Anda di halaman 1dari 19

REFERAT

Oftalmia Simpatika

Disusun Oleh :
Cindy Dwi Primasanti 1102012046

Pembimbing :
Dr. Diantinia, Sp.M
Definisi

Suatu inflamasi traktus uveal bilateral yang spesifik akibat dari iritasi
kronis dari satu mata, disebabkan oleh luka perforasi pada mata atau
bedah intraokular, menyebabkan uveitis yang berpindah pada mata yang
disebelahnya.

Merupakan penyakit mata autoimun dimana didapatkan setelah trauma


tembus pada satu mata exciting eyes (terangsang), yang akan
menyebabkan inflamasi pada mata yang tidak terluka sympathetic eyes
(yang simpatik).
Epidemiologi
Kebanyakan kasus oftalmia simpatika diikuti oleh trauma bola mata pada
bagian uvea, terutama badan silier.

Trauma karena kecelakaan diperkirakan mencapai 65% kasus, dan 35%


karena luka operasi.

Pada pasien tua juga memiliki risiko yang tinggi terkena karena
pembedahan intraokuler lebih banyak dilakukan pada pasien tua.

Ras dan jenis kelamin tidak berpengaruh pada penyakit ini.

Prosedur pembedahan yang paling sering menyebabkan oftalmia


simpatika adalah ekstrasi katarak (bila terjadi komplikasi), pembedahan
iris (termasuk iridektomi), perbaikan perlengketan retina, bedah
vitreoretinal.

Hanya sedikit kasus oftalmia simpatika yang disebabkan bukan karena


trauma pada mata.
Belum diketahui secara pasti penyebab dari
Etiologi simpatik oftalmia

Selalu mengikuti suatu trauma tembus


Faktor Cenderung terjadi oleh luka yang
predisposisi mengenai daerah siliaris bola mata
(dangerous zone)
Luka yang inkarserata pada iris, silia,
badan silia dan kapsul lensa lebih rentan
Lebih sering pada anak-anak
dibandingkan orang dewasa
Tidak terjadi apabila timbul supurasi pus
yang nyata di mata yang mengalami
trauma (exciting eye)
Patofisiologi
Gambaran Klinis

Exciting Eye (mata Sympathising Eye


Gejala awal yang mengalami (mata yang semula
trauma) sehat)
Gangguan Tanda-tanda uveitis bermanifestasi
akomodasi Pada pemeriksaan dalam bentuk
Fotofobia kornea: gambaran iridosiklitis akut,
Gangguan visus keratik presipitat namun kadang
dibagian endotel dapat berkembang
nyeri
kornea. menjadi
neuroretinitis dan
koroiditis
Gambaran klinis dari iridosiklitis pada sympathising eye dibagi menjadi 2
tahap :

Stadium prodormal Stadium lanjut

fotofobia Gejala yang muncul menyerupai


gangguan sementara dalam gejala yang terdapat pada
melihat objek yang dekat iridosiklitis akut.
karena melemahnya
kemampuan mata untuk
berakomodasi
Pada pemeriksaan mata
ditemukan :
kongesti siliar yang sedang
nyeri tekan pada bola mata
Keratik presipitat pada kornea
dengan jumlah yang sedikit
Pada funduskopi tampak
kekeruhan pada badan kaca
dan edema diskus
Tanda awal yang ditemukan pada pemeriksaan fisik antara lain :

Derajat rendah, uveitis presisten yang berhubungan


dengan granulomatosa (Mutton Fat)

Presipitat keratik putih

Pada iris : nodul infiltrasi, sinekia anterior perifer, Mutton-fat keratic


neovaskularisasi iris, oklusi pupil, katarak, ablasi retina precipitates
eksudatif, dan papilitis

Penipisan iris difus atau iris noduler, lesi korioretinal putih


kekuningan (Dalen-Fuchs Nodul)

Penipisan dan infiltrasi koroid

Dalen-Fuchs Nodul)
Gambaran histopatologi

Penebalan uvea Infiltrate uvea

Dalen-Fuchs Nodul Reaksi zona granulomatosa


pada lensa
Diagnosis

1. Presentasi

65% kasus terjadi diawali dengan trauma setelah 2 minggu sampai 3


bulan dan 90% kasus terjadi pada 1 tahun pertama

2. Gejala Klinis

Exciting eye akan menjadi sangat merah dan teriritasi


Sympathizing eye akan menjadi fotofobia dan teriritasi.
Kedua mata akan berkembang menjadi uveitis anterior yang sedang
atau berat dan membentuk jaringan granulomatosa.
Pada kasus yang berat dapat terjadi eksudasi retina.
Pembentukan jaringan fibrotik dari residu korioretinal dapat
menyebabkan hilangnya penglihatan bila mengenai macula.
3. Slit Lamp
Tampak mutton fat atau keratitis presipitat dan kilauan dalam
kamera anterior kedua mata
Pada iris biasanya terdapat nodul infiltrasi, sinekia anterior perifer,
neovaskularisasi iris, oklusi pupil, katarak, ablasi retina eksudatif dan
papilitis. Sel-sel vitreus dan eksudat putih-kekuningan di lapis dalam
dari retina (nodul Dalen-Fuchs) tampak di segmen posterior.

Gambaran khas : adanya nodul Dalen Fuchs di daerah fundus. Bentuknya


kecil, dalam, nodul putih kekuningan dan terdiri dari sel-sel pigmen retina,
sel epiteloid dan limfosit.
Gambaran patologi : hasil dari agregasi nodular dari sel limfosit, sel
plasma, Sel epitheloid dan giant cell yang tersebar di seluruh traktus
uveal.
4. Indocyanin Green Angiografi (ICG)

Menampakkan adanya bercak gelap pada koroid yang


mengindikasikan adanya penyakit yang aktif. Hal ini akan hilang
bila diterapi secara cepat pada awal kejadian.

5. Ulstrasonografi (USG)

Menunjukkan adanya penebalan koroid dan pelepasan retina.


Diagnosis Banding

Vogt-Koyanagi Harada Syndrome Sarcoidosis

Penyakit Bechet
Penatalaksanaan
ENUKLEASI
Enukleasi yang dilakukan pada mata yang terluka dalam 2 minggu setelah
trauma, merupakan pencegahan perkembangan oftalmia simpatika untuk
prognosis visual yang lebih baik.
Apabila dilakukan enukleasi lebih dini akan memberikan tajam
penglihatan yang lebih baik dari 20/50 dan lebih sedikit terjadi
kekambuhan daripada yang dilakukan enukleasi terlambat.
Enukleasi disarankan dilakukan pada mata yang sudah tidak memiliki
persepsi terhadap cahaya.
Biasanya tidak dianjurkan untuk dialakukan kecuali pada pasien
endoftalmitis atau pada pasien yang memiliki keadaan umum yang buruk,
yang tidak memungkinkan melakukan enukleasi.
KORTIKOSTEROID
Dosis awal : kortikosteroid dosis tinggi dan dilanjutnya sampai 6 bulan
setelah adanya perbaikan inflamasi.
Minggu pertama diberikan dosis oral 100 200 mg prednisone : dosis
awal dapat diturunkan kira-kira 5 mg/minggu, sampai respon inflamasi
dapat dikendalikan.
Dosis rumatan : 5-10 mg/hari.
Pasien yang diterapi dengan kortikosteroid harus diawasi tekanan darah
dan level glukosa darah. Apabila didapatkan infeksi harus ditangani
terlebih dahulu sebelum pemberian kortikosteroid.
Kortikosteroid tidak dapat mencegah perkembangan oftalmia simpatika.
AGEN IMUNOSUPRESAN
Penggunaan kortikosteroid jangka panjang sebaiknya dihindari pada
pasien yang memiliki masalah kesehatan dan komplikasi oftalmologi
atau sistemik, seperti pada diabetes mellitus, glaucoma tak terkontrol.
Terapi alternative dengan agen imunosupresan efektif dalam menekan
inflamasi, sehingga dapat dilakukan penurunan dosis kortikosteroid.
Cyclosporine A (5 mg/kg/hari) pada pasien usia muda sampai 40 tahun.
Azathioprine (2 mg/kg/hari yang dibagi dalam 3 dosis) pada pasien usia
tua.
Dosis yang disarankan untuk kombinasi cyclosporine dan kortikosteroid
adalah : Cyclosporine A (3-5 mg/kg/hari) dan Prednisone ( 15-20
mg/hari).
Komplikasi

Glaukoma Katarak Penyusutan


Ablatio retina Kebutaan
sekunder sekunder bola mata
Prognosis

Oftalmia simpatika merupakan penyakit serius yang dapat menyebabkan


kemampuan visual yang sangat buruk tanpa adanya intervensi teraupetik,
dapat menyebabkan kebutaan pada dua mata. Apabila diagnosis awal dan
terapi tepat, pasien dengan oftalmia simpatika memiliki kesempatan untuk
mempertahankan kemampuan visualnya tetap baik. Apabila dilakukan
enukleasi awal pada mata yang terangsang dan diberikan terapi
kortikosteroid, prognosis pasien oftalmia simpatika lebih baik, kemampuan
penglihatan dapat tetap dipertahankan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai