KONJUNGTIVITIS
Pembimbing:
dr. Amelia Rizar, Sp.M
Disusun Oleh:
1. Tohri Tohir 2008320019
2. Nazra Amalia Nasution 2008320023
3. Fahrul Rozi 2008320026
4. Merry Marlina Hsb 2008320032
5. Suci Mardiana 2008320036
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas refarat sebagai salah satu syarat tugas
Pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk mengucapkan terima kasih
kepada pihak yang telah membantu penulis untuk menyelesaikan refarat yang
Semoga refarat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua baik
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
konjungtivitis ini berada pada peringkat no.3 terbesar di dunia setelah penyakit
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
berat dengan sekret purulen kental. Konjungtivitis atau radang konjungtiva adalah
radang selaput lendir yang menutupi belakang kelopak dan bola mata yang
dibedakan kedalam bentuk akut dan kronis. Konjungtivitis (pink eye) merupakan
peradangan pada konjungtiva (lapisan luar mata dan lapisan dalam kelopak mata)
iritasi dari bahan-bahan kimia seperti terkena serpihan kaca yang debunya
Konjungtivitis dapat dijumpai di seluruh dunia, pada berbagai ras, usia, jenis
kelamin dan strata sosial. Walaupun tidak ada data yang akurat mengenai
1
insidensi konjungtivitis, penyakit ini diestimasi sebagai salah satu penyakit mata
simpleks tipe 1 dan 2, Varicella zoster, virus pox dan Human Immunodeficiency
Virus.1,4
Di Indonesia pada tahun 2014 diketahui dari 185.863 kunjungan ke poli mata.
Konjungtivitis juga termasuk dalam 10 besar penyakit rawat jalan terbanyak pada
tahun 2015. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Riau, melaporkan
jumlah penderita konjungtivitis di pada tahun 2015 tercatat ada sebanyak 1.528
2016 Agustus 2016 mencapai 1.769 kasus pada tiga rumah sakit di wilayah kerja
Tanjung Pinang sebanyak 218 kasus, di RSUD Tanjung Pinang terdapat 81 kasus
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konjungtiva
2.1.1 Anatomi
dan forniks.
melekat erat pada tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat
3
sekretorik (duktus-duktus kelenjar lakrimal bermuara ke forniks temporal
superior).6
2.1.2 Histologi
dan stroma (adenoid dan fibrosa). Lapisan epitel terdiri atas dua hingga lima
lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial, dan basal. Sel-sel epitel
superficial mengandung sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus dimana
sel-sel ini akan mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi
lapisan air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel
tersusun longgar pada bola mata dan tersusun atas jaringan penyambung yang
2.2 Konjungtivitis
terpapar oleh agen infeksi, baik endogen (reaksi hipersensitivitas dan autoimun)
4
2.2.2 Patofisiologi Konjungtivitis
mata, konjungtiva memiliki resiko yang besar untuk terinfeksi berbagai jenis
pertahanan berupa tear film yang berfungsi untuk melarutkan kotoran-kotoran dan
nasi inferior. Disamping itu, tear film juga mengandung beta lysine, lisozim, Ig A,
1. Definisi
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata
Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri subakut adalah H
influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik paling sering terjadi
5
pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan obstruksi duktus
mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat menyebar ke orang lain.
Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu sering kontak dengan
3. Gejala Klinis
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata (AOA,
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala yang
paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari sewaktu
bangun tidur.8
4. Laboratorium
konjungtiva disarankan pada semua kasus dan diharuskan pada penyakit yang
6
5. Komplikasi
pada pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva
paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga komponen mukosa
karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga dapat mengubah bentuk
palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan entropion sehingga bulu mata
dapat menggesek kornea dan menyebabkan ulserasi, infeksi dan parut pada
kornea.1
6. Penatalaksanaan
diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik. Pada
1. Definisi
berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan
cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung
7
2. Etiologi dan Faktor Resiko
adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan
herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu penyakit ini juga
Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan
penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-
benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang yang
terkontaminasi.10
3. Gejala Klinis
biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair berat dan
atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan selama lebih dari 2 bulan
Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga mengeluhkan gejala pada saluran
pernafasan atas dan gejala infeksi umum lainnya seperti sakit kepala dan
demam.12
(HSV) yang biasanya mengenai anak kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi,
sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan dan sering disertai keratitis herpes.
8
Konjungtivitis hemoragika akut yang biasanya disebabkan oleh enterovirus dan
coxsackie virus memiliki gejala klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing,
4. Laboratorium
jaringan biakan.11
5. Komplikasi
dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul
6. Penatalaksanaan
Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun atau pada orang
dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak diperlukan terapi, namun
9
2.2.3.3 Konjungtivitis Alergi (Vernal)
1. Definisi
Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan
disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem
hewan, dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu tertentu.
Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema dan rinitis
3. Gejala Klinis
10
keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan konjungtiva, dan
mengeluhkan mata sangat gatal dengan kotoran mata yang berserat, konjungtiva
tampak putih susu dan ditemukan giant papil di konjungtiva palpebra inferior.
Dapat ditemukan gambaran seperti renda pada limbus (Horner trantas dots).
tepian palpebra yang eritematosa dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus
papilar raksasa dijumpai tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal.1
4. Laboratorium
5. Komplikasi
Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada kornea
11
6. Penatalaksanaan
topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan steroid topikal jangka
1. Definisi
Chlamydia trachomatis.1
Iklim yang kering dan berdebu memiliki prevalensi yang lebih tinggi
dalam menyebabkan trachoma. Usia bayi dan anak lebih rentan terkena infeksi.
kebersihan air, peralatan yang bersih dan memadai dan edukasi tentang penyakit
3. Gejala Klinis
kasus berat, pembalikan kelopak mata kedalam (entropion) dan bulu mata
kedalam (trikiasis) terjadi pada masa dewasa muda sebagai akibat parut
konjungtiva berat. Abrasi terus-menerus oleh bulu mata yang membalik itu dan
gangguan film air mata berakibat parut pada kornea yang disertai neovaskularisasi
12
(pannus), umumnya setelah berusia 50 tahun. Masa inkubasi rata-rata 7 hari
namun bervariasi dari 5-14 hari. Pada bayi atau anak biasanya diam-diam, dan
penyakit ini dapat sembuh dengan sedikit atau tanpa komplikasi pada orang
dewasa sering akut dan subakut dan kompliksai cepat berkembang. Sering mirip
dan limbal, nyeri tekan, pembentukan panus. Semua tanda trakoma lebih berat
pada konjungtiva dan kornea bagian atas daripada bagian bawah. Untuk
kurangnya 2 tanda berikut: lima atau lebih folikel pada konjungtiva tarsal rata
4. Laboratorium
dengan giemsa tampak masa sitoplasma biru atau ungu gelap halus menutupi inti
dari sel epitel, namun tidak selalu ada. Pulasan antibodi fluorescein dan tes
13
imuno-assay enzim tersedia dipasaran dan banyak dipakai dilaboratorium klinik,
5. Komplikasi
trakoma dan dapat merusak duktuli kelenjar lakrimal dan menutupi muara
kelenjar lakrimal. Hal ini akan mengurangi komponen air dalam film air mata
pre-kornea, dan mungkin hilangnya sebagian sel goblet. Luka parut akan
6. Penatalaksanaan
g/hari/oral dalam empat dosis selama 3-4 minggu. Doxycyclin 100 mg per os 2
kali sehari selama 3 minggu, eritromycin 1 g/hari per os dibagi 4 dosis selama 3-4
minggu. Tetracyclin sistemik jangan diberikan pada anak dibawah 7 tahun atau
wanita hamil. Karena tetracyklin mengikat kalsium pada gigi yang berkembang
dan tulang yang tumbuh sehingga gigi menjadi kuning dan kelainan rangka. Salep
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya bercak
putih yang dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem
14
imun yang terganggu. Selain candida sp, penyakit ini juga bisa disebabkan oleh
walaupun jarang.1
blefarospasme. Selain itu penyakit ini dapat juga disebabkan oleh pemberian obat
topikal jangka panjang seperti dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain
dengan bahan pengawet yang toksik atau menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini
ringan.1
autoimun seperti penyakit tiroid, gout dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis
15
yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut diarahkan pada pengendalian
komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis herpetiformis ataupun masalah kulit
dari mata yang sakit yang mengandung bakteri atau virus. Salah satu media
jabatan tangan. Bisa pula melalui cara tidak langsung, misalnya tangan yang
secara bergantian, dan penggunaan bantal atau sarung bantal secara bersama-
sama.10,17
sehat sesudah mengenai mata yang sakit, tidak menggunakan handuk dan lap
secara bersama-sama dengan orang lain, serta bagi perawat dapat memberikan
tangannya agar menulari orang lain, menggunakan lensa kontak sesuai dengan
petunjuk dari dokter dan pabrik pembuatnya, mengganti sarung bantal dan handuk
16
yang kotor dengan yang bersih setiap hari, menghindari penggunaan bantal,
handuk dan sapu tangan bersama, menghindari mengucek-ngucek mata, dan pada
17
BAB III
KESIMPULAN
dapat dibuat pada pasien dengan keluhan mata merah dan terdapat
discharge hanya pada visus normal dan tidak mempunyai gejala dari
dewasa.
Discharge dapat menyeluruh pada mata atau hanya pada sudut mata saja.
mata.
18
8. Jenis konjungtivitis virus memperlihatkan adanya injeksi, secret serous
atau mukoid, dan perasaan panas, seperti berpasir, dan berawal hanya pada
satu mata.
9. Infeksi virus melibatkan pada mata kedua dalam 24-48 jam, meskipun
hanya unilateral dan tidak memperlihatkan suatu proses infeksi virus. Dan
mempunyai secret mukoid, mata susah dibuka, merah pada sudut mata.
10. Konjungtivitis alergi mempunyai tipikal merah pada kedua mata, berair,
discharge mukoid. Biasanya akibat proses kimia, atau kurang produksi air
mata.
13. Konjungtivitis jamur infeksi yang jarang terjadi disebabkan oleh Candida
umumnya tampak sebagai bercak putih. Keadaan ini dapat timbul pada
19
14. Selain macam-macam konjungtivitis diatas masih ada jenis konjungtivitis
15. Konjungtivitis dapat dicegah yaitu dengan tidak menyentuh mata yang
sehat sesudah mengenai mata yang sakit, tidak menggunakan handuk dan
lap secara bersama-sama dengan orang lain, serta bagi perawat dapat
20
DAFTAR PUSTAKA
FKUI;2015. p. 1-296.
111.
Medicine. http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview.
Vaughan & Asbury. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC, 97-118.
dan Terapi Ilmu Penyakit Mata. Surabaya : RSUD dr Soetom. 2002 ; hal
75-88
Erlangga
21
9. Jatla.K.K, (2009). Neonatal Conjunctivitis. University of Colorado Denver
http://emedicine.medscape.com/article/1192190-overview.
10. Ilyas, S. (2008). Mata Merah. Dalam: Ilyas, S.(ed). Penuntun Ilmu
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview.
1: 11-18.
overview.
trinityallergy-asthma-immunology-kingman-az htm.
22
16. American Academy of Ophthalmology. (2007-2008). Basic and Clinical
Academy of Ophthalmology.
http://jurnalkesmas.ui.ac.id/index.php/kesmas/article/view/406.
from:http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/446/
23
24