Visus Turun
Pembimbing: dr. Nasrudin, SpM
02 Uveitis
.
03 Glaukoma Akut
04 Endoftlamitis
05 Panoftalmitis
Keratitis
DEFINISI
Keratitis adalah peradangan pada kornea atau
terjadinya infiltrat sel radang pada kornea yang
mengakibatkan kornea menjadi keruh sehingga
tajam penglihatan akan menurun.
Anatomi
Kornea
Klasifikasi
Keratitis
Berdasarkan Berdasarkan
lapisan etiologi
Keratitis
Keratitis bakteri
pungtata
Keratitis
virus
Keratitis
marginalis Keratitis
fungal
Keratitis
Keratitis
interstitial
alergi
Faktor Risiko
-Defisiensi Vit.A
-Trauma dan kerusakan epitel
-Pemakaian kortikosteroid
-Imunitas yang berkurang
-Lensa kontak yang mengakibatkan infeksi sekunder
-Herpes genital
Keratitis Pungtata
Keratitis Pungtata
Keratitis pungtata merupakan keratitis dengan adanya
inflitrat berbentuk bercak halus pada permukaan
kornea.
Keratitis Pungtata Superfisial
Adanya infiltrat pada permukaan kornea (epitel)
Tidak spesifik.
Menampakkan
Dapat terjadi Rasa sakit infiltrat halus
pada bintik-bintik.
Moluskum Silau Dengan
kontangiosu
pemulasan
m Mata merah, fluoresein akan
Adenoviral, dan rasa berwarna hijau.
Chlamydial kelilipan
Dry eyes
Herpes
simpleks
Herpes
zoster,
Infeksi virus
.
Keratitis Merupakan infiltrat yang tertimbun pada tepi
kornea sejajar dengan limbus. Penyakit infeksi
Marginalis lokal konjungtiva dapat menyebabkan keratitis
marginal.
Etiologi
Strepcoccus pneumonie, Hemophilus aegepty,
Moraxella lacunata dan Esrichia.
Gejala Klinis
Nyeri, seperti kelilipan, lakrimasi, disertai fotofobia berat.
Blefarospasme unilateral ,injeksi konjungtiva, infiltrat atau
ulkus yang memanjang, dangkal unilateral dapat tunggal
ataupun multipel, sering disertai neovaskularisasi dari
arah limbus.
.
Pemeriksaan
Pemeriksaan kerokan kornea yang dipulas dengan
pewarnaan Gram maupun Giemsa dapat
mengidentifikasi organisme, khususnya bakteri
Keratitis Pada jaringan kornea yang lebih dalam (Stroma).
Masuknya pembuluh darah ke dalam kornea
Interstitial (neovaskularisasi). Menyebabkan hilangnya
transparansi kornea yang dapat berlanjut kebutaan.
Etiologi
Dapat berupa bakteri, jamur, dan virus atau trauma. Sifilis
penyebab paling sering.
Gejala Klinis
Biasanya akan memberikan gejala fotofobia, lakrimasi, kelopak
mata meradang dan menurunnya visus. Keluhan bertahan seumur
hidup. .
Pemeriksaan
Kornea keruh sehingga iris sulit dilihat. Terdapat Injeksi siliar
disertai serbukan pembuluh darah ke dalam sehingga
memberikan gambaran merah kusam (Salmon Patch), biasanya
bilateral.
Keratitis Epitelialis Mengenai Uji Fluoresein Uji Plasido (+)
Superfisialis kornea (+)
didepan
membran
bowman
Subepitel Mengenai Uji Fluoresein Uji Plasido (+)
kornea (-)
dibawah
epitel kornea
Profunda/Inter Stroma Didalam Uji Fluoresein Uji Plasido (-)
stitialis kornea stroma (-)
kornea
Keratitis Keratitis bakterial adalah suatu infeksi yang
mengancam penglihatan, bersifat progresif, serta
Bakteralis terjadi destruksi kornea secara keseluruhan dalam
24-48 jam.
Etiologi
Streptococcus, Pseudomonas, Enterobacteriaceae (termasuk Kleb
siella, Enterobacter, Serratia, dan Proteus),
dan Staphylococcus sp.
..
Pemeriksaan
Kultur mikroorganisme
FAKTOR RISIKO
Etiologi
Jamur: Fusarium, Filamentous, Candida, Aspergillus.
Trauma organik jamur berfilamen
Imunosupresi atau gangguan epitel kornea:keratitis
jamur ragi.
Gejala Klinis
Keluhan timbul 5 hari setelahnya. Sakit mata yang hebat,
berair, penglihatan menurun dan silau. Pada awalnya
akan terdapat nyeri hebat, namun perlahan-lahan
menghilang seiring dengan saraf kornea yang rusak.
Gambaran Khas
Keratitis
Jamur
Gejala Klinis
Pasien dengan HSV keratitis mengeluh nyeri pada
mata, fotofobia, penglihatan kabur, mata berair, mata
merah, tajam penglihatan turun.
Pemeriksaan
Dilakukan kerokan dari lesi epitel pada keratitis HSV dan
cairan dari lesi kulit mengandung sel-sel raksasa.
4 Kategori Utama
Keratitis
Viral
Herpes simplex virus dendritic ulcer
Herpes simplex virus dendritic ulcer stained with fluorescein
Terapi Bedah
Keratoplasti penetrans mungkin diindikasikan
untuk rehabilitasi penglihatan pasien yang mempunyai
parut kornea yang berat, namun hendaknya dilakukan
beberapa bulan setelah penyakit herpes nonaktif.
Keratitis
A. Keratokonjungtivitis flikten
Alergi Radang Kornea dan konjungtiva yang merupakan reaksi imun pada
jaringan yang sudah sensitif terhadap antigen.
C. Keratitis Fasikularis
• Keratitis dengan pembentukan pita pembuluh darah yang
menjalar dari limbus ke arah kornea. Biasanya berupa tukak
kornea akibat flikten yang menjalar ke daerah sentral disertai
fasikulus pembuluh darah.
• Wander phlychten : jalur pembuluh darah baru di kornea
dimulai dari limbus.
Keratitis D. Keratokonjungtivitis vernal
Alergi • Penyakit rekuren, dengan radang tarsus dan konjungtiva bilateral.
Pasien umumnya mengeluh gatal dan memiliki riwayat alergi pada
keluarga.
• Gejala : Blefarospasme, fotofobia, mata buram dan memerah, hipertrofi
papil terkadang berbentuk Cobble stone pd konjungtiva tarsal.
• Tatalaksana : obat antihistamin topikal, kompres dingin.
ULKUS
KORNEA
Ulkus Pseudomonas
Ulkus Ulkus Kornea Herpes
Zoster.
Kornea Virus
Ulkus Kornea Herpes Zoster
Ditemukan vesikel kulit dan edema palpebra,
konjungtiva hiperemis, kornea keruh akibat terdapatnya
infiltrat subepitel dan stroma. Infiltrat dapat berbentuk
dendrit. Infiltrat herpes zoster berwarna abu-abu
kotor dengan fluoresin yang lemah. Kornea hipestesi
tetapi dengan rasa sakit keadaan yang berat pada kornea
biasanyadisertai dengan infeksi sekunder.
Merupakan ulkus yang berjalan progresif dari perifer kornea kearah sentral.Biasanya
menyerang satu mata. Perasaan sakit sekali. Sering menyerang seluruh permukaan
kornea dan kadang meninggalkan satu pulau yang sehat pada bagian yang sentral
Ulkus
Kornea Cincin
Merupakan ulkus kornea perifer yang dapat mengenai seluruh lingkaran kornea, bersifat destruktif
dan biasaya mengenai satu mata. Penyebabnya adalah reaksi alergi dan ditemukan bersama-sama
penyakit disentri basile, influenza berat dan penyakit imunologik. Penyakit ini bersifat rekuren.
UVEITIS
Istilah "uveitis" menunjukkan suatu peradangan pada iris (iritis, iridosiklitis), corpus ciliare (uveitis
intermediet, siklitis, uveitis perifer, atau pars planitis), atau koroid (koroiditis).
Namun dalam praktiknya, istilah ini turut mencakup peradangan pada retina (retinitis), pembuluh -
pembuluh retina (vaskulitis retinal), dan nervus opticus intraokular (papilitis).
Uveitis bisa juga terjadi sekunder akibat radang kornea (keratitis), radang sklera (skleritis), atau
keduanya (sklerokeratitis).
U V E I T I S A N AT O M I
The International Uveitis Study Group (IUSG) dan
The Standardization of Uveitis Nomenclatur
(SUN) membagi uveitis berdasarkan anatomi,
etiologi, dan perjalanan penyakit.
Uveitis secara
anatomi
Uveitis Uveitis
Panuveitis
Anterior Posterior
UVEITIS
Etiologi
Akut (onset mendadak Rekuren (episode
dan durasi kurang dari uveitis berulang),
empat minggu),
• Infeksi
o Bakteri 2
o Virus 1
o Jamur
o Parasit Menurut perjalanan penyakit
• Non infeksi
o Kelainan autoimun,
seperti SLE (Systemic
Lupus Erythematosus)
dan Rheumatoid 4 3
Arthritis (RA).
o Reaksi hipersensitivitas
. Remisi (tidak ada gejala Kronik (uveitis persisten
• Idiopatik (38-70%) uveitis selama tiga bulan atau kambuh sebelum tiga
atau lebih) bulan setelah pengobatan
dihentikan),
UVEITIS
ANTERIOR
Uveitis anterior adalah bentuk yang paling umum
dan biasanya unilateral dengan onset akut.
Peradangan yang terbatas pada bilik mata depan
disebut "iritis;" peradangan pada bilik mata depan
dan vitreus anterior sering disebut sebagai
"iridosiklitis."
TATA L A K S A N A
adalah untuk menekan reaksi
inflamasi, mencegah dan
memperbaiki kerusakan struktur,
memperbaiki fungsi penglihatan serta
menghilangkan nyeri dan fotofobia.
Semua sikloplegik merupakan agen antagonis kolinergik yang bekerja dengan menghambat
neurotransmiter pada reseptor sfingter iris dan korpus silier. Pada pengobatan uveitis anterior
sikloplegik bekerja dengan 3 cara yaitu:
1. Mengurangi nyeri karena imobilisasi iris
2. Mencegah adhesi iris ke kapsula lensa anterior (sinekia posterior), yang dapat
meningkatkan tekanan intraokular dan menyebabkan glaukoma sekunder.
3. Menstabilkan blood-aqueous barrier dan mencegah terjadinya flare.
Agen sikloplegik yang digunakan dalam terapi uveitis anterior menuruut AOA (2004) antara lain:
Atropine 0,5%, 1%, 2%
Homatropin 2%, 5%
Scopolamine 0,25%
Cyclopentolate 0,5%, 1%, 2%.
TATALAKSANA
Kortikosteroid
Kortikosteroid sistemik diberikan untuk mengatasi uveitis berat atau uveitis bilateral.
Penggunaan kortikosteroid harus dipantau karena meningkatkan tekanan intraokular,
menimbulkan katarak, glaukoma, dan meningkatkan risiko infeksi bakteri dan jamur bila
digunakan dalam jangka panjang. Kortikosteroid sistemik dosis tinggi dan jangka
panjang harus diturunkan secara perlahan.
TATALAKSANA
Immunosupressan
Sitostatika
•Pengobatan sitostatika digunakan pada uveitis kronis yang refrakter terhadap steroid.
•Preparat sitostatika ini menekan respons imun lebih spesifik dibandingkan
kortikosteroid, tetapi pengobatan sitostatika ini mempunyai risiko terjadinya diskrasia
darah, alopesia, gangguan gastrointestinal, sistitis hemoragik, azoospermia, infeksi
oportunistik, keganasan dan kerusakan kromosom.
Siklosporin A
Siklosporin A (CsA) adalah salah satu obat imunosupresan yang relatif baik
yang tidak menimbulkan efek samping terlalu berat dan bekerja lebih selektif
terhadap sel limfosit T tanpa menekan seluruh imunitas tubuh; pada pemakaian
kortikosteroid dan sitostatik akan terjadi penekanan dari sebagian besar sistem
imunitas, seperti menghambat fungsi sel makrofag, sel monosit dan sel neutrofil.
GLAUKOMA
AKUT
DEFINISI
Mata merah dengan penglihatan
turun mendadak merupakan salah
satu tanda glaukoma akut.
Childhood Glaukoma
1.Glaukoma Kongenital Primer
2.Glaukoma yang berhubungan dengan kelainan bawaan
3.Glaukoma sekunder pada anak-anak dan bayi
Patofisiologi
1. Endoftalmitis endogen
2. Endoftalmitis eksogen
Subjektif
Gejala subjektif dari endoftalmitis adalah :
- Fotofobia (rasa takut pada cahaya)
- Nyeri pada bola mata
- Penurunan tajam penglihatan
- Nyeri kepala
- Mata terasa bengkak
- Kelopak mata bengkak, merah, kadang sulit untuk
dibuka
Manifestasi Objektif
Klinis
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan luar,
slit lamp dan funduskopi kelainan fisik yang dapat
ditemukan yaitu berupa :
- Edema Palpebra Superior (bengkak pada kelopak mata
superior)
- Injeksi Konjungtiva
- Hipopion (akumulasi sel darah putih/nanah di ruang
anterior mata)
- Edema Kornea (bengkak pada kornea)
- Vitritis (vitreous yang mengalami inflamasi)
- Discharge Purulen (mengeluarkan nanah)
- Kemosis (edema/bengkak pada stroma konjungtiva)
Tatalaksana
• Ilyas, S dan Yulianti SR. 2015. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Fakultas
Kedokteran Indonesia. Jakarta.
Membran Bowman’s Lapisan ini sangat tahan tetapi tidak dapat bergenerasi.
Akibatnya, kerusakan pada membran Bowman biasanya menghasilkan jaringan parut
kornea / sikatrik.
Stroma mulai terlihat proses regenerasi / mulai dapat terdeteksi prosesnya
sekitar 3 bulan setelah terjadinya trauma. Sedangkan utk proses
terjadinya remodelling stroma shg menjadi lap. yg transparan
kembali memerlukan waktu beberapa bulan s/d beberapa tahun.
Endotel Tidak dapat beregenerasi, jika terjadi trauma lap. endotel akan
ditutupi oleh sel2 enlargement dan sel migrasi kekeruhan /
hilangnya transparansi pada lap. endotel kornea. Sampai sekarang
ini, satu-satunya pengobatan utk mengatasi kelainan/ kehilangan
sel dari lap. endotel korenea adalah dgn keratoplasty.
2. Perbedaan Keratitis Infektif
3. Penyebab Uveitis Posterior
Penyakit Infeksi :
- Virus : CMV,Herpes simplek, herpes zoster, rubella, rubeolla.
- Bakteri : kuman tuberculosis, brucellosis, sifilis sporadik dan endemik, borrelia, dan berbagai
patogen gram positif dan negativ yang menyebar secara hematogen.
- Jamur : candida, histoplasma, cryptococcus, asperigillus,.
- Parasit : toxoplasma, toxocara, cystecercus, onchochrea
Penyakit non-infeksi :
- Autoimun : penyakit behcet, sindrom voght-koyanangi-harada, lupus eritematous sistemik,
granulomatosis wegener, oftalmia simpatika, vaskulitis retina.
- Keganasan : limfoma intraokular, melanoma maligna, leukimia, lesi metastatik
- Etiologi tak diketahui : sarkoidosis, koroiditis serpingosa, epitelopati pigmen plakoid multifaktorial
akut, retinokordiopati “bird shot”, epiteliopati pigmen retina, multiple evenescent white dot
syndrome.
Rekomendasi
Anti-toxoplasmosis agents Triple drug therapy
Pada kasus yang berat dapat dilakukan vitrektomi pars plana, yang bertujuan untuk mengeluarkan organisme
beserta produk toksin dan enzim proteolitiknya yang berada dalam vitreous, meningkatkan distribusi antibiotik
dan mengeluarkan membran siklitik yang terbentuk, yang potensial menimbulkan ablasi, serta mengembalikan
kejernihan vitreous.
Endophthalmitis pasca operasi akut diobati dengan kombinasi antibiotik spektrum luas (vankomisin
dan ceftazidime atau amikacin), yang diberikan secara intravitreal, subkonjungtiva dan topikal. Jika
penglihatan berkurang menjadi persepsi cahaya belaka, pars plana vitrectomy diindikasikan.
Endophthalmitis kronis pasca operasi, yang disebabkan oleh bakteri, antibiotik (aminoglikosida atau
vankomisin) diberikan secara topikal dan intravitasi. Jika pengobatan antibiotik tidak berhasil, vitrektomi
pars plana harus dilakukan termasuk capsulotomy posterior, sesuai dengan pengangkatan total kantung
kapsuler termasuk lensa ruang posterior.
Endophthalmitis mikotik pasca operasi, antimikotik (amfoterisin B) diberikan secara intravitasi. Jika
temuan parah, vitrektomi pars plana juga harus dilakukan dengan eksisi kapsul, jika perlu dengan
pengangkatan lensa ruang posterior. Antimikotik diterapkan secara topikal untuk mendukung
pengobatan.
Endophthalmitis posttraumatic akut diobati dengan pemberian antibiotik intravitreal (vankomisin dan
ceftazidime atau amikacin) dalam kombinasi dengan vitrektomi pars plana dan pengangkatan benda
asing.
Indikasi untuk terapi bedah
1. Pseudophakic akut pasca operasi - Ketika presentasi penglihatan adalah persepsi cahaya atau lebih
buruk
2. Onset lambat atau kronis pasca operasi - Jika ditandai peradangan atau plak subkapsular, operasi
pengangkatan diperlukan.
Dilakukan 3-port core pars plana vitrectomy dengan injeksi antibiotik intravitreal. [47] Jika visualisasi buruk
dari patologi segmen anterior, maka vitrektomi pars plana terbatas 2-port atau vitrektomi pars plana 3-port
terpandu endoskopi dapat dilakukan. [48]
Peningkatan risiko robekan retina dan detasemen terjadi ketika vitreous yang dekat dengan retina
dihilangkan secara agresif karena kemungkinan nekrosis retina yang lebih tinggi.
Antibiotik intravitreal biasanya diberikan setelah selesainya vitrektomi atau encerkan antibiotik dalam larutan
vitrectomy.
Penelitian pada “Results of the Endophthalmitis Vitrectomy Study. A randomized
trial of immediate vitrectomy and of intravenous antibiotics for the treatment of
postoperative bacterial endophthalmitis. Endophthalmitis Vitrectomy Study Group”
Pengilangan pengobatan antibiotik sistemik dapat mengurangi efek toksik, biaya,
dan lama rawat inap. VIT langsung rutin tidak diperlukan pada pasien dengan
penglihatan persepsi cahaya yang lebih baik pada presentasi tetapi bermanfaat
besar bagi mereka yang memiliki penglihatan hanya persepsi cahaya
5. Perbedaan Eviserasi dan Enukleasi
Eviserasi: Pengangkatan isi bola mata seperti kornea, lensa, badan
kaca retina, dan koroid dengan meninggalkan sclera dan otot
ekstraokular tetap intak.
Eviserasi dilakukan
pada
• Mata trauma
• Tidak adanya tumor
intraokular
• Tidak ada resiko
simpatetik oftalmia
• Mata dengan visus
NLP yang nyeri
• Mata dengan
endoftalmitis dan
panoftalmitis berat
Enukleasi: Pengangkatan
seluruh bola mata dengan
melepas ata memotong jaringan
yang mengikatnya didalam
rongga orbita. Jaringan yang
dipotong adalah seluruh otot
penggerak mata, sebagian
nervus optikous anterior dan
melepaskan konjungtiva dari
bola mata dengan usaha
mempertahankan konjungtiva
tersebut, kapsula tenon, dan
otot ekstraokuler