Pembimbing:
dr Nasrudin Sp.M
Degenerasi
Makula
Katarak merupakan setiap keadaan kekeruhan pada lensa
Katarak yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.
Hasil pandang pada penderita mata katarak
Klasifikasi berdasarkan usia
◦ Katarak kongenital
Menurut Umur
Kekeruhan lensa timbul sejak lahir pada tahun pertama a. Katarak juvenilis : 7 - 35 tahun
kehidupan. b. Katarak presenilis : 35 - 50 tahun
c. Katarak senilis : > 50 tahun.
Sepertiga diturunkan,
Idiopatik
◦ Katarak senilis
Subkapsular
Lamelar
Klasifikasi berdasarkan maturitas
Kekeruhan menyeluruh
Korteks lensa mencair seperti bubur.
Nukleus lensa turun karena daya beratnya.
Iris tremulans : iris bergetar karena COA dalam
karena iris tak menempel di lensa dan bergetar bila
digerakkan.
Katarak Komplikata
Katarak yang terbentuk akibat efek langsung penyakit intraokuler yang mempengaruhi
fisiologi lensa
Indikasi Dislokasi lensa, subluksasi lensa, Chronic Dapat untuk semua jenis katarak kecuali dengan
lens induced uveitis, Intra-lenticular kontra indikasi
foreign bodies
Kontraindikasi Pasien muda (< 35 tahun) yang vitreus Dislokasi lensa, subluksasi lensa
dan lensa nya masih memiliki penempelan
yang kuat
Glaukoma
Suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan (cupping) diskus
optikus dan pengecilan lapang pandang, biasanya disertai peningkatan tekanan intraokular
Faktor yang Mempengaruhi TIO
◦ TRABEKULAR OUTFLOW
◦ COA anyaman trabekular kanalis
schlemm vena episklera vena siliaris
anterior vena ophtalmica superior
sinus kavernosus
◦ UVEOSCLERAL OUTFLOW
◦ COA otot siliar rongga suprasiliar
dan suprakoroidal
Patofisiologi Glaukoma
Menekan syaraf optik beserta seluruh serabut syaraf dan sel penglihatan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
Anamnesis TIO dengan Oftalmoskopi Perimetri
Gonioskopi
Tonometri
Gejala Klinis
• Peningkatan TIO
◦ NORMAL ◦ GLAUKOMA
Pencekungan (cupping) n. Optikus yang asimetris. Terlihat ada pelebaran general dari
cup dimata kanan (A) dibandingkan mata kiri (B) CDR asimetris > 0,2
◦ Vertical elongatio ◦ Splinter hemorrhage
Klasifikasi Glaukoma
Berdasarkan Etiologi
Berdasarkan Etiologi
Glaukoma Sudut
Gejala Klinis
Terbuka Primer
• Biasanya tidak memberi tanda-tanda dari luar
• Perjalanan penyakit perlahan-lahan dan progresif dengan
merusak papil saraf optik
• Biasanya penderita baru sadar bila keadaan lebih lanjut
• Sifatnya bilateral
• Kebanyakan pada usia ≥ 40 tahun
Glaukoma Tekanan Normal
1. Akut
Suatu kegawatdaruratan ophtalmologi.
Terjadi apabila drainage humor aqueous tiba
Terjadi pada mata dengan predisposisi tiba tertutup dan menyebabkan TIO yang tinggi.
anatomis tanpa ada kelainan lainnya. Adanya Terjadi apabila terdapat oklusi sudut mata
peningkatan tekanan intraokuler karena depan oleh iris perifer yang disebabkan iris
sumbatan aliran keluar humor aquos akibat bombe
oklusi trabekular meshwork oleh iris perifer Gejala: nyeri hebat, kemerahan, penglihatan
menurun, mata bengkak
Glaukoma Sudut Tertutup
3. Kronik
Terjadi peningkatan TIO yang bertahap dan
pada malam hari dan sembuh dalam Kelainan yang ditandai dengan kedalaman bilik
• Sindrom Axenfeld-Reiger
Anomali Perkembangan • Anomali Peters
Segmen Anterior • Keduanya disertai kelainan perkembangan
iris dan kornea
• Aniridia
Berbagai Kelainan Lain • Sindrom Sturege-Weber
Fotofobi Lakrimasi
a
Blefarospasme
Glaukoma Pigmentasi
• Disebabkan oleh degenerasi epitel
pigmen iris dan korpus siliaris.
• Pigmen mengendap di permukaan
kornea posterior (Krukenberg Spindle)
dan tersangkut di jaringan trabekular,
mengganggu aliran keluar aqueous
humor.
Glaukoma
Pseudoeksfoliasi
2.Trabekuloplasti laser
5. Tube shunt
Membuat sikatriks/jaringan parut di Implant Baerveldt, Ahmed, Molteno
trabekulum sehingga celah melebar menghubungkan bilik depan mata dengan
subkonjungtiva
3.Gonioplasti / iridoplasti
6. Siklodestruksi
Membuat sikatriks di iris perifer
sehingga sudut menjadi terbuka Dengan krio atau laser merusak badan
silier produksi HA turun
Retinopati
◦ Kelainan pada retina yang tidak disebabkan oleh radang.
• Mikroanerisma luas
• Perdarahan intraretina
Klasifikasi RDNP
Sedang
(dot/blot)
RDNP • Soft eksudat / Cotton
wool
• Cotton wool
RDNP • Kelainan
Berat mikrovaskular
intraretina (IRMA)
Retinopati Proliferatif (PDR)
protein serum
• Perdarahan preretinal
(retrohyaloid) dan atau
intragel
Advanced • Traksional ablasio
retina
• Rubeosis iridis
(neovaskularisasi iris)
NVD: Neovaskularizastion of the disc
NVE: Neovaskularization elsewhere
Tatalaksana
◦ Vitrektomi dilakukan segera pada perdarahan vitreous luas pasien DM tipe I, ablasio retina,
Retinopati Hipertensi
◦ Kelainan retina dan pembuluh darah retina akibat tekanan darah tinggi.
◦ Arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina dan
perdarahan retina.
◦ Dapat berupa:
- Perdarahan : Primer dan sekunder
- Eksudat : Cotton wool, eksudat pungtata, dan eksudat putih
Bentuk kelainan pembuluh darah
◦ Penyempitan (spasme)
◦ Percabangan arteriol yang tajam
◦ Fenomena Crossing/sclerosis pembuluh darah
- Refleks copper wire
- Refleks silver wire
- Sheating
- Lumen pemb darah ireguler
- Fenomena crossing Elevasi, deviasi, dan kompresi
Klasifikasi Menurut Scheie
• Lanjutan stadium II, dengan eksudat cotton, dengan perdarahan yang terjadi akibat
Stadium diastol di atas 120 mmHg, kadang-kadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan.
III
• Seperti stadium III dengan edema papil dengan eksudat star figure, disertai keluhan
Stadium penglihatan menurun dengan tekanan diastol kira-kira 150 mmHg.
IV
Diagnosis dan tatalaksana
◦ Tatalaksana mengatasi hipertensi perubahan gaya hidup dan kombinasi dengan terapi
medikamentosa.
ARMD (Age Related Macula Degeneration)
◦ Degenerasi makula pada usia lanjut atau dahulu disebut degenerasi makula
senilis sekarang lebih sering disebut sebagai Age Related Macular
Degeneration (ARMD)
◦ ARMD merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada orang-orang
berusia 65 tahun ke atas
Drusen
neovaskular subretina
TERIMAKASIH