Anda di halaman 1dari 10

Epilepsi dengan gangguan mental

DEFINISI
a. Definisi konseptual7
 Epilepsi:
Kelainan otak yang ditandai dengan kecendrungan untuk menimbulkan
bangkitan epileptik yang terus menerus, dengan konsekuensi
neurobiologist, kognitif, psikologis, dan sosial. Definisi ini mensyaratkan
terjadinya minimal 1 kali bangkitan epileptik.
 Bangkitan epileptik:
Terjadinya tanda/gejala yang bersifat sesaat akibat aktivitas neuronal
yang abnormal dan berlebihan di otak.

b. Definis operasional
Epilepsi adalah suatu penyakit otak yang ditandai dengan kondisi/gejala
berikut:
1. Minimal terdapat 2 bangkitan tanpa provokasi atau 2 bangkitan reflex
dengan jarak waktu antar bangkitan pertama dan kedua lebih dari 24 jam
2. Satu bangkitan tanpa provokasi atau 1 bangkitan reflex dengan
kemungkinan terjadinya bangkitan berulang dalam 10 tahun kedepan
sama dengan (minimal 60%) bila terdapat 2 bangkitan tanpa
profokasi/bangkitan refleks (misalkan bangkitan pertama yang terjadi 1
bulan setelah kejadian stroke, bangkitan pertama pada anak yang disertai
lesi structural dan epileptiform dischargers)
3. Sudah ditegakkan diagnosis sindrom epilepsi
Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul akibat induksi oleh
factor pencetus spesifik, seperti stimulasi visual, auditorik,
somatosensitif, dan somatomotor.8

III KLASIFIKASI
Klasifikasi yang ditetapkan oleh International League Against Epilepsi (ILAE)
terdiri atas dua jenis klasifikasi, yaitu klasifikasi untuk jenis bangkitan epilepsi
dan klasifikasi untuk sindrom epilepsi.
Klasifikasi ILAE 1981 untuk tipe bangkitan epilepsi9
1. Bangkitan parsial/fokal
1.1 Bangkitan parsial sederhana
1.1.1 Dengan gejala motorik
1.1.2 Dengan gejela somatosensorik
1.1.3 Dengan gejala otonom
1.1.4 Dengan gejala psikis
1.2 Bangkitan parsial kompleks
1.2.1 Bangkitan parsial sederhana yang diikut dengan gangguan
kesadaran
1.2.2 Bangkitan yang disertai gangguan kesadaran sejak awal
bangkitan
1.3 Bangkitan parsial yang menjadi umum sekunder
1.3.1 Parsial sederhana yang menjadi umum
1.3.2 Parsial kompleks menjadi umum
1.3.3 Parsial sederhana menjadi parsial kompleks, lalu menjadi
umum

2. Bangkitan umum
2.1 Lena (absence)
2.1.1 Tipikal lena
2.1.2 Atipikal lena
2.2 Mioklonik
2.3 Klonik
2.4 Tonik
2.5 Tonik-klonik
2.6 Atonik/astatik
3. Bangkitan tak tergolongkan
Kalsifikasi ILAE 1989 untuk epilepsi dan sindromepilepsi9
1. Fokal/partial (localized related)
1.1 Idiopatik (berhubungan dengan usia awitan)
1.1.1 Epilepsi benigna dengan gelombang paku di daerah
sentrotemporal (childhood epilepsy with centrotemporal
spikesl)
1.1.2 Epilepsi benigna dengan gelombang paroksismal pada daerah
oksipital
1.1.3 Epilepsi primer saat membaca (primary reading epilepsy)

1.2 Simtomatis
1.2.1 Epilepsi parsial kontinue yang kronis progresif pada anak-anak
(Kojenikow’s Syndrome)
1.2.2 Sindrom dengan bangkitan yang dipresipitasi oleh suatu
rangsangan (kurang tidur, alcohol, obat-obatan, hiperventilasi,
refleks epilepsy, stimulasi fungsi kortikal tinggi, membaca)
1.2.3 Epilepsi lobus temporal
1.2.4 Epilepsi lobus frontal
1.2.5 Epilepsi lobus pariatel
1.2.6 Epilepsi oksipital

1.3 Kriptogenik

2. Epilepsi umum
2.1 Idiopatik (sindrom epilepsy berurutan sesuai dengan usia awitan
2.1.1 Kejang neonates familial benigna
2.1.2 Kejang neonatuis benigna
2.1.3 Kejang epilepsy mioklonik pada bayi
2.1.4 Epilepsi lena pada anak
2.1.5 Epilepsi lena pada remaja
2.1.6 Epilepsi mioklonik pada remaja
2.1.7 Epilepsi dengan bangkitan umu tonik-klonik pada saat terjaga
2.1.8 Epilepsi umum idiopatik lain yang tidak termasuk salah satu di
atas
2.1.9 Epilepsi tonik klonik yang dipresipitasi dengan aktivasi yang
spesifik

2.2 Kriptogenik atau simtomatis (berurutan sesuai dengan peningkatan


usia)
2.2.1 Sindrom West (spasme infantile dan spasme salam)
2.2.2 Sindrom Lennox-Gastaut
2.2.3 Epilepsi mioklonik astatik
2.2.4 Epilepsi mioklonik lena

2.3 Simtomatis
2.3.1 etiologi nonspesifik
 Ensefalopati mioklonik dini
 Ensefalopati pada infantile dini dengan burst suppression
 Epilepsy simtomatis umum lainnya yang tidak termasuk di atas

2.3.2 sindrom spesifik


2.3.3 Bangkitan epilepsyisebagai komplikasi penyakit lain

3. Epilepsi dan sindrom yang tak dapat ditentukan fokal atau umum
3.1 Bangkitan umum dan fokal
3.1.1 Bangkitan neonatal
3.1.2 Epilepsi mioklonik berat pada bayi
3.1.3 Epilepsi dengan gelombang paku kontinu selama tidur malam
3.1.4 Epilepsi afasia yang didapat
3.1.5 Epilepsi yang tidak termasuk klasifikasi diatas
3.2 Tanpa gamabaran tegas fokal atau umum

4. Sindrom khusus
4.1 bangkitan yang berkaitan dengan situasi tertentu
4.1.1 Kejang demam
4.1.2 Bangkitan kejang/status epileptikus yang timbul hanya sekali
isolated
4.1.3 Bangkitan yang hanya terjadi bila terdapat kejadian metabolic
akut, atau toksis, alcohol, obat-obatan, eklamsia, hiperglikemia
nonketotik.
4.1.4 Bangkitan berkaitan dengan pencetus spesifik (epilepsy
refrektorik)

IV EPIDEMIOLOGI

Menurut studi di komunitas, klinik-klinik epilepsi, dan di rumah sakit jiwa


menunjukkan peningkatan masalah gangguan mental organik pada orang-orang
dengan epilepsi bila dibandingkan dengan orang yang tidak menderita epilepsi
yang berkisar 4,7 % dari seluruh pasien epilepsi di inggris dan 9,7% dari seluruh
pasien epilepsi di Amerika. Sekitar 30% pasien epilepsi yang mengunjungi rawat
jalan di Amerika mempunyai riwayat di rawat inap karena masalah gangguan
mental organik. Sekitar 60% pasien kejang parsial mengalami fenomena aura.
Pada suatu penelitian dengan metode kohort diikuti perkembangan 100 orang
anak dengan kejang parsial kompleks selama 30 tahun: 87 orang hidup sampai
dewasa dan tidak mengalami keterbelakangan mental: 9 orang menderita
gangguan mental organik.6

V ETIOLOGI

Gangguan fungsi otak yang bisa menyebabkan lepasnya muatan listrik


berlebihan di sel neuron saraf pusat, bisa disebabkan oleh adanya faktor fisiologis,
biokimiawi, anatomis atau gabungan faktor tersebut. Tiap-tiap penyakit atau
kelainan yang dapat menganggu fungsi otak, dapat menyebabkan timbulnya
bangkitan kejang. 10

Bila ditinjau dari faktor etiologis, maka epilepsi dibagi menjadi 2 kelompok : 10
1. Epilepsi idiopatik
Sebagian besar pasien, penyebab epilepsi tidak diketahui dan biasanya
pasien tidak menunjukkan manifestasi cacat otak dan tidak bodoh. Sebagian dari
jenis idiopatik disebabkan oleh interaksi beberapa faktor genetik. Kata idiopatik
diperuntukkan bagi pasien epilepsi yang menunjukkan bangkitan kejang umum
sejak dari permulaan serangan. 10

Dengan bertambah majunya pengetahuan serta kemampuan diagnostik,


maka golongan idiopatik makin berkurang. Umumnya faktor genetik lebih
berperan pada epilepsi idiopatik .10

Kira-kira 70 % penderita epilepsi tidak diketahui penyebabnya sehingga


disebut idiopatik atau epilepsi primer. Pada penderita yang idiopatik ini, faktor
genetik (keturunan) memiliki pengaruh cukup besar.11

2. Epilepsi simtomatik
Hal ini dapat terjadi bila fungsi otak terganggu oleh berbagai kelainan
intrakranial dan ekstrakranial. Penyebab intrakranial, misalnya anomali
kongenital, trauma otak, neoplasma otak, lesi iskemia, ensefalopati, abses otak,
jaringan parut. Penyebab yang bermula ekstrakranial dan kemudian menganggu
fungsi otak, misalnya: gagal jantung, gangguan pernafasan, gangguan
metabolisme (hipoglikemia, hiperglikemia, uremia), gangguan keseimbangan
elektrolit, intoksikasi obat, gangguan hidrasi (dehidrasi, hidrasi lebih). Kelainan
struktural tidak cukup untuk menimbulkan bangkitan epilepsi, harus dilacak
faktor-faktor yang ikut berperan dalam mencetuskan bangkitan epilepsi,
contohnya, yang mungkin berbeda pada tiap pasien adalah stress, demam, lapar,
hipoglikemia, kurang tidur, alkalosis oleh hiperventilasi, gangguan emosional. 11

1. Infeksi
Adanya infeksi virus pada wanita hamil, seperti sifilis, toksoplasma
virus rubella, virus sitomegalo atau herpes simplek, dapat menimbulkan
epilepsi. Disamping itu adanya infeksi pada susunan saraf pusat seperti
meningitis, ensefalitis.10
2. Alkohol,
obat -obatan dan toksin Konsumsi alkohol atau narkoba oleh wanita
hamil dapat merusak otak janin sehingga dapat menyebabkan epilepsi.
Penghentian konsumsi alkohol secara tiba-tiba pada seorang alkoholik;
penghentian secara tiba-tiba obat tertentu seperti obat anti epilepsi;
keracunan Karbon Monoksida (CO), timah atau air raksa; injeksi heroin
atau kokain,dapat pula menimbulkan epilepsi.10
3. Penyinaran (radiasi)
Terpaparnya seorang wanita hamil dengan sinar X atau sinar radioaktif
lainnya, terutama pada tiga bulan pertama kehamilan, dapat
menyebabkan kerusakan otak.10
4. Trauma
(ruda paksa / benturan ) pada kepala Trauma yang menyebabkan cedera
otak pada bayi selam proses persalinan maupun trauma kepala yang
dialami seseorang pada semua usia dapat menimbulkan epilepsi.10
5. Tumor otak
6. Gangguan pembuluh darah otak
7. Penyakit degeneratif yang mengenai otak

VI GANGGUAN MENTAL PADA EPILEPSI

Epilepsi adalah penyakit neurologis kronis yang paling umum. Msalah


utama adalah pertimbangan suatu diagnosti epilepsi pada pasien psikiatrik,
pembedaan psikososial dari suatu diagnosis epilepsi untuk seorang pasien, dan
efek psikologis dan efek kognitif dari obat antiepileptik yang sering digunakan.
Gejala perilaku yang paling umum dari epilepsi adalah perubahan kepribadian;
psikosis, kekerasan, dan depresi adalah gejala yang lebih jarang dari gangguan
epileptik.1

VII FAKTOR RESIKO

Epilepsi dapat terjadi pada semua orang disemua umur. Namun beberapa
faktor resiko berikut dapat meningkatkan resiko terkena epilepsi.
a. Usia
Epilepsi lebih sering terjadi pada anak-anak dibawah usia 10 tahun dan
orangtua setelah usia 65 tahun
b. Jenis Kelamin
Pria beresiko lebih tinggi terkena epilepsi daripada wanita
c. Ras
Ras Afrika-Amerika lebih cenderung memiliki epilepsi dari ras Asia
d. Riwayat keluarga
Resiko mengembangkan epilepsi meningkat jika ada riwayat keluarga
epilepsi
e. Kondis Medis
Individu dengan kondisi medis berikut ini memiliki resiko lebih tinggi
terkena epilepsi, yaitu :
 Anak-anak dengan cerebral palsy, keterbelaknagan mental atau
keduanya
 Orang dewasa yang mengalami stroke
 Pasien dengan penyakit alzheimer

VIII GAMBARAN KLINIS

12
Gambaran klinis serangan epilepsi adalah sebagai berikut:

 Serangan grand mall sering diawali dengan aura berupa rasater


benam atau melayang. Kemudian terjadi kejang tonik seluruh tubuh
selama 20-30 detik diikuti kejang klonik pada otot anggota, otot
punggung,dan otot leher yang berlangsung2-3menit. Kejang tampak
bilateral,napas mendengkur, mulut berbusa,dan dapat terjadi
inkontinensia.Setelah kejang hilang penderita terbaring lemas atau
tertidur3-4jam, kemudian kesadaran berangsur pulih. Setelah
seangan sering pasien berada dalam keadaan bingung.
 Serangan Petit mall disebut juga serangan lena diawali dengan
hilangnya kesadaran selama 10-30 detik. Selama fase lena
(absence) kegiatan motorik terhenti dan pasien diam tak beraksi.
Kadang tampak seperti tak ada serangan tetapi adakalanya timbul
gerakan klonik pada mulut atau kelopak mata.
 Serangan mioklonik merupakan kontraksi singkat suatu otot atau
kelompok otot.
 Serangan parsial sederhana motorik dapat bersifat kejang yang
dimulai disalah satu tangan dan menjalar sesisi sedangkan serangan
parsial sensorik dapat berupa serangan rasa baal atau kesemutan
12
unilateral.

IX TATALAKSANA

12
Yang harus diperhatikan dalam penatalaksanaan epilepsi:

1. Prinsip umum Terapi epilepsy idiopatik adalah mengurangi atau


mencegah serangan, sedangkan terapi epilepsy organic ditujukan
terhadap penyebab.
2. Faktor pencetus serangan, misalnya kelelahan, emosi, atau putusnya
makan obat harus dihindarkan.
3. Bila terjadi serangan kejang, upayakan menghindarkan cedera akibat
kejang, misalnya tergigitnya lidah atau luka dan cedera lain
4. Prinsip pengobatan anti kejang:
a. Sedapat mungkin gunakan obat tunggal,dan mulai dengan dosis
rendah
b. Bila obat tunggal dosis maksimal tidak efektif gunakan dua
jenis obat dengan dosis terendah
c. Bila serangan tak teratasi pikirkan kemungkinan
ketidakpatuhanpenderita, penyebab organik,pilihan dan
dosis obat yang kurang tepat.
d. Bila selama2-3 tahun tidak timbul lagi serangan,obat dapat
dihentikan bertahap
5. Pilihan anti epilepsi
a. Fokal/parsial : Fenobarbital atau fenitoin
b. Umum : Fenobarbital atau fenitoin
c. Tonik klonik : Fenobarbital atau fenitoin
d. Mioklonik : Klonazepam atau diazepam
e. Serangan lena : Klonazepam atau diazepam

6.Dosis anti epilepsy untuk serangan kejang diberikan diazepam


0,05-0,15 mg/kgbb/hari i.v. dengan titrasi dosis sampai kejang
hilang atau 0,4-0,6 mg/kgbb/hariperrektal.
7. Untukmaintenance:
a. Fenobarbital 1-5 mg/kgbb/hari
b. Fenitoin 4-20 mg/kgbb/hari
c. Klonazepam 3-8 mg/hari
d. Sodium Valproat 600mg/hari.12

X PROGNOSIS

Prognosis umumnya baik, 70%-80% sembuh dan kurang lebih setengah


dari mereka akan bisa lebas obat. Namun, 20%-30% mungkin akan berkembang
menjadi epilepsi kronis yang memungkinkan pengobatan akan semakin sulit, 5%
diantaranya akan tergantung pada orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Pasien
dengan lebih dari 1 jenis epilepsi kemungkinan akan mengalami retardasi mental
dan gangguan psikiatri sera gangguan neurologik. Penderita epilepsi memiliki
angka mortalitas yang lebih tinggi daripada populasi umum.

Anda mungkin juga menyukai