Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS

OS KATARAK SENILIS IMATUR DAN OD PSEUDOFAKIA

Diajukan untuk melengkapi tugas kepaniteraan senior


Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Penguji kasus : dr. Riski Prihaningtias, Sp.M


Pembimbing : dr. Sara Listyani Koentjoro
Dibacakan oleh : Anggara Surya Baskara
Dibacakan tanggal : 20 Desember 2016

BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2016
HALAMAN PENGESAHAN

1
Melaporkan kasus seorang wanita 75 tahun dengan OS katarak senilis imatur dan
OD Pseudofakia.
Penguji kasus : dr. Riski Prihaningtias, Sp.M
Pembimbing : dr. Sara Listyani Koentjoro
Dibacakan oleh : Anggara Surya Baskara
Dibacakan tanggal : 20 Desember 2016

Semarang,20 Desember 2016

Pembimbing, Penguji,

dr. Sara Listyani Koentjoro dr. Riski Prihaningtias, Sp.M

LAPORAN KASUS
OS KATARAK SENILIS IMATUR DAN OD PSEUDOFAKIA

2
I. PENDAHULUAN
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-
duanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan.1 Katarak dapat menyebabkan
berbagai komplikasi bahkan sampai menyebabkan kebutaan. Prevalensi
kebutaan di dunia sebesar 0,7%. Penyebab utamanya adalah katarak sebanyak
39%.2 Di Indonesia, prevalensi kebutaan lebih tinggi mencapai 0,9% 3
dan
katarak masih sebagai penyebab utama sebesar 0,78%.4
Jenis katarak yang paling sering terjadi adalah katarak senilis. Katarak
senilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia diatas 40 tahun.1
revalensi nasional katarak pada penduduk usia 45-54 tahun adalah sebesar
1,4%, usia 55-64 tahun sebesar 3,2%, usia 65-74 tahun sebesar 5,5% dan usia
75 tahun keatas sebesar 7,6%.3 Pada usia lanjut banyak terjadi perubahan
pada lensa mata, antara lain peningkatan massa dan ketebalan lensa serta
penurunan daya akomodasi. Hal tersebut yang mengakibatkan semakin
tingginya kejadian katarak pada usia lanjut.5
Terapi definitif katarak pada dasarnya adalah melalui tindakan
pembedahan yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan pasien.
Teknik pembedahan katarak antara lain ekstraksi katarak intra kapsuler
(EKIK), ekstraksi katarak ekstra kapsuler (EKEK), dan fakoemulsifikasi.5

II. IDENTITAS PASIEN


Nama : Ny.R
Umur : 75 tahun
Agama : Islam
Alamat : Semarang
Pekerjaan : Buruh
No CM : C583086

3
III. ANAMNESIS
Autoanamnesis di poli mata RSUP dr. Kariadi Semarang (15 Desember 2016)
Keluhan Utama
Penglihatan mata kiri kabur

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 2 bulan yang lalu, pasien mengeluh mata kiri kabur seperti
berkabut. Penglihatan kabur terjadi perlahan dan semakin lama semakin
memberat, penglihatan sama kaburnya pada siang atau malam hari. Pasien
belum mengonsumsi obat apapun sebelum datang ke rumah sakit. Mata
merah (-), nerocos (-), gatal (-), kotoran mata (-), silau (-), melihat dobel (-),
cekot-cekot (-), nyeri (-), pusing (-).
Lebih kurang 1 bulan yang lalu, pasien merasa penglihatan mata kiri
semakin kabur. Karena mengganggu aktivitas, maka pasien memutuskan
berobat ke RSUP dr. Kariadi untuk penanganan lebih lanjut.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat operasi katarak pada mata kanan bulan Agustus 2016 di RSDK
Riwayat tekanan darah tinggi disangkal
Riwayat trauma pada mata disangkal
Riwayat alergi disangkal
Riwayat penggunaan obat-obatan yang mengandung steroid dalam jangka
panjang (-)

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang pernah sakit seperti ini.

Riwayat Sosial-Ekonomi

4
Pasien adalah seorang buruh, memiliki 7 orang anak yang telah mandiri.
Biaya pengobatan menggunakan Umum. Kesan sosial ekonomi : cukup

IV. PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN FISIK (15 Desember 2016)
Status Praesen:
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Kompos mentis
Tanda vital: TD : 130/80 mmHg suhu : Afebris
Nadi : 80x/menit RR : 22x/menit
Pemeriksaan fisik : kepala : mesosefal
thoraks : cor : tidak ada kelainan
paru : tidak ada kelainan
abdomen : tidak ada kelainan
ekstremitas : tidak ada kelainan

Status Oftalmologi (Tanggal 15 Desember 2016)

IOL ditempat Iris shadow (+) Lensa keruh


tidak merata

Oculus Dexter Oculus Sinister


3/60 VISUS DASAR 1/60
Tidak dikoreksi VISUS KOREKSI Tidak dikoreksi
Tidak dilakukan SENSUS COLORIS Tidak dilakukan
Gerak bola mata ke segala PARASE/PARALYSE Gerak bola mata ke segala

5
arah baik arah baik
Tidak ada kelainan SUPERCILIA Tidak ada kelainan
Distikiasis (-), trikiasis (-), CILIA Distikiasis (-), trikiasis (-),
arah tumbuh N arah tumbuh N
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA SUPERIOR Edema (-), spasme (-)
Edema (-), spasme (-) PALPEBRA INFERIOR Edema (-), spasme (-)
Hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-) PALPEBRALIS edema (-)
Hiperemis (-), sekret (-), CONJUNGTIVA Hiperemis (-), sekret (-),
edema (-) FORNICES edema (-)
Injeksi (-), sekret (-) CONJUNGTIVA BULBI Injeksi (-), sekret (-)
Tidak ada kelainan SCLERA Tidak ada kelainan
Jernih, Jahitan (+) rapat CORNEA Jernih, sensibilitas (+) Normal
Kedalaman cukup, CAMERA OCULI Kedalaman cukup,
Tyndal Effect (-) ANTERIOR Tyndal Effect (-)
Kripte (+), sinekia (-) IRIS Kripte (+), sinekia (-)
Bulat, sentral regular, PUPIL Bulat, sentral regular,
d= 3mm, reflek pupil (+) N d= 3mm, reflek pupil (+) N
IOL ditempat LENSA Keruh tidak merata
iris shadow (+), K2N3SKP2
(+) cemerlang FUNDUS REFLEX (+) Kurang Cemerlang
T(digital) normal TENSIO OCULI T(digital) normal
T Schiotz 11,2 mmHg T Schiotz 17,0 mmHg
Tidak dilakukan SISTEM CANALIS Tidak dilakukan
LACRIMALIS
Tidak dilakukan TES FLUORESCEIN Tidak dilakukan

Funduskopi ODS :

- Papil N II : bulat, batas tegas, warna kuning kemerahan, CDRO


3

- Vasa : AVR 2/3, perjalanan vasa dalam batas normal

Retina : oedem (-), perdarahan (-), eksudat (-), ablasio (-)

Makula : R.fovea (+) cemerlang

6
V. RESUME
Seorang wanita 75 tahun datang ke poliklinik Mata RSUP Dr Kariadi
dengan keluhan penglihatan oculus sinistra terasa kabur. Sejak 2 bulan yang lalu,
pasien mengeluh oculus sinistra dirasa kabur seperti berkabut. Penglihatan kabur
terjadi perlahan dan semakin lama semakin memberat, penglihatan tetap atau
sama kaburnya pada siang atau malam hari.
Mata hiperemis (-), sepiphora (-), gatal (-), sekret (-), silau (-), diplopia (-),
cekot-cekot (-), nyeri (-), pusing (-). Riwayat operasi katarak pada oculus dekstra
bulan agustus 2016 di RSDK.
Pemeriksaan fisik : Status praesen dalam batas normal

Status Oftalmologi
Oculus Dexter Oculus Sinister
3/60 VISUS DASAR 1/60
IOL ditempat LENSA Keruh tidak merata,
iris shadow (+), K2N3SKP2
(+) cemerlang FUNDUS REFLEX (+) Kurang Cemerlang

VI. DIAGNOSIS BANDING


OD : Pseudofakia
OS : Katarak Senilis Imatur

VII. DIAGNOSIS KERJA


Diagnosis kerja
OD : Pseudofakia
OS : Katarak Senilis Immatur

Diagnosis tambahan
OD : Miopia ringan
OS : Miopia sedang

VIII. TERAPI

7
OS ekstraksi katarak dengan fakoemulsifikasi dan penanaman IOL

IX. PROGNOSIS
OD OS
Quo ad visam Ad bonam Dubia ad bonam
Quo ad sanam Ad bonam Ad bonam
Quo ad vitam Ad bonam
Quo ad cosmeticam Ad bonam

X. USUL
Pemeriksaan funduskopi, sekret mata, retinometri, keratometri,
pengukuran IOL, USG Biometri.

Pemeriksaan EKG, darah rutin, waktu pembekuan, waktu perdarahan,


GDS, elektrolit, ureum-kreatinin.

XI. EDUKASI
Menjelaskan pada pasien bahwa pandangan mata kiri kabur disebabkan
katarak pada lensa mata kiri.

Menjelaskan pada pasien dan keluarga bahwa katarak tidak dapat diobati
dengan obat, tetapi dengan pengambilan katarak dan pemberian lensa
tanam pada mata.
Menjelaskan pada pasien dan keluarga jika tidak dilakukan operasi maka
lensa akan semakin keruh dan bengkak sehingga dapat meningkatkan
tekanan bola mata yang dapat menyebabkan penglihatan semakin kabur
dan kerusakan saraf mata.
Memberitahukan bahwa pasien akan di lakukan operasi fakoemulsifikasi
dan penanaman Intra Ocular Lens (IOL).
Sebelum dilakukan operasi harus dilakukan pemeriksaan untuk
mengetahui kondisi saraf mata, keadaan bagian dalam mata dan
menentukan kekuatan lensa yang akan ditanam

8
Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang komplikasi yang mungkin
terjadi saat dan setelah operasi seperti perdarahan, robekan lapisan lensa
bagian belakang, pembengkakan kornea, lepasnya lapisan retina, dan
peradangan pada mata.

XII. DISKUSI
LENSA
Lensa merupakan suatu struktur transparan bikonveks yang fungsinya
adalah menjaga kejernihan lensa, merefraksikan cahaya, dan memberikan
akomodasi. Lensa tidak memiliki suplai darah atau inervasi setelah perkembangan
pada masa fetus dan lensa bergantung seluruhnya pada humor aqueous untuk
memenuhi kebutuhan metabolismenya dan untuk menghilangkan sisa
pembuangannya. Lensa terletak di sebelah posterior iris dan sebelah anterior
korpus vitreum. Lensa dipertahankan pada posisinya oleh zonulla Zinnii, terdiri
atas serabut-serabut kuat yang lembut yang mendukung dan melekatkannya ke
korpus siliaris. Lensa tersusun atas kapsula, epitelium lentis, korteks dan nukleus.5

Gambar 1. Bentuk dan Posisi Lensa pada Mata10


Lensa mampu merefraksikan cahaya karena indeks refraksinya normal
(diantara 1,4 disentral dan 1,36 di perifer ) dimana indeksi ini berbeda dengan

9
humor aqueous dan vitreus disekelilingnya. Pada keadaan tidak berakomodasi,
lensa mengkontribusi kurang lebih 15-20 dioptri dari kurang lebih 60 dioptri
kekuatan refraksi konvergen pada mata manusia kebanyakan. Sisa 40 atau lebih
dioptri kekuatan refraksi konvergen terdapat pada ruang antara udara-kornea. 5

Gambar 2. Anatomi Lensa10

KATARAK
a. Definisi
Katarak adalah setiap kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi
(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya yang
disebabkan oleh berbagai keadaan.1 Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata
dan berjalan progresif ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu
yang lama. Kekeruhan lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga
mengganggu fungsi penglihatan.6

b. Etiologi
Penyebab katarak:
1. Proses penuaan
2. Katarak herediter / keturunan : autosomal dominan, autosomal resesif,
sporadis, x-linked
3. Infeksi intrauterine (rubella, toksoplasmosis, hepatitis, mumps)
4. Komplikasi penyakit intraokuler lain seperti heterokromia, iridosiklitis
kronis, vaskulitis retina, retinitis pigmentosa.

10
5. Penyakit sistemik seperti diabetes mellitus, galaktosemia, hipoparatiroid,
hipokalsemik, distrofi miotonik, dermatitis atopik.
6. Trauma (katarak traumatika) pada trauma fisik (trauma penetrans atau non
penetrans), radiasi infra merah, radiasi ionik, electric shock, dan termal
shock
7. Katarak terinduksi obat-obatan: kortikosteroid, klorpromazin, busulfan, dan
agen miotik.
8. Katarak sekunder : pasca EKEK 7

Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga


katarak akibat proses penuaan terjadi karena:
1) Proses pada nukleus

Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk lebih dahulu selalu


terdorong ke arah tengah maka serabut-serabut lensa bagian tengah akan
menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi, penimbunan ion
kalsium (Ca) dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian terjadi penimbunan
pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi kurang hipermetropi.
2) Proses pada korteks
Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang berisi air dan
penimbunan ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih cembung dan
membengkak menjadi lebih miopi.1

c. Patogenesis
Patogenesis katarak berhubungan dengan umur merupakan multifaktorial
dan tidak seluruhnya dipahami. Saat lensa menua, lensa bertambah berat dan tebal
serta menurun kekuatan akomodasinya. Karena lapisan baru serabut-serabut
korteks dibentuk secara konsentris, nukleus lensa mengalami kompresi dan
menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Hasil agregasi protein menyebabkan
fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi lensa, menghamburkan sinar cahaya,
dan mengurangi transparansi lensa. Modifikasi kimia protein lensa nukleus juga
menghasilkan pigmentasi yang progresif. Lensa menjadi berwarna kuning atau
kecoklatan dengan bertambahnya usia (brown sclerotic nucleus). Hal ini terjadi

11
karena paparan sinar ultraviolet yang lama kelamaan merubah protein nukleus
lensa. Perubahan yang berhubungan dengan umur lainnya dalam lensa adalah
penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium dan
kalsium, dan peningkatan hidrasi.1, 5, 8

d. Tanda dan gejala klinis


Opasitas pada lensa mata yang terjadi pada katarak menyebabkan gejala
penurunan tajam penglihatan baik jauh maupun dekat tanpa rasa nyeri.
Penglihatan menjadi kabur ketika lensa kehilangan kemampuan untuk
membedakan dan memperjelas suatu obyek. Distorsi penglihatan juga dapat
terjadi bahkan sampai menyebabkan diplopia monokular. Gejala lain yang dapat
timbul antara lain rasa silau (glare), perubahan persepsi warna atau kontras, dan
dapat mengubah kelainan refraksi. Selain itu, katarak ditandai dengan kekeruhan
pada lensa dan pupil berwarna putih atau abu-abu (leukokoria).6, 9, 10

e. Stadium
Berdasarkan kekeruhan pada lensa, maka katarak senilis dibedakan
menjadi 4 stadium, yaitu:
1) Katarak insipien

Pada stadium ini mulai timbul kekeruhan akibat proses degenerasi lensa.
Kekeruhan lensa berupa bercak-bercak tak teratur seperti baji dengan dasar di
perifer dan daerah jernih diantaranya. Kekeruhan biasanya terletak di korteks
anterior atau posterior. Kekeruhan ini mula-mula hanya dapat tampak apabila
pupil dilebarkan sedangkan pada stadium lanjut puncak baji dapat tampak pada
pupil normal.1 Pada stadium ini proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke
dalam lensa sehingga akan terlihat bilik mata depan normal, iris dalam posisi
normal disertai dengan kekeruhan ringan pada lensa. Tajam penglihatan pasien
belum terganggu.11 Kekeruhan ini dapat menimbulkan poliopia oleh karena indeks
refraksi yang tidak sama pada semua bagian lensa. Stadium ini kadang menetap
untuk waktu yang lama.6

12
2) Katarak imatur

Kekeruhan belum mengenai seluruh lapisan lensa sehingga masih


ditemukan bagian-bagian yang jernih. Pada stadium ini dapat terjadi hidrasi
korteks.1 Lensa yang degeneratif mulai meningkat tekanan osmotiknya dan
menyerap cairan mata sehingga lensa akan mencembung (katarak intumesen).
Pencembungan lensa ini akan menyebabkan bilik depan mata dangkal, sudut bilik
mata menyempit dan daya biasnya bertambah, menyebabkan miopisasi. 6,11
Penglihatan mulai berkurang karena media refrakta tertutup kekeruhan lensa yang
menebal.11

3) Katarak matur

Pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.


Kekeruhan ini terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh. 6 Tekanan cairan di
dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata.11 Akan
terjadi kekeruhan seluruh lensa yang bila lama akan mengakibatkan kalsifikasi
lensa.6 Bilik mata depan normal kembali, sudut bilik mata depan terbuka normal
dan uji bayangan iris negatif. Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya
tinggal proyeksi sinar positif. 11

4) Katarak hipermatur

Katarak yang mengalami proses degenerasi lebih lanjut, dapat menjadi


keras atau lembek dan mencair. Pada stadium ini terjadi degenerasi kapsul lensa
dan mencairnya korteks lensa sehingga masa korteks ini dapat keluar melalui
kapsul dan masuk ke dalam bilik mata depan. 11 Hal ini menyebabkan lensa
menjadi lebih kecil, berwarna kuning dan kering. Bila proses katarak berjalan
lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair
tidak dapat keluar. Korteks akan memperlihatkan bentuk seperti kantong susu
disertai dengan nukleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut sebagai katarak Morgagni. 1,5

13
Tabel 1. Perbedaan stadium katarak senilis6
Gejala Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan lensa Ringan Sebagian Seluruh Massif
Cairan lensa Normal Bertambah Normal Berkurang
(air masuk) (air+massa lensa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Iris shadow Negative Positif Negatif Pseudopositif
COA Normal Dangkal Normal Dalam
Sudut bilik mata Normal Sempit Normal Terbuka
Penyulit Glaukoma Glaukoma, uveitis
Grading Katarak menurut LOCS 3

- Kortikal :

K1 : <20% dari kortex

K2 : 20 60 %

K3 : > 60 %

- Nukleus :

N1 : Kuning muda

N2 : Kuning

N3 : Kuning Kecoklatan

N4 : Coklat

- SKP ( subscapular Posterior) :

I : Sebesar pupil ukuran normal

II : Sebesar pupil saat dilatasi

III : Sebesar pupil saat midriasis proksimal

f. Pemeriksaan
Pemeriksaan retroiluminasi lensa merupakan pemeriksaan awal yang
paling cepat untuk mendeteksi adanya kekeruhan lensa. Dibawah sumber cahaya
atau oftalmoskop (dengan 10 dioptri), kekeruhan akan tampak sebagai gambaran
hitam pada pupil yang merah. Lensa dapat dilakukan pemeriksaan lebih detail

14
dengan fokal iluminasi menggunakan slit lamp dengan pupil dilatasi maksimal.
Luas, tipe, lokasi dan ketebalan kekeruhan dan hubungannya dengan aksis visual
dapat dievaluasi. Katarak matur dapat didiagnosis dengan kasat mata yaitu tampak
adanya pupil berwarna putih (leukokoria). Pada keadaan fundus yang tak tampak
pada katarak matur, pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk
menyingkirkan keterlibatan struktur mata yang lebih dalam.7

g. Penatalaksanaan
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan sebelum
dilakukan pembedahan untuk melihat apakah kekeruhan sebanding dengan
turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nuklear tipis dengan miopia tinggi akan
terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai, sehingga mungkin penglihatan yang
turun akibat kelainan pada retina dan bila dilakukan pembedahan memberikan
hasil tajam penglihatan yang tidak memuaskan. Sebaliknya pada katarak kortikal
posterior yang kecil akan mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang
sangat berat pada penerangan yang sedang akan tetapi bila pasien berada di
tempat gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan banyak kemajuan.6

Pengobatan definitif katarak adalah tindakan pembedahan. Pembedahan


dilakukan apabila tajam penglihatan sudah menurun sehingga mengganggu
kegiatan sehari-hari atau adanya indikasi medis lainnya seperti timbulnya
penyulit. Pembedahan katarak dapat dilakukan dengan beberapa teknik, antara
lain EKIK, EKEK, dan fakoemulsifikasi. Setelah dilakukan pembedahan, lensa
diganti dengan kacamata afakia, lensa kontak atau lensa tanam intraokular.6

Indikasi operasi katarak sebagai berikut:5,12


1. Perbaikan visus

Perbaikan visus merupakan indikasi umum paling sering untuk dilakukan


operasi katarak, meskipun kebutuhan bervariasi pada setiap orang. Operasi
diindikasikan hanya jika dan ketika katarak berkembang menjadi derajat
yang cukup (terutama pada katarak matur dan hipermatur) hingga

15
menyebabkan kesulitan aktivitas sehari-hari. Selain itu, operaasi juga
dapat dilakukan pada mata dengan visus yang meskipun sudah dikoreksi
tetapi tidak cukup untuk melakukan aktivitas sehari-hari (visus <6/12)

2. Medis

Indikasi medis adalah katarak yang disertai komplikasi, seperti glaukoma


fakolitik, glaukoma fakomorfik, uveitis fakoantigenik, dan diskolasi lensa
ke kamera anterior. Indikasi tambahan untuk operasi katarak adalah
katarak yang padat sehingga menganggu pemeriksaan fundus dan
mempengaruhi diagosis atau manajemen penyakit okular yang lain (seperti
retinopati diabetikum atau glaukoma).

3. Kosmetik

Operasi katarak dengan indikasi kosmetik jarang dilakukan. Seperti pada


katarak matur yang menyebabkan kebutaan diekstraksi untuk
mengembalikan pupil berwarna hitam.

Tipe operasi katarak yaitu 5


1. Ekstraksi Katarak Intra Kapsular (EKIK)
Pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Teknik
ini biasanya menggunakan insisi 12-14mm pada limbus. EKIK terutama
berguna pada kasus yang melibatkan katarak yang tidak stabil, intumesen,
hipermatur dan luksasi. EKIK dapat dilakukan pada zonula Zinnii telah
rapuh dan berdegenerasi dan mudah diputus.
a. Keuntungan :
Tidak timbul katarak sekunder
Diperlukan instrumen yang tidak terlalu canggih (loop operasi,
cryoprobe, forsep kapsul)
b. Kerugian :
Insisi yang lebih besar dapat mengakibatkan :
Penyembuhan dan rehabilitasi visual tertunda
Astigmatisma yang signifikan
Inkarserasi iris dan vitreus

16
Lebih sering menimbulkan penyulit seperti glaukoma, uveitis,
endolftalmitis.

2. Ekstraksi Katarak Ekstra Kapsular (EKEK)


Tindakan ekstraksi katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa
(nukleus dan korteks) dengan memecah atau merobek kapsul anterior
sehingga nukleus dan korteks lensa dapat keluar melalui robekan tersebut.
Kemudian lensa intraokular diletakkan pada kapsul posterior.
a. Keuntungan :
Luka insisi lebih kecil (8-12 mm) dibanding EKIK
Karena kapsul posterior utuh maka :
Mengurangi resiko hilangnya vitreus intra operasi
Posisi anatomis yang lebih baik untuk pemasangan IOL
Mengurangi insidensi ablasio retina, edema kornea,
perlengketan vitreus dengan iris dan kornea
Menyediakan barier yang menahan pertukaran beberapa
molekul antara aqueous dan vitreus
Menurunkan akses bakteri ke kavitas vitreus yang dapat
menyebabkan endofthalmitis.
b. Kerugian :
Dapat timbul katarak sekunder.

3. Fakoemulsifikasi
Teknik pembedahan dengan menggunakan fibrator ultrasonik untuk
menghancurkan substansi nukleus dan korteks yang kemudian diaspirasi
melalui insisi 2-3 mm, dan kemudian dimasukkan lensa intraokular yang
dapat dilipat. Keuntungan teknik fakoemulsifikasi adalah kondisi
intraoperasi yang lebih terkontrol. Operasi yang relatif tertutup sepanjang
fakoemulsifikasi dan aspirasi sehingga kedalaman kamera okuli anterior
dan tekanan positif viterus dapat dikontrol dan perdarahan koroid dapat
dicegah. Selain itu, teknik ini juga meminimalkan penjahitan,
penyembuhan luka yang lebih cepat dengan derajat distorsi kornea yang
rendah, dan mengurangi inflamasi intraokuler pasca operasi sehingga

17
menghasilkan rehabilitasi visual yang lebih cepat daripada prosedur
dengan insisi yang lebih besar. Meskipun demikian, teknik
fakoemulsifikasi juga memiliki kekurangan yaitu adanya resiko pergeseran
materi nukleus ke posterior melewati robekan kapsul posterior. Hal ini
membutuhkan tindakan operasi vitreoretina yang kompleks.5,9

Persiapan operasi :
1. Status oftalmologik
Tidak dijumpai tanda-tanda infeksi (cek sekret mata)
Tekanan intraokuler normal (cek dengan tonometri Schiotz)
Saluran air mata lancar
2. Keadaan umum/sistemik
Hasil pemeriksaan laboratorium darah rutin, waktu pembekuan,
waktu perdarahan, kadar gula darah dalam batas normal
Tanda vital dalam keadaan normal
Pada penderita DM atau hipertensi, keadaan penyakit tersebut
harus terkontrol.

Perawatan pasca operasi :


1. Mata dibebat
2. Diberikan tetes antibiotika dengan kombinasi antiinflamasi
3. Tidak boleh mengangkat benda berat kurang lebih 6 bulan
4. Kontrol teratur untuk evaluasi luka operasi
5. Bila tanpa pemasangan IOL, maka mata yang tidak mempunyai lensa
lagi (afakia) visusnya 1/60, sehingga perlu dikoreksi dengan lensa
S+10D untuk melihat jauh. Koreksi ini diberikan 3 bulan pasca
operasi. Sedangkan untuk melihat dekat perlu diberikan kacamata
S+3D.

Komplikasi operasi: 5
1. Durante operasi
Ruptur kapsul posterior, perdarahan suprakoroid, prolaps corpus
vitreous, prolaps iris
2. Pasca operasi
Astigmatisma, ablasio retina, katarak sekunder, endoftalmitis,
peningkatan TIO, cystoid macular edema (CME)

18
h. Analisis Kasus
Pada laporan kasus ini, pasien didiagnosis katarak senilis imatur
berdasarkan data dasar yang didapatkan melalui anamnesis :
1. Pasien berumur 75 tahun
2. Didapatkan pandangan mata kiri kabur perlahan seperti tertutup
kabut
Pada pemeriksaan fisik didapatkan :
1. Pemeriksaan oftamologi didapatkan visus dasar OD
3/60 dan OS 1/60
2. Lensa mata kiri tampak keruh tak merata
3. Iris shadow positif pada mata kiri
4. Fundus refleks (+) kurang cemerlang pada mata kiri
Hal tersebut mendukung diagnosis kerja dari pasien ini adalah
katarak senilis imatur. Selain katarak senilis imatur pasien ini juga
terdapat diagnosis kerja tambahan yaitu OD miopia ringan dan OS miopia
sedang. Pada anamnesis didapatkan riwayat pemakaian kacamata rabun
jauh. Pada kasus ini, pasien disarankan untuk dilakukan ekstraksi katarak
dengan fakoemulsifikasi dengan pemasangan intra ocular lens (IOL).
Teknik ini menghasilkan insidensi komplikasi luka yang lebih rendah
serta proses penyembuhan dan rehabilitasi visual yang lebih cepat.
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S, Tansil M and Salamun ZA. Sari Ilmu Penyakit Mata. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI, 2000.
2. WHO. Global Initiative for The Elimination of Avoidable Blindness.
Geneva: WHO, 2007.
3. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta, Indonesia: Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Depkes RI, 2007.

19
4. Rencana Strategi Nasional Penanggulangan Gangguan Penglihatan &
Kebutaan (PGPK) untuk mencapai vision 2020. Jakarta: Depkes RI, Perdami,
2003.
5. Association TEMD. Basic and Clinical Science Course: Lens and
Cataract. American Academy of Opthamology, 2013.
6. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2010.
7. Lang, K. Gerhard. Ophthalmology : A Pocket Textbook Atlas. 2nd edition.
New York : Thieme, 2006.
8. Vaughan D, Asburry T, Riordan-Eva P and Whitcher JP. Vaughan &
Asbury : Oftalmologi Umum. 17 ed. Jakarta: EGC, 2012.
9. Bruce James, Chew C and Bron A. Lecture Notes: Oftalmologi. 9 ed.
Jakarta: Erlangga, 2006.
10. Pavan-Langston D. Manual of Ocular Diagnosis and Therapy. 5 ed.
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, 2002.
11 Ilyas S. Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3 ed. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI, 2005.
12. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Opthalmology : A Systematic Approach. 7th
edition. UK : Elsevier Saunders ; 2011.

20

Anda mungkin juga menyukai