Anda di halaman 1dari 30

KEDARURATAN

NON TRAUMA
Dr. AZRIL OKTA ARDHIANSYAH SpB(K)Onk
(AZE)
PENDAHULUAN

 Tujuan:
 Dokter umum mampu melakukan diagnostik dan
terapi kasus darurat di bidang bedah
LEVEL 4

 Dokter umum mengetahui kasus yang harus


dirujuk setelah melakukan penanganan awal
LEVEL 3
PERITONITIS
DEFINISI & ETIOLOGI

 Peritonitis: inflamasi membran serosa yang


melingkupi rongga abdomen beserta organ –
organ di dalamnya
 Etiologi:
1. Peritonitis primer  perforasi GIT (-), infeksi
hematogenous (TB, SBP)
2. Peritonitis sekunder  perforasi GIT (+)
3. Peritonitis tersier  persisten/rekuren setelah
operasi pada peritonitis sekunder
ANAMNESIS

1. Nyeri perut (70%)  onset, sifat, yang memperberat,


perjalanan nyeri
2. Gejala penyerta  demam (80%), diare, susah BAB, mual
muntah
3. Komorbid
a. Sirosis SBP (bisa saja peritonitis primer)
b. Gastritis, minum jamu(campuran steroid)/NSAID  perforasi
gaster/duodenum
c. Change of bowel habit  kolon
d. Thypoid  ileum distal, contoh dari demam dulu baru nyeri, kalo
pasien thypoid biasanya diare dulu-> kalo sudah ad konstipasi ati2
curiga kalo sudah ada ulkusnya -> perforasi
4. Riwayat operasi  peritonitis tersier
PEMERIKSAAN FISIK

1. Vital sign  syok hipovolemik, syok sepsis


2. Toraks  komorbid , edem paru (bukan karena penyakitnya
tapi karena perlakuan dari rs sebelumnya, karena shock-
>digerojok, atau px tua ada sakit ginjal -> digerojok
3. Abdomen
a. Inspeksi  flat, distended, parut pasca operasi
b. Auskultasi  bising usus ↓↓ (karena paralitik)
c. Palpasi  defans muscular
d. Perkusi  pekak hepar menghilang
4. RT  nyeri tekan sirkuler
5. Akral dingin  syok
PEMERIKSAAN PENUNJANG -
laboratorium
 Lekosit ↑ (kalo nemunya leukopenia, ati2
itu berarti gara2 tb) , shift to the left
 LFT ↑  abses hepar (nyeri dikanan atas,
nyerinya terus menerus karena terperangkap
terperangkap ....., kalo organ berongga
sakitnya kolik sesuai sama peristaltiknya
 Amilase, lipase  pankreatitis
 Kultur kuman-> dari darah
 Urinalisis  DD/ UTI
PEMERIKSAAN PENUNJANG
-radiologi
 BOF  ground glass appearance,
cm keliatan gambar putih seperti
usus ngumpul ditengah, tapi
jarang kalo usus ngumpul ditengah
itu peritonitis , biasanya ada
ascites
 LLD  udara bebas di atas hepar
 BOF erect  udara bebas/air
sickle di bawah diafragma
 USG abdomen  abses liver,
pankreatitis, TOA (tuba ovarian
abcess buat dd appendicitis,
tanyain riwayat keputihan)
TERAPI  UGD
1. Resusitasi  kristaloid 1 L (shock maupun ga shock kasiin seliter, tapi kalo
ada orang yang sakit ginjal atau orang tua tetap evaluasi pakailewat
kateternya ,jangan sampe edem paru)
2. Cek darah, kimia klinik, elektrolit, glukosa
3. Koreksi elektrolit dan kelainan koagulasi
4. Kateter  monitor cairan (kalo px shock biasanya anuria, urin yang pertama
masuk ke kateter(didalam buli ) dibuang dulu, baru yang setelahnya dia
diitung anuria atau ga)
5. Dekompresi NGT 16, needle dekompresi (gasemua, kecuali kalo perforasi
gaster pakai, kalo distensi bgt -> ada gangguan dari pernafasan -> harus
didekompresi, di tusuk dibagian paling cembung, kalo orangnya gemuk ati2
bisa kena usus)
6. Antibiotik spektrum luas-> ceftriaxone saja, metro dimasukan pas durante
operasi
7. Analgetik antipiretik -> pakai metamizol, kalo >40 ditermoregulasi dulu
ILEUS OBSTRUKSI
ETIOLOGI OBSTRUKSI GIT

 Sebab mekanik  ileus obstruksi


 Lesi ekstrinsik: adhesi, hernia, pankreas annulare,
malrotasi, volvulus, karsinoma
 Lesi intrinsik: atresia, divertikel Meckel, Crohn’s
disease, TB, neoplasma, intususepsi, parasit,
benda asing, gallstone
 Sebab fungsional  ileus paralitik
 Intra abdominal: peritonitis, pasca operasi
 Ekstra abdominal: imbalance elektrolit
(hipokalemi), sepsis, opiat
DIAGNOSIS BANDING
OBSTRUKSI PARALITIK
Sifat Kolik Nyeri ringan, difus
nyeri
I Distended, DC (+), DS (+) Distended, DC (-), DS (-)
A BU meningkat atau menurun BU menurun atau hilang
P Nyeri tekan, tegang Lunak
Per Timpani Timpani
BOF Herring bone, coiled spring Dilatasi usus
LLD Step ladder banyak Step ladder memanjang
KLASIFIKASI ILEUS OBSTRUKSI

1. Durasi
1. Akut
2. Kronis
2. Ekstensi
1. Partial
2. Total
3. Tipe obstruksi
1. Simple
2. Close loop
4. Risiko pada usus
1. Inkarserata
2. Strangulasi
ANAMNESIS

1. Nyeri perut: kolik (crampy, intermittent)


2. Nausea/vomitting (60-80%) obs proksimal, lihat warna
muntahan
3. Flatus/BAB (-) (80-90%)
4. Change of bowel habit  BAB darah, kaliber kecil 
malignancy
5. Distensi abdomen (60%)  obs distal
6. Panas, takikardi  strangulasi (ati2 mulai ada gejala sistemik)
7. Faktor risiko:
 Riwayat operasi abdomen(ada resiko adeshi), radioterapi
 Riwayat keganasan kolorektal, ovarium
 IBD
PEMERIKSAAN FISIK

1. Vital sign  tanda dehidrasi, syok hipovolemik


2. Thoraks  mencari penyakit penyerta
3. Abdomen
 Inspeksi: distended, darm countour, darm steifung,
benjolan di inguinal/umbilicus, scar post operasi
 Auskultasi: bising usus meningkat (klinken) (fase awal)
atau menurun (fase paralisis)
 Palpasi: massa, tegang, nyeri tekan. Defans  perforasi
 Perkusi: timpani
 RT: ampula recti kolaps, adakah massa, darah atau feses
pada HS
PEMERIKSAAN PENUNJANG -
laboratorium
1. Lekosit: N/ ↑ (perforasi, enterokolitis)
2. Anemi  perdarahan kronis (KKR)
3. Imbalace elektrolit  muntah, dehidrasi
4. Kreatinin ↑ dehidrasi
PEMERIKSAAN PENUNJANG -
radiologi
 BOF: Herring bone, coiled spring
 LLD: step ladder
 Colon in loop: untuk mengetahui level
obstruksi pada kasus malignansi atau
intususepsi pada anak – anak
 CTscan dan MRI
 CT enteroclysis
Gambaran radiologis
obstruksi git
Herring bone Step ladder
 Colon in loop
menunjukkan obstruksi
karena carcinoma pada
fleksura lienalis
TERAPI

1. Resusitasi cairan. Hati – hati pada usia tua


2. Monitoring cairan  pasang kateter
3. Dekompresi  pasang NGT, kateter
4. Antibiotik broad spectrum.
5. Steroid  IBD, radiation enteritis akut.
6. Terapi suportif: analgetik, antiemetik.
7. Terapi non operatif untuk obstruksi
partial/simple  max 3 hari.
8. Operasi.
TETANUS
PENDAHULUAN

 Penyebab: eksotoksin (tetanospasmin) 


Clostridium tetani
 Masa inkubasi: 4 – 14 hr (rata – rata 7 hari) 
tergantung lokasi luka dari CNS
 Kategori:
 T.generalisata (85-90%)
 T.lokal  ekstremitas, prognosis baik
 T.cephalic  cedera kepala, prognosis jelek
 T.neonatorum  kontaminasi umbilikus, imunisasi
ibu (-), mortalitas > 70%
GEJALA KLINIS

 Disfagia, odinofagia  m.faringeus (gejala dini


langsung kasi obat tetanus)
 Trismus/lockjaw  m.masseter (n.V)
 Risus sardonicus  otot wajah (n.VII)
 Opistotonus
 Spasme reflek
 Kejang, kesadaran baik  DD/ epilepsi
 Komplikasi: apneu, fraktur, dislokasi,
rhabdomyolisis, asfiksia
 Spatula reflek  spatula disentuhkan ke
orofaring
 Normal  reflek muntah
 Pasien tetanus  menggiigit spatula
 Phillips score  prognosis
 Waktu inkubasi
 Lokasi infeksi
 Riwayat imunisasi
 Komplikasi penyakit
TERAPI

1. Terapi suportif awal  ICU, ruangan gelap &


tenang, intubasi profilaksis
2. Antitoksin
 Tetanus immuno globulin (TIG)
 3000 – 5000 U IM
 Profilaksis: 250 – 500 IU
 ATS  1500 – 3000 IU (profillaksis)
TERAPI

3. Antibiotik
- Metonidazole 4x 400 mg per rektal atau 4x 500
mg IV selama 7 – 10 hari.
- Penicillin G 100.000 – 200.000 IU/kg/hari IM
selama 7 – 10 hari.
- Erythromycin, Tetracycline, Vancomycin,
Clindamycin, Doxycycline, dan Chloramphenicol
4. Debridement  eradikasi spora & kuman pada
luka
TERAPI

5. Mengontrol gejala (kejang)


 Diazepam IV 10 – 40 mg tiap 8.
 Midazolam 5 – 15 mg/jam IV.
 Phenobarbital 15 – 20 mg/kg loading dose IV
dengan kecepatan 25 – 100 mg/menit untuk.
Dapat diulang setelah 10 menit dengan tambahan
5 – 10 mg/kg.
6. Mencegah komplikasi  lidah tergigit,
fraktur
KOMPETENSI BEDAH
UNTUK DOKTER UMUM
Perawatan luka
Bedah minor
Deteksi dini kanker
Kedaruratan trauma
Kedaruratan non trauma
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai