Anda di halaman 1dari 23

REFERAT

UVEITIS

Sergio Gracilio H.S.G.C Lobo


NPM : 17710167
PENDAHULUAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan


traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan
koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau proses
autoimun.
Uvea adalah organ yang terdiri dari beberapa
kompartemen mata yang berperan besar dalam vaskularisasi
bola mata. Terdiri atas iris, badan silier dan koroid.

Uveitis didefinisikan sebagai inflamasi yang terjadi pada uvea.


BAB II
PEMBAHASAN
A. ANATOMI UVEA :

Uvea atau traktus uvealis merupakan lapisan vaskular di dalam bola mata
yang terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.
1. Iris merupakan suatu
membran datar sebagai
lanjutan dari badan siliar
ke depan (anterior)

Pada iris terdapat 2 macam otot yang mengatur besarnya pupil, yaitu :
 Musculus dilatator pupil
 Musculus sfingter pupil
2. Corpus Siliar
Korpus siliaris merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai
sistem eksresi dibelakang limbus.

Badan siliar merupakan bagian uvea yang terletak antara iris dan koroid.
3. Koroid
Koroid merupakan bagian uvea yang paling luar, terletak antara retina (di sebelah
dalam) dan sklera (di sebelah luar). Koroid berbentuk mangkuk yang tepi depannya berada
di cincin badan siliar. Koroid adalah jaringan vascular yang terdiri atas anyaman pembuluh
darah.

Fungsi dari uvea antara


lain : Regulasi sinar ke
retina,Imunologi
(bagian yang berperan
dalam hal ini adalah
khoroid), Produksi
akuos humor oleh
korpus siliaris, dan
sebagai nutrisi.
B. UVEITIS

1. DEFINISI
Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang terjadi pada lapisan
traktus uvealis yang meliputi peradangan pada iris, korpus siliaris dan
koroid yang disebabkan oleh infeksi, trauma, neoplasia, atau proses
autoimun.

2. KLASIFIKASI
Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat kelompok utama, klasifikasi secara
- anatomis,
- klinis,
- etiologis, dan
- patologis.
1. Klasifikasi berdasarkan Anatomis

a. Uveitis anterior
b. Uveitis intermediet
c. Uveitis posterior
d. Panuveitis
2. Klasifikasi berdasarkan Klinis
a. Uveitis akut

b. Uveitis kronik

3. Klasifikasi berdasarkan Etiologis


a. Uveitis infeksius
b. Uveitis non-infeksius

4. Klasifikasi berdasarkan patologis


a. Uveitis non-granulomatosa
b. Uveitis granulomatosa
C. UVEITIS ANTERIOR
1. DEFINISI :
Uveitis anterior merupakan peradangan iris dan
bagian depan badan siliar (pars plicata), kadang-kadang
menyertai peradangan bagian belakang bola mata,
2. KLASIFIKASI : kornea dan sklera.

a) . Menurut klinisnya
- uveitis anterior akut yaitu uveitis
yang berlangsung selama < 6 minggu,
onsetnya cepat dan bersifat
simptomatik dan
- uveitis anterior kronik uveitis yang
berlangsung selama > 6 minggu
bahkan sampai berbulan-bulan
atau bertahun-tahun,

b). Berdasarkan patologi dapat dibedakan dua jenis besar uveitis:


non-granulomatosa (lebih umum) dan granulomatosa.
Perbedaan Uveitis granulomatosa dan non-
granulomatosa
  Non- Granulomatosa Granulomatosa

Onset Akut Tersembunyi


Nyeri Nyata Tidak ada atau ringan
Fotofobia Nyata Ringan
Penglihatan Kabur Sedang Nyata
Merah Sirkumneal Nyata Ringan
Keratic precipitates Putih halus Kelabu besar (“mutton fat”)
Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur
Sinekia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang
Noduli iris Tidak ada Kadang-kadang
Lokasi Uvea anterior Uvea anterior, posterior,difus
    Kronik
    Kadang-kadang
Perjalanan penyakit Akut
Kekambuhan Sering
3. ETIOLOGI

Berdasarkan spesifitas penyebab nya :


1. Penyebab spesifik (infeksi) Disebabkan oleh virus, bakteri, fungi,
ataupun parasit yang spesifik.
2. Penyebab non spesifik (non infeksi) atau reaksi hipersensitivitas
Disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap mikroorganisme
atau antigen yang masuk kedalam tubuh dan merangsang reaksi
antigen antibodi dengan predileksi pada traktus uvea

Berdasarkan asalnya:
3. Eksogen : Pada umumnya disebabkan oleh karena trauma, operasi
intraokuler, ataupun iatrogenik.
4. Endogen : disebabkan idiopatik, autoimun, keganasan,
mikroorganisme atau agen lain dari dalam tubuh pasien misalnya
infeksi tuberkulosis, herpes simpleks.
4. PATOFISIOLOGI
Peradangan uvea biasanya unilateral, dapat disebabkan oleh efek langsung
suatu infeksi atau merupakan fenomena alergi. Infeksi piogenik biasanya
mengikuti suatu trauma tembus okuli, walaupun kadang-kadang dapat juga terjadi
sebagai reaksi terhadap zat toksik yang diproduksi oleh mikroba yang menginfeksi
jaringan tubuh diluar mata.
5. MANIFESTASI KLINIS

Keluhan pasien dengan uveitis anterior :


 mata sakit, mata merah, fotofobia, penglihatan turun ringan dengan mata
berair.
 Keluhan sukar melihat dekat pada pasien uveitis dapat terjadi akibat ikut
meradangnya otot-otot akomodasi.
 Dari pemeriksaan mata dapat ditemukan tanda antara lain : Hiperemia
perikorneal, yaitu dilatasi pembuluh darah siliar sekitar limbus, dan keratic
precipitate.
 Pada pemeriksaan slit lamp dapat terlihat flare di bilik mata depan dan bila
terjadi inflamasi berat dapat terlihat hifema atau hipopion.
 Iris edema dan warna menjadi pucat, terkadang didapatkan iris
bombans. Dapat pula dijumpai sinekia posterior ataupun sinekia
anterior.
D. UVEITIS INTERMEDIATE

Uveitis intermediate disebut juga uveitis perifer


atau pars planitis adalah peradangan intraokular
terbanyak kedua. Tanda uveitis intermediet yang
terpenting yaitu adanya peradangan vitreus.
Temuan pemeriksaan yang menyolok adalah
vitritis seringkali disertai dengan kondensat
vitreus yang melayang bebas seperti bola salju
(snowballs) atau menyelimuti pars plana dan
corpus ciliare seperti gundukan salju (snow-
banking).
5. UVEITIS POSTERIOR

Uveitis posterior adalah peradangan yang mengenai uvea bagian posterior yang
meliputi retinitis, koroiditis, vaskulitis retina dan papilitis yang bisa terjadi sendiri-
sendiri atau secara bersamaan.
Gejala yang timbul adalah floaters, kehilangan lapang pandang atau scotoma,
penurunan tajam penglihatan. Sedangkan pada koroiditis aktif pada makula atau
papillomacular bundle menyebabkan kehilangan penglihatan sentral dan dapat
terjadi ablasio retina.
6. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama dari pengobatan uveitis adalah untuk mengembalikan atau
memperbaiki fungsi penglihatan mata.

Adapun terapi uveitis dapat dikelompokkan menjadi :

A. Terapi non spesifik :


1. Penggunaan kacamata hitam

2. Kompres hangat

3. Midritikum/ sikloplegik

Midriatikum yang biasanya digunakan adalah:


- Sulfas atropin 1% sehari 3 kali tetes
- Homatropin 2% sehari 3 kali tetes
- Scopolamin 0,2% sehari 3 kali tetes
4. Anti inflamasi

Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah


kortikosteroid, dengan dosis sebagai berikut:

Dewasa : Topikal dengan dexamethasone 0,1 %


atau prednisolone 1 %. Bila radang sangat hebat
dapat diberikan subkonjungtiva atau periokuler :
- Dexamethasone phosphate 4 mg (1 ml)
- Prednisolone succinate 25 mg (1 ml)
- Triamcinolone acetonide 4 mg (1 ml)
- Methylprednisolone acetate 20 mg

Bila belum berhasil dapat diberikan sistemik


Prednisone oral mulai 80 mg per hari sampai tanda
radang berkurang, lalu diturunkan 5 mg tiap hari.

Anak : prednison 0,5 mg/kgbb sehari 3 kali.


2. Terapi spesifik

Terapi yang spesifik dapat diberikan apabila penyebab pasti dari uveitis anterior telah
diketahui. Karena penyebab yang tersering adalah bakteri, maka obat yang sering diberikan
berupa antibiotik, yaitu :

Dewasa : Lokal berupa tetes mata kadang dikombinasi dengan steroid.


Anak : Chloramphenicol 25 mg/kgbb sehari 3-4 kali.
Terapi yang harus diberikan antara lain:
Terapi terhadap Terapi konservatif :
komplikasi : Timolol 0,25 % - 0,5 % 1 tetes tiap 12 jam
Acetazolamide 250 mg tiap 6 jam
1. Sinekia posterior dan
anterior Terapi bedah:
Untuk mencegah maupun Dilakukan bila tanda-tanda radang telah hilang,
mengobati sinekia posterior tetapi TIO masih tetap tinggi.
dan sinekia anterior, perlu - Sudut tertutup : iridektomi perifer atau laser
diberikan midriatikum, iridektomi, bila telah terjadi perlekatan iris
dengan trabekula (Peripheral Anterior Synechia
2. Glaukoma sekunder atau PAS) dilakukan bedah filtrasi.
Glaukoma sekunder adalah - Sudut terbuka : bedah filtrasi.
komplikasi yang paling
sering terjadi pada uveitis
anterior.

3. Katarak komplikata
Komplikasi ini sering dijumpai pada uveitis anterior
kronis. Terapi yang diperlukan adalah pembedahan,
yang disesuaikan dengan keadaan dan jenis katarak
serta kemampuan ahli bedah.
2. Katarak
7. KOMPLIKASI Kelainan polus anterior mata
Komplikasi dari uveitis dapat berupa : seperti iridosiklitis yang
menahun
1. Glaucoma,
Peninggian tekanan bola
mata.
3. Sinekia posterior  perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian anterior
akibat sel-sel radang, fibrin, dan fibroblas.
4. Sinekia anterior  perlekatan iris dengan endotel kornea akibat sel-sel radang,
fibrin, dan fibroblas.

5. Seklusio pupil  perlekatan pada bagian tepi pupil


6. Oklusio pupil  seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang

7. Endoftalmitis  peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di


dalamnya dengan abses di dalam badan kaca akibat dari peradangan yang
meluas.

8. Panoftalmitis  peradangan pada seluruh bola mata termasuk sklera dan


kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga abses.
9. Ablasio retina
BAB III
KESIMPULAN

Uveitis adalah peradangan atau inflamasi yang


terjadi pada lapisan traktus uvealis yang meliputi
peradangan pada iris, korpus siliaris dan koroid.
Klasifikasi uveitis dibedakan menjadi empat
kelompok utama, yaitu klasifikasi secara anatomis,
klinis, etiologis, dan patologis. Penyakit ini dapat
disebabkan oleh faktor eksogen, endogen, infeksi
maupun noninfeksi.
Tujuan utama dari pengobatan uveitis adalah
untuk mengembalikan atau memperbaiki fungsi
penglihatan mata. Apabila sudah terlambat dan
fungsi penglihatan tidak dapat lagi dipulihkan seperti
semula, pengobatan tetap perlu diberikan untuk
mencegah memburuknya penyakit dan terjadinya
komplikasi yang tidak diharapkan.
 

Anda mungkin juga menyukai