Anda di halaman 1dari 91

DIAGNOSA BANDING

MATA MERAH

Agnesya
Awilia Fargi H.
Muhammad Ananta W.

Preceptor :
Dr. Andika Prahasta, dr., SpM(K)., M.Kes
Ine Renata Musa, dr., Sp.M(K)
Pendahuluan
■ Mata merah merupakan keluhan utama yang paling sering
muncul pada penderita penyakit mata.
■ Keluhan mata merah ini bervariasi dari yang ringan sampai
yang disertai penurunan visus.
■ Mata merah disebabkan pelebaran pembuluh darah
konjungtiva yang terjadi pada peradangan akut.
■ Juga dapat terjadi akibat pecahnya salah satu dari kedua
pembuluh darah di konjungtiva,
■ Dalam beberapa kasus mungkin merupakan tanda serius
dari kemungkinan kondisi yang mengancam penglihatan.
■ Penegakan diagnosis yang tepat dan evaluasi dini
merupakan hal yang sangat penting pada keluhan mata
merah agar pegangan yang diberikan efektif, tepat dan
efisien.
■ Pembuluh darah pada konjungtiva
– A. konjungtiva posterior konjungtiva bulbi
– A.siliar anterior atau episklera
■A.sirkular mayor/a.pleksus siliar iris dan badan
siliar
■A. perikornea  kornea
■A. episklera di atas sklera  perdarahan dalam bola
mata

Pelebaran pembuluh
darah atau pecahnya MATA MERAH
pembuluh2 darah tsb
Diagnosa Mata Merah

■ Mata merah dibagi atas dasar proses yang mendasarinya:


– Fisiologis
■ setelah menangis, bangun tidur
– Patologis
■ Karena pecahnya pembuluh darah, iritasi, proses
inflamasi, infeksi, dan sumbatan pembuluh darah
Mata Merah Patologis

 Dengan visus normal  Dengan visus


 Merah tidak merata menurun
■ Episkleritis dan skleritis  Keratitis
■ Perdarahan subkonjungtiva
 Ulkus kornea
■ Pterigium
 Iritis, iridosiklitis
■ Pseudopterigium
■ Konjungtivitis flikten  Endoftalmitis
■ Pinguekula iritans  Panoftalmitis
 Merah merata  Uveitis
■ 1. konjungtivitis akut  Panuveitis
■ 2. konjungtivitis kronis
Episkleritis
■ Merupakan reaksi radang jaringan ikat vascular yang terletak
antara konjungtiva dan permukaan sklera
■ Anamnesis :
mata merah, nyeri, fotofobia, pedih dan lakrimasi,biasanya
pada satu mata
■ Pemeriksaan :
Hiperemia terbatas sehingga mata berwarna merah muda
atau ungu. Infiltrasi, kongesti dan sembab pada episklera,
konjungtiva yang ada diatasnya dan kapsul tenon yang
terletak di bawahnya.
■ Penatalaksanaan:
Biasanya sembuh sendiri dalam waktu 1 sampai 2 minggu.
Namun sering kambuh sampai betahun-tahun,. Keadaannya
akan membaik dengan kortikosteroid topical (deksametasone
0,1%) dalam 3-4 hari.
Episkleritis
Skleritis
■ Merupakan reaksi peradangan dari sclera, biasanya
disebabkan kelainan atau penyakit sistemik. Biasa mengenai
kedua mata. Lebih sering disebabkan penyakit jaringan ikat,
pasca herpes, sifilis dan gout.
■ Anamnesis : mata merah, nyeri hebat (lebih hebat daripada
episkleritis) yang dapat menyebar ke dahi, alis dan dagu.
Dapat disertai fotofobia, pedih dan lakrimasi
■ Pemeriksaan :
Hiperemis terbatas
■ Penatalaksanaan:
NSAID: Indomethacin 100mg/hari
Ibuprofen 300mg/hari
■ Setelah 1-2 minggu tidak ada respon, berikan Prednisolone 80
mg/hari, tapering off.
Skleritis
Perdarahan Subkonjungtiva
■ Dapat terjadi pada keadaan dimana pembuluh darah rapuh
(umur, hipertensi, arteriosclerosis, konjungtivitis hemoragik,
anemia, pemakaian antikoagulan, dan batuk rejan).
■ Dapat juga terjadi akibat trauma.
■ Anamnesis :
mata merah spontan, biasanya monokuler. Kadang didahului
serangan batuk berat atau bersin yang terlalu kuat.
■ Pemeriksaan :
Hiperemis terbatas
■ Penatalaksanaan:
Tidak diperlukan pengobatan, perdarahan akan hilang
terserap dalam waktu 2-3 minggu.
Perdarahan Subkonjungtiva
Pterigium

■ Merupakan pertumbuhan fibrovaskular konjungtiva yang


bersifat degeneratif dan invasif.
■ Anamnesis : terdapat selaput pada mata berbentuk
segitiga, biasanya di sisi nasal
■ Pemeriksaan:
Pada konjungtiva bulbi tampak pterigium yang tumbuh
menyebar dari pinguekula ke kornea.
■ Penatalaksanaan:
Jika mencapai pupil : operatif
■ Pencegahan rekurensi: penderita menggunakan kacamata
untuk mengurangi paparan.
Pterigium
Pseudopterigium
■ Merupakan perlekatan konjungtiva dengan kornea yang
cacat.
■ Anamnesis :
terdapat kelainan kornea sebelumnya, seperti ulkus
kornea.
■ Pemeriksaan :
– Perlekatan konjungtiva dengan kornea yang cacat,
sering terjadi pada proses penyembuhan ulkus kornea.
– Letak pseudopterigium pada daerah konjungtiva yang
terdekat dengan proses kornea sebelumnya.
– Pada pseudopterigium dapat diselipkan sonde
dibawahnya.
Konjungtivitis flikten
■ Anamnesis:
Mata merah mengelilingi lesi kecil, keras, merah, menonjol disertai
lakrimasi. Flikten kornea selalu disertai fotofobia. Terdapat riwayat
blefaritis aktif, konjungtivitis bakteri akut dan defisiensi dietetic (factor
pencetus).
Terdapat penyakit yang mendasari: tuberculosis, infeksi
Staphylococcus aureus.
■ Pemeriksaan :
Pada konjungtiva bulbi terdapat fliktenulosis dikelilingi injeksi
konjungtiva.
■ Penatalaksanaan:
 Fliktenulosis e.c tuberkuloprotein : kortikosteroid topical, hasilnya sangat
berkurang dalam 24 jam dan hilang dalam 24 jam berikutnya.
 Fliktenulosis e.c protein stafilokok : ditujukan pada penyakit yang
mendasarinya.
 Pada parut kornea berat: mungkin memerlukan cangkok mata.
Pinguekula iritans

■ Pinguekula merupakan benjolan pada konjungtiva bulbi yang


ditemukan pada orang tua terutama yang matanya sering
mendapat rangsang sinar matahari, debu, dan angin.
■ Anamnesis
Benjolan kecil kuning pada kedua sisi kornea di daerah
fissure palpebra yang ukurannya tetap dan mengalami iritasi.
■ Pemeriksaan
Konjungtiva bulbi banyak pinguekula disertai injeksi
konjungtiva.
■ Penatalaksanaan
Steroid lemah topikal (Prednisolon 0,12% )
Pinguekula iritans
■ B. Mata merah dengan visus normal dan merah merata
1. konjungtivitis akut
– konjungtivitis bakterial
– konjungtivitis blenore
– konjungtivitis gonore
– konjungtivitis akut viral
– keratokonjungtivitis epidemic
– demam faringokonjungtiva
– keratokonjungtivitis herpetic
– keratokonjungtivitis New Castle
– konjungtivitis hemoragik akut
– konjungtivitis jamur
– konjungtivitis alergi
– konjungtivitis vernal
– konjungtivitis flikten
2. Konjungtivitis kronis
■ - trachoma
KONJUNGTIVITIS

Anamnesa :
■ Mata merah
■ Perasaan seperti ada benda asing
■ Pedih dan panas
■ Gatal-gatal
■ Banyak keluar air mata dan eksudasi
■ Fotofobia (jika kornea ikut terkena)
■ Pemeriksaan :
■ palpebra superior : pseudoptosis (pada trachoma,
keratokonjungtivitis epidemik)
■ Konjungtiva tarsalis superior/inferior : hiperemis, hipertrofi
papil, folikel
■ Apparatus lakrimalis : lakrimasi (+)
■ Adenopati preaurikuler
Perbedaan jenis-jenis konjungtivitis
Penemuan Virus Bakteri Klamidia Alergi
klinis dan
sitologis

Gatal-gatal minimal minimal minimal berat


Hiperemia menyeluruh menyeluruh menyeluruh menyeluruh
Lakrimasi amat banyak sedang sedang sedang

Eksudasi minimal amat banyak amat banyak minimal

Adenopati biasanya ada langka biasanya hanya tidak ada


aurikuler ada pada
konjungtivi
tis inklusi
pewarnaan monosit bakteri sel PMN, eosinofil
kerokan PMN plasma,
konjungtiva badan
dan eksudat inklusi

kaitan kadang ada kadang ada tidak tidak


dengan pernah ada pernah ada
sakit
kerongkong
an dan
demam
Konjungtivitis Bakteri
Predisposing Factors
■ Flies
■ Poor hygienic condition
■ Hot dry climates
■ Poor sanitation
■ Dirty habits

Manifestasi Klinis
■ Acute mucopurulent conjunctivitis
■ Acute purulent conjunctivitis
■ Acute membranous conjunctivitis
■ Acute pseudomembranous conjunctivitis
■ Chronic bacterial conjunctivitis
■ Chronic angular conjunctivitis
■ Staphylococcus aureus
■ Staphylococcus epidermidis
■ Streptococcus pneumoniae
■ Streptococcus pyogenes
■ Haemophilus influenza
■ Moraxella Lacunate
Mode of infection

■ Exogenous
■ Local spread
■ Endogenous
Konjungtivitis Bakteri
Acute Purulent Conjunctivitis
- Gonococcus
■ Stage of Infiltration
■ Stage of Blenorrhea
■ Stage of Slow Healing
Acute Membranous
Conjunctivitis
- C. diphtheriae
■ Stage of Infiltration
■ Stage of Suppuration
■ Stage of cicatrisation
Pseudomembranous
Conjunctivitis
- C. diphtheria of low virulence
■ Pseudomembrane formation – thin, yellowish-white
membrane seen in the fornices and on the palpebral
conjunctiva
Chronic Catarrhal
Conjunctivitis
- S. aureus
■ Characterized by mild catarrhal inflammation of the
conjunctiva
Angular Conjunctivitis
- Moraxella axenfeld
Pemeriksaan penunjang
■ sediaan langsung pewamaan Gram atau Giemsa 
kuman penyebab dan uji sensitivitas.
■ D/ pasti konjungtivitis gonore  sekret  Metilen Biru
 Diplokok di dalam selleukosit. Gram  Diplokok
Gram negatif intra dan ekstraseluler.
Komplikasi
■ Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis,
Gonokok menyebabkan perforasi komea dan
endoftalmitis, dan Meningokok dapat menyebabkan
septikemia atau meningitis.
Konjungtivitis Viral
Etiologi
■ Adenovirus, Herpes simpleks, Herpes zoster, Klamidia,
New castle, Pikorna, Enterovirus, dan sebagainya.

Manifestasi Klinis
■ Acute serous conjunctivitis
■ Acute hemorrhagic conjunctivitis
■ Follicular conjunctivitis
Konjungtivitis Viral
Follicular Conjunctivitis

■ Acute follicular
o Adult inclusion conjunctivitis
o Epidemic keratoconjunctivitis
o Pharyngoconjunctival fever
o Newcastle conjunctivitis
o Acute herpetic conjunctivitis
■ Chronic follicular
Pemeriksaan Penunjang
■ Pada pemeriksaan sitologi ditemukan sel raksasa
dengan pewarnaan Giemsa, kultur virus, dan sel
inklusi intranuklear.

Komplikasi
■ Keratitis. Virus herpetik dapat menyebabkan parut
pada kelopak; neuralgia; katarak; glaukoma;
kelumpuhan sarafIlI, IV, VI; atrofi saraf optik; dan
kebutaan.
Konjungtivitis Alergi

Etiologi
■ hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibodi humoral
terhadap alergen
■ bagian dari sindrom Steven Johnson

Manifestasi Klinis
■ Simple allergic conjunctivitis
■ Vernal keratoconjunctivitis
■ Atopic keratoconjunctivitis
■ Giant papillary conjunctivitis
■ Phlyctenular conjunctivitis
■ Contact dermatoconjunctivitis
Mild Allergic Reaction

Severe Allergic Reaction

Vernal
Keratoconjunctivitis
Simple Allergic Conjunctivitis

■ Hay Fever
■ Seasonal Allergic Conjunctivitis
■ Perenneal Allergic Conjunctivitis
Vernal Keratoconjunctivitis
■ Palpebral form
■ Bulbar form
■ Mixed
Giant Papillary Conjunctivitis
Phlyctenular
Keratoconjunctivitis
Contact
Dermatoconjunctivitis
Penatalaksanaan
1. konjungtivitis bakterial
■ antibiotik tergantung hasil pemeriksaaan kuman
■ sambil menunggu hasil laboratorium, bisa dimulai
pengobatan topikal dengan sulfonamid atau antibiotik
berdasar gambaran klinis
■ pada konjungtivitis kataral akut, kantung konjungtiva
sebaiknya dibilas dengan larutan garam fisiologis
untuk melarutkan sekret
■ untuk mencegah penularan, diberi penyuluhan
higienis perorangan pada penderita dan keluarga
Penatalaksanaan
■ Untuk konjungtivitis gonore, pasien dirawat serta diberi
penisilin salep dan suntikan. Untuk bayi dosisnya
50.000 unit/kg BB selama 7 hari. Sekret dibersihkan
dengan kapas yang dibasahi air rebus bersih atau garam
fisiologis setiap 15 menit dan diberi salep penisilin.
Dapat diberikan penisilin tetes mata dalam bentuk
larutan penisilin G 10.000-20.000 unit/ml setiap menit
selama 30 menit, dilanjutkan setiap 5 menit selama 30
menit berikut, kemudian diberikan setiap I jam selama 3
hari. Antibiotika sistemik diberikan sesuai dengan
pengobatan gonokok.
Penatalaksanaan

2. Konjungtivitis virus
■ demam faringokonjungtiva : sembuh sendiri dalam 10
hari
■ keratokonjungtivitis epidemika : mencegah penularan
saat pemeriksaaan, berlangsung 3-4 minggu
■ konjungtivitsi virus herpes simpleks : sembuh sendiri,
debriment kornea atau diberi salep mata idosuridin
4x/hari selama 7-10 hari atau salep Acyclovir 3%
5x/hari selama 10 hari
■ konjungtivitsi New Castle : sembuh sendiri kurang dari 7
hari
■ konjungtivitis hemoragik akut : sembuh dalam 5-7 hari
Penatalaksanaan

3. Konjungtivitis jamur
■ Amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam air (bukan larutan garam
fisiologis)
■ Krem Nistatin (100000 U/gr) 4-6 x/hari
4. Konjungtivitis alergi
a. Konjungtivitis vernal
Sembuh sendiri. Pengobatan sistemik merugikan untuk jangka
panjang
b. Konjungtivitis flikten
Kortikosteroid topikal  tuberkuloprotein atau protein infeksi
sistemik
Penatalaksanaan Trachoma
■ Tetrasiklin 1-1,5 gr/hari, peroral dalam 4 takaran
yang sama selama 3-4 mingu
■ Doksisiklin 100 mg, 2 x/hari p.o selama 3 minggu
■ Eritromisin 1 gr/hari p.o dibagi dalam 4 takaran
selama 3-4 minggu
■ Salep mata atau tetes mata termasuk sulfonamid,
tetrasiklin, eritromisin dan rifampisin 4x/hari selama
6 minggu
■ Tetrasiklin sistemik jangan diberikan pada anak-
anak dibawah 7 tahun atau wanita hamil
Chlamydial & Gonococcal Conjunctivitis

SIGNS AND SYMPTOMS


MATA MERAH
DENGAN VISUS
MENURUN
Ulkus kornea

■ Diskontinuitas dari normal epithelial surface of cornea


because necrosis of corneal tissue.
■ Location : central , peripheral
■ Purulence: purulent, non purulent
■ Depth: superficial, deep, impending perforasi, perforasi.
■ Causatif:
- Bacterial
Staphylococcus aureus dan streptococcus pneumonia
Pseudomonas
Enterobacteriae
- Fungi
Filamentous(Aspergillus, Fusarium)
Yeast (Candida and Cryptococcus)
- Viral
Herpes simplex virus
Herpes zoster opthalmicus
- Acanthamoeba
- Trophic Keratits
- Allergic
- Idiopathic : moorens ulcer
■ Symptoms
1. Pain and foreign body sensation occurs due to mechanical
effects of lids and chemical effects of toxins on the exposed
nerve endings.
2. Watering from the eye occurs due to reflex hyperlacrimation.
3. Photophobia, i.e., intolerance to light results from stimulation
of nerve endings.
4. Blurred vision results from corneal haze.
5. Redness of eyes occurs due to congestion of circumcorneal
vessels.
■ Visus menurun.
■ Lids swollen
■ Conjunctival hyperemia and injeksi siliar
■ Corneal ulcer (epithelial defect)
■ Stromal edema surround ulcer
■ COA: bisa ada hypopion
■ Iris: muddy in colour, bisa terjadi sinekia
■ Pupil: small due to toxin induced iritis
■ Lensa, retina dalam batas normal
■ IOP bisa meningkat atau normal
Characteristic features produced by some of the
causative bacteria are as follows:
1. Staphylococal aureus and streptococcus pneumoniae usually produce
an oval, yellowish white densely opaque ulcer which is surrounded
by relatively clear cornea.
2. Pseudomonas species usually produce an irregular sharp ulcer with
thick greenish mucopurulent exudate, diffuse liquefactive necrosis and
semiopaque (ground glass) surrounding cornea. Such ulcers spread very
rapidly and may even perforate within 48 to 72 hours.
3.Enterobacteriae (E. coli, Proteus sp., and Klebsiella sp.) usually
produce a shallow ulcer with greyish white pleomorphic suppuration and
diffuse stromal opalescence. The endotoxins produced by these Gram –
ve bacilli may produce ring-shaped corneal infilterate.
■ A typical fungal corneal ulcer has following salient features
- Corneal ulcer is dry-looking, greyish white, with elevated rolled
out margins.
- Delicate feathery finger-like extensions are present into the
surrounding stroma under the intact epithelium.
- A sterile immune ring (yellow line of demarcation) may be
present where fungal antigen and host antibodies meet.
- Multiple, small satellite lesions may be present around the ulcer.
- Usually a big hypopyon is present even if the ulcer is very small
■ Viral Korneal Ulcer characteristic:
1. Herpes simplex virus
Punctate epithelial keratitis The initial epithelial lesions of recurrent herpes
resemble those seen in primary herpes and may be either in the form of fine or
coarse superficial punctate lesions.
Dendritic ulcer is a typical lesion of recurrent epithelial keratitis. The ulcer is of
an irregular, zigzag linear branching shape. The branches are generally
knobbed at the ends. Floor of the ulcer stains with fluorescein and the virus-
laden cells at the margin take up rose bengal. There is an associated marked
diminution of corneal sensations.
Geographical ulcer . Sometimes, the branches of dendritic ulcer enlarge and
coalesce to form a large epithelial ulcer with a 'geographical’ or 'amoeboid'
configuration, hence the name. The use of steroids in dendritic ulcer hastens
the formation of geographical ulcer.
2. Herpes zoster ophthalmicus
3. Adenovirus
■ Acanthamoeba corneal ulcer
-Contact lens wearers, hot tub use, swimmers, salt water diing, can also
as opportunistic infection
-severe pain, watering, photophobia, blepharospasm and blurred vision.
- Ulcer show a central or paracentral ring-shaped lesion with stromal
infiltrates and an overlying epithelial defect, ultimately presenting as
ring abscess (Fig. 5.12). Hypopyon may also be present.
■ MOOREN'S ULCER
chronic serpiginous or rodentulcer) is a severe inflammatory peripheral
ulcerative keratitis.Two clinical varieties of Mooren's ulcer have been
recognised.
1. Benign form which is usually unilateral, affects the elderly people and
is characterised by a relative slow progress.
2. Virulent type also called the progressive form is bilateral, more often
occurs in younger patients. The ulcer is rapidly progressive with a high
incidence of scleral involvement.
Symptoms. These include severe pain, photophobia, lacrimation and
defective vision.
- It is a superficial ulcer which starts at the
corneal margin as patches of grey infiltrates
which coalesce to form a shallow furrow over
the whole cornea.
-The ulcer undermines the epithelium and
superficial stromal lamellae at the advancing
border, forming a characteristic whitish
overhanging edge. Base of the ulcer soon
becomes vascularized. The spread may be
selflimiting or progressive.
-The ulcer rarely perforates and the sclera
remains uninvolved.
Treatments

■ Anti causative agent: sesuai hasil laboratorium


■ Siklopegic
■ Analgesic
■ Vitamin A, B complex, C
■ Kompres hangat
■ Kacamata gelap
■ Rest, good diet.
KERATITIS

■ Reaksi peradangan pada kornea


■ Kornea avaskular  pertahanan pada waktu peradangan
tidak dapat segera datang  bdn kornea pd stroma bfungsi
sbg makrofag  dilatasi pbuluh darah di perilimbus  sel2
radang  infiltrasi & kekeruhan kornea
SIGNS AND SYMPTOMS

KERATITIS BAKTERIALIS
Signs and Symptoms

KERATITIS HERPES SIMPLEKS


■ Berdasar lapisan kornea :
1. Keratitis superfisial (diffuse, punctate)
2. Keratitis profunda/interstitial
■ Berdasarkan kausanya :
1. Keratitis bakterial
2. Keratitis viral
3. Keratitis jamur
4. Keratitis lagoftalmus  mata tidak dapat menutup
sempurna  kornea menjadi kering dan mudah terkena
trauma. Dapat dikarenakan parese Nervus VII.
5. Keratitis neuroparalitik  kerusakan Nervus V
■ Diffuse
■ 1. Akut : etiology: mostly infective origin(Staphylococcal or
gonococcal), faint diffuse ephitelial edema with grey
farinaceous appearence being intersperses with relatively
clear area
■ 2. kronik: may be seen in rosacea, phlyctenulosis and
associated with pannus formation
■ Punctate
■ Occurence of multiple, spotty lession In superficial layesr of cornea

■ Causes
1. Viral infections are the chief cause. Of these more common are: herpes zoster,
adenovirus infections, epidemic keratoconjunctivitis, pharyngo-conjunctival fever
and herpes simplex.
2. Chlamydial infections include trachoma andinclusion conjunctivitis.
3. Toxic lesions e.g., due to staphylococcal toxin in association with
blepharoconjunctivitis.
4. Trophic lesions e.g., exposure keratitis and neuroparalytic keratitis.
5. Allergic lesions e.g., vernal keratoconjunctivitis.
6. Irritative lesions e.g., effect of some drugssuch as idoxuridine.
7. Disorders of skin and mucous membrane, such as acne rosacea and
pemphigoid.
8. Dry eye syndrome, i.e., keratoconjunctivitis sicca.
9. Specific type of idiopathic SPK e.g., Thygeson’s superficial punctate keratitis
and Theodore’s superior limbic keratoconjunctivitis.
10. Photo-ophthalmitis.
■ Deep
Inflammation of corneal stroma with or without involvement of
posterior corneal layers.
Non suppurative: interstitial keratitis, disciform, keratits
profunda, and sclerosing keratitis
Suppurative: central corneal abscess and posterior
■ Intestitial : inflammation of corneal stroma without primary
involvement of epithelium or endothelium
Causes. Its common causes are:
- Congenital syphilis
- Tuberculosis
- Cogan's syndrome
- Acquired syphilis
- Trypanosomiasis
- Malaria
- Leprosy
- Sarcoidosis
■ Anamnesa :
1. Mata merah
2. Sakit
3. Fotofobia
4. Penglihatan menjadi kabur t.u bila kerusakan
pada sentral kornea
5. Lakrimasi (+)/(-)
■ Pemeriksaan :
– Visus menurun
– Konjungtiva bulbi : injeksi siliar
– Kornea : infiltrat, Flouresin Test (+)/(-), descementocel
– COA : sedang, flare (-), sel (-), hipopion
– Pupil, iris dan lensa biasanya dalam batas normal
– Pada etiologi virus : sensibilitas kornea menurun
– Pada etiologi bakteri : sekret (+)

Terapi :
■ Sesuai hasil pemeriksaan laboratorium
■ Siklopegia
■ Analgetik
■ Vitamin A, B complex, C
■ Kompres hangat
■ Kacamata gelap
■ Rest, good diet.
GLAUKOMA AKUT
■ Trias :
1. Peningkatan tekanan intraokular
2. Gangguan lapang pandang
3. Kerusakan saraf optikus
Symptoms
Pain. Typically acute attack is characterised by sudden onset of very
severe pain in the eye which radiates along the branches of 5th nerve.
Nausea, vomiting and prostrations are frequently associated with pain.
Rapidly progressive impairment of vision, redness, photophobia and
lacrimation develop in all cases.
Past history. About 5 percent patients give history of typical previous
intermittent attacks of subacute angle-closure glaucoma.
Acute primary angle-closure glaucoma
An attack of acute primary angle closure glaucoma occurs due to a sudden total angle
closure leading to severe rise in IOP. It usually does not terminate of its own and thus if
not treated lasts for many days. This is sight threatening emergency.
■ Anamnesa :
1. Penglihatan kabur mendadak
2. Mata merah
3. Nyeri hebat
4. Penampakan lingkaran warna pelangi disekitar
benda bercahaya
5. Mual dan muntah.
■ Pemeriksaan :
1. Visus menurun (kadang sampai 1/~)
2. Palpebra: edema
3. Konjungtiva : Injeksi siliar
4. Kornea : edema dan insensitif
5. COA : dangkal atau sedang, aqueous flare
6. Pupil : middilatasi / iridoplegi, refleks menurun
7. Iris : sinekia (-), bisa tidak berwarna
8. Lensa : glaukoma flicken
9. Tekanan intraokular sangat tinggi
10. Gangguan lapang pandang
11. Funduskopi : papil hiperemis.
12. Gonioscopy: closed angle of anterior chamber
Terapi :
• Glaukoma sudut tertutup merupakan keadaan
darurat bedah mata.
• Pemberian obat-obatan untuk menurunkan TIO pre-
operasi :
1. Gliserin gliserol oral 1 ml/kgBB
2. Pilokarpin 2%, 2 tetes tiap 15 menit selama
beberapa jam
3. Manitol hipertonis 20% I.V 1,5-3 gram/kgBB bila
gliserol tidak berhasil
4. Bila mual diberi asetazolamid 500 mg I.M
5. Untuk nyeri bila perlu meperidin 100 mg I.M atau
analgetik lain.
• Operatif tetap diperlukan baik tekanan intraokular
sudah bisa diturunkan
Anterior Uveitis Akut
It is inflammation of the uveal tissue from iris up to pars plicata
of ciliary body. It may be subdivided into :
-Iritis, in which inflammation predominantly affects the iris.
- Iridocyctitis in which iris and pars plicata part of ciliary body are
equally involved, and
-Cyclitis, in which pars plicata part of ciliary body is predominantly
affected.
-Anamnesis :
Mata merah, nyeri, fotofobia, lacrimasi, kadang disertai
penglihatan kabur
-
Pemeriksaan :
• visus menurun
• Lid mild edema
• konjungtiva : injeksi siliar
• Kornea : keratik presipitat putih halus, edema, posterior opasitas
• COA : aquous cells, aqueous flare, Hypopion
• Pupil : kecil, ireguler (festooned pupil) , ectropion, pupil reflex ↓,
occlusion
• Iris : siknekia +/- kadang ada nodul-nodul iris, edema, muddy iris.
• Lensa : Pigment dispersal, exudates.
ANTERIOR UVEITIS
Terapi:
Simptomatik :
■ kompres panas 10 menit 3-4x/hari
■ analgetik sistemik bila diperlukan
■ kacamata gelap untuk mengurangi fotofobi
■ atropin untuk mencegah spasme siliar
■ siklopentolat bila keadaan sudah reda pengganti
atropin
■ steroid topikal
ENDOLFTALMITIS

■ Endoftalmitis merupakan peradangan berat dalam bola


mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah,
atau endogen akibat sepsis.
■ Anamnesis:
Mata merah, nyeri, penglihatan kabur
Pemeriksaan:
• visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)
• sekret (+/-)
• konjungtiva bulbi /; hiperemis, injeksi siliaris, injeksi
konjungtiva, kemosis
• kornea : keruh
• COA : hipopion
• Pupil, iris dan lensa biasanya sulit dinilai
• Funduskopi sulit dinilai
• USG : gambaran endoltalmitis
• TIO meningkat
PANOFTALMITIS

■ Panoftalmitis merupakan peradangan seluruh bola mata


termasuk sklera dan kapsul Tenon sehingga bola mata
merupakan rongga abses.
■ Anamnesis :
Mata merah, nyeri, penglihatan kabur, nyeri atau sukar
menggerakkan bola mata.
Pemeriksaan:
• visus sangat menurun (1/300 sampai 1/~)
• sekret (+/-)
• konjungtiva bulbi /; hiperemis, injeksi siliaris, injeksi
konjungtiva, kemosis
• kornea : keruh
• COA : hipopion
• Pupil, iris dan lensa biasanya sulit dinilai
• Funduskopi sulit dinilai
• USG : gambaran endoltalmitis
• TIO meningkat
Tabel. Perbedaan endoftalmitis dengan panoftalmitis
Endoftalmitis Panoftalmitis
■ Radang Intraokular Intraokular+Intraorbita
■ Demam Tidak nyata Nyata
■ Sakit bola mata Ada Berat
■ Pergerakan Masih dapat Sakit,tidak bisa bergerak
■ Eksoftalmos Tidak ada Mata menonjol
■ Bedah Enukleasi Eviserasi bulbi
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai