Anda di halaman 1dari 47

Injeksi konjungtiva Injeksi siliar Injeksi episklera

Asal MATA MERAHa.siliar


a.konjungtiva posterior a.siliar longus

Memperdarahi Konjungtiva bulbi Kornea segmen anterior Intraocular

Lokalisasi Konjungtiva Dasar konjungtiva Episklera


Warna – InflamasiMerah
akut Ungu Merah gelap
Arah aliran/lebar – DilatasiKe
pemb. darah konjungtiva
perifer Ke sentral Ke sentral
– Ruptur pemb. darah
Konjungtiva digerakkan Ikut bergerak Tidak bergerak Tidak bergerak
– Deposit darah
Dg epinefrin 1:1000 Menciut Tidak menciut Tidak menciut

Glaukoma, endoftalmitis,
Penyakit Konjungtiva Kornea, iris, glaukoma
panoftalmitis

Sekret + - -
Penglihatan Nomal Menurun Sangat menurun
Lapisan Kornea

Secara histologis : 5

Epitel
Membran / lapisan Bowman
Stroma
Membran Descemet
Endotel
KERATITIS

Keratitis adalah radang pada kornea yang


ditandai :
Infiltrasi sel radang
yang akan mengakibatkan kornea menjadi
keruh sehingga tajam penglihatan menurun.
Etiologi
– Virus
– Bakteri
– Jamur
– Paparan sinar ultraviolet
– Iritasi (penggunaan lensa
kontak)
– Mata kering
– Sensasi benda asing
– Efek samping obat-obatan
Klasifikasi Keratitis
Keratitis Pungtata
• Keratitis yang terkumpul di daerah Bowman, dengan infiltrat berbentuk bercak-
bercak halus.
• Keratitis pungtata superfisial  infiltrat halus bertitik-titik pada permukaan
kornea.
Keratitis Marginal
• Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.
• Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis kataral atau
keratitis marginal ini.

Keratitis Interstitial
• Keratitis interstitial adalah kondisi serius dimana masuknya pembuluh darah ke
dalam kornea dan dapat menyebabkan hilangnya transparansi kornea.
• Keratitis interstitial dapat berlanjut menjadi kebutaan.
KERATITIS BAKTERI DAN JAMUR
BAKTERI JAMUR
Staphylococcus, Streptococcus, Pseudomonas dan
ETIOLOGI Enterobactericea Candida, fusarium, aspergillus, dan curvularia.

Nyeri hebat, berair, silau.


Mata merah, berair, nyeri, silau, sekret dan
Pada mata terlihat : infiltrate kelabu, hipopion,
penglihatan kabur.
ulserasi superfisial dan satelit bila terletak di
MANIFESTASI KLINIS dalam stroma. Cincin endotel dengan plaque
Pemeriksaan bola mata eksternal : hiperemis
tampak bercabang, endothelium plaque,
perikornea, blefarospasme, edema kornea, infiltrasi
gambaran satelit pada kornea dan lipatan
kornea
descement.
KERATITIS BAKTERI DAN JAMUR

BAKTERI JAMUR

KOH 10% terhadap kerokan kornea


PENUNJANG Pewarnaan Gram (Giemsa)
(sebaiknya dengan spatula kimura)

 Gram (-) rods : tobramisin, ceftazidime, natamisin 5% (keratitis jamur filamentosa,


fluoroquinolon. fusarium species), amphoterisin B 0,15%-
 Gram (-) coccus : ceftriaxone, ceftazidime, 0.30% (keratitis yeast, aspergillus species).
PENATALAKSANAAN
moxifloxacin/gatifloxacin Diberikan pengobatan sistemik
 Gram (+) rods : cefazoline, vancomycin, ketoconazole (200-600 mg/hari) dan
moxifloxacin/gatifloxacin sikloplegik.
Penatalaksanaan
KERATITIS VIRUS
KERATITIS HERPETIK KERATITIS DENDRITIK INFEKSI HERPES ZOSTER
VIRUS

ETIOLOGI Herpes simpleks dan herpes Herpes simpleks Herpes zoster


zoster.

GEJALA DAN TANDA Nyeri, fotofobia, penglihatan Fotofobia, kelilipan, tajam Nyeri dan demam. Penglihatan
KLINIS kabur, mata berair, mata penglihatan menurun, berkurang, merah. Pada
merah, tajam penglihatan konjungtiva hiperemia disertai kelopak akan terlihat vesikel
turun terutama jika bagian dengan sensibilitas kornea (sesuai dermatom
pusat terkena yang hipestesia n.trigeminus) dan infiltrate
pada kornea.
KERATITIS VIRUS
KERATITIS HERPETIK KERATITIS DENDRITIK INFEKSI HERPES ZOSTER
VIRUS

PATOFISIOLOGI Epitelial : pembelahan virus di pengrusakan aktif sel epitel memberikan infeksi pada
dalam sel epitel -kerusakan sel – kornea oleh virus herpes ganglion gaseri saraf
terbentuk keratitis dendritik simpleks disertai dengan trigeminus. Bila terkena
superfisial. terlepasnya sel diatas ganglion cabang oftalmik
kelainan. maka akan terlihat gejala-
Stromal : reaksi imunologik tubuh gejala herpes zoster dimata.
pasien sendiri terhadap virus yang
menyerang. - keratitis profunda
superfisial (disiformis)

PENATALAKSANAAN IDU Salep 0,5% diberikan setiap 4 Antivirus seperti IDU 0,1% Asiklovir dan steroid (usia
jam.,Trifluorotimidin 1% setiap 4 diberikan setiap 1 jam atau lanjut)
jam. acyclovir salep 3% setiap 4jam asiklovir
bersifat selektif terhadap sintesis
DNA virus.
Keratokonjungtivitis Epidemi
• Reaksi peradangan kornea dan konjungtiva yang disebabkan
Definisi dan etiologi oleh reaksi alergi terhadap:
• Adenovirus tipe 8, 19 atau 37

• Anamnesis: demam, gangguan saluran nafas, pengelihatan


menurun, merasa seperti ada benda asing, berair, dan nyeri
Gejala klinis • Pemeriksaan fisik: edema kelopak mata, folikel konjungtiva,
pseudomembran pada konjungtiva tarsal  jaringan parut,
kelenjar periaurikuler membesar

• Akut → kompres dingin dan cairan air mata


Pengobatan • Penurunan visus → steroid tetes mata 3 X /hari
Keratitis Alergi
Etiologi :
Reaksi hipersensitivitas tipe I yang mengenai kedua mata.

Manifestasi Klinis :
Bentuk palpebra: cobble stone, diliputi sekret mukoid.
Bentuk limbus: tantras dot (penonjolan berwarna abu-abu, seperti lilin)
Gatal, Fotofobia, Sensasi benda asing, Mata berair, blefarospasme, visus menurun
KERATITIS ALERGI
TATALAKSANA
– Biasanya sembuh sendiri tanpa diobati
– Steroid topikal dan sistemik
– Kompres dingin
– Pembedahan kecil (eksisi).
– Antihistamin umumnya tidak efektif
– Kontraindikasi untuk pemasangan lensa kontak

KOMPLIKASI
– Gangguan refraksi, Jaringan parut permanent, Ulkus kornea, Perforasi kornea, Glaukoma
sekunder
Keluhan Keratitis Keratitis Keratitis Keratitis Keratokonjun Keratitis
bakteri jamur herpes herpes zoster gtivitis alergi
simpleks epidemi
Mata merah + + + + + +
Visus menurun + + + + + +
Mata nyeri + + (hebat) + + + +
berair + + + - + +
fotofobia + + +, pd ringan (-) - - +
Kelopak mata + - - - - -
lengket
Demam - - + + + -
Gatal - - - - - +
Riw. Penggunaan + - - - - -
kontak lens lama
Riw. Trauma - + - - - -
tumbuhan
Ulkus Kornea

Hilangnya sebagian permukaan kornea


akibat kematian jaringan kornea, yang ditandai
dengan adanya infiltrat supuratif disertai defek
kornea, dan diskontinuitas jaringan kornea yang
dapat terjadi dari epitel sampai stroma.
Etiologi
– Infeksi
– Infeksi Bakteri
– Infeksi Jamur
– Infeksi virus
– Acanthamoeba  Acanthamoeba adalah protozoa hidup bebas yang
terdapat didalam air yang tercemar.
– Noninfeksi  Bahan kimia dan defisiensi vitamin A
– Obat-obatan
– Sistem Imun (Reaksi Hipersensitivitas)
Klasifikasi

Ulkus kornea sentral Ulkus kornea perifer


Ulkus kornea bakterialis Ulkus marginal

Ulkus kornea fungi


Ulkus mooren (ulkus serpinginosa
kronik/ulkus roden)
Ulkus kornea virus

Ulkus kornea acanthamoeba Ulkus cincin (ring ulcer)


Ulkus Kornea Bakterialis
Ulkus Streptokokus
• Ulkus menjalar dari tepi ke tengah kornea
• kuning keabu-abuan, berbentuk cakram, tepi menggaung.

Ulkus Stafilokokus
• putih kekuningan disertai infiltrat berbatas tegas tepat
dibawah defek epitel.
Ulkus Pseudomonas
• abu-abu dengan sekret berwarna kehijauan.
• bentuk cincin.
• COA  hipopion
Ulkus Pneumokokus
• Ulkus Serpen (tepi ulkus menyebar). berwarna kekuning-
kuningan.
Ulkus Kornea Fungi
– Pada permukaan lesi terdapat bercak putih berwarna keabu-
abuan
– terdapat satelit-satelit
– infeksi kandida → Ulkus lonjong.
– neovaskularisasi
– injeksi siliar disertai hipopion.
Ulkus Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster
• Diawali rasa sakit pada kulit dengan perasaan lesu, timbul 1-3 hari sebelum timbul gejala
kulit
• Pada mata ditemukan vesikel kulit dan edem palpebra, konjungtiva hiperemis, kornea keruh
• Dendrit herpes zoster berwarna abu-abu kotor

Ulkus Kornea Herpes simplex


• Biasanya gejala dini dimulai dengan tanda injeksi siliar yang kuat disertai terdapatnya suatu
dataran sel di permukaan epitel kornea disusul dengan bentuk dendrit atau bintang infiltrasi.

Ulkus Kornea Acanthamoeba


• Awal dirasakan sakit yang tidak sebanding dengan temuan kliniknya,
• Kemerahan dan fotofobia.
• Tanda klinik khas adalah ulkus kornea indolen, cincin stroma, dan infiltrat perineural.
Ulkus Kornea Perifer
Ulkus Marginal
• Bentuk ulkus dapat simpel atau cincin.
• Bentuk simpel  ulkus superfisial yang berwarna abu-abu dan terdapat pada infeksi
stafilococcus, toksit/alergi, dan gangg sistemik
• Yang berbentuk cincin atau multiple dan biasanya lateral. Ditemukan pada penderita
leukemia akut, SLE dll

Ulkus Mooren
• Ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.
• Terutama terdapat pada usia lanjut.
• Penyebabnya belum diketahui.

Ring Ulcer
• Di kornea terdapat ulkus yang berbentuk melingkar dipinggir kornea, di dalam
limbus, bisa dangkal atau dalam,
• kadang-kadang timbul perforasi
Gejala dan Tanda Klinis
Anamnesis Pemeriksaan fisik

• Pandangan kabur • Injeksi siliar


• Mata berair • Hilangnya sebagian jaringan kornea, dan
• Silau adanya infiltrat
• Nyeri • Hipopion
• Merasa ada benda asing di mata • Eritema pada kelopak mata dan konjungtiva
• Riwayat trauma, benda asing, abrasi • Sekret mikopurulen
• Adanya riwayat penyakit kornea  keratitis e.c • Kornea edema
herpes simpleks (sering kambuh) • Hilangnya jaringan kornea
• Riw pemakaian obat kortikosteroid 
predisposisi bagi bakteri, fungi, virus terutama
herpes simpleks
• Riw penyakit sistemik (DM, AIDS, dll)  terjadi
imunosupresi
PEMEMERIKSAAN • Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi.
PENUNJANG • Goresan ulkus  analisa/kultur (pulasan gram,
giemsa, dan KOH)

• Kebutaan
• Kornea perforasi → endoptalmitis dan
panopthalmitis
KOMPLIKASI • Prolaps iris
• Sikatrik kornea
• Katarak
• Glaukoma sekunder
Penatalaksanaan

Pengobatan konstitusi Pengobatan lokal

Makanan yang bergizi Sulfas atropine


Skopolamin.
Udara yang baik Analgetik
Lingkungan yang sehat Antibiotik
Anti jamur
Roboransia Anti viral
UVEA
– Iris  membran yang berwarna,
berbentuk sirkular yang ditengahnya
terdapat lubang pupil. Iris merupakan
pemisah antara bilik mata depan dengan
bilik mata belakang
– Badan siliar  susunan otot melingkar
dan mempunyai sistem eksresi dibelakang
limbus
– Koroid  bagian posterior dari uvea yang
terletak antara retina dan sklera
Uveitis

Sebagai peradangan dari ‘uveal tract’, mata yang terdiri dari


iris, korpus siliar, dan khoroid.

Inflamasi dari struktur ini biasanya diikuti oleh inflamasi


jaringan sekitarnya, termasuk kornea, sklera, vitreous,
retina, dan nervus optikus.
KLASIFIKASI
Tipe Fokus inflamasi Meliputi
Uveitis anterior COA Iritis
Iridosiklitis
Siklitis anterior
Uveitis intermediat Vitreus Pars planitis
Siklitis posterior
Hialitis
Uveitis posterior Retina dan koroid Koroid fokal, multifokal atau difus
Korioretinitis
Retinokoroiditis
Retinitis
Neuroretinitis
Berdasarkan anatomi :
Uveitis Anterior
– Akut
– Keluhan :
Mata merah, Nyeri, Fotofobia, Epifora,
Penglihatan menurun.
Tanda Klinis :
Tajam penglihatan menurun, Hiperemia
perikornea, Pupil miosis, Endotel kornea
kotor, Aqueos cells, Aqueous Flare,
Berdasarkan anatomi :
Uveitis Anterior

– Kronis
– Keluhan :
Lebih tenang dari uveitis akut, penglihatan turun, timbul komplikasi seperti katarak, calcific-band
keratopathy, cystoid macular edema
Tanda Klinis :
Mata kemerahan, Flare dan sel di bilik mata depan, Keratic precipitates, Iris Nodule, Iris nombans,
Penatalaksanaan Uveitis Anterior
1. Midriatikum
Jangka waktu efek terapinya pendek (short acting):
– Tropicamide 0,5% dan 1% durasi 6 jam
– Cyclopentolate 0,5% dab 1 % durasi 24 jam
– Phenylephrine 2,5% dan 10% durasi 3 jam
Jangka waktu efek terapinya panjang (long acting)
– Homatropine 2% durasi lebih dari 2 hari
– Atropine 1% merupakan cycloplegic dan midriatikum yang paling kuat
dengan durasi lebih dari 2 minggu
Penatalaksanaan Uveitis Anterior
2. Kortikosteroid
– Topical : Prednisolon acetate 1%, Fluorometholone 0,1% (1 tetes setiap 1
menit selama 5 menit pertama tiap jam
– Periokuler : triamcinolone acetonide 40mg, methylprednisolone acetate 40-
80mg. injeksi diberikan setiap 1-2 minggu sebanyak 2-4 kali injeksi.
– Sistemik : prednisone dengan dosis 1-2 mg/kg/hari Berikan dosis yang
terendah dan dipertahankan selama 1-2 minggu setelah inflamasi hilang.
Lama pemberian tidak boleh melebihi 3 bulan dan dosis maksimal 5-10
mg/kg/hari.
Penatalaksanaan Uveitis Anterior
3. Immune Modulators Therapy (IMT)
azathioprine dosis awal 1 mg/kg/hari (tablet 50mg) diberikan sekali sehari
atau dalam dosis terbagi, setelah 1-2 minggu dosis dapat ditingkatkan dua kali
dapat kombinasi dengan kortikosteroid
Berdasarkan anatomi :
Uveitis Intermediate
– Gejala Klinis
Melihat bintik hitam kecil melayang saat digerakkan, penglihatan kabur, mata merah, nyeri,
fotofobia
– Penatalaksanaan
kortikosteroid injeksi triamcinolone 40mg subtenon atau preseptal sebanyak 2-3 kali selama
periode 6-8 minggu dan dapat diberikan kortikosteroid sistemik prednisone 0,5-1,0
mg/kg/hari dan dapat diberikan IMT cyclosporine. Atau pembedahan virektomi

Panuveitis
Onset klinis mendadak, durasi kurang dari 3bulan dengan perjalanan penyakit akut, rekuren, kronis
Berdasarkan anatomi :
Uveitis Posterior

– Kronis
– Keluhan :
Penglihatan turun, tidak ada nyeri, floaters, photopsia, nyctalopia, metamorphosia
Tanda Klinis :
Retinitis, koroiditis, vaskulitis.
Penatalaksanaan :
Longacting midriaticum atropine 1%, Kortikosteroid topical prednisolon acetate 1%, periokuler injeksi
acetonide 40mg, IMT (cyclosporine, azathioprine)
GLAUCOMA AKUT

Terjadi apabila terbentuk iris bombe 


sumbatan sudut kamera anterior oleh iris
perifer,  menyumbat aliran aquous Glaukoma Akut merupakan
humor dan tekanan intraokular meningkat kedaruratan okuler karena dapat
dengan cepat  nyeri hebat, kemerahan terjadi bilateral dan dapat
dan kekaburan penglihatan. menyebabkan kebutaan bila tidak
segera ditangani dalam 24 – 48 jam.
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

• Tajam penglihatan • Edema kornea • Tonometri  tekanan


kurang (kabur • Bilik mata depan dangkal intraokular meningkat
mendadak) • Pupil sedikit melebar,
• mata berair RCL (-)
• melihat pelangi di sekitar • diskus optikus terlihat
objek (fenomena halo) merah dan bengkak
• nyeri hebat periorbita • visus sangat menurun
• pusing • mata merah
• mual-muntah. • injeksi pericorneal
• Iris oedem dan berwarna
abu – abu
TERAPI

– Pilokarpin 2 %  pupil mengecil sehingga iris tertarik dan membuka


saluran yang tersumbat.
– inhibitor karbonik anhidrase: Asetazolamin 500 mg iv  250 mg tablet
/4jam)
– Untuk mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta
bloker (Timolol 0.5% atau betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari)
– kortikosteroid topikal dengan atau tanpa antibiotik untuk mengurangi
inflamasi dan kerusakan saraf optik
– Manitol 1.5 – 2 mg/kg bb dlm larutan 20% atau urea IV mg/kg (kasus
berat)
– Pembedahan
Pencegahan Prognosis
• Pada orang berusia 20 tahun dilakukan • Jika tekanan intraokular tetap terkontrol
pemeriksaan tekanan bola mata berkala setiap 3 setelah terapi akut glaukoma sudut
tahun, bila terdapat riwayat adanya glaukoma tertutup, maka kecil kemungkinannya
pada keluarga maka lakukan pemeriksaan setiap terjadi kerusakan penglihatan progresif.
tahun. • Tetapi bila terlambat ditangani dapat
mengakibatkan buta permanen.
• Dilakukan pemeriksaan lapang pandangan dan
tekanan mata pada orang yang dicurigai akan
timbulnya glaucoma

• Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata


menjadi merah dengan sakit kepala yang berat,
serta keluarga yang pernah mengidap glaukoma.
ENDOFTALMITIS
Radang purulen pada seluruh jaringan
intraokuler, disertai dengan
terbentuknya abses di dalam badan Etiologi:
kaca. • Endogen akibat sepsis, selulitis
orbita, dan penyakit sistemik
lainnya
• Eksogen, yang sering terjadi
akibat trauma tembus, tukak
perforasi, dan penyulit infeksi
pada pembedahan.
Diagnosis
Anamnesis Pemeriksaan fisik Pemeriksaan penunjang

• Nyeri • Mata merah • Laboratorium


• Penurunan visus • Endoftalmitis eksogen: sampel
• Lakrimasi • Kelopak mata bengkak dan vitreous untuk diteliti
• Penurunan terganggu eritema mikroorganisme penyebab dari
• Konjungtiva tampak chemosis endoftalmitis.
• Silau • Endoftalmitis endogen: darah
• Kornea edema, keruh, tampak
infiltrate lengkap dan kimia darah
• Hypopion (lapisan sel-sel inflamasi
dan eksudat di ruang anterior) • Studi Imaging
• Iris odem dan keruh • B-scan (USG): tentukan apakah
• Pupil tampak yellow reflek ada keterlibatan peradangan
vitreous.
• Eksudat pada vitreus
• Chest x-ray - Mengevaluasi
• TIO meningkat atau menurun
untuk sumber infeksi
• USG Jantung - Mengevaluasi
untuk endokarditis sebagai
sumber infeksi
Jenis Endoftalmitis
Endoftalmitis akut pasca bedah Endoftamitis pseudoafaki kronik
• Bentuk yang paling sering dari • Eksudat serosa dan fibrinous dari berbagai derajat
endoftalmitis, dan hampir selalu dapat diamati, dihubungkan dengan adanya
disebabkan oleh infeksi bakteri hipopion dan tanda-tanda moderat dari kekeruhan
dan opacity dalam vitreous body.

Endoftalmitis pasca trauma Endoftalmitis endogen


• Adanya benda asing intraokular. Dengan • Adanya septicaemia, pasien dengan
temuan klinis berupa luka perforasi, imunitas lemah, penggunaan
infeksi berkembang sangat cepat catethers dan kanula intravena
kronis.

Fungal endoftalmitis
• Berkembang melalui mekanisme
endogen setelah beberapa trauma
Terapi Farmakologi
1. Antibiotik
Non Intravitreal antibiotik
• Pilihan pertama : Vancomicin 1 mg dalam 0.1 ml + ceftazidine 2.25 mg
farmakologi dalam 0.1ml
• Pilihan kedua : Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + amikacin 0.4 mg dalam
0.1 ml
Menjelaskan penyakit yang • Pilihan ketiga: Vancomicin 1 mg dalam 0.1ml + gentamicin 0.2 mg dalam
diderita memiliki prognosa 0.1 ml
yang buruk Antibiotik topikal
Vancomicin (50 mg/ml) atau cefazolin (50 mg/ml), dan
Amikacin (20 mg/ml) atau tobramycin (15mg%)
Menjelaskan bahwa penyakit 2. Terapi steroid
tersebut dapat mengenai mata
satunya, sehingga perlu • Dexamethasone intravitreal 0.4 mg dalam 0.1 ml
dilakukan pengawasan yang 3. Terapi suportif
ketat • Siklopegik. Disarankan tetes mata atropin 1% atau bisa juga
hematropine 2% 2 – 3 hari sekali.
Perlunya menjaga kebersihan • Obat-obat antiglaucoma disarankan untuk pasien dengan peningkatan
gigi mulut, sistem saluran tekanan intraokular. Acetazolamide (3 x 250 mg) atau Timolol (0.5 %) 2
kencing yang memungkinkan
menjadi fokal infeksi dari kali sehari
endoftalmitis endogen. 4. operatif
PANOFTALMITIS

• Peradangan seluruh bola mata termasuk skelra dan kapsul tenon sehingga bola mata
merupakan rongga abses.
Definisi

• Disebabkan oleh masuknya organisme piogenik kedalam mata melalui luka pada
kornea yang terjadi secara kebetulan atau akibat operasi atau mengikuti perforasi
suatu ulkus kornea.
Penyebab • Sebagian kecil, kemungkinan akibat metastasis alamiah dan terjadi dalam kondisi
seperti pyaemia, meningitis atau septikaemia purpural.
• Pada umumnya pasien datang dengan keluhan demam, sakit
Anamnesis kepala dan kadang–kadang muntah, rasa nyeri , mata merah,
kelopak mata bengkak atau edem.

• Congesti conjungtiva dengan injeksi ciliar


• Chemosis conjungtiva dan kornea tampak keruh.
Pemeriksaan • Kamera oculi anterior  hypopion.
• Pupil mengecil dan menetap.
fisik • Eksudasi purulen dalam vitreus humor.
• Peningkatan intra okuler.
• Gerakan bola mata terbatas

• Kausanya atau penyebabnya ditegakkan berdasarkan


Pemeriksaan pemeriksaan mikroskpik dan kultur.
• Diagnosis laboratorium secara integral berkaitan dengan
penunjang terapinya. Biasanya cairan badan kaca (corpus vitreum) diambil
untuk contoh
Penatalaksanaan
– Pada tahap awal, tepi luka, baik itu luka karena operasi atau kecelakaan  cauterisasi
dengan asam carbolic murni.
– Pengobatan dengan antibiotik dosis tinggi lokal dan sistemik harus segera dimulai,
seperti Vancomycin dan obat-obat sulfa, misalnya Trimethoprim-sulfamethoxazole.
– Peradangan segmen anterior  pengobatan yang intensif kompres hangat, atropin lokal
dan sulfonamide sistemik serta antibiotik sebaiknya diperiksa kemajuannya.
– Jika penyebabnya jamur diberikan amfotererisin B150
– Penyebab parasit (toxoplasma) diberikan pyrimetamine, 25 mg peroral per hari,
sulfadiazine, 0,5 g per oral empat kali sehari selama 4 minggu
– Sedangkan bila penyebabnya virus dapat diberikan sulfasetamid dan antivirus (IDU).
– Apabila mata sudah tidak dapat diselamatkan lagi harus segera dilakukan eviserasi.

Anda mungkin juga menyukai