IRIDOCYCLITIS, dan
HIPOPION
Kelompok 4 :
1. Ahmad Lukman Hakim
2. Zahra Safira
3. Benedictus Hanjaya S.
4. Marissa Jayawinata
ANATOMI TRAKTUS UVEA
PEMBAGIAN TRAKTUS UVEA
DEFINISI
PENYEBAB
Penyebab terjadinya uveitis anterior dibagi menjadi beberapa gol
ongan antara lain: autoimun, infeksi, keganasan, dan lain-lain.
Penyebab autoimun terdiri dari: artritis Rhematoid juvenile, spond
ilitis ankilosa, sindrom Reiter, kolitis ulseratif, uveitis terinduksi-len
sa, sarkoidosis, penyakit crohn, psoriasis.
Penyebab infeksi terdiri dari: sipilis, tuberkulosis, lepra, herpes zoo
ster, hepes simpleks, onkoserkiasis, adenovirus.
Untuk penyebab keganasan terdiri dari: sindrom masquerada, reti
noblastoma, leukemia, limfoma, melanoma maligna.
Sedangkan yang lainnya berasal dari: iridopati, uveitis traumatika,
ablatio retina, gout, dan krisis glaukomatosiklitik
UVEITIS ANTERIOR
NAMA PENYAKIT
Iritis :
Inflamasi yang mengenai bilik mata depan dan iris
Iridocyclitis :
Inflamasi yang mengenai iris dan corpus ciliaris
Anterior cyclitis :
Inflamation involving bagian anterior dari corpus
Keratouveitis :
Inflamasi yang mengenai traktus uvea dan kornea
Sclerouveitis :
Inflamasi yang mengenai traktus uvea dan sclera.
UVEITIS ANTERIOR
UVEITIS ANTERIOR :
Keluhan :
Onset mendadak dengan durasi kurang dari 3 bulan.
Mata merah
Epifora : mengeluarkan air mata terus-menerus
Fotofobia : takut terhadap sinar matahari
Nyeri
Penglihatan kabur
UVEITIS ANTERIOR AKUT
Tanda Klinis
Keluhan
Gejalanya tidak terlihat dan sebagian besar pasien tidak mengeluh sampai dengan timbulnya
komplikasi : calcific-band keratopathy, cataract atau cystoid macular edema (CME).
Tanda Klinis :
1. Ciliary injection ringan atau tidak ada
2. Keratic Precipitates (KPs) atau mutton fat KPs dan Calcific band keratopathy
3. Kadang didapatkan hipopion
4. Sinekia posterior, sinekia anterior atau seklusio pupil (sinekia seluruh kwadran
pupil)
5. Terdapat Iris nodule : Busacca’s nodule dan Koeppe nodule, Pigmen iris, Iris bo
mbans
Busacca’s nodule The Koeppe nodule
Calcific band
keratopathy
Tujuan :
Melepaskan atau mencegah terbentuknya sinekia posterior
Mengurangi nyeri dan fotofobia akibat spasme M. ciliaris
Pada inflamasi yang hebat, diberikan obat yang kuat atau pemb
erian yang lebih sering
Sediaan obat :
Tropicamide 0.5% dan 1% (durasi 6 jam)
Cyclopentolate 0.5% dan 1% (durasi 24 jam)
Phenylephrine 2.5% dan 10% (durasi 3 jam) tanpa cyclopegic
Homatropin 2% (durasi 2 hari)
Atropin 1% (durasi 2 hari)
TATALAKSANA
2. Kortikosteroid
Masih menjadi terapi utama uveitis
Memiliki efek samping yang berbahaya
Harus berdasarkan indikasi yang khusus :
Pengobatan inflamasi yang aktif pada mata
Pencegahan dan pengobatan komplikasi uveitis, seperti : CME
Menekan penyebaran inflamasi retina, choroid atau nerves optikus
Dimulai dengan dosis tinggi (sistemik atau topikal) kemudian
diturunkan secara bertahap
Pemberian
sistemik
Secara oral (minum) atau intravena
Untuk uveitis yang mengancam penglihatan dan tidak berespons dengan
obat topikal
Adanya penyakit sistemik yang memerlukan terapi kortikosteroid
Paling lama 3 bulan, bila lebih 3 bulan, immunosuppresant
Oral :
Prednisone dimulai dosis 1 – 2 mg/kg/hr,
Dexamethasone
Methylprednisolon
Intravenous :
Methylprednisolone dimulai dosis1 g/hr i.v bolus
selama 1 jam untuk 3 hr
Dexamethasone
Triamcinolone
TATALAKSANA
Indikasi :
Uveitis berat dan mengancam hilangnya penglihatan (vision-
threatening)
Respon yg inadequate atau kegagalan terapi terhadap
kortikosteroid
Adanya kontra indikasi pemberian kortikosteroid :
- Adanya kelainan sistemik yang tidak boleh menggunakan
steroid
- Intolerable terhadap pemakaian kortikosteroid
- Tidak dapat menerima efek samping kortikosteroid
- Ketergantungan kronis terhadap penggunaan kortikosteroid
Reversibilitas dari perjalanan /proses penyakitnya
TATALAKSANA
Sediaan immunosuppressive
1. Antimetabolite
• Azathioprine : 2 mg/kg/day
• Methotrexate : 7.5 – 10 mg/kg/day
• Mycophenolate mofetil
3. Alkylating agents
• Cyclophosphamide : 2 mg/kg/day
• Chlorambucil : 2 mg/day
Definisi
Kumpulan sel darah putih dan peningkatan protein (flare)
pada aquos humor (pus steril). Mengendap di bagian inf
erior, membentuk lapisan di bilik mata depan.
Patofisiologi
Merupakan tanda reaksi inflamasi yang muncul sebagai p
ertahanan tubuh akibat adanya toksin di BMD
Komplikasi
Glaucoma, Katarak, Gangguan visus dan Retina detachm
ent
HIPOPION
Penyebab
Lokal maupun Sistemik
Infeksi, trauma, autoimun
Ulkus kornea
Trauma pada kornea menjadi port de entry bakteri se
hingga terjadi ulkus kornea. Reaksi inflamasi tersebut
dapat diikuti dengan timbulnya Hipopion
Tuberculosis
Herpes Simplex dan Zooster
Lyme disease dan Toxocaiasis
Multiple schleoris dan Psoriasis artrisis: Autoimun
HIPOPION
Diagnosa