Anda di halaman 1dari 30

CASE REPORT

Ketuban Pecah Dini dengan Induksi Gagal pada


G3P2A0 Hamil Postdate 41+4 Minggu

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Pendidikan Dokter Umum


Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pembimbing : dr. Ali Samhur, Sp.OG

Disusun Oleh :

Aristya Ika Wardani, S. Ked J510165072

BAGIAN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
CASE REPORT

Ketuban Pecah Dini dengan Induksi Gagal pada


G3P2A0 Hamil Postdate 41+4 Minggu

Oleh :
Aristya Ika Wardani, S. Ked
J510165072

Telah disetujui dan disahkan oleh bagian Program Pendidikan Profesi Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pembimbing :
dr. Ali Samhur, Sp.OG (................................)

Dipresentasikan di Hadapan :
dr. Ali Samhur, Sp.OG (................................)

Disahkan Oleh Ka Profesi :


dr. Dona Dewi Nirlawati (.................................)

BAGIAN ILMU KESEHATAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUD KABUPATEN SUKOHARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

2
BAB I
CASE REPORT
A. Identitas pasien
Nama : Ny. S
Alamat : Puron 2/2, Bulu, Sukoharjo
Usia : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta/Buruh
No RM : 352xxx

B. Kronologis
5 Desember 2016
Jam 22.55 WIB
S/Pasien datang ke VK IGD RSUD Sukoharjo atas rujukan dari Puskesmas
Bulu dengan merasakan kencang-kencang dan keluar cairan dari jalan lahir
jam 4 sore.
O/ KU : Cukup
VS : T : 130/80mmHg S : 36,3C
N : 82x/menit R : 22x/menit
PF : TFU 34cm
HIS (+) jarang
DJJ 144x/menit
VT 2 jari
Presentasi kepala
Kk (+) rembes
A/ Ketuban pecah dini pada kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+4
minggu
P/ Advise dr. Ali, Sp.OG
- Infus RL
- Ampisilin 1 gram/ 8jam

3
- Cek laboratorium
- Observasi 4jam 4jam

C. Anamnesis
Pasien Ny. S datang ke VK IGD RSUD Sukoharjo atas rujukan dari
Puskesmas Bulu dengan kehamilan aterm pada G3P2A0 usia kehamilan 41+4
minggu. Dari anamnesis pasien mengatakan usia kehamilannya sudah
melewati hari perkiraan lahir, pasien sudah merasakan kencang-kencang dari 2
hari ini. Pada sekitar jam 4 sore pasien merasakan cairan yang keluar dari
jalan lahir. Pada saat datang ke VK IGD tekanan darah pasien 130/80 mmHg.
Pasien mengaku hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 17 Februari 2016
dan hari perkiraan lahir (HPL) tanggal 24 November 2016. Kehamilan
sekarang adalah kehamilan ketiga.
Pasien menikah 1 kali pada usia 20 tahun dan sekarang usia
perkawinannya adalah 22 tahun. Pasien pertama kali mentruasi pada umur 12
tahun dengan siklus 28 hari, durasi 6 hari dan banyaknya perdarahan 2 ganti
pembalut/hari. Pasien tidak pernah menggunakan KB, tidak pernak opname,
dan tidak pernah dioperasi. Pasien selalu memeriksakan kehamilannya rutin
tiap bulan. Pada masa kehamilan pasien tidak pernah mengkonsumsi jamu,
alkohol atau merokok. Pasien hanya mengkonsumsi obat yang biasa diberikan
dokter atau bidan ketika kontrol. Pasien mengaku tidak pernah menderita
penyakit hipertensi, diabetes mellitus, TBC, riwayat pengobatan OAT, asma,
batuk yang lama dan alergi. Dalam keluarga tidak ada riwayat penyakit
lainnya.

1. Riwayat penyakit dahulu


Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
Riwayat TBC : Disangkal
Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal

4
Riwayat batuk lama : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat opname : Disangkal
Riwayat operasi : Disangkal

2. Riwayat Pribadi
Riwayat merokok : Disangkal
Minum-minuman beralkohol : Disangkal
Minum jamu : Disangkal
Memelihara Unggas, Kucing : Disangkal

3. Riwayat Keluarga
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
Riwayat TBC : Disangkal
Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat batuk lama : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat menderita kanker : Disangkal

4. Riwayat Obstetri
Kehamilan Tempat Penolong Cara Cara BB Jenis Usia Hidup /
Kehamilan Persalinan lahir/ Kelamin Mati
kg
1 Klinik Bidan Aterm Spontan 3,0 L 22 H
2 Klinik Bidan Aterm Spontan 3,5 P 6 H
3 Kehamilan saat ini

5
5. Riwayat Perkawinan :
Status : Menikah

6. Haid
HPHT : 17 02 2016
HPL : 24 11 2016
Siklus haid : Teratur
Lama haid : 6 hari
Banyaknya : Biasa
Dismenorea : (-)
Menarche usia : 12 tahun

7. Riwayat kontrasepsi
Kontrasepsi : (-)

8. Keluhan selama kehamilan


Tidak ada keluhan

D. Pemeriksaan Fisik ( 5 Desember 2016)


I. Status Generalis
Keadaan Umum : Cukup
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
TD :130/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
Suhu : 36,3C
RR :22x/menit
Tinggi badan : 156 cm
Berat Badan : 77 kg
Kepala : Normochepal, CA(-/-), SI(-/-), EP(-/-)
Leher : PKGB (-/-), Pembesaran Tonsil(-/-)

6
Torax : SDV(+/+), Rh(-/-), Wz(-/-), BJ I-II reguler.
Abdomen : TFU 34cm, HIS (+) jarang, DJJ 144x/menit
Ekstremitas : Simetris (+), Edema (-/-), Ikterik (-/-)
II. Status Obstetrik
a. Pemeriksaan Luar
Wajah : Cloasma gravidarum ( - )
Payudara : Pembesaran payudara(+), ASI(-), Hiperpigmentasi
Aereola mamae(+), Puting menonjol(+)
Abdomen :
- Inspeksi : Linea Nigrae (+), Striae lividae (-), Striae albicans
(+)
- Palpasi :
L I ( Teraba lunak (bokong), TFU : 34 cm )
LII ( Teraba bagian kecil di kanan, dan melengkung
memanjang di kiri)
L III ( Teraba bagian bulat dan keras, sudah masuk PAP )
L IV ( Divergen )
TFU ( 34cm )
TBJ ( 3000 gr )
HIS (+) jarang
- Auskultasi : DJJ 144x/menit
b. Pemeriksaan Genetalian
Uretra dan vulva : Tidak tampak edem dan infeksi
Dinding vagina : Benjolan (-)
Vagina Toucher : - Pembukaan serviks : 2 jari
- Pendataran serviks : 40%
- Pepenurunan kepala: Hodge 1
- Konsistensi serviks : lunak
- Posisi serviks : pertengahan
PPV : (-)
Ketuban merembes : (+)

7
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Lab RSUD SKH 5 Desember 2016 Jam 23.25 WIB
Paket Darah Lengkap
Leukosit : 9.0 103/ul
Eritrosit : 4.65 106/uL
Hemoglobin : 13.9 g/dL
Hematokrit : 40.9 %
Index Eritrosit
MCV : 88.0 fL
MCH : 29.9 pg
MCHC : 34.0 g/dL
Trombosit : 196 103/ul
RDW-CW : 13.8 %
PDW : 10.1 fL
MPV : 9.7 fL
P-LCR : 22.0 %
PCT : 0.19 %
DIFF COUNT
NRBC : 0.00 %
Neutrofil : 76.3 %
Limfosit : 17.9 %
Monosit : 4.90 %
Eosinofil : 0.80 %
Basofil : 0.10 %
IG : 0.70 %
Golongan Darah :A
Gula Darah Sewaktu : 98 mg/dL
PT
Kontrol (PT) : 10.90
Pasien (PT) : 8.60
INR (PT) : 0.83

8
A.P.T.T
Kontrol (APTT) : 34.20
Pasien (APTT) : 29.30
Anti HIV : Non Reaktif
HbsAg : Non Reaktif

2. Hasil Lab RSUD SKH 8 Desember 2016 Jam 08.13 WIB


Paket Darah Lengkap
Leukosit : 16.7 103/ul
Eritrosit : 4.44 106/uL
Hemoglobin : 13.3 g/dL
Hematokrit : 39.2 %
Index Eritrosit
MCV : 88.3 fL
MCH : 30.0 pg
MCHC : 33.9 g/dL
Trombosit : 242 103/ul
RDW-CW : 13.9 %
PDW : 11.2 fL
MPV : 10.0 fL
P-LCR : 25.0 %
PCT : 0.24 %

3. Pemeriksaan USG
Janin tunggal intra uterine, punggung di kiri, DJJ (+), presentasi kepala,
taksiran berat janin 3000 gram, placenta di korpus grade 3, air ketuban
cukup.

F. Diagnosis Kerja
Ketuban pecah dini pada kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+4 minggu

9
G. OBSERVASI
Tanggal 6 Desember 2016
Jam 03.00 WIB
S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang
O/ TD = 120/90, TFU = 34cm, His (+) jarang, DJJ (+) 148x/menit.
A/ Ketuban pecah dini pada kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+5
minggu
P/ Observasi keadaan umum, DJJ, dan his.

Jam 07.00 WIB


S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang
O/ KU= cukup, TD = 120/80, TFU = 34cm, His (+) jarang, DJJ (+)
144x/menit, PPV (-).
A/ Ketuban pecah dini pada kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+5
minggu
P/ Advis dr. Ali, Sp.OG
- Injeksi Ampicilin 1 gram/8 jam masuk jam 07.30
- Observasi keadaan umum, DJJ dan his secara ketat.
- Induksi persalinan dengan infus D5% 500cc drip oxytocin 5 IU
mulai jam 10.00

Observasi Induksi Persalinan Botol ke I


Jam 10.00 (8 tpm) : DJJ 142x/menit, his (+) 1x/10menit durasi 10
detik, VT 2 jari, KK (+) rembes, Hodge I
Jam 10.15(12 tpm) : DJJ 152x/menit, his (+) 1x/10menit durasi 15
detik, VT 2 jari, KK (+) rembes, Hodge I
Jam 10.30 (16 tpm) : DJJ 148x/menit, his (-)/10menit, VT 2 jari, KK
(+) rembes, Hodge I
Jam 10.45 (20 tpm) : DJJ 144x/menit, his (-)/10menit, VT 2 jari, KK
(+) rembes, Hodge I

10
Jam 11.00 (24 tpm) : DJJ 144x/menit, his (-)/10menit, VT 2 jari, KK
(+) rembes, Hodge I
Jam 11.15(28 tpm) : DJJ 148x/menit, his (+) 2x/10menit durasi 15 detik
dan 10 detik, VT 2 jari, KK (+) rembes, Hodge I
Jam 11.30 (32 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit durasi 18
detik, 25 detik dan 20 detik, VT 2 jari, KK (+)
rembes, Hodge I
Jam 11.45 (36 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit durasi 20
detik, 15 detik dan 20 detik, VT 2 jari, KK (+)
rembes, Hodge I
Jam 12.00 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 20
detik, 15 detik, dan 23 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 12.15 (40 tpm) : DJJ 148x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 25
detik, 20 detik, dan 10 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 12.30 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 20
detik, 15 detik, dan 23 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 13.00 (40 tpm) : DJJ 148x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 23
detik, 20 detik, dan 30 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 13.30 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 20
detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 14.00 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 25
detik, 25 detik, dan 30 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 14.30 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 25
detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 15.00 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 30
detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 15.30 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 30
detik, 25 detik, dan 25 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 16.00 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 28
detik, 30 detik, dan 30 detik, VT 2cm, Hodge I

11
Jam 16.30 WIB
S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang
O/ KU= cukup, panas (-), TD = 130/80, TFU = 34cm, His (+) 3x/10menit
durasi 30 detik, 25 detik, 28 detik, DJJ (+) 136x/menit, kepala Hodge I,
KK (+) rembes
Induksi botol I habis
A/ Ketuban pecah dini pada kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+5
minggu
P/ Advis dr. Ali, Sp.OG
- Observasi keadaan umum, DJJ dan his secara ketat
- Induksi lanjut botol ke II

Observasi Induksi Persalinan Botol ke II


Jam 16.30 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 20
detik, 25 detik, dan 30 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 17.00 (40 tpm) : DJJ 148x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 25
detik, 25 detik, dan 30 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 17.30 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 25
detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm longgar,
Hodge I-II
Jam 18.00 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 30
detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm longgar,
Hodge I-II
Jam 18.30 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 28
detik, 30 detik, dan 30 detik, VT 2cm longgar,
Hodge I-II
Jam 19.00 (40 tpm) : DJJ 148x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 20
detik, 30 detik, dan 30 detik, VT 2cm longgar,
Hodge I-II

12
Jam 19.30 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 25
detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm longgar,
Hodge I-II
Jam 20.00 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi 30
detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm longgar,
Hodge I-II

Jam 20.30 WIB


S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang
O/ KU= cukup, panas (-), TD = 120/80, TFU = 34cm, His (+) 3x/10menit
durasi 30 detik, 25 detik, 30 detik, DJJ (+) 144x/menit, kepala Hodge I-II,
KK(+) rembes
Induksi botol II habis
A/ Induksi gagal pada kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+5 minggu
atas indikasi ketuban pecah dini
P/ Advis dr. Ali, Sp.OG
- Infus ganti kosongan ( infus RL)
- Bila belum lahir, besok rencanakan untuk SC
- Cross darah 2 WB
Follow Up 7 Desember 2016
Jam 06.00 WIB
S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang dan tidak ada keluhan yang
lainya.
O/ KU= cukup, panas (-),TD = 140/90 S=36,4oC, RR=22x/menit, N=
84x/menit, TFU = 34cm, His (+) 3x/10menit durasi 20 detik, 15 detik dan
25 detik, DJJ (+) 148x/menit, VT 2 jari longgar, KK(+) rembes
A/ Induksi gagal pada kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+6 minggu
atas indikasi ketuban pecah dini
P/ Persiapan SC
Injeksi Cefazolin 1 gram (skin test)
Pasang DC

13
LAPORAN SC
SC
Tanggal SC : 7 Desember 2016
Jam : 10.05 mulai SC
Operator : dr Ali Samhur, Sp.OG
Ahli Anestesi : dr Cendra, Sp.An
Indikasi Operasi : Induksi gagal, KPD
Jenis Tindakan : SC
Jenis Anestesi : RA
Desinfeksi kulit : Povidone iodine 10%
Laporan SC
1. SBR insisi lapis demi lapis.
2. Bayi lahir.
3. SBR jahit.
4. Kulit jahit.
5. Disinfeksi.
6. Operasi selesai.

H. FOLLOW UP
POST SC
Tanggal 7 Desember 2016 Jam 13.30 WIB
S/ Pasien datang dari ruang operasi dengan post sc, pasien mengatakan masih
merasa lemas.
O/ KU= cukup,panas (-),TD=120/80,S=36,4oC,RR=24x/menit, N= 86x/menit,
UC (+) keras, PPV (+) rubra, DC (+), ASI belum lancar, flatus (-)
A/ Post SC 2 jam
P/ Obs KU dan VS
- Obs PPV dan UC
- Puasa
- Memberikan terapi lanjut advice dr. Ali, Sp.OG : Infus RL 30-40 tpm,
Injeksi Cefazolin 1 gram / 12 jam, Injeksi Ketorolac 30mg / 12 jam

14
Tanggal 7 Desember 2016 Jam 19.30 WIB
S/ Pasien merasa sakit pada jahitan
O/ KU= cukup, panas (-), TD = 120/80 S=36,5oC, RR=22x/menit, N=
80x/menit, UC (+) keras, PPV (+) rubra, DC (+) 600cc/ 8jam, ASI belum
lancar, flatus (-)
A/ Post SC 8 jam
P/ Obs KU dan VS
- Obs PPV dan UC
- Puasa
- Memberikan terapi lanjut advice dr. Ali, Sp.OG : Infus RL 30-40 tpm,
Injeksi Cefazolin 1 gram / 12 jam, Injeksi Ketorolac 30mg / 12 jam

Tanggal 8 Desember 2016 Jam 06.00 WIB


S/ Pasien merasa sakit pada jahitan
O/ KU= cukup,TD = 130/80 S=36,4oC, RR=24x/menit, N= 86x/menit,
S=36,4oC, RR=24x/menit, N= 86x/menit, UC (+) keras, PPV (+) normal
rubra, DC (+) 300 cc/ 10 jam, BAB (-), flatus (+), peristaltik (+), ASI
lancar.
A/ Post SC hari ke-1 a/i induksi gagal dengan KPD
P/ Infus RL, injeksi Cefazolin 1 gram/ 12jam, Asam Mefenamat 500 mg 3x
1tab, Diet TKTP

Tanggal 9 Desember 2016 Jam 06.00 WIB


S/ Pasien merasa sakit pada jahitan, semalam tidak bisa tidur
O/ KU= cukup, TD = 140/70 S=36,3oC, RR=22x/menit, N= 80x/menit, UC
(+) keras, PPV (+) normal rubra, DC (+) 600 cc/ 8 jam, BAB (-), flatus
(+), peristaltik (+), ASI lancar.
A/ Post SC hari ke-2 induksi gagal dengan KPD
P/ Aff DC, Infus RL, injeksi Cefazolin 1 gram/ 12jam, Asam Mefenamat 500
mg 3x 1tab, Diet TKTP, mobilisasi duduk

15
Tanggal 10 Desember 2016 Jam 06.00 WIB
S/ Pasien merasa sakit pada jahitan, semalam tidak bisa tidur
O/ KU= baik, TD = 120/80, S=36,5oC, RR=22x/menit, N= 82x/menit, UC (+)
keras, lokia rubra, BAK lancar, BAB (+), ASI lancar, luka post op kering,
tidak ada pus.
A/ Post SC hari ke-3 induksi gagal dengan KPD
P/ BLPL
Cefadroxil 500mg 2x1 tab

16
BAB II
PEMBAHASAN

1. KETUBAN PECAH DINI


A. Definisi
Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes
(PROM) adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda
persalinan. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi diatas 37 minggu
kehamilan.1
Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi kapan saja baik pada
kehamilan aterm maupun preterm. Saat aterm sering disebut dengan
aterm prematur rupture of membrans atau ketuban pecah dini aterm.
Bila terjadi sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah
dini preterm / preterm prematur rupture of membran (PPROM) dan
bila terjadi lebih dari 12 jam maka disebut prolonged PROM.2
Pada kasus ini pasien G3P2A0 hamil 41+4 minggu dan merasa
mengeluarkan cairan yang keluar dari jalan lahir sekitar jam 4
sore dan pasien datang ke VK IGD pada jam 11 malam dengan
inpartu (VT pembukaan 2 jari, His + jarang. Diagnosis pasien ini
tidak sesuai dengan teori pada definisi ketuban pecah dini.

B. Epidemiologi
Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2010,
memperkirakan angka kematian ibu lebih dari 300-400/100.000
kelahiran, yang disebabkan oleh perdarahan 28%, ketuban pecah dini
20%, eklampsia 12%, abortus 13%, partus lama 18%, dan penyebab
lainnya 2%.
Angka kematian neonatal di Indonesia adalah 19 kematian/ 1000
kelahiran hidup dan Angka kelahiran bayi adalah 32 kematian/ 1000
kelahiran hidup yang dapat dikaitkan dengan kejadian ketuban pecah

17
dini (PROM). Di Amerika, PROM terjadi di 2-3% dari seluruh
kehamilan dan 40% berhubungan dengan kelahiran prematur.3

C. Etiologi
Sampai saat ini penyebab KPD belum diketahui secara pasti,
tetapi ditemukan beberapa faktor predisposisi yang berperan pada
terjadinya ketuban pecah dini, antara lain:
1. Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)
Korioamnionitis adalah keadaan pada perempuan hamil dimana
korion, amnion dan cairan ketuban terkena infeksi bakteri.
Korioamnionitis merupakan komplikasi paling serius bagi ibu dan
janin, bahkan dapat berlanjut menjadi sepsis.2 Membrana
khorioamnionitik terdiri dari jaringan viskoelastik. 2,4
2. Infeksi genitalia
Meskipun chlamydia trachomatis adalah patogen bakteri yang
ditularkan lewat hubungan seksual Pada wanita yang mengalami
infeksi ini banyak mengalami keputihan saat hamil juga mengalami
ketuban pecah dini kurang dari satu jam sebelum persalinan dan
mengakibatkan berat badan lahir rendah.4
3. Trauma
Trauma juga diyakini berkaitan dengan terjadinya ketuban pecah
dini. Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual saat hamil
baik dari frekuensi yang lebih dari 3 kali seminggu, posisi koitus
yaitu suami diatas dan penetrasi penis yang sangat dalam sebesar
37,50% memicu terjadinya ketuban pecah dini, pemeriksaan dalam,
maupun amnosintesis dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah
dini karena biasanya disertai infeksi.4
4. Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya
Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya beresiko 2-4 kali
mengalami ketuban pecah dini kembali. Patogenesis terjadinya
ketuban pecah dini secara singkat ialah akibat adanya penurunan

18
kandungan kolagen dalam membrane sehingga memicu terjadinya
ketuban pecah dini dan ketuban pecah dini preterm terutama pada
pasien risiko tinggi.4
5. Faktor usia ibu
Usia ibu yang 20 tahun termasuk usia yang terlalu muda
dengan keadaan uterus yang kurang matur untuk melahirkan
sehingga rentan mengalami ketuban pecah dini. Sedangkan ibu
dengan usia 35 tahun tergolong usia yang terlalu tua untuk
melahirkan khususnya pada ibu primi (tua) dan beresiko tinggi
mengalami ketuban pecah dini.2
Pada pasien ini leukosit tidak tinggi sehingga pada pasien
tidak didapatkan infeksi, pada saat pasien hamil pasien tidak
banyak mengalami keputihan, sehingga tidak ada infeksi
genetalia, tidak ada riwayat trauma koitus dalam 2 minggu
terakhir, dan tidak ada riwayat ketuban pecah dini pada
kehamilan sebelumnya namun pada faktor resiko pada usia,
pasien ini sesuai karena usia pasien 42 tahun atau > 35 tahun.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala yang selalu ada ketika terjadi ketuban pecah
dini adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, cairan
vagina berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan
tersebut masih merembes atau menetes, disertai dengan
demam/menggigil, juga nyeri pada perut, keadaan seperti ini dicurigai
mengalami amnionitis.6 Cairan ini tidak akan berhenti atau kering
karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila ibu duduk atau
berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya
mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara.2,5
Ada pula tanda dan gejala yang tidak selalu ada (kadang-
kadang) timbul pada ketuban pecah dini seperti ketuban pecah secara
tiba-tiba, kemudian cairan tampak diintroitus dan tidak adanya his

19
dalam satu jam. Keadaan lain seperti nyeri uterus, denyut jantung janin
yang semakin cepat serta perdarahan pervaginam sedikit tidak selalu
dialami ibu dengan kasus ketuban pecah dini. Namun, harus tetap
diwaspadai untuk mengurangi terjadinya komplikasi pada ibu maupun
janin.6
Pada pasien ini, mengeluarkan cairan dari jalan lahir jam 4
sore, dan cairan sedikit demi sedikit keluar dari jalan lahir, tidak
ada darah yang keluar dan cairan ketuban tidak berbau amis.
Pada teori nya tidak sesuai dengan yang terjadi pada pasien.
Sehingga pasien ini bukan mengalami ketuban pecah dini. Pasien
tidak mengalami demam dan DJJ janin dalam batas normal. Jika
pasien tidak merasa kenceng kenceng, pasien tidak merasa nyeri
perut hebat.

E. Diagosis
Diagnosis KPD ditegakkan dengan cara :
a. Anamnesis dan pemeriksaan fisik
Anamnesa pasien dengan KPD merasa basah pada vagina atau
mengeluarkan cairan yang banyak berwarna putih jernih, keruh,
hijau, atau kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak, secara
tiba-tiba dari jalan lahir. Keluhan tersebut dapat disertai dengan
demam jika sudah ada infeksi. Pasien tidak sedang dalam masa
persalinan, tidak ada nyeri maupun kontraksi uterus. Riwayat umur
kehamilan pasien lebih dari 20 minggu.4
Pada pemeriksaan fisik abdomen, didapatkan uterus lunak dan
tidak adanya nyeri tekan. Tinggi fundus harus diukur dan
dibandingkan dengan tinggi yang diharapkan menurut hari pertama
haid terakhir. Palpasi abdomen memberikan perkiraan ukuran janin
dan presentasi.5
Pada pasien ini dilakukan anamnesis, pasien
mengeluarkan cairan dari jalan lahir berwarna bening jernih,

20
pasien tidak ada demam, dan pasien dalam masa persalinan.
Pada anamnesis tidak sesuai dengan teori pada diagnosis KPD.
Kehamilannya sudah melewati HPL yaitu 24 November 2016
kemudian pada pemeriksaan fisik TD dalam batas normal
130/80, suhu normal 36,3o C,tidak ada nyeri tekan, diukur TFU
34 cm dan perkiraan pemeriksaan leopold presentasi kepala
masuk PAP.
b. Pemeriksaan dengan spekulum
Pemeriksaan dengan spekulum pada KPD untuk mengambil
sampel cairan ketuban di forniks posterior dan mengambil sampel
cairan untuk kultur dan pemeriksaan bakteriologis.4,5
Tiga tanda penting yang berkaitan dengan ketuban pecah dini
adalah :
- Pooling : Kumpulan cairan amnion pada fornix posterior.
- Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru.
- Ferning: Cairan dari fornix posterior di tempatkan pada objek
glass dan didiamkan dan cairan amnion tersebut akan
memberikan gambaran seperti daun pakis.
Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan dengan
spekulum.
c. Pemeriksaan dalam
Pemeriksaan dalam dilakukan untuk menentukan penipisan
dan dilatasi serviks. Pemeriksaan vagina juga mengidentifikasikan
bagian presentasi janin dan menyingkirkan kemungkinan prolaps
tali pusat. Periksa dalam harus dihindari kecuali jika pasien jelas
berada dalam masa persalinan atau telah ada keputusan untuk
melahirkan.4
Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan dalam atau VT
(Vaginal Toucher), pembukaan 2 jari, preskep Hodge I dan
KK + rembes, sarung tangan tidak ada darah dan basah cairan
bening jernih.

21
d. Pemeriksaan penunjang2
- Dengan tes lakmus, cairan amnion akan mengubah kertas
lakmus merahmenjadi biru.
- Pemeriksaan leukosit darah, bila meningkat > 15.000
/mm3kemungkinan ada infeksi.
- USG untuk menentukan indeks cairan amnion (AFI), usia
kehamilan, letak janin, letak plasenta, gradasi plasenta serta
jumlah air ketuban.
- Kardiotokografi untuk menentukan ada tidaknya kegawatan
janin secara dini atau memantau kesejahteraan janin. Jika ada
infeksi intrauterin atau peningkatan suhu, denyut jantung janin
akan meningkat.
- Amniosintesis digunakan untuk mengetahui rasio lesitin -
sfingomielin dan fosfatidilsterol yang berguna untuk
mengevaluasi kematangan paru janin.
Pada pemeriksaan penunjang pasien ini didapatkan dari
Leukositnya normal yaitu 9.0 103/ul, dan dilakukan USG
dengan hasil didapatkan cairan amnion cukup, AFI tidak
diperiksa, umur kehamilan sesuai, letak plasenta di korpus,
kalsifikasi plasenta (-) dan presentasi kepala. Pasien tidak
dilakukan kardiotokorafi dan amniosintesis.

F. Penatalaksanaan 2,4,5,6
Penatalaksanaan kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah
dini perlu mempertimbangkan morbiditas dan mortalitas immaturitas
neonatal yang berhubungan dengan persalinan dan risiko infeksi
terhadap ibu dan janin.
a. Konservatif
Tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga
masa kehamilan dapat diperpanjang.
.

22
b. Tatalaksana aktif
Dilakukan untuk memperpanjang usia kehamilan dengan
pemberian kombinasi :
-
Kortikosteroid untuk pematangan paru (Betametazon IM 12 mg
24 jam atau deksametazon IM 6 mg 12 jam selama 2 hari).
-
Tokolitik untuk mengurangi atau menghambat kontraksi uterus,
dapat diberikan :
Sympathomimetic : Ritodrine
Magnesium sulfat
Indometacin
Nifedipine : Epilate
Atosiban : Tractocile
- Antibiotik untuk profilaksis infeksi (mengurangi peranan infeksi
sebagai pemicu terjadinya proses persalinan)
Antibiotik yang dianjurkan :
o Ampicillin (untuk infeksi Streptococcus ) : 4 x 500
mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicillin dan
metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.
o Eritrosin dosis tinggi (untuk infeksi Clamydia
trachomatis, ureoplasma, dan lainnya)
Tindakan tatalaksana aktif juga tidak terlalu banyak
meningkatkan maturitas janin dan paru. Dalam keadaan terpaksa harus
dilakukan terminasi kehamilan untuk menyelamatkan janin dan
maternal.
Dalam menunda persalinan ini, ada lima kriteria yang dapat
dipertimbangkan :
- Usia kehamilan < 26 minggu. Sulit mempertahankan kehamilan
sampai aterm atau sampai usia kehamilan sekitar 34 minggu.
Bahaya infeksi dan oligohiramnion akanmenimbulkan masalah
pada janin. Bayi dengan usia kehamilan kurang dari 26 minggu
sulit untuk hidup dan beradaptasi di luar kandungan.

23
- Usia kehamilan 26 - 31 minggu. Persoalan tentang sikap dan
komplikasi masih sama dengan usia kandungan < 26 minggu.
Namun pada rumah sakit yang sudah maju, dimungkinkan adanya
perawatan intensif neonatus. Pertolongan bayi dengan berat <
2.000 gram dianjurkan dengan seksio sesarea.
- Usia kehamilan 31 - 33 minggu. Dilakukan amniosintesis untuk
menetukan kematangan paru, atau test busa (bubble test).
Memperhatikan kemungkinan infeksi intrauteri. Bayi dengan
berat > 2.000 gram sangat mungkin ditolong.
- Usia kehamilan 34 - 36 minggu. BB janin sangat baik sehingga
dapat dilakukan induksi persalinan atau seksio sesarea.
- Usia kehamilan > 36 minggu. Sudah dianggap aterm sehingga
dapat hidup diluar kandungan dan selamat.Kehamilan pada usia
ini dapat di induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea.
Dapat pula diberikan misoprostol 25 50 g intravaginal setiap 6
jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan
antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri.
Bila pembukaan/skor pelviks < 5, lakukan pematangan serviks,
kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan
seksio sesarea.
Bila pembukaan / skor pelviks > 5, induksi persalinan.
c. Tatalaksana agresif
Tidakan agresif dilakukan bila ada indikasi vital sehingga tidak
dapat ditunda karena mengancam kehidupan janin atau maternal.
Indikasi vital yang dimaksudkan yaitu :
- Infeksi intrauteri.
- Solution plasenta.
- Gawat janin.
- Prolaps tali pusat.
- Evaluasi detak janin dengan KTG menunjukkan hasil gawat janin
atau redup.

24
- BB janin cukup viable untuk beradaptasi di luar kandungan.
Pada pasien ini diberikan Amphisilin 1 gram, pasien tidak
diberikan kortikosteroid maupun tokolitik karena umur
kehamilan sudah cukup bulan. Pasien ini dalam masa persalinan
(inpartu) dan hamil cukup bulan sehingga penatalaksanaannya
pasien dilakukan induksi oksitosin 5 IU dalam larutan D5%
500cc. Apabila dalam penatalaksaannya (induksi) gagal, maka
pasien dilakukan bedah sesar. Namun pada teori diatas, diagnosis
pasien bukan dengan ketuban pecah dini, sehingga untuk
penatalaksanaan nya pasien tidak perlu dilakukan induksi.

2. KEHAMILAN POSTDATE
Kehamilan postdate merupakan kehamilan yang telah mencapai
antara 41 minggu sampai 41+6 minggu.9 Menurut POGI 2006, definisi
postdate yaitu kehamilan 41 minggu atau 42 minggu lengkap.
Pada pasien ini usia kehamilannya 41+4 minggu sehingga
termasuk dalam kehamilan postdate.
Diagnosis kehamilan postdate biasanya dari perhitungan Naegele
setelah mempertimbangkan siklus haid dan keadaan klinis. Bila ragu,
maka pengukuran fundus uteri serial dengan cm akan memberikan
informasi mengenai usia gestasi lebih tepat. Pemeriksaan ultrasonografi
janin sangat bermanfaat untuk memeriksa adanya kelainan kongenital,
presentasi janin, taksiran berat lahir, kondisi plasenta, volume cairan
amnion, namun tidak bisa menentukan umur kehamilan secara tepat
apabila kehamilannya sudah lanjut.10
Pada pasien ini HPHT 17 2 2016, dihitung dengan rumus
Naegele di dapatkan HPL nya 24 11 2016 dengan usia kehamilan
pada tanggal 7 desember 2016 yaitu 41+4 minggu. Pada hasil USG
tidak ada kelainan kongenital, presentasi kepala, TBJ 3000 gram,
plasenta di korpus, dan air ketuban cukup untuk AFI tidak diperiksa.

25
Tanda postmaturitas pada bayi baru lahir dapat dibagi dalam 3
stadium :
a. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maseras berupa
kulit kering, rapuh dan mudah mengelupas.
b. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit.
c. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat.
Pada pasien ini, melahirkan bayi tunggal perempuan dengan
berat badan 3250 gram dan panjang badan 48 cm. Bayi tidak
menunjukan kehilangan verniks kaseosa dan maseras, pewarnaan
kulit tidak hijau menandakan bayi tidak postmature.

Menurut Rekomendasi American College of Obstetricians and


Gynecologist (2004), Evaluasi dan Manajemen Kehamilan Postdate yaitu

a) Perempuan dengan kehamilan post date dapat menjalani induksi persalinan


b) Prostaglandin dapat digunakan untuk pematangan serviks dan induksi persalinan
c) Kelahiran harus dilakukan jika ada bukti kompromi janin atau oligohidramnion
d) Melakukan pengawasan antenatal antara 41 dan 42 minggu meskipun kurangnya
bukti pemantauan meningkatkan hasil.
e) Tes nonstress (NST) dan peenillaian volume cairan ketuban harus memadai
walaupun tidak ada metode tunggal yang telah terbukti lebih unggul
f)
Merekomendasikan pengiriman yang cepat pada wanita dengan kehamilan
postterm
Beberapa penelitian multi-centre randomized mengenai manajemen
kehamilan lebih dari 40 minggu menyatakan bahwa luaran yang lebih baik
akan dihasilkan dengan melakukan induksi persalinan di awal masa
kehamilan 41 minggu.

26
Pada kasus ini, pasien hamil 41+4 minggu atau post date
dilakukan induksi persalinan, hal ini sesuai dengan teori yang ada.

3. INDUKSI PERSALINAN
Tindakan induksi persalinan dilakukan bila hal tersebut dapat
memberi manfaat bagi ibu dan atau anaknya.7
Indikasi: 7,8
1. Ketuban pecah dini dengan chorioamnionitis
2. Pre-eklampsia berat
3. Ketuban pcah dini tanpa diikuti dengan persalinan
4. Hipertensi dalam kehamilan
5. Gawat janin
6. Kehamilan postterm atau kehamilan lebih bulan
Pada kasus ini, pasien hamil postdate, sudah sesuai dengan
indikasi dilakukan induksi persalinan.

Prosedur Pemberian Infus Oksitosin:7


1. Dipasang infus Dextrosa 5% dengan 5 unit oksitosin.
2. Tetesan dimulai dari 8 tts/menit dapat dinaikkan tetesan infus dengan 4
tts/15 menit (untuk evaluasi timbulnya kontraksi uterus) sampai timbul
his yang adekuat atau tetesan maksimal 40 tts/menit.
3. Pengawasan induksi harus dilaksanakan dengan cermat terutama
mengawasi akan kemungkinan terjadinya ruptura uteri dan gawat janin.
4. Bila sebelum 40 tpm sudah timbul kontraksi otot rahim yang adekuat,
maka tetesan yang terakhir dipertahankan sampai persalinan
berlangsung. Bila terjadi his yang sangat kuat, jumlah tetesan dikurangi
atau sementara dihentikan
Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan
konsentrasi yang lebih tinggi tersebut maka:
Pada multipgravida : induksi dianggap gagal dan lakukan sectio
caesar.

27
Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya
yaitu :
o 10 Unit dalam 400 ml Dextrose 5%, 30 tetes permenit
o Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tetes permenit setiap 30 menit
sampai tercapai kontraksi uterus adekuat.
Jika sudah mencapai 60 tetes per menit, kontraksi uterus masih tidak
adekuat maka induksi dianggap gagal dan lakukan Sectio Caesar.
Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu induksi oksitosin 5 IU
yang di drip dengan larutan D5% 500cc karena UK pasien cukup
bulan dan inpartu. Tetesan dimulai dari 8 tpm yang dinaikan 4tpm/15
menit, setiap menaikan tpm terus observasi DJJ dan his secara ketat.
Pasien ini bertahan pada tetesan 40 tpm dan habis 2 botol D5%
namun tidak ada kemajuaan dalam persalinan nya (VT masih 2 jari
longgar) dan penatalaksanaan selanjutnya jika induksi gagal maka
dilakukan bedah sesar

4. BEDAH SESAR7
a. Definisi
Bedah sesar merupakan suatu persalinan buatan, dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500
gram. Kelahiran sesarea adalah alternatif dari kelahiran vagina bila
keamanan ibu atau janin terganggu.
Bedah sesar pada pasien ini dilakukan dengan indikasi pasien
gagal induksi.

28
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Pada pasien diatas diagnosis bukan ketuban pecah dini namun lebih
kepada Induksi gagal pada G3P2A0 hamil postdate 41+4 minggu.
2. Penatalaksanaan kehamilan posdate atau lebih dari 41 minggu
dilakukan induksi oksitosin dan apabila induksi gagal dilakukan bedah
sesar.
B. Saran
Ibu hamil baiknya melakukan pemeriksaan kehamilan ANC dan
pemeriksaan USG secara rutin pada trimester pertama, kedua dan ketiga

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Cuningham M. G.,et al. 2012. In: Williams Obstetrics. Section 2. 23th Ed.
New York: McGraw Hill Company and EGC.
2. Soewarto, S. 2013. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Winkjosastro H., Saifuddin
A.B., dan Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Hal. 677-682.
3. Marpaung, J. 2016. Association between the thickness of the collagen in the
amniotic membrane with the incidence of premature rupture of membranes.
Int J Reprod Contracept Obstet Gynecol. 5(2): 296-299
4. Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo
5. Mochtar, Rustam. 2012. Ketuban Pecah Dini. Sinopsis Obstetri Jilid 1.
Jakarta : EGC. Hal : 255-258.
6. Manuaba et al. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
7. Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi I, Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, Tahun, BAB IX Induksi persalinan
Hal 73-79.
8. Cuningham M. G.,et al. 2012. Induksi Persalinan. In: Williams Obstetrics.
Section 1. 23th Ed. New York: McGraw Hill Company and EGC. p 536
545.
9. American College of Obstetricians and Gynecologists. Practice bulletin no.
146 : Management of Late-term and Postterm Pregnancies. Obstet Gynecol.
2014;124(2 Pt 1):390-6. doi : 10.1097/01.AOG.0000452744.06088.48.
10. Saifuddin, A. B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

30

Anda mungkin juga menyukai