TINEA KRURIS
Disusun oleh :
dr. Widodo Saputra
Pendamping :
dr. Ni Gusti Made Noviani
dr. Made Hasri Dewi
Objektif Presentasi :
Deskripsi : ANAMNESIS
Seorang pasien perempuan berumur 38 tahun datang ke PPK 1 tanggal 17 Juni 2015
dengan :
Keluhan utama :
Bercak merah kecoklatan yang gatal pada kedua sela paha sejak ±3 bulan yang lalu
Tujuan : Menjelaskan diagnosis dan tatalaksana dari Tinea Kruris.
Lain-lain:
Status Generalisata :
Keadaan umum : tidak tampak sakit
Kesadaran : CMC
Nadi : 82 x/menit
Nafas : 20 x/menit
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 155 cm
Status gizi : sedang
Mata : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Thoraks : dalam batas normal
KGB regional : tidak teraba pembesaran KGB
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Anjuran
Mikologi : kerokan kulit + KOH 10%
Kultur sediaan
Diagnosis :
Tinea kruris
Daftar Pustaka :
1. Ilmu penyakit kulit dan kelamin; 9th ed. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI, 2008
Hasil Pembelajaran :
1. Diagnosis tinea kruris
2. Penatalaksanaan tinea kruris
- Edukasi
- Farmakologi
Assesment :
Tinea Kruris (Penyakit Jamur Lipat Paha) merupakan infeksi jamur lipat paha yang dapat
meluas ke paha bagian dalam dan daerah pantat. Sering ditemukan pada pelari, orang-orang gemuk,
dan orang yang suka mengenakan pakaian ketat. Kadas atau kurap sangat sering menyerang kulit.
Keluhan utama adalah rasa gatal yang dapat hebat wujudnya di kulit berupa bercak berbentuk
bulat atau lonjong dan berbatas tegas. Warnanya kemerahan, bersisik, dan berbintil-bintil. Daerah
tengahnya biasanya lebih tenang. Kadang-kadang timbul lecet akibat garukan kuku. Jika infeksi ini
menyerang daerah lipatan, ia sering disebut sebagai tinea kruris. Sebaran geografisnya pada lipatan
paha, daerah kelamin luar, sekitar lubang anus,dan lain-lain.
Pasien ini didiagnosis tinea kruris berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesis pasien didapatkan mengeluhkan bercak merah kecoklatan yang gatal pada kedua sela
paha sejak ±3 bulan yang lalu, awalnya pasien merasa gatal di kedua sela paha, karena sangat
gatal pasien menggaruknya terus-menerus sehingga timbul bintik-bintik merah berisi air.
Semakin lama semakin gatal dan karena digaruk terus-menerus bintik merah berisi air pecah
kemudian timbul bercak merah kira-kira sebesar uang logam 500 rupiah yang kemudian
meluas. Gatal bertambah bila berkeringat, selain itu pasien juga memiliki faktor resiko yang
cendrung untuk menyebabkan perkembangan jamur, yaitu kelembaban, kebiasaan
menggunakan celana yang ketat, serta higienitas yang kurang.
Dari pemeriksaan fisik tidak didapatkan gambaran klinis yang patognomonis untuk tinea
yaitu lesi polisiklik dengan central healing, dan pinggir yang meninggi. Hal ini dikarenakan
pasien sebelumnya sudah mendapatkan terapi obat anti jamur. Dermatofit terutama hidup pada
daerah yang mati, lapisan korneum kulit yang hangat, lembab dan kondusif untuk proliferasi.
Mereka umumnya tidak menyerang secara mendalam, karena mekanisme pertahanan host
spesifik. Setelah masa inkubasi 1-3 minggu, dermatofit menginvasi perifer dalam pola
sentrifugal. Sebagai tanggapan terhadap infeksi, pinggir aktif memiliki peningkatan proliferasi
sel epidermis dengan skala tertentu. Hal ini menyebabkan mekanisme defense secara parsial
sehingga terjadi penumpukan kulit yang sehat dibagian tengah hingga bagian lesi. Gambaran
tepi yang lebih aktif disertai bagian tengah yang lebih tenang menghasilkan pola lesi berputar.
. Cara memastikan penyakit jamur adalah dengan pemeriksaan tampilan secara klinis dan
pemeriksaan dengan bantuan sinar lampu Wood (UV), kerokan kulit, mukosa, kuku untuk
pemeriksaan mikroskopik, dan pemeriksaan biakan untuk mengetahui jenis jamurnya. Pemeriksaan
mikroskopik (dengan menggunakan mikroskop) dengan KOH secara langsung menunjukkan
dengan menemukan hifa bercabang yang khas dari pemeriksaan mikroskopis. Pada tinea kruris,
bahan untuk pemeriksaan jamur sebaiknya diambil dengan mengerok tepi lesi yang meninggi
atau aktif. Khusus untuk lesi yang berbentuk lenting-lenting, seluruh atapnya harus diambil
untuk bahan pemeriksaan.
Menghilangkan faktor penunjang sangat penting, misalnya mengusahakan daerah lesi
selalu kering dengan memakai baju yang menyerap keringat. Obat anti jamur yang dioleskan
adalah terapi pilihan untuk lesi yang terbatas dan dapat dijangkau. Berbagai macam obat
imidazol dan alilamin tersedia dalam beberapa formulasi. Semuanya memberikan keberhasilan
terapi yang tinggi (70-100%) dan jarang ditemukan efek samping. Obat ini digunakan pagi dan
sore hari selama sekurang-kurangnya 2-4 minggu. Terapi dioleskan sampai 3 cm di luar batas
lesi dan diteruskan sekurang-kurangnya 2 minggu setelah lesi menyembuh. Pengobatan dengan
obat yang diminum diperlukan jika lesi luas atau gagal dengan pengobatan topikal. Obat oral
yang dapat digunakan adalah
• Griseofulvin microsized 500-1000 mg/hari selam 2-6 minggu
• Ketokonazol 200 mg/hari selama kurang lebih 4 minggu
• Itrakonazol 100 mg/hari selama 2 minggu atau 200 mg/hari selama 1 minggu
• Terbinafin 250 mg/hari selama 1-2 minggu
Plan :
Diagnosis :
Tinea kruris
Terapi :
Umum :
- menjaga kebersihan badan dengan mandi 2x sehari
- sering mengganti pakaian jika lembab
- memakai pakaian yang menyerap keringat
- memberitahukan pada pasien bahwa pengobatan memerlukan waktu yang lama
- menjelaskan kepada pasien cara menggunakan salep yaitu hingga 3 cm dari batas
terluar lesi
Khusus
- Sistemik : Ketokonazole 1x200 mg
CTM tab 3x4 mg
- Topikal: Mikonazol cream 2%
Prognosis
Quo ad sanam : bonam
Quo ad vitam : bonam
Quo ad kosmetikum : bonam
Quo ad fungsionam : bonam
Konsultasi
Saat ini pasien belum perlu di konsul
Rujukan
Saat ini pasien belum perlu dirujuk.