Anda di halaman 1dari 28

IRITIS,

IRIDOCYCLITIS, dan
HIPOPION
Kelompok 4 :
1. Ahmad Lukman Hakim
2. Zahra Safira
3. Benedictus Hanjaya S.
4. Marissa Jayawinata
ANATOMI TRAKTUS UVEA
PEMBAGIAN TRAKTUS UVEA

Uvea anterior : Iris – Corpus ciliaris


Uvea intermediet : Pars plana, Ora serata
Uvea posterior : Choroid
ANATOMI IRIS

 Perpanjangan corpus ciliaris ke anterior


 Terdiri : musculus, pembuluh darah da
n jaringan ikat
 Di dalam stroma iris terdapat musculus
sphincter dan dilatator pupilae
 Vascularisasi : circulus arteriosus mayor
dari iris
 Memiliki lubang bulat ditengah  pupil
 Fungsi iris :
  Mengontrol jumlah cahaya yang
masuk ke dalam mata (kamera  a
perture/diafragma)
ANATOMI CORPUS CILIARIS

 Potongan melintang : struktur ya


ng berbentuk segitiga, memanjan
g dari posterior (bag akhir choroi
d) ke anterior dan berakhir pd ak
ar iris (6 mm)
 Terdiri atas 2 bagian/zona :
 Pars plicata
 Pars plana
 Struktur yang menonjol di pars
plicata  prosesus ciliaris
 Prosesus ciliaris : 2 lapis epitel
 pigmented & non pigmented
 Prosesus ciliaris dan epiteliumny
a (non pigmented & pigmente
d)  pembentukan dan produk
si humor aquos.
ANATOMI CORPUS CILIARIS

 Tersusun dari kombinasi musc


ulus berserat sirkuler, longitudi
nal dan radial
 Fungsi otot :
 Mempengaruhi ketegangan
serabut zonula  Daya ako
modasi
UVEITIS

 Definisi secara umum : inflamasi traktus uvea


 Dasar klasifikasi :
 Anatomi : bagian uvea yang terkena (anterior, inter
mediate, posterior & panuveitis)
 Perjalanan klinis : akut, kronis & rekuren
 Etiologi : infeksius & noninfektius
 Histopatologi: granulomatus & non-granulomatus
KLASIFIKASI UVEITIS
UVEITIS ANTERIOR

DEFINISI

 Uveitis anterior adalah inflamasi traktus uvea, deng


an bilik mata depan sebagai tempat utama terjadinya
inflamasi
 Inflamasi juga mengenai iris, corpus ciliaris dan terja
di inflamasi sekunder pada cornea serta sclera
UVEITIS ANTERIOR

PENYEBAB
Penyebab terjadinya uveitis anterior dibagi menjadi beberapa gol
ongan antara lain: autoimun, infeksi, keganasan, dan lain-lain.
Penyebab autoimun terdiri dari: artritis Rhematoid juvenile, spond
ilitis ankilosa, sindrom Reiter, kolitis ulseratif, uveitis terinduksi-len
sa, sarkoidosis, penyakit crohn, psoriasis.
Penyebab infeksi terdiri dari: sipilis, tuberkulosis, lepra, herpes zoo
ster, hepes simpleks, onkoserkiasis, adenovirus.
Untuk penyebab keganasan terdiri dari: sindrom masquerada, reti
noblastoma, leukemia, limfoma, melanoma maligna.
Sedangkan yang lainnya berasal dari: iridopati, uveitis traumatika,
ablatio retina, gout, dan krisis glaukomatosiklitik
UVEITIS ANTERIOR
NAMA PENYAKIT
 Iritis :
Inflamasi yang mengenai bilik mata depan dan iris
 Iridocyclitis :
Inflamasi yang mengenai iris dan corpus ciliaris
 Anterior cyclitis :
Inflamation involving bagian anterior dari corpus
 Keratouveitis :
Inflamasi yang mengenai traktus uvea dan kornea
 Sclerouveitis :
Inflamasi yang mengenai traktus uvea dan sclera.
UVEITIS ANTERIOR

UVEITIS ANTERIOR :

1. UVEITIS ANTERIOR AKUT


2. UVEITIS ANTERIOR KRONIK
UVEITIS ANTERIOR AKUT

Keluhan :
 Onset mendadak dengan durasi kurang dari 3 bulan.
 Mata merah
 Epifora : mengeluarkan air mata terus-menerus
 Fotofobia : takut terhadap sinar matahari
 Nyeri
 Penglihatan kabur
UVEITIS ANTERIOR AKUT

Tanda Klinis

1. Tajam penglihatan menurun


2. Ciliary injection / ciliary flush / perilimbal vascular engorgement
3. Terdapat Keratic Precipitates (KPs) atau mutton-fat KPs : Kum
pulan sel-sel radang yang menempel di endotel kornea)
4. Hipopion : Kumpulan leukosit yang mengendap di bag bawah
BMD
5. Miosis pada awal penyakit dan terdapat sinekia : perlekatan iris
dengan kapsul lensa (sinekia posterior) atau dengan endotel korn
ea (sinekia anterior perifer)
6. TIO dapat normal, turun atau meningkat
UVEITIS ANTERIOR KRONIK

Keluhan
Gejalanya tidak terlihat dan sebagian besar pasien tidak mengeluh sampai dengan timbulnya
komplikasi : calcific-band keratopathy, cataract atau cystoid macular edema (CME).

Tanda Klinis :
1. Ciliary injection ringan atau tidak ada
2. Keratic Precipitates (KPs) atau mutton fat KPs dan Calcific band keratopathy
3. Kadang didapatkan hipopion
4. Sinekia posterior, sinekia anterior atau seklusio pupil (sinekia seluruh kwadran
pupil)
5. Terdapat Iris nodule : Busacca’s nodule dan Koeppe nodule, Pigmen iris, Iris bo
mbans
Busacca’s nodule The Koeppe nodule

Calcific band
keratopathy

Pigmen iris Iris bombans


TATALAKSANA
1. Obat-obat golongan mydriaticum and cycloplegic :

Tujuan :
 Melepaskan atau mencegah terbentuknya sinekia posterior
 Mengurangi nyeri dan fotofobia akibat spasme M. ciliaris
 Pada inflamasi yang hebat, diberikan obat yang kuat atau pemb
erian yang lebih sering
Sediaan obat :
 Tropicamide 0.5% dan 1% (durasi 6 jam)
 Cyclopentolate 0.5% dan 1% (durasi 24 jam)
 Phenylephrine 2.5% dan 10% (durasi 3 jam)  tanpa cyclopegic
 Homatropin 2% (durasi 2 hari)
 Atropin 1% (durasi 2 hari)
TATALAKSANA

2. Kortikosteroid
 Masih menjadi terapi utama uveitis
 Memiliki efek samping yang berbahaya
 Harus berdasarkan indikasi yang khusus :
 Pengobatan inflamasi yang aktif pada mata
 Pencegahan dan pengobatan komplikasi uveitis, seperti : CME
 Menekan penyebaran inflamasi retina, choroid atau nerves optikus
 Dimulai dengan dosis tinggi (sistemik atau topikal) kemudian
diturunkan secara bertahap

Pemberian topikal : Efektif terutama untuk terapi uveitis anterior


 Untuk sediaan tetes mata, dapat diberikan mulai
sekali sehari sampai dengan setiap jam
Sediaan Obat
 Dexamethasone phosphate 0.1%
 Fluorometholone 0.1%
 Prednisolone acetate 1%
 Difluprednate 0.05% (belum tersedia di Indonesia)
 Beberapa sediaan dikombinasi dengan antibiotika
TATALAKSANA

Pemberian
sistemik
 Secara oral (minum) atau intravena
 Untuk uveitis yang mengancam penglihatan dan tidak berespons dengan
obat topikal
 Adanya penyakit sistemik yang memerlukan terapi kortikosteroid
 Paling lama 3 bulan, bila lebih 3 bulan,  immunosuppresant
Oral :
 Prednisone dimulai dosis 1 – 2 mg/kg/hr,
 Dexamethasone
 Methylprednisolon

Intravenous :
 Methylprednisolone dimulai dosis1 g/hr i.v bolus
selama 1 jam untuk 3 hr
 Dexamethasone
 Triamcinolone
TATALAKSANA

3. Immunomodulatory therapy (IMT) = immunosuppressive

 Bekerja dengan cara menghambat pembelahan limfosit (di bone


marrow) yang bertanggungjawab terhadap reaksi inflamasi

Indikasi :
 Uveitis berat dan mengancam hilangnya penglihatan (vision-
threatening)
 Respon yg inadequate atau kegagalan terapi terhadap
kortikosteroid
 Adanya kontra indikasi pemberian kortikosteroid :
- Adanya kelainan sistemik yang tidak boleh menggunakan
steroid
- Intolerable terhadap pemakaian kortikosteroid
- Tidak dapat menerima efek samping kortikosteroid
- Ketergantungan kronis terhadap penggunaan kortikosteroid
 Reversibilitas dari perjalanan /proses penyakitnya
TATALAKSANA

Sediaan immunosuppressive

1. Antimetabolite
• Azathioprine : 2 mg/kg/day
• Methotrexate : 7.5 – 10 mg/kg/day
• Mycophenolate mofetil

2. Inhibitors of T-cell signaling


• Cyclosporine (Neoral™ & Sandimmune™ )
• Tacrolimus & sirolimus

3. Alkylating agents
• Cyclophosphamide : 2 mg/kg/day
• Chlorambucil : 2 mg/day

4. Biologic response modifier


• Bevacizumab 1.25 – 2.5 mg
 Intravitreal injection
 Biologic response modifier / VEGF
 Inhibitors of various cytokines
DIAGNOSIS BANDING
Konjungtivi Uveitis Glaukoma Trauma
tis Akut anterior akut atau
akut Infeksi
kornea
Sekret Sedang- Tidak ada Tidak ada Encer atau
Banyak purulen
sekali
Ketajaman Tidak ada Sedikit Sangat Biasanya
Penglihatan efek pada kabur kabur kabur
penglihatan
Nyeri Tidak ada Sedang Berat Sedang-
Berat
Injeksi Difus Terutama Terutama Terutama
Konjungtiva sirkumkorne Sirkum sirkumkorne
al korneal al
Korenea Jernih Biasanya Berkabut Perubahan
Jernih kejernihan
sesuai
penyebab
Ukuran pupil Normal Kecil Dilatasi Normal atau
KOMPLIKASI

1. Calcific Band-Shaped Keratopathy


2. Glaucoma
3. Cataracts
4. Cystoid Macular Edema
5. Hypotony
6. Gangguan akomodasi
7. Rubeosis iridis
8. Sinekia posterior
PROGNOSIS : DUBIA AD BONAM
HIPOPION

Definisi
Kumpulan sel darah putih dan peningkatan protein (flare)
pada aquos humor (pus steril). Mengendap di bagian inf
erior, membentuk lapisan di bilik mata depan.

Patofisiologi
Merupakan tanda reaksi inflamasi yang muncul sebagai p
ertahanan tubuh akibat adanya toksin di BMD

Komplikasi
Glaucoma, Katarak, Gangguan visus dan Retina detachm
ent
HIPOPION

Penyebab
Lokal maupun Sistemik
Infeksi, trauma, autoimun
Ulkus kornea
Trauma pada kornea menjadi port de entry bakteri se
hingga terjadi ulkus kornea. Reaksi inflamasi tersebut
dapat diikuti dengan timbulnya Hipopion 
Tuberculosis
Herpes Simplex dan Zooster
Lyme disease dan Toxocaiasis
Multiple schleoris dan Psoriasis artrisis: Autoimun
HIPOPION

Diagnosa

Riwayat trauma, pemakaian kontak lens


Infeksi sistemik
Terapi

Sesuai underlying disease

Anda mungkin juga menyukai