1
Melaporkan kasus seorang wanita 75 tahun dengan OS katarak senilis imatur dan
OD Pseudofakia.
Penguji kasus : dr. Riski Prihaningtias, Sp.M
Pembimbing : dr. Sara Listyani Koentjoro
Dibacakan oleh : Anggara Surya Baskara
Dibacakan tanggal : 20 Desember 2016
Pembimbing, Penguji,
LAPORAN KASUS
OS KATARAK SENILIS IMATUR DAN OD PSEUDOFAKIA
2
I. PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-
duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan.1 Katarak dapat menyebabkan
berbagai komplikasi bahkan sampai menyebabkan kebutaan. Prevalensi
kebutaan di dunia sebesar 0,7%. Penyebab utamanya adalah katarak sebanyak
39%.2 Di Indonesia, prevalensi kebutaan lebih tinggi mencapai 0,9% 3
dan
katarak masih sebagai penyebab utama sebesar 0,78%.4
Jenis katarak yang paling sering terjadi adalah katarak senilis. Katarak
senilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia diatas 40 tahun.1
revalensi nasional katarak pada penduduk usia 45-54 tahun adalah sebesar
1,4%, usia 55-64 tahun sebesar 3,2%, usia 65-74 tahun sebesar 5,5% dan usia
75 tahun keatas sebesar 7,6%.3 Pada usia lanjut banyak terjadi perubahan
pada lensa mata, antara lain peningkatan massa dan ketebalan lensa serta
penurunan daya akomodasi. Hal tersebut yang mengakibatkan semakin
tingginya kejadian katarak pada usia lanjut.5
Terapi definitif katarak pada dasarnya adalah melalui tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan pasien.
Teknik pembedahan katarak antara lain ekstraksi katarak intra kapsuler
(EKIK), ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK), dan fakoemulsifikasi.5
3
III. ANAMNESIS
Autoanamnesis di poli mata RSUP dr. Kariadi Semarang (15 Desember 2016)
Keluhan Utama
Penglihatan mata kiri kabur
Riwayat Sosial-Ekonomi
4
Pasien adalah seorang buruh, memiliki 7 orang anak yang telah mandiri.
Biaya pengobatan menggunakan Umum. Kesan sosial ekonomi : cukup
IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK (15 Desember 2016)
Status Praesen:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital: TD : 130/80 mmHg suhu : Afebris
Nadi : 80x/menit RR : 22x/menit
Pemeriksaan fisik : kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen : tidak ada kelainan
ekstremitas : tidak ada kelainan
5
arah baik arah baik
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Distikiasis (-), trikiasis (-), CILIA Distikiasis (-), trikiasis (-),
arah tumbuh N arah tumbuh N
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-) PALPEBRALIS edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-) FORNICES edema (-)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih, Jahitan (+) rapat CORNEA Jernih, sensibilitas (+) Normal
Kedalaman cukup, CAMERA OCULI Kedalaman cukup,
Tyndal Effect (-) ANTERIOR Tyndal Effect (-)
Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, sentral regular, PUPIL Bulat, sentral regular,
d= 3mm, reflek pupil (+) N d= 3mm, reflek pupil (+) N
IOL ditempat LENSA Keruh tidak merata
iris shadow (+), K2N3SKP2
(+) cemerlang FUNDUS REFLEX (+) Kurang Cemerlang
T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal
T Schiotz 11,2 mmHg T Schiotz 17,0 mmHg
Tidak dilakukan SISTEM CANALIS Tidak dilakukan
LACRIMALIS
Tidak dilakukan TES FLUORESCEIN Tidak dilakukan
Funduskopi ODS :
6
V. RESUME
Seorang wanita 75 tahun datang ke poliklinik Mata RSUP Dr Kariadi
dengan keluhan penglihatan oculus sinistra terasa kabur. Sejak 2 bulan yang lalu,
pasien mengeluh oculus sinistra dirasa kabur seperti berkabut. Penglihatan kabur
terjadi perlahan dan semakin lama semakin memberat, penglihatan tetap atau
sama kaburnya pada siang atau malam hari.
Mata hiperemis (-), sepiphora (-), gatal (-), sekret (-), silau (-), diplopia (-),
cekot-cekot (-), nyeri (-), pusing (-). Riwayat operasi katarak pada oculus dekstra
bulan agustus 2016 di RSDK.
Pemeriksaan fisik : Status praesen dalam batas normal
Status Oftalmologi
Oculus Dexter Oculus Sinister
3/60 VISUS DASAR 1/60
IOL ditempat LENSA Keruh tidak merata,
iris shadow (+), K2N3SKP2
(+) cemerlang FUNDUS REFLEX (+) Kurang Cemerlang
Diagnosis tambahan
OD : Miopia ringan
OS : Miopia sedang
VIII. TERAPI
7
OS ekstraksi katarak dengan fakoemulsifikasi dan penanaman IOL
IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Ad bonam Ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam
X. USUL
Pemeriksaan funduskopi, sekret mata, retinometri, keratometri,
pengukuran IOL, USG Biometri.
XI. EDUKASI
Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan mata kiri kabur disebabkan
katarak pada lensa mata kiri.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak dapat diobati
dengan obat, tetapi dengan pengambilan katarak dan pemberian lensa
tanam pada mata.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika tidak dilakukan operasi maka
lensa akan semakin keruh dan bengkak sehingga dapat meningkatkan
tekanan bola mata yang dapat menyebabkan penglihatan semakin kabur
dan kerusakan saraf mata.
Memberitahukan bahwa pasien akan di lakukan operasi fakoemulsifikasi
dan penanaman Intra Ocular Lens (IOL).
Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk
mengetahui kondisi saraf mata, keadaan bagian dalam mata dan
menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam
8
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang komplikasi yang mungkin
terjadi saat dan setelah operasi seperti perdarahan, robekan lapisan lensa
bagian belakang, pembengkakan kornea, lepasnya lapisan retina, dan
peradangan pada mata.
XII. DISKUSI
LENSA
Lensa merupakan suatu struktur transparan bikonveks yang fungsinya
adalah menjaga kejernihan lensa, merefraksikan cahaya, dan memberikan
akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah atau inervasi setelah perkembangan
pada masa fetus dan lensa bergantung seluruhnya pada humor aqueous untuk
memenuhi kebutuhan metabolismenya dan untuk menghilangkan sisa
pembuangannya. Lensa terletak di sebelah posterior iris dan sebelah anterior
korpus vitreum. Lensa dipertahankan pada posisinya oleh zonulla Zinnii, terdiri
atas serabut-serabut kuat yang lembut yang mendukung dan melekatkannya ke
korpus siliaris. Lensa tersusun atas kapsula, epitelium lentis, korteks dan nukleus.5
9
humor aqueous dan vitreus disekelilingnya. Pada keadaan tidak berakomodasi,
lensa mengkontribusi kurang lebih 15-20 dioptri dari kurang lebih 60 dioptri
kekuatan refraksi konvergen pada mata manusia kebanyakan. Sisa 40 atau lebih
dioptri kekuatan refraksi konvergen terdapat pada ruang antara udara-kornea. 5
KATARAK
a. Definisi
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan.1 Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata
dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu
yang lama. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga
mengganggu fungsi penglihatan.6
b. Etiologi
Penyebab katarak:
1. Proses penuaan
2. Katarak herediter / keturunan : autosomal dominan, autosomal resesif,
sporadis, x-linked
3. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, hepatitis, mumps)
4. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti heterokromia, iridosiklitis
kronis, vaskulitis retina, retinitis pigmentosa.
10
5. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, galaktosemia, hipoparatiroid,
hipokalsemik, distrofi miotonik, dermatitis atopik.
6. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma penetrans atau non
penetrans), radiasi infra merah, radiasi ionik, electric shock, dan termal
shock
7. Katarak terinduksi obat-obatan: kortikosteroid, klorpromazin, busulfan, dan
agen miotik.
8. Katarak sekunder : pasca EKEK 7
c. Patogenesis
Patogenesis katarak berhubungan dengan umur merupakan multifaktorial
dan tidak seluruhnya dipahami. Saat lensa menua, lensa bertambah berat dan tebal
serta menurun kekuatan akomodasinya. Karena lapisan baru serabut-serabut
korteks dibentuk secara konsentris, nukleus lensa mengalami kompresi dan
menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Hasil agregasi protein menyebabkan
fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menghamburkan sinar cahaya,
dan mengurangi transparansi lensa. Modifikasi kimia protein lensa nukleus juga
menghasilkan pigmentasi yang progresif. Lensa menjadi berwarna kuning atau
kecoklatan dengan bertambahnya usia (brown sclerotic nucleus). Hal ini terjadi
11
karena paparan sinar ultraviolet yang lama kelamaan merubah protein nukleus
lensa. Perubahan yang berhubungan dengan umur lainnya dalam lensa adalah
penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan
kalsium, dan peningkatan hidrasi.1, 5, 8
e. Stadium
Berdasarkan kekeruhan pada lensa, maka katarak senilis dibedakan
menjadi 4 stadium, yaitu:
1) Katarak insipien
Pada stadium ini mulai timbul kekeruhan akibat proses degenerasi lensa.
Kekeruhan lensa berupa bercak-bercak tak teratur seperti baji dengan dasar di
perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks
anterior atau posterior. Kekeruhan ini mula-mula hanya dapat tampak apabila
pupil dilebarkan sedangkan pada stadium lanjut puncak baji dapat tampak pada
pupil normal.1 Pada stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan normal, iris dalam posisi
normal disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien
belum terganggu.11 Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Stadium ini kadang menetap
untuk waktu yang lama.6
12
2) Katarak imatur
3) Katarak matur
4) Katarak hipermatur
13
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis6
Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air+massa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Iris shadow Negative Positif Negatif Pseudopositif
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit Glaukoma Glaukoma, uveitis
Grading Katarak menurut LOCS 3
- Kortikal :
K2 : 20 60 %
K3 : > 60 %
- Nukleus :
N1 : Kuning muda
N2 : Kuning
N3 : Kuning Kecoklatan
N4 : Coklat
f. Pemeriksaan
Pemeriksaan retroiluminasi lensa merupakan pemeriksaan awal yang
paling cepat untuk mendeteksi adanya kekeruhan lensa. Dibawah sumber cahaya
atau oftalmoskop (dengan 10 dioptri), kekeruhan akan tampak sebagai gambaran
hitam pada pupil yang merah. Lensa dapat dilakukan pemeriksaan lebih detail
14
dengan fokal iluminasi menggunakan slit lamp dengan pupil dilatasi maksimal.
Luas, tipe, lokasi dan ketebalan kekeruhan dan hubungannya dengan aksis visual
dapat dievaluasi. Katarak matur dapat didiagnosis dengan kasat mata yaitu tampak
adanya pupil berwarna putih (leukokoria). Pada keadaan fundus yang tak tampak
pada katarak matur, pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk
menyingkirkan keterlibatan struktur mata yang lebih dalam.7
g. Penatalaksanaan
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum
dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan
terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang
turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan memberikan
hasil tajam penglihatan yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal
posterior yang kecil akan mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang
sangat berat pada penerangan yang sedang akan tetapi bila pasien berada di
tempat gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan.6
15
menyebabkan kesulitan aktivitas sehari-hari. Selain itu, operaasi juga
dapat dilakukan pada mata dengan visus yang meskipun sudah dikoreksi
tetapi tidak cukup untuk melakukan aktivitas sehari-hari (visus <6/12)
2. Medis
3. Kosmetik
16
Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.
3. Fakoemulsifikasi
Teknik pembedahan dengan menggunakan fibrator ultrasonik untuk
menghancurkan substansi nukleus dan korteks yang kemudian diaspirasi
melalui insisi 2-3 mm, dan kemudian dimasukkan lensa intraokular yang
dapat dilipat. Keuntungan teknik fakoemulsifikasi adalah kondisi
intraoperasi yang lebih terkontrol. Operasi yang relatif tertutup sepanjang
fakoemulsifikasi dan aspirasi sehingga kedalaman kamera okuli anterior
dan tekanan positif viterus dapat dikontrol dan perdarahan koroid dapat
dicegah. Selain itu, teknik ini juga meminimalkan penjahitan,
penyembuhan luka yang lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang
rendah, dan mengurangi inflamasi intraokuler pasca operasi sehingga
17
menghasilkan rehabilitasi visual yang lebih cepat daripada prosedur
dengan insisi yang lebih besar. Meskipun demikian, teknik
fakoemulsifikasi juga memiliki kekurangan yaitu adanya resiko pergeseran
materi nukleus ke posterior melewati robekan kapsul posterior. Hal ini
membutuhkan tindakan operasi vitreoretina yang kompleks.5,9
Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi (cek sekret mata)
Tekanan intraokuler normal (cek dengan tonometri Schiotz)
Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan,
waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tanda vital dalam keadaan normal
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut
harus terkontrol.
Komplikasi operasi: 5
1. Durante operasi
Ruptur kapsul posterior, perdarahan suprakoroid, prolaps corpus
vitreous, prolaps iris
2. Pasca operasi
Astigmatisma, ablasio retina, katarak sekunder, endoftalmitis,
peningkatan TIO, cystoid macular edema (CME)
18
h. Analisis Kasus
Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis katarak senilis imatur
berdasarkan data dasar yang didapatkan melalui anamnesis :
1. Pasien berumur 75 tahun
2. Didapatkan pandangan mata kiri kabur perlahan seperti tertutup
kabut
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1. Pemeriksaan oftamologi didapatkan visus dasar OD
3/60 dan OS 1/60
2. Lensa mata kiri tampak keruh tak merata
3. Iris shadow positif pada mata kiri
4. Fundus refleks (+) kurang cemerlang pada mata kiri
Hal tersebut mendukung diagnosis kerja dari pasien ini adalah
katarak senilis imatur. Selain katarak senilis imatur pasien ini juga
terdapat diagnosis kerja tambahan yaitu OD miopia ringan dan OS miopia
sedang. Pada anamnesis didapatkan riwayat pemakaian kacamata rabun
jauh. Pada kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan ekstraksi katarak
dengan fakoemulsifikasi dengan pemasangan intra ocular lens (IOL).
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah
serta proses penyembuhan dan rehabilitasi visual yang lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas S, Tansil M and Salamun ZA. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, 2000.
2. WHO. Global Initiative for The Elimination of Avoidable Blindness.
Geneva: WHO, 2007.
3. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Indonesia: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2007.
19
4. Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan &
Kebutaan (PGPK) untuk mencapai vision 2020. Jakarta: Depkes RI, Perdami,
2003.
5. Association TEMD. Basic and Clinical Science Course: Lens and
Cataract. American Academy of Opthamology, 2013.
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010.
7. Lang, K. Gerhard. Ophthalmology : A Pocket Textbook Atlas. 2nd edition.
New York : Thieme, 2006.
8. Vaughan D, Asburry T, Riordan-Eva P and Whitcher JP. Vaughan &
Asbury : Oftalmologi Umum. 17 ed. Jakarta: EGC, 2012.
9. Bruce James, Chew C and Bron A. Lecture Notes: Oftalmologi. 9 ed.
Jakarta: Erlangga, 2006.
10. Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 5 ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.
11 Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI, 2005.
12. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Opthalmology : A Systematic Approach. 7th
edition. UK : Elsevier Saunders ; 2011.
20