Anda di halaman 1dari 3

Tatalaksana Konjungtivitis farmako dan non farmako

Pengobatan konjungtivitis (conjunctivitis) dilakukan dengan cara yang berbeda-beda,


tergantung penyebabnya. Berikut ini adalah langkah pengobatan yang digolongkan
berdasarkan penyebab terjadinya konjungtivitis:

• Pengobatan Konjungtivitis akibat Infeksi

Penderita konjungtivitis akibat infeksi virus tidak perlu mendapatkan obat khusus karena
konjungtivitis virus akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa hari. Sedangkan
konjungtivitis bakteri dapat diobati dengan antibiotik dalam bentuk obat tetes mata atau salep
mata. Antibiotik diberikan kepada penderita selama 1-2 minggu.

1. konjungtivitis viral oleh infeksi adenovirus. Terapi menggunakan antivirus topikal,


dilaporkan tidak efektif untuk konjungtivitis yang disebabkan oleh adenovirus.
Antiviral topikal seperti gel ganciclovir, salep idoxuridine, salep vidarabine, dan tetes
mata trifluridine biasanya digunakan pada kasus konjungtivitis akibat infeksi virus
herpes simpleks. Pada kasus konjungtivitis akibat infeksi virus varicella zoster, pasien
diberikan antiviral berupa asiklovir 5 x 600-800 mg/ hari selama 7-10 hari. Valasiklovir
3x1000 mg/hari dan famsiklovir 3 x 500 mg/ hari selama 7-10 hari pemberian juga
dapat digunakan untuk mengobati konjungtivitis pada herpes zoster. Terapi antibiotik
topikal biasanya diberikan bila ada risiko superinfeksi oleh bakteri

2. konjungtivitis bakterial dapat berupa pemberian antibiotik topikal seperti


kloramfenikol, aminoglikosida (gentamisin, neomisin, tobramisin), kuinolon
(ofloxacin, levofloxacin, dan sebagainya), makrolid (azitromisin, eritromisin),
polimiksin B, dan bacitracin. Pemberian antibiotik topikal biasanya dengan dosis 4 kali
per hari selama 1 minggu pemberian. Pada kasus dengan gejala yang berat, pemberian
antibiotik dapat lebih sering untuk mempercepat penyembuhan, mencegah reinfeksi,
dan mencegah penularan.

• Pengobatan Konjungtivitis Noninfeksi

Untuk menangani konjungtivitis alergi, penderita akan diminta untuk menghindari zat pemicu
alergi tersebut. Penderita juga dapat diberikan obat untuk meredakan reaksi alergi, yang
meliputi antihistamin topikal, mast cell stabilizer, vasokonstriktor, kortikosteroid, dan obat
antiinflamasi non steroid (OAINS).

1. Antihistamin topikal mata yang dapat digunakan adalah epinastine dan azelastine.
Antihistamin oral juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan gatal sehingga pasien
tidak mengusap mata terus menerus.
2. Mast cell stabilizer digunakan sebagai terapi jangka panjang untuk mencegah proses
degranulasi sel mast akibat paparan alergen sehingga mengurangi frekuensi terjadinya
eksaserbasi akut. Mast cell stabilizer biasanya digunakan bersama dengan terapi
lainnya. Regimen yang dapat digunakan adalah lodoxamide, nedocromil, sodium
cromoglycate, dan alcaftadine.
3. Vasokonstriktor tersedia dalam bentuk tunggal seperti phenylephrine, oxymetazoline,
naphazoline, atau gabungan dengan antihistamin. Vasokonstriktor topikal dapat
mengurangi injeksi konjungtiva untuk sementara dan tidak efektif digunakan pada
konjungtivitis alergi berat.
4. Kortikosteroid digunakan pada eksaserbasi akut dengan gejala berat atau bila
ditemukan keratopati. Kortikosteroid diberikan per 2 jam dalam jangka waktu pendek
yang kemudian di-tapering off. Sediaan yang dapat digunakan adalah prednisolone
0,5%, rimexolone 1%, fluorometholone 0,1%, loteprednol etabonate 0,2-0,5%. Efek
samping yang mungkin ditimbulkan adalah terjadinya infeksi sekunder, peningkatan
tekanan intraokular, dan pembentukan katarak.
5. Sediaan OAINS topikal mata seperti ketorolak 0,5% dan diklofenak 0,1% dapat
dikombinasikan dengan mast cell stabilizer. OAINS topikal bekerja menghambat
mediator non histamin sehingga dapat mengurangi keluhan pasien.

Pembedahan
Tidak ada tindakan pembedahan khusus untuk kasus konjungtivitis. Pada kasus konjungtivitis
yang menyertai infeksi Moluscum contagiosum, tindakan pengeluaran badan moluskum
dilakukan menggunakan ujung jarum suntik.

Rujukan
Rujukan ke dokter spesialis mata dapat dilakukan pada pasien konjungtivitis dengan produksi
sekret mukopurulen yang banyak, nyeri mata sedang hingga berat, penurunan tajam
penglihatan, jaringan parut pada konjungtiva, ada keterlibatan kornea, konjungtivitis yang
rekuren, dan pasien dengan infeksi virus herpes simpleks. Pasien juga harus dirujuk bila tidak
mengalami perbaikan setelah 1 minggu terapi.

Non Farmako
Langkah pertama adalah menghilangkan atau menghindari iritan, jika memungkinkan.
Kompres dingin akan membantu Anda mengurangi gatal. Penanganan umum bersifat
simtomatik untuk segala jenis konjungtivitis, yaitu kompres mata 5-10 menit 4 kali sehari untuk
meringankan rasa tidak nyaman. Selain itu, dapat juga diberikan tetes air mata artifisial. Bagi
pengidap konjungtivitis yang menggunakan lensa kontak, dianjurkan untuk tidak mengenakan
lensa kontak sampai mata benar-benar sembuh.

Mata yang terpapar bahan kimia perlu segera dibilas menggunakan air mengalir selama
beberapa menit. Setelah itu, segera periksakan ke dokter agar dapat diberikan penanganan lebih
lanjut.

Kebiasaan gaya hidup yang baik adalah cara paling ampuh untuk mencegah mata merah akibat
konjungtivitis. Meski sakit, tetap jaga kebersihan dan kebiasaan untuk membantu mata merah
hilang dan tidak merambah ke badan.
Daftar Pustaka

1. Yeung KK, Dahl AA. Bacterial conjunctivitis (pink eye).


https://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview#a6
2. Ventocilla M, Dahl AD. Allergic conjunctivitis.
https://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview#a4
3. Boyd, K. American Academy of Ophthalmology (2018). Conjunctivitis: What Is Pink
Eye?
4. Centers for Disease Control and Prevention (2019). A-Z Index. Conjunctivitis (Pink Eye).
5. National Health Service UK (2018). Health A-Z. Conjunctivitis.
6. Mayo Clinic (2017). Diseases and Conditions. Pink Eye (Conjunctivitis).
7. WebMD (2018). Conjunctivitis (Pinkeye).

Anda mungkin juga menyukai