmosis
citomegolovirus
Terapi Uveitis Posterior
• Midriatika / siklopegik :
1. Sulfas atropin 1% : sehari 1 kali 1 tetes
2. Homatropin 2% : sehari 3 kali 1 tetes
• Tetes / Salep Mata :
1. Dexamethaone 1% / betamethasone 1%
2. Prednisolone 0,5% tetes / salep sehari 3 x/sehari
• Sistemik :
1. Prednisolone : do awal 1-1,5 mg/kgBB di ↓ bertahap
2. Cylosporin diberi bila tidak ada respons dengan
steroid, setelah pemberian 2 minggu. Dosis awal 5 mg/hari,
bila berespons maintenance 2 mg/kgBB/hari.
• Suntikan :
Suntikan periokuler :
 Long acting : Methtylprednisolone acetate atau
Triamcinolone acetonic 40 mg/cc/minggu
 Short acting : Betamethasone atau Dexamethasone
4 mg/cc/hari
Suntikan subtenon anterior :
- Obat sama seperti diatas 0,5 cc/suntikan
- Untuk kasus uveitis anterior dan pars planitis
Suntikan subtenon posterior :
- Obat sama seperti diatas 1,5 cc/suntikan
- Untuk kasus pars plasnitis dan uveitis posterior
PAN UVEITIS
Adalah :
Radang uvea anterior, intermediate, posterior
Terapi
Lokal :
• Midriatika / siklopegik :
- Atropin 1%
- Homatropin 2%
- Scopolamin 0,25
• Kortikosteriod tetes mata sehari 4-6 kali 1 tetes
subconjuctiva sehari 0,3 cc
Sistemik :
• Prednison 40-60 mg/hari
• Siklosporin
Komplikasi
Komplikasi Karena Radang
 Sinekia posterior dengan
seklusi pupil & oklusi pupil
▪ Ablasio retina
 Glaukoma sekunder
 Endoftalmitis &
 panoftalmitis
 Katarak komplikata
Kompilasi
Komplikasi Karena Pengobatan
Pemberian kortikosteroid dalam jangka waktu yang
lama bisa menyebabkan timbulnya katarak maupun
glaukoma, yang sistemik bisa menyebabkan moon
face hipertensi, osteporosis
Diagnosa Banding

• Konjungtivitis
• Keratitis / keratokonjungtivitis
• Glaukoma akut
• Neoplasma
Gejala Uveitis Konjuctivitis Keratitis Glaukoma
akut

Nyeri + (ringan) - ++ +++ (berat)


Sekret - + - -
Visus Mundur Normal Tergantung Sgt
letak infitrat Mundur
Hiperemi PCVI CVI PCVI PCVI
Kornea Biasanya jernih Jernih Infitrat Keruh
Pupil Miosis Normal Normal Midrasis
TIO Normal Normal Normal Tinggi
Refleks pupil Lambat Normal Normal Negatif
Prognosis
 Pada uveitis anterior gejala klinis dapat hilang selama
beberapa hari hingga beberapa minggu dengan
pengobatan, tetapi sering terjadi kekambuhan.
 Pada uveitis posterior, reaksi inflamasi dapat
berlangsung selama beberapa bulan hingga tahunan
dan juga dapat menyebabkan kelainan penglihatan
walaupun telah diberikan pengobatan.

Anda mungkin juga menyukai