Anda di halaman 1dari 33

UVEITIS ANTERIOR

Oleh: Rommy Yorinda Putra


Tommy Efendi
Pembimbing: dr. Sp.M

Ilmu Penyakit Mata RSUP M. Djamil


 Peradangan traktus uvealis banyak
penyebabnya
 uveitis paling sering adalah uveitis
anterior.
 Berdasarkan reaksi radang, uveitis
anterior  2 tipe tipe granulomatosa dan
tipe non granulomatosa.
Bola mata terdiri atas:

1.Dinding bola mata: Konjungtiva, Sklera,


dan Kornea

2. Isi bola mata: Lensa, Uvea, Badan Kaca,


dan Retina
Lapisan kedua dari
Uvea bola mata setelah
sklera

Merupakan jaringan
lunak yang tdd: iris,
badan silier dan
koroid
 Iris
berfungsi mengatur banyak
sedikitnya cahaya yang masuk ke dalam
mata.
 Badan silier menghasilkan aqueous
humour.
 Koroid terutama memberikan nutrisi
kepada retina bagian luar.
DEFINISI

Uveitis adalah
inflamasi traktus uvea
(iris, korpus siliaris, dan
koroid) dengan berbagai
penyebabnya

Struktur yang berdekatan


dengan uvea biasanya juga
ikut mengalami inflamasi
Amerika  8-12 per 100.000 org

75%  uveitis anterior

50% pasien uveitis menderita


penyakit sistemik terkait
Insiden pada dewasa muda dan
usia pertengahan (20-50-an)
UVEITIS ANTERIOR

peradangan iris dan badan siliar


yang dapat berjalan akut maupun
kronis biasanya bersifat unilateral

1
Penyebab dari iritis tidak dapat
2 diketahui dengan melihat
Iritis dan iridisiklitis gambaran klinisnya saja.
dapat merupakan suatu
manifestasi klinik reaksi 3
imunologik terlambat, Uveitis anterior dapat disebabkan oleh
dini atau sel mediated gangguan sistemik di tempat lain,
terhadap jaringan uvea yang secara hematogen dapat
anterior. menjalar ke mata atau timbul reaksi
alergi mata
ETIOLOGI IDIOPATIK

Penyakit sistemik yang berhubungan


dengan HLA-B27 seperti;
-ankylosing spondilitis
-sifilis
-sindrom Reiter
-penyakit lyme
-penyakit crohn’s
-Psoriasis
-inflammatory bowel disease
-Sarcoidosis
-Juvenile idiopathic arthritis

TRAUMA DAN INFEKSI


 Radang iris dan badan silier
menyebabkan rusaknya Blood Aqueous
Barrier
 Terjadi peningkatan protein, fibrin, dan
sel-sel radang dalam aquous humour.
 Sel-sel radangmenempel di tepi pupil
(koeppe nodules), sedangkan di iris
(busacca nodules).
 Radang menyebabkan TIO COP > TIO
COA  iris bombe (bombans).
Berdasarkan patologi: Berdasarkan klinis:

Uveitis non- Uveitis


granulomatosa anterior akut

Uveitis Uveitis
granulomatosa anterior kronis
 Tidak ditemukan organisme patogen 
berespon baik terhadap kortikosteroid
(hipersensitivitas).
 Timbul iris dan badan silier
 Gejala  injeksi silier, fotofobia,
penglihatan kabur, badan kaca keruh.
Jika terdapat sinekia posterior, bentuk
pupil tidak teratur.
 Invasimikroba aktif ke
jaringan oleh
organisme penyebab:
mycobacterium
tuberculosis atau
toxoplasma gondii.
 Mengenai uvea
anterior maupun
posterior
Gejala Non-granulomatosa Granulomatosa
Onset Akut Tersembunyi

Sakit Nyata Tidak ada atau ringan

Fotofobia Nyata Ringan

Penglihatan kabur Sedang Nyata

Merah sirkumkorneal Nyata Ringan

Perisipitat keratik Putih halus Kelabu besar

Pupil Kecil dan tak teratur Kecil dan tak teratur (bervariasi)

Synechia posterior Kadang-kadang Kadang-kadang

Nodul iris Kadang-kadang Kadang-kadang

Tempat Uvea anterior Uvea anterior dan posterior

Perjalanan Akut Menahun

Rekurens Sering Kadang-kadang


Akut Kronik
terjadi kurang dari 6 minggu terjadi lebih dari 6 minggu
PEMERIKSAAN
FISIK

PEMERIKSAAN
GEJALA KLINIS PENUNJANG

diagnosis
uveitis
anterior
Objektif

Subjektif •

Hiperemis
Perubahan Kornea
• Kelinan kornea
• Nyeri • Kekeruhan bilik mata
• Efek tyndal
• Fotofobia • Sel
• Fibrin
• Lakrimasi • Hipopion
• Hperemis iris
• Kabur • Miosis pupil
• Nodul iris
• Nodul koeppe
• Nodul busacca
• Granuloma iris
• Sinekia iris
• Oklusi pupil
• Atrofi iris
• Kista iris
• Perubahan lensa
• Perubahan badan kaca
• Perubahan tekanan bola mata
 Radiografi thorak untuk Sarkoidosis dan
TB
 Tes darah rutin untuk membedakan
penyebab bakteri atau virus dan
mengetahui keganasan seperti limfoma
dan leukimia.
 FTA-ABS test untuk Sifilis
 VRDL untuk sifilis
 Purified protein derivative (PPD) test
untuk TB
 Angiotensin-converting enzyme (ACE) test
untuk Sarkoidosis
 Antinuclear antibody (ANA) untuk SLE
dan juvenile rheumatoid arthritis.
 HLA-B27 typing untuk ankylosing
spondilytis, sindrom Reiter, inflammantory
bowel disease, psoriasis artritis, sindrom
Behcet.
 Gallium scan untuk Sarkoidosis
 Anergy evaluation untuk Sarkoidosis
 Toxoplasmosis enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA)
 MRI pada kepala akan membantu dalam
penegakan cases of intraocular (CNS)
lymphoma.
 Pada pasien dengan indikasi sarkoidosis
dan pada pemeriksaan radiografi thorak
negatif, pemeriksaan CT thorak untuk
mengetahui hilar adenopathy.
Gejala dan Iridosiklitis Glaukoma akut Keratitis akut
tanda akut
Sakit Sakit rasa Sakit sekali Sakit sekali
tertekan
Visus Berkurang Sangat Berkurang
berkurang
Merah Injeksi Injeksi episkleral Injeksi
perikorneal perikorneal
Iris Warna kotor Warna kotor Normal
Pupil Mengecil Sedikit melebar Normal/kecil
reaksi Lambat kaku Kuat
 Katarak  gangguan metabolisme lensa
 Glaukoma  uveitis anterior
menimbulkan sinekia anterior perifer
yang menghalangi aquous humour
keluar dari sudut kamera anterior
 Cystoid macular edema (CME)  terjadi
pada uveitis anterior yang
berkepanjangan
 Band keratopathy
 Tujuan
terapi uveitis anterior menurut
AOA (2004), antara lain:
 Mengembalikan tajam penglihatan,
 Mengurangi rasa nyeri di mata,
 Mengeliminasi peradangan atau penyebab
peradangan,
 Mencegah terjadinya sinekia iris,
 Mengendalikan tekanan intraokular.
 Sedangkan prinsip pengobatan uveitis
menurut Sjamsoe (1993) antara lain:
• Menekan peradangan,
• Mengeliminir agen penyebab,
• Menghindari efek samping obat yang
merugikan pada mata dan organ tubuh di
luar mata.
Tujuan penggunaan kortikosteroid:
‡mengurangi produksi eksudat,
‡menstabilkan membran sel,
‡menghambat penglepasan lysozym oleh
granulosit,
 Dan menekan sirkulasi limposit.
 Contohnya:prednisolon acetate dan
deksamethasone
Cycloplegic mempunyai tiga tujuan yaitu:
 untuk mengurangi nyeri dengan memobilisasi
iris,
 mencegah terjadinya perlengketan iris dengan
lensa
anterior (sinekia posterior), yang akan
mengarahkan
terjadinya iris bombe dan peningkatan tekanan
intraocular,
 menstabilkan blood-aqueous barrier dan
mencegah terjadinya protein leakage (flare)
yang lebih jauh
 Contohnya: atropine, homatropine, scopolamin
 Pengobatan sitostatika digunakan pada
uveitis kronis yang refrakter terhadap
steroid.
 klorambusil 0,1–0,2 mg/kg BB/hari
 Kolkhisindosis 0,5 mg–1 mg/peroral/2
kali/hari
 Siklosporin A
 Disesuaikan dengan penyebab dasar
• Herpes simplek
• Herpes Zoster
• Sitomegalovirus
 Dengan pengobatan  uveitis non-
granulomatosa umumnya berlangsung
beberapa hari - minggu dan sering kambuh.
 Uveitis granulomatosa  berbulan-bulan -
tahunan, dapat menimbulkan kerusakan
permanen dengan penurunan penglihatan
yang nyata.
 Prognosis bagi lesi korioretinal perifer lokal
jauh lebih baik, sering sembuh tanpa
gangguan penglihatan yang berarti (Vaughan,
2000)

Anda mungkin juga menyukai