Anda di halaman 1dari 32

VERTIGO

Pembimbing
dr. Nurmala, Sp. THT-KL, M.Kes

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
pendahuluan
Definisi
Vertigo didefinisikan sebagai ilusi gerakan,
yang paling sering adalah perasaan atau
sensasi tubuh yang berputar terhadap
lingkungan atau sebaliknya, lingkungan
sekitar kita rasakan berputar.
Prevalensi
Anak belum diketahui, 60 80
hampir 50% diketahui tahun
sebagai parokxysmal
vertigo
Vertigo merupakan subtipe dari dizziness yang
secara definitif merupakan ilusi gerakan, dan yang paling
sering adalah perasaan atau sensasi tubuh yang berputar
terhadap lingkungan atau sebaliknya, lingkungan sekitar kita
rasakan berputar.

Vertigo
Presinkop
Disekuilibrium
Light Headedness
Anatomi Organ pendengaran dan
keseimbangan
Anatomi Organ pendengaran dan
keseimbangan
etiopatofisiolgi
Etiologi vertigo adalah abnormalitas dari organ-
organ vestibuler, visual, ataupun sistem
propioseptif.

Beberapa penyakit ataupun gangguan sistemik


dapat juga menimbulkan gejala vertigo.
etiopatofisiolgi
Neurotransmiter yang turut berkontribusi dalam
patofisiologi vertigo, baik perifer maupun
sentral, di antaranya adalah neurotransmiter
kolinergik, monoaminergik, glutaminergik, dan
histamin.

Glutamat merupakan neurotransmiter


eksitatorik utama dalam serabut saraf
vestibuler. Glutamat ini memengaruhi
kompensasi vestibuler melalui reseptor NMDA
(N-metil-D-aspartat).
etiopatofisiolgi
klasifikasi
Lesi vertigo sentral dapat terjadi
pada daerah pons, medulla, maupun
serebelum. Kasus vertigo jenis ini
hanya sekitar 20% - 25% dari seluruh
kasus vertigo, tetapi gejala gangguan
keseimbangan (disekulibrium) dapat
terjadi pada 50% kasus vertigo.
Gejala Klinis
diagnosis
Riwayat kesehatan merupakan data awal yang
paling penting untuk menilai keluhan pusing ataupun
vertigo. Adanya aura dan gejala-gejala neurologis
perlu diperhatikan, misalnya apakah ada gangguan
(hilangnya) pendengaran perasaan penuh, perasaan
tertekan, ataupun berdenging di dalam telinga. Jika
terdapa keluhan tinitus, apakah hal tersebut terjadi
terus-menerus, intermiten, atau pulsatif. Apakah ada
gejala-gejala gangguan batang otak atau kortikal
(misalnya, nyeri kepala, gangguan visual, kejang,
hilang kesadaran).
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik

Tes melangkah di tempat


Pemeriksaan Fisik

Past Pointing
Pemeriksaan Fisik

Manuver Nylen-Barany atau Hallpike


penatalaksanaan
Non-Medikamentosa
Penatalaksanaan vertigo bergantung pada lama
keluhan dan ketidaknyamanan akibat gejala yang
timbul serta patologi yang mendasarinya. Pada
vertigo, beberapa tindakan spesifik dapat dianjurkan
untuk mengurangi keluhan vertigo.

Pada penyakit Meniere, misalnya, pengurangan


asupan garam dan penggunaan diuretik disarankan
untuk mengurangi tekanan endolimfatik. Untuk
BPPV (benign paroxysmal positional vertigo), dapat
dicoba dengan bedside maneuver yang disebut
dengan Epley particle repositioning maneuver,
seperti pada gambar di bawah ini:
Antikolinergik
Antikolinergik merupakan obat pertama yang digunakan
untuk penanganan vertigo, yang paling banyak dipakai adalah
skopolamin dan homatropin. Kedua preparat tersebut dapat
juga dikombinasikan dalam satu sediaan antivertigo.
Antikolinergik berperan sebagai supresan vestibuler melalui
reseptor muskarinik. Pemberian antikolinergik per oral
memberikan efek rata-rata 4 jam, sedangkan gejala efek
samping yang timbul terutama berupa gejala-gejala
penghambatan reseptor muskarinik sentral, seperti gangguan
memori dan kebingungan (terutama pada populasi lanjut usia),
ataupun gejala-gejala penghambatan muskarinik perifer,
seperti gangguan visual, mulut kering, konstipasi, dan
gangguan berkemih.
Antihistamin
Penghambat reseptor histamin-1 (H-1
blocker) saat ini merupakan antivertigo yang
paling banyak diresepkan untuk kasus
vertigo,dan termasuk di antaranya adalah
difenhidramin, siklizin, dimenhidrinat, meklozin,
dan prometazin. Mekanisme antihistamin sebagai
supresan vestibuler tidak banyak diketahui, tetapi
diperkirakan juga mempunyai efek terhadap
reseptor histamin sentral. Antihistamin mungkin
juga mempunyai potensi dalam mencegah dan
memperbaiki motion sickness.
Histaminergik
Obat kelas ini diwakili oleh betahistin yang
digunakan sebagai antivertigo di beberapa
negara Eropa, tetapi tidak di Amerika. Betahistin
sendiri merupakan prekrusor histamin. Efek
antivertigo betahistin diperkirakan berasal dari
efek vasodilatasi, perbaikan aliran darah pada
mikrosirkulasi di daerah telinga tengah dan
sistem vestibuler. Pada pemberian per oral,
betahistin diserap dengan baik, dengan kadar
puncak tercapai dalam waktu sekitar 4 jam. efek
samping relatif jarang, termasuk di antaranya
keluhan nyeri kepala dan mual.
Antidopaminergik
Antidopaminergik biasanya digunakan untuk
mengontrol keluhan mual pada pasien dengan
gejala mirip-vertigo. Sebagian besar
antidopaminergik merupakan neuroleptik.
Beberapa antagonis dopamin digunakan sebagai
antiemetik, seperti domperidon dan
metoklopramid. Efek samping dari antagonis
dopamin ini terutama adalah hipotensi ortostatik,
somnolen, serta beberapa keluhan yang
berhubungan dengan gejala ekstrapiramidal,
seperti diskinesia tardif, parkinsonisme, distonia
akut, dan sebagainya.
Benzodiazepin
Benzodiazepin merupakan modulator
GABA, yang akan berikatan di tempat khusus
pada reseptor GABA. Efek sebagai supresan
vestibuler diperkirakan terjadi melalui mekanisme
sentral. Namun, seperti halnya obat-obat sedatif,
akan memengaruhi kompensasi vestibuler. Efek
farmakologis utama dari benzodiazepin adalah
sedasi, hipnosis, penurunan kecemasan,
relaksasi otot, amnesia anterograd, serta
antikonvulsan. Beberapa obat golongan ini yang
sering digunakan adalah lorazepam, diazepam,
dan klonazepam.
Antagonis kalsium

Obat-obat golongan ini bekerja dengan


menghambat kanal kalsium di dalam sistem
vestibuler, sehingga akan mengurangi jumlah ion
kalsium intrasel. Penghambat kanal kalsium ini
berfungsi sebagai supresan vestibuler. Flunarizin
dan sinarizin merupakan penghambat kanal
kalsium yang diindikasikan untuk
penatalaksanaan vertigo; kedua obat ini juga
digunakan sebagai obat migren.
Asetilleusin

Obat ini banyak digunakan di Prancis.


Mekanisme kerja obat ini sebagai antivertigo
tidak diketahui dengan pasti, tetapi diperkirakan
bekerja sebagai prekrusor neuromediator yang
memengaruhi aktivasi vestibuler aferen, serta
diperkirakan mempunyai efek sebagai
antikalsium pada neurotransmisi. Beberapa efek
samping penggunaan asetilleusin ini di antaranya
adalah gastritis (terutama pada dosis tinggi) dan
nyeri di tempat injeksi.
Lain-lain

Beberapa preparat ataupun bahan yang


diperkirakan mempunyai efek antivertigo di
antaranya adalah ginkgo biloba, piribedil (agonis
dopaminergik), dan ondansetron.
prognosis
kesimpulan
Vertigo merupakan gejala dari berbagai kelainan, baik
pada organ pendengaran maupun otak (medulla, pons,
dan serebelum), sehingga secara umum dikelompokkan
atas vertigo sentral dan perifer.

Diagnosis dan penatalaksanaan vertigo secara umum


dapat dilakukan di pusat layanan kesehatan primer.
Beberapa tindakan pemeriksaan keseimbangan
sederhana (tes Romberg, tes salah tujuk) dapat dilakukan
pada praktik sehari-hari.

Terapi medikamentosa (obat antivertigo) sangat


banyak pilihannya, dan harus dipertimbangkan antara
manfaat dan risiko penggunaannya.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai