REFERAT
UVEITIS ANTERIOR
Pembimbing:
dr. Yulia Fitriani, Sp. M
Oleh:
Nur Indah Rahayu G4A015113
SMF MATA
RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2016
2
LEMBAR PENGESAHAN
REFERAT
UVEITIS ANTERIOR
Oleh:
Nur Indah Rahayu G4A015113
Dokter Pembimbing
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Traktus uvea terdiri dari koroid, corpus ciliares dan iris. Uveitis
merupakan suatu peradangan pada iris (iritis), corpus ciliare (siklitis), iris dan
inflamasi struktur uvea bagian anterior. Penyakit ini berkaitan dengan trauma
Insidensi uveitis anterior sebesar 8 per 100000 per tahun dengan kelompok
usia tertinggi terjadi 20 sampai 50 tahun dengan puncak usia pada dekade
ketiga (Maiya dan Sundip, 2014). Oleh karena uveitis berkaitan dengan
penyakit sistemik sehingga ketika tidak terdeteksi dan tidak tertangani dapat
terjadinya komplikasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
anterior
A. Anatomi Uvea
1. Choroidea, terdiri atas lapisan luar berpigmen dan lapisan dalam yang
2. Corpus ciliare
koroid dan basis dekat dengan iris. Pada bagian luar, corpus ciliare
dan transport aktif cairan (Snell, 2006; Giampani dan Jair, 2013).
ciliare, flat dan sangat berpigmen pada permukaan dalam dan berlanjut
6
dengan koroid pada bagian orra serrata. Corpus ciliare tersusun atas otot,
merupakan serat paling luar, melekat pada scleral spur melalui corpus
ciliare bagian anterior dan trabecular meshwork pada limbus dan pada
membentuk circulus arteri major yang juga menyuplai iris dan koroid
ciliare dan pars plana dilapisi oleh dua lapis epitel. Bagian luar oleh epitel
berpigmen (granul melanin) yang tersusun oleh sel kuboid dan berdekatan
2016).
antara kornea dan lensa. Tepi iris melekat pada permukaan anterior corpus
ciliaris. Iris membagi ruang antara lensa dan kornea menjadi camera
Uveitis anterior adalah inflamasi pada traktus uvea bagian anterior (iris
meliputi inflamasi pada iris dan corpus ciliare. Namun istilah uveitis anterior,
menurut onset, durasi dan course (Tabel 2.1) (Zierhut et al., 2007).
Tabel 2.1 Definition of onset, duration and course of uveitis (Zierhut et al.,
2007)
Category Description Comment
Onset Sudden prototype human leukocyte antigen B27 (HLA-B27)-
associated acute anterior uveitis. Pain, redness and
photophobia
Insidious prototype anterior uveitis, associated with juvenile
idiopathic arthritis. Painless, white eye.
Duration Limited <3 months duration
Persistent >3 month duration
Course Acute episode characterized by sudden onset and limited
duration
Recurent repeated episodes separated by periods of inactivity
without treatment >3 months duration
Chronic Persistent uveitis with relapse in <3 months after
discontinuing treatment
jamur, virus dan parasit. Uveitis non-infeksius dapat disebabkan oleh agen
pada mata (uveitis imbas lensa) dan penyakit sistemik seperti behcet,
iatrogenik) dan uveitis endogen (fokal infeksi di organ lain atau reaksi
anterior dibedakan menjadi uveitis anterior akut dan uveitis anterior kronis
1. Anterior akut
bakar mata, benda asing atau abrasi kornea dapat menyebabkan uveitis
anterior.
rekuren.
d. Sindrom Behcet
Jepang. Penyakit Behcet meliputi trias uveitis anterior akut, lesi mulut
ruang anterior.
uveitis.
dikarakteristikan dengan keratik presipitat kecil, putih tanpa nodul iris, dan
infeksi mikroba seperti tuberkulosis atau sifilis dengan keratik presipitat besar
C. Epidemiologi
Sebagian besar uveitis terjadi pada anak-anak dan dewasa muda. Pada
beberaoa kasus, uveitis bisa menjadi bukti klinis pertama dari adanya penyakit
sistemik. Sebesar 0,8% pasien rawat jalan rumah sakit didiagnosa uveitis.
Uveitis anterior merupakan bentuk yang paling umum dari uveitis, yakni
57,4%. Insidensi tahunan uveitis anterior adalah 8 kasus per 100000 populasi
(Maiya dan Sundip, 2014). JRA merupakan suatu kelainan sistemik yang erat
diperkirakan sekitar 14 dari 100.000 kasus dan uveitis ditemukan pada 2-21%
D. Etiologi
penyebab lain adalah HLA-B27 positif terutama pada bentuk akut. HLA-B27
positif berkorelasi kuat dengan spondilitis ankilosa dan sindrom reiter. Tabel
2.2 menunjukkan penyebab terjadinya uveitis anterior (Hua dan Lorne, 2011).
Tabel 2.2 Common causes of acute and chronic anterior uveitis (Hua dan
Lome, 2011)
Acute Anterior Uveitis Chronic Anterior Uveitis
Syphilis, Tuberculosis, Morbus Hansen, Syphilis
Adenovirus, Onchocerciasis Herpes (zoster/simplex)
HLA-B27 positive (uveitis only) Juvenile idiopathic arthritis (JIA)
Ankylosing spondylitis
Fuchs heterochromic iridocyclitis
Reactive arthritis (Reiters)
Psoriatic arthropathy Idiopathic
HLA-B27 negative (idiopathic) Sarcoidosis
Sarcoidosis Lupus
Behcets disease
Posner-Schlossmann Syndrome
Crystalline lens-associated
Lupus
Trauma
13
Gejala pasien dengan uveitis anterior adalah nyeri pada umumnya satu
mata, fotofobia, lakrimasi dan terkadang pandangan kabur. Tanda dan gejala
pembuluh darah uvea yang inflamasi), keratik presipitat putih, halus pada
endotel kornea. Pupil mengecil dan tidak teratur bila terdapat sinekia posterior.
presipitat besar dan kuning (mutton-fat), nodul iris dapat ditemukan pada tepi
pupil (koeppe) atau permukaan anterior iris (busacca), cavum vitreous kabur.
Sel inflamasi pada bentuk granuloma ini adalah epiteloid, giant cell yang
dikelilingi oleh limfosit dan makrofag. Nekrosis dapat terjadi, bentuk ini
diasosiasikan dengan proses inflamasi yang kronik (Chan dan Qian, 1998).
F. Penegakan diagnosis
1. Anamnesis
berkaitan dengan JRA dan pars planitis biasanya ditemukan pada anak-
14
pada ras kaukasia. Sarkoidosis lebih sering terjadi pada ras Afrika,
d. Gejala umum (nyeri dangkal yang muncul dan sering lebih terasa
ketika mata disentuh pada kelopak mata dan dapat beralih ke pelipis
bilateral.
sistemik lainnya.
2. Pemeriksaan fisik
oral (sindrom reiter dan behcet), ruam (psoriasis) dan nail pitting.
pada circumlimbal.
endotel kornea. Pada kasus akut, keratik presipitat halus dan putih,
iii. Anterior chamber, sel dan atau flare dapat terlihat akibat keluarnya
Sistem grading untuk flare dan sel dapat dilihat pada tabel 2.1,
iv. Iris, adanya nodul koeppe pada tepi pupil dan nodul busacca pada
iridocyclitis.
Trace to 1+ cells and 1-3+ cells and flare 3-4+ cells and flare
flare Miotic, sluggish pupil Sluggish or fixed pupil
Mild posterior synechiae Posterior synechiae
Mild iris swelling (fibrous)
Boggy iris (no crypts)
IOP reduced < 4 IOP reduced 3-6 mm Hg Raised IOP
mmHg Anterior virtreous cells Moderate to heavy
anterior
cells
18
dan lebih kecil dari leukosit. Baik eritrosit maupun sel pigmen
glaukoma.
uveitis anterior.
G. Patofisiologi
hipermatur, kapsul lensa bocor dan materi lensa masuk ke camera oculi
aqueous barrier sehingga terjadi peningkatan sel-sel radang, protein dan fibrin
berupa sinekia anterior atau posterior (pupil menjadi miosis dan iregular))
dalam humor aqueous yang tampak sebagai flare (Chan dan Qian, 1998; Amos
et al.,2004).
aqueous humor, dinding pembuluh darah dapat juga dilalui oleh sel darah
putih, sel darah merah, dan eksudat yang akan mengakibatkan meningkatnya
pupil, sel radang ini dapat menuju camera oculi anterior, oleh karena iris
kornea karena tidak mengandung pembuluh darah, suhu menurun dan berat
Sambil turun sel-sel radang dan fibrin dapat melekat pada endotel kornea,
juga bisa terjadi akibat trabekula yang meradang. Elemen darah dapat
mengandung sel darah merah) dan hipopion (apabila banyak mengandung sel
pupil dapat juga mengalami organisasi, sehingga melekatkan ujung iris pada
lensa, disebut sinekia posterior. Akumulasi sel-sel radang pada tepi pupil
disebut nodul koeppe, apabila pada permukaan iris disebut nodul busacca. Bila
seluruh iris menempel pada lensa, disebut seklusio pupil sehingga cairan yang
dari camera oculi posterior tidak dapat melalui pupil untuk masuk ke camera
oculi anterior, iris terdorong ke depan, disebut iris bombe dan menyebabkan
perlekatan iris pada lensa menyebabkan bentuk pupil tidak teratur. Peradangan
badan siliar dapat pula menyebabkan metabolisme pada lensa terganggu dan
kecil. Miopisasi akibat rangsangan terhadap corpus ciliare dan edema lensa
tekanan bola mata turun akibat gangguan fungsi pembentukan aqueous humor
H. Diagnosis Banding
inflamasi di vitreous adalah kunci uveiditis ini, dan vitreal haze seringkali
plana. kondisi uvitis intermediate ini disebut pars planitis dan umum
terjadi padpda individu muda 30,7 tahun. Uveitis posterior dapat muncul
diskus nervi optici. Vitreal haze mungkin bisa ditemukan pula. Fotofobia
yang menurun pada iris), pandangan kabur biasanya lebih berat dengan
ditemukan.
23
3. Keratitis dapat timbul dengan gejala yang sama dengan uveitis anterior
penyebabnya.
4. Glaukoma akut sudut tertutup dapat timbul dengan gejala yang sama
Tabel 2.5 Differential diagnoses for anterior segment inflammation (Hua dan Lorne,
2011)
AAU (iritis, iridocyclitis) Keratitis (infective, traumatic/toxic, contact
Episcleritis/Scleritis lens acute red eye)
Acute angle closure glaucoma Lens-related (phacolysis/phacoanaphylaxis)
Endophthalmitis (post operation, Posterior segment disease (tumor, panuveitis)
endogenous)
I. Penatalaksanaan
Terapi uveitis anterior tidak spesifik, biasanya mencakup terapi topikal dengan
1. Medikamentosa
a. Kortikosteroid
loteprednol 0,2%
b. Siklopegik
posterior
tekanan intraokular
b. Homatropin, 2%, 5%
c. Skopolamin, 0.25%
c. Midriatik
(Sitompul, 2011).
e. Imunomodulator
voklosporin, takrolimus)
ringan (mild); atau homatropin 5%, 2dd atau 3dd untuk uveitis
diberikan.
beta bloker.
28
slitlamp, penilaian sel dan flare dan evaluasi respon terhadap terapi.
2. Non-medikamentosa
a. Sun protection
J. Komplikasi
al., 2004):
Band keratopathy, deposit kalsium di anterior kornea dapat terjadi pada kasus
K. Prognosis
Dengan pengobatan yang tepat dan efektif, biasanya visual outcome baik.
III.KESIMPULAN
1. Uveitis anterior merupakan peradangan pada iris dan bagian anterior corpus
3. Gejala uveitis anterior adalah mata merah, nyeri, fotofobia, pandangan kabur.
Biasanya unilateral.
4. Tanda yang bisa ditemukan pada uveitis anterior adalah injeksi konjunctiva,
injeksi siliar, edema kornea, keratik presipitat, COA keruh, flare, hipopion,
panoftalmitis.
DAFTAR PUSTAKA
Amos, John F., Chair Kerry L. Beebe., Jerry Cavallerano., John Lahr., Richard
Wallingford. 2004. Care of the Patient with Anterior Uveitis. St.Louis:
American Optometric Association.
Chan-Chao Chan dan Qian Li. 1998. Immunopathology of uveitis. British Journal
of Ophthalmology. Vol 82:9196.
Giampani, Adriana Silva Borges dan Jair Giampani Junior. 2013. Anatomy of
Ciliary Body, Ciliary Processes, Anterior Chamber Angle and Collector
Vessels. Intech.
Guly CM dan Forrester JV. 2010. Investigation and management of uveitis. BMJ.
Vol 341:c4976.
Hua Len V dan Lorne B Yudcovitch. 2011. Anterior Uveitis: Teaching Case
Reports. Optometric Education. Vol 36: 2.
Maiya, Anitha. S dan Sundip Shenoy. 2014. A Clinical Study of Anterior Uveitis
in a Rural Hospital. Journal of Dental and Medical Sciences. Vol 13(3):
55-59.
Sitompul, Ratna. 2011. Kortikosteroid dalam Tatalaksana Uveitis: Mekanisme
Kerja, Aplikasi Klinis dan Efek Samping. J Indon Med Assoc. Vol 61: 6.