Anda di halaman 1dari 50

CASE REPORT

KETUBAN PECAH DINI DENGAN


INDUKSI GAGAL PADA G3P2A0 HAMIL
POSTDATE 41+4 MINGGU

Pembimbing : dr. Ali Samhur, Sp.OG

Disusun Oleh :
Aristya Ika Wardani, S. Ked
J510165072
BAB I

Nama : Ny. S
Alamat : Puron 2/2, Bulu,
Sukoharjo
Usia : 42 Tahun
Jenis Kelamin: Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta/Buruh
No RM : 352xxx
KRONOLOGIS
(5 DESEMBER 2016 JAM 22.55
WIB)

Pasien datang ke VK IGD RSUD Sukoharjo


atas rujukan dari Puskesmas Bulu dengan
merasakan kencang-kencang dan keluar
cairan dari jalan lahir jam 4 sore.
Untuk TD : 130/80mmHg, TFU 34cm,HIS
(+) jarang, DJJ 144x/menit, VT 2 jari
Presentasi kepala, Kk (+) rembes
Advise dr. Ali, Sp.OG : Infus RL, Injeksi
Ampisilin 1 gram/ 8jam, Cek laboratorium,
Observasi 4jam 4jam
KELUHAN UTAMA
Keluar cairan dari jalan lahir dan
merasa kencang- kencang
RIWAYAT PENYAKIT
SEKARANG
Ketuban Pecah Dini
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Diabetes mellitus : Disangkal
Riwayat TBC : Disangkal
Riwayat pengobatan dengan OAT :
Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat batuk lama : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
Riwayat opname :
Disangkal
Riwayat merokok : Disangkal
Minum-minuman beralkohol : Disangkal
Minum jamu : Disangkal
Memelihara Unggas, Kucing : Disangkal
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

Riwayat Hipertensi : Disangkal


Riwayat DM : Disangkal
Riwayat TBC : Disangkal
Riwayat pengobatan dengan OAT : Disangkal
Riwayat asma : Disangkal
Riwayat batuk lama : Disangkal
Riwayat alergi : Disangkal
RIWAYAT OBSTETRI
Kehamilan Tempat Penolong Cara Cara BB Jenis Usia Hidup /
Kehamilan Persalinan lahir/ Kelamin Mati
kg

1 Klinik Bidan Aterm Spontan 3,0 L 22 H


2 Klinik Bidan Aterm Spontan 3,5 P 6 H
3 Kehamilan saat ini
RIWAYAT PERNIKAHAN
Status : Menikah,
RIWAYAT MENSTRUASI
HPHT : 17 Februari 2016
HPL : 24 November 2016
Siklus haid : Teratur
Lama haid : 6 hari
Banyaknya : Biasa
Dismenorea : (-)
Menarche usia : 12 tahun
RIWAYAT KONTRASEPSI
Kontrasepsi terakhir : Tidak KB

KELUHAN SELAMA KEHAMILAN


Tidak ada keluhan
Vital Signs Pemeriksaan Fisik

Tekanan darah Kepala :


: 130/80 dbn
Nadi : 82x/menit Leher : dbn
Respirasi rate Thorax : dbn
: 22 x/menit Abdomen : dbn
Suhu : 36,3 C Urogenital : dbn
Ekstremitas : dbn
Pemeriksaan Luar
Wajah : Cloasma gravidarum ( - )
Payudara : Pembesaran payudara(+), ASI(-), Hiperpigmentasi Aereola
mamae(+), Puting menonjol(+)
Abdomen :
Inspeksi : Linea Nigrae (+), Striae lividae (-), Striae albicans (+)
Palpasi :
L I ( Teraba lunak (bokong), TFU : 34 cm )
LII ( Teraba bagian kecil di kanan, dan melengkung memanjang di kiri)
L III ( Teraba bagian bulat dan keras, sudah masuk PAP )
L IV ( Divergen )
TFU ( 34cm )
TBJ ( 3000 gr )
HIS (+) jarang
Auskultasi : DJJ 144x/menit
Pemeriksaan Genetalian
Uretra dan vulva : Tidak tampak edem dan infeksi
Dinding vagina : Benjolan (-)
Vagina Toucher : - Pembukaan serviks : 2 jari
Pendataran serviks : 40%
Pepenurunan kepala: Hodge 1
Konsistensi serviks : lunak
Posisi serviks : pertengahan
PPV : (-)
Ketuban merembes : (+)
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hasil Lab RSUD SKH 5 Desember 2016 Jam 23.25 WIB
DIFF COUNT
Leukosit : NRBC : 0.00 %
9.0 103/ul Neutrofil :
Eritrosit : 4.65 76.3 %
Limfosit : 17.9 %
106/uL
Monosit : 4.90 %
Hemoglobin : 13.9 g/dL Eosinofil :
Hematokrit : 40.9 % 0.80 %
Index Eritrosit Basofil : 0.10 %
MCV : 88.0 fL IG : 0.70 %
MCH : 29.9 pg Golongan Darah :A
MCHC : 34.0 g/dL Gula Darah Sewaktu : 98 mg/dL
Trombosit : 196 103/ul PT
Kontrol (PT) : 10.90
RDW-CW : 13.8 %
Pasien (PT) : 8.60
PDW : 10.1 fL INR (PT) : 0.83
MPV : 9.7 fL A.P.T.T
P-LCR : 22.0 % Kontrol (APTT) : 34.20
PCT : 0.19 % Pasien (APTT) : 29.30
Anti HIV : Non Reaktif
HASIL LAB RSUD SKH 8 DESEMBER 2016 JAM
08.13 WIB
Paket Darah Lengkap
Leukosit : 16.7 103/ul
Eritrosit : 4.44 106/uL
Hemoglobin : 13.3 g/dL
Hematokrit : 39.2 %
Index Eritrosit
MCV : 88.3 fL
MCH : 30.0 pg
MCHC : 33.9 g/dL
Trombosit : 242 103/ul
RDW-CW : 13.9 %
PDW : 11.2 fL
MPV : 10.0 fL
P-LCR : 25.0 %
PCT : 0.24 %
USG
Tunggal intra uterine, puki, DJJ (+), presentasi
kepala, 3000 gram, placenta di korpus grade 3,
air ketuban cukup.
DIAGNOSIS KERJA

Kehamilan posdate G3P2A0


hamil 41+4 minggu induksi
gagal atas indikasi KPD
FOLLOW UP
Tanggal 6 Desember 2016
Jam 03.00 WIB
S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang
O/ TD = 120/90, TFU = 34cm, His (+) jarang, DJJ (+) 148x/menit.
A/ Kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+5 minggu dengan
KPD
P/ Observasi keadaan umum, DJJ, dan his.

Jam 07.00 WIB


S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang
O/ KU= cukup, TD = 120/80, TFU = 34cm, His (+) jarang, DJJ (+)
144x/menit, PPV (-).
A/ Kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+5 minggu dengan
KPD
P/ Advis dr. Ali, Sp.OG
Injeksi Ampicilin 1 gram/8 jam masuk jam 07.30
Observasi keadaan umum, DJJ dan his secara ketat.
Observasi Induksi Persalinan
Jam 12.00 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+)
Botol ke I 3x/10menit, durasi 20 detik, 15 detik, dan 23
detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 12.15 (40 tpm) : DJJ 148x/menit, his (+)
Jam 10.00 (8 tpm) : DJJ 142x/menit,
3x/10menit, durasi 25 detik, 20 detik, dan 10
his (+) 1x/10menit durasi 10 detik, VT 2 jari,
detik, VT 2cm, Hodge I
KK (+) rembes, Hodge I
Jam 12.30 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+)
Jam 10.15(12 tpm) : DJJ 152x/menit, 3x/10menit, durasi 20 detik, 15 detik, dan 23
his (+) 1x/10menit durasi 15 detik, VT 2 jari, detik, VT 2cm, Hodge I
KK (+) rembes, Hodge I Jam 13.00 (40 tpm) : DJJ 148x/menit, his (+)
Jam 10.30 (16 tpm) : DJJ 148x/menit, 3x/10menit, durasi 23 detik, 20 detik, dan 30
his (-)/10menit, VT 2 jari, KK (+) rembes, detik, VT 2cm, Hodge I
Hodge I Jam 13.30 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+)
3x/10menit, durasi 20 detik, 30 detik, dan 25
Jam 10.45 (20 tpm) : DJJ detik, VT 2cm, Hodge I
144x/menit, his (-)/10menit, VT 2 jari, KK (+) Jam 14.00 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+)
rembes, Hodge I 3x/10menit, durasi 25 detik, 25 detik, dan 30
Jam 11.00 (24 tpm) : DJJ 144x/menit, detik, VT 2cm, Hodge I
his (-)/10menit, VT 2 jari, KK (+) rembes, Jam 14.30 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+)
Hodge I 3x/10menit, durasi 25 detik, 30 detik, dan 25
Jam 11.15(28 tpm) : DJJ 148x/menit, detik, VT 2cm, Hodge I
his (+) 2x/10menit durasi 15 detik dan 10 detik, Jam 15.00 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+)
VT 2 jari, KK (+) rembes, Hodge I 3x/10menit, durasi 30 detik, 30 detik, dan 25
detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 11.30 (32 tpm) : DJJ 144x/menit, Jam 15.30 (40 tpm) : DJJ 144x/menit, his (+)
his (+) 3x/10menit durasi 18 detik, 25 detik dan 3x/10menit, durasi 30 detik, 25 detik, dan 25
20 detik, VT 2 jari, KK (+) rembes, Hodge I detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 11.45 (36 tpm) : DJJ 144x/menit, Jam 16.00 (40 tpm) : DJJ 140x/menit, his (+)
his (+) 3x/10menit durasi 20 detik, 15 detik dan 3x/10menit, durasi 28 detik, 30 detik, dan 30
20 detik, VT 2 jari, KK (+) rembes, Hodge I detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 16.30 WIB
S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang
O/ KU= cukup, panas (-), TD = 130/80, TFU = 34cm,
His (+) 3x/10menit durasi 30 detik, 25 detik, 28 detik,
DJJ (+) 136x/menit, kepala Hodge I, KK (+) rembes
Induksi botol I habis
A/ Kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+5
minggu dengan KPD
P/ Advis dr. Ali, Sp.OG
Observasi keadaan umum, DJJ dan his secara ketat
Induksi lanjut botol ke II
Observasi Induksi Persalinan Botol ke
II
Jam 16.30 (40 tpm): DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi
20 detik, 25 detik, dan 30 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 17.00 (40 tpm): DJJ 148x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi
25 detik, 25 detik, dan 30 detik, VT 2cm, Hodge I
Jam 17.30 (40 tpm): DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi
25 detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm longgar, Hodge I-II
Jam 18.00 (40 tpm): DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi
30 detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm longgar, Hodge I-II
Jam 18.30 (40 tpm): DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi
28 detik, 30 detik, dan 30 detik, VT 2cm longgar, Hodge I-II
Jam 19.00 (40 tpm): DJJ 148x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi
20 detik, 30 detik, dan 30 detik, VT 2cm longgar, Hodge I-II
Jam 19.30 (40 tpm): DJJ 144x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi
25 detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm longgar, Hodge I-II
Jam 20.00 (40 tpm): DJJ 140x/menit, his (+) 3x/10menit, durasi
30 detik, 30 detik, dan 25 detik, VT 2cm longgar, Hodge I-II
Jam 20.30 WIB
S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang
O/ KU= cukup, panas (-), TD = 120/80, TFU = 34cm, His (+) 3x/10menit
durasi 30 detik, 25 detik, 30 detik, DJJ (+) 144x/menit, kepala Hodge I-II,
KK(+) rembes
Induksi botol II habis
A/ Kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+5 minggu dengan KPD
P/ Advis dr. Ali, Sp.OG
Infus ganti kosongan ( infus RL)
Bila belum lahir, besok rencanakan untuk SC
Cross darah 2 WB

Follow Up 7 Desember 2016


Jam 06.00 WIB
S/ Pasien mengatakan merasa kencang-kencang dan tidak ada keluhan
yang lainya.
O/ KU= cukup, panas (-),TD = 140/90 S=36,4oC, RR=22x/menit, N=
84x/menit, TFU = 34cm, His (+) 3x/10menit durasi 20 detik, 15 detik dan 25
detik, DJJ (+) 148x/menit, VT 2 jari longgar, KK(+) rembes
A/ Kehamilan postdate pada G3P2A0 hamil 41+6 minggu induksi gagal
dengan KPD
P/ Persiapan SC
Injeksi Cefazolin 1 gram (skin test)
Pasang DC
LAPORAN SC
SC
Tanggal SC : 7 Desember 2016
Jam : 10.05 mulai SC
Operator : dr Ali Samhur, Sp.OG
Ahli Anestesi : dr Cendra, Sp.An
Indikasi Operasi : Induksi gagal, KPD
Jenis Tindakan : SC
Jenis Anestesi : RA
Desinfeksi kulit : Povidone iodine 10%

Laporan SC
SBR insisi lapis demi lapis.
Bayi lahir.
SBR jahit.
Kulit jahit.
Disinfeksi.
Operasi selesai.
POST SC
Tanggal 7 Desember 2016 Jam 13.30 WIB
S/ Pasien datang dari ruang operasi dengan post sc, pasien mengatakan masih
merasa lemas.
O/ KU= cukup,panas (-),TD=120/80,S=36,4oC,RR=24x/menit, N= 86x/menit, UC (+)
keras, PPV (+) rubra, DC (+), ASI belum lancar, flatus (-)
A/ Post SC 2 jam
P/ Obs KU dan VS
Obs PPV dan UC
Puasa
Memberikan terapi lanjut advice dr. Ali, Sp.OG : Infus RL 30-40 tpm, Injeksi Cefazolin
1 gram / 12 jam, Injeksi Ketorolac 30mg / 12 jam

Tanggal 7 Desember 2016 Jam 19.30 WIB


S/ Pasien merasa sakit pada jahitan
O/ KU= cukup, panas (-), TD = 120/80 S=36,5oC, RR=22x/menit, N= 80x/menit, UC
(+) keras, PPV (+) rubra, DC (+) 600cc/ 8jam, ASI belum lancar, flatus (-)
A/ Post SC 8 jam
P/ Obs KU dan VS
Obs PPV dan UC
Puasa
Memberikan terapi lanjut advice dr. Ali, Sp.OG : Infus RL 30-40 tpm, Injeksi Cefazolin
1 gram / 12 jam, Injeksi Ketorolac 30mg / 12 jam
Tanggal 8 Desember 2016 Jam 06.00 WIB
S/ Pasien merasa sakit pada jahitan
O/ KU= cukup,TD = 130/80 S=36,4oC, RR=24x/menit, N=
86x/menit, S=36,4oC, RR=24x/menit, N= 86x/menit, UC (+) keras,
PPV (+) normal rubra, DC (+) 300 cc/ 10 jam, BAB (-), flatus (+),
peristaltik (+), ASI lancar.
A/ Post SC hari ke-1 a/i induksi gagal dengan KPD
P/ Infus RL, injeksi Cefazolin 1 gram/ 12jam, Asam Mefenamat
500 mg 3x 1tab, Diet TKTP

Tanggal 9 Desember 2016 Jam 06.00 WIB


S/ Pasien merasa sakit pada jahitan, semalam tidak bisa tidur
O/ KU= cukup, TD = 140/70 S=36,3oC, RR=22x/menit, N=
80x/menit, UC (+) keras, PPV (+) normal rubra, DC (+) 600 cc/ 8
jam, BAB (-), flatus (+), peristaltik (+), ASI lancar.
A/ Post SC hari ke-2 induksi gagal dengan KPD
P/ Aff DC, Infus RL, injeksi Cefazolin 1 gram/ 12jam, Asam
Mefenamat 500 mg 3x 1tab, Diet TKTP, mobilisasi duduk
Tanggal 10 Desember 2016 Jam 06.00 WIB
S/ Pasien merasa sakit pada jahitan, semalam
tidak bisa tidur
O/ KU= baik, TD = 120/80, S=36,5oC,
RR=22x/menit, N= 82x/menit, UC (+) keras, lokia
rubra, BAK lancar, BAB (+), ASI lancar, luka
post op kering, tidak ada pus.
A/ Post SC hari ke-3 induksi gagal dengan KPD
P/ BLPL
Cefadroxil 500mg 2x1 tab
BAB II
Ketuban Pecah Dini
Pecahnya selaput ketuban sebelum adanya
tanda-tanda persalinan. Sebagian besar ketuban
pecah dini terjadi diatas 37 minggu kehamilan.

Aterm prematur
rupture of > 37 minggu
membrans
KPD
Preterm /
preterm prematur
< 37 minggu
rupture
of membran
PEMBAHASAN

Pada kasus ini pasien G3P2A0 hamil 41+4


minggu dan merasa mengeluarkan cairan
yang keluar dari jalan lahir sekitar jam 4
sore dan pasien datang ke VK IGD pada jam
11 malam dengan inpartu (VT pembukaan 2
jari, His + jarang. Diagnosis pasien ini tidak
sesuai dengan teori pada definisi ketuban
pecah dini.
ETIOLOGI
Penyebab KPD belum diketahui secara pasti, tetapi
ditemukan beberapa faktor predisposisi yaitu :
Infeksi (amnionitis atau korioamnionitis)

Infeksi genitalia

Trauma

Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya

Faktor usia ibu


PEMBAHASAN
Pada pasien ini leukosit tidak tinggi
sehingga pada pasien tidak didapatkan
infeksi, pada saat pasien hamil pasien tidak
banyak mengalami keputihan, sehingga
tidak ada infeksi genetalia, tidak ada
riwayat trauma koitus dalam 2 minggu
terakhir, dan tidak ada riwayat ketuban
pecah dini pada kehamilan sebelumnya
namun pada faktor resiko pada usia, pasien
ini sesuai karena usia pasien 42 tahun atau
> 35 tahun.
MANIFESTASI KLINIS
keluarnya cairan ketuban merembes melalui
vagina
cairan vagina berbau amis dan tidak seperti bau
amoniak
Demam/menggigil, nyeri pada perut, dicurigai
mengalami amnionitis.
nyeri uterus

DJJ yang semakin cepat

Perdarahan pervaginam
PEMBAHASAN
Pada pasien ini, mengeluarkan cairan dari
jalan lahir jam 4 sore, dan cairan sedikit demi
sedikit keluar dari jalan lahir, tidak ada darah
yang keluar dan cairan ketuban tidak berbau
amis. Pada teori nya tidak sesuai dengan yang
terjadi pada pasien. Sehingga pasien ini bukan
mengalami ketuban pecah dini. Pasien tidak
mengalami demam dan DJJ janin dalam batas
normal. Jika pasien tidak merasa kenceng
kenceng, pasien tidak merasa nyeri perut
hebat.
DIAGNOSIS
Anamnesis
merasa basah pada vagina atau mengeluarkan cairan yang
banyak berwarna putih jernih, keruh, hijau, atau
kecoklatan sedikit-sedikit atau sekaligus banyak, secara
tiba-tiba dari jalan lahir dan disertai demam jika infeksi.
Pasien tidak sedang dalam masa persalinan, tidak ada
nyeri maupun kontraksi uterus.
Riwayat umur kehamilan pasien lebih dari 20 minggu.4
Pada pemeriksaan fisik abdomen
Uterus lunak
Tidak adanya nyeri tekan
TFU harus diukur dan dibandingkan dengan TFU sesuai
HPHT
Palpasi abdomen memberikan perkiraan ukuran janin dan
presentasi.
PEMBAHASAN
Pada pasien ini dilakukan anamnesis,
pasien mengeluarkan cairan dari jalan
lahir berwarna bening jernih, pasien tidak
ada demam, dan pasien dalam masa
persalinan. Pada anamnesis tidak sesuai
dengan teori pada diagnosis KPD.
Kehamilannya sudah melewati HPL yaitu
24 November 2016 kemudian pada
pemeriksaan fisik TD dalam batas normal
130/80, suhu normal 36,3o C,tidak ada nyeri
tekan, diukur TFU 34 cm dan perkiraan
pemeriksaan leopold presentasi kepala
masuk PAP.
Pemeriksaan dengan spekulum

Tiga tanda penting yang berkaitan dengan


ketuban pecah dini adalah :
Pooling: Kumpulan cairan amnion pada fornix
posterior.
Nitrazine Test : Kertas nitrazin merah akan jadi biru.
Ferning: Cairan dari fornix posterior di tempatkan
pada objek glass dan didiamkan dan cairan amnion
tersebut akan memberikan gambaran seperti daun
pakis.

Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan


dengan spekulum.
PEMERIKSAAN DALAM
Untuk menentukan penipisan dan dilatasi
serviks.
Mengidentifikasikan bagian presentasi janin dan
menyingkirkan kemungkinan prolaps tali pusat
Periksa dalam harus dihindari kecuali jika
pasien jelas berada dalam masa persalinan atau
telah ada keputusan untuk melahirkan.

Pada pasien ini dilakukan pemeriksaan


dalam atau VT (Vaginal Toucher),
pembukaan 2 jari, preskep Hodge I dan KK
+ rembes, sarung tangan tidak ada darah
dan basah cairan bening jernih.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tes lakmus
Pemeriksaan leukosit darah
USG
Kardiotokografi
Amniosintesis

Pada pemeriksaan penunjang pasien ini


didapatkan dari Leukositnya normal yaitu
9.0 103/ul, dan dilakukan USG dengan hasil
didapatkan cairan amnion cukup, umur
kehamilan sesuai, letak plasenta di korpus,
kalsifikasi plasenta (-) dan presentasi
kepala. Pasien tidak dilakukan
kardiotokorafi dan amniosintesis.
PENATALAKSANAAN

Konservatif Tirah baring


Aktif
Kortikosteroid (Betametazon IM 12 mg 24 jam atau
deksametazon IM 6 mg 12 jam selama 2 hari).
Tokolitik ( Sympathomimetic : Ritodrine,
Magnesium sulfat, Indometacin, Nifedipine : Epilate,
Atosiban : Tractocile)
Antibiotik (Ampicillin 4 x 500 mg atau eritromicin
dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari)
Lima kriteria pertimbangan menunda persalinan :

UK < 26 minggu. Sulit mempertahankan kehamilan


sampai aterm atau (34 m). Bahaya infeksi dan
oligohiramnion akan menimbulkan masalah pada janin
UK 26 - 31 minggu. Pertolongan bayi dengan berat < 2.000
gram dianjurkan dengan seksio sesarea.
UK 31 - 33 minggu. Amniosintesis untuk menetukan
kematangan paru, atau test busa (bubble test).
Memperhatikan kemungkinan infeksi intrauteri.
Bayi dengan berat > 2.000 gram sangat mungkin ditolong.
UK 34 - 36 minggu. BB janin sangat baik sehingga dapat
dilakukan induksi persalinan atau seksio sesarea.
Usia kehamilan > 36 minggu. Induksi dengan oksitosin.
Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol
25 50 g intravaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali
PEMBAHASAN
Pada pasien ini diberikan Amphisilin 1 gram,
pasien tidak diberikan kortikosteroid maupun
tokolitik karena umur kehamilan sudah cukup
bulan. Pasien ini dalam masa persalinan
(inpartu) dan hamil cukup bulan sehingga
penatalaksanaannya pasien dilakukan induksi
oksitosin 5 IU dalam larutan D5% 500cc.
Apabila dalam penatalaksaannya (induksi)
gagal, maka pasien dilakukan bedah sesar.
Namun pada teori diatas, diagnosis pasien
bukan dengan ketuban pecah dini, sehingga
untuk penatalaksanaan nya pasien tidak perlu
dilakukan induksi
KEHAMILAN POST DATE
Kehamilan postdate merupakan kehamilan yang
telah mencapai antara 41 minggu sampai 41+6
minggu.9 Menurut POGI 2006, definisi postdate
yaitu kehamilan 41 minggu atau 42 minggu
lengkap.

Pada pasien ini usia kehamilannya 41+4


minggu sehingga termasuk dalam
kehamilan postdate.
DIAGNOSIS POSTDATE
Perhitungan Naegele
Bila ragu, maka pengukuran fundus uteri
Pemeriksaan ultrasonografi
untuk memeriksa adanya kelainan kongenital,
presentasi janin, taksiran berat lahir, kondisi
plasenta, volume cairan amnion

Pada pasien ini HPHT 17 2 2016, dihitung


dengan rumus Naegele di dapatkan HPL nya 24
11 2016 dengan usia kehamilan pada tanggal
7 desember 2016 yaitu 41+4 minggu. Pada hasil
USG tidak ada kelainan kongenital, presentasi
kepala, TBJ 3000 gram, plasenta di korpus, dan
air ketuban cukup untuk AFI tidak diperiksa.
Tanda postmaturitas pada bayi baru lahir dapat
dibagi dalam 3 stadium :
a. Stadium I
Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan
maseras berupa kulit kering, rapuh dan mudah
mengelupas.
b. Stadium II
Gejala di atas disertai pewarnaan mekonium
(kehijauan) pada kulit.
c. Stadium III
Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit
dan tali pusat.
Pada pasien ini, melahirkan bayi tunggal
perempuan dengan berat badan 3250 gram dan
panjang badan 48 cm. Bayi tidak menunjukan
kehilangan verniks kaseosa dan maseras,
pewarnaan kulit tidak hijau menandakan bayi
tidak postmature.
Menurut Rekomendasi American College of
Obstetricians and Gynecologist
(2004), Evaluasi dan Manajemen Kehamilan Post
date yaitu
induksi persalinan

Prostaglandin

Gawat janin atau oligohidramnion segera


lahirkan
Pengawasan ANC antara 41 dan 42 minggu

Tes nonstress (NST) dan penilaian volume cairan


ketuban

Pada kasus ini, pasien hamil 41+4 minggu


atau post date dilakukan induksi
persalinan, hal ini sesuai dengan teori yang
ada.
INDUKSI PERSALINAN
Tindakan induksi persalinan dilakukan bila hal
tersebut dapat memberi manfaat bagi ibu dan
atau anaknya.7
Indikasi: 7,8
Ketuban pecah dini dengan chorioamnionitis
Pre-eklampsia berat
Ketuban pcah dini tanpa diikuti dengan persalinan
Hipertensi dalam kehamilan
Gawat janin
Kehamilan postterm atau kehamilan lebih bulan

Pada kasus ini, pasien hamil postdate, sudah sesuai


dengan indikasi dilakukan induksi persalinan.
Prosedur Pemberian Infus Oksitosin:
Dipasang infus Dextrosa 5% dengan 5 unit oksitosin.
Tetesan dimulai dari 8 tts/menit dapat dinaikkan tetesan
infus dengan 4 tts/15 menit (untuk evaluasi timbulnya
kontraksi uterus) sampai timbul his yang adekuat atau
tetesan maksimal 40 tts/menit.
Pengawasan induksi harus dilaksanakan dengan cermat
terutama mengawasi akan kemungkinan terjadinya ruptura
uteri dan gawat janin.
Bila sebelum 40 tpm sudah timbul kontraksi otot rahim yang
adekuat, maka tetesan yang terakhir dipertahankan sampai
persalinan berlangsung. Bila terjadi his yang sangat kuat,
jumlah tetesan dikurangi atau sementara dihentikan
Jika masih tidak tercapai kontraksi uterus adekuat dengan
konsentrasi yang lebih tinggi tersebut maka:
Pada multipgravida : induksi dianggap gagal dan lakukan sectio caesar.
Pada primigravida, infuse oksitosin dapat dinaikkan konsentrasinya
yaitu :
10 Unit dalam 400 ml Dextrose 5% 30 tpm
Naikkan jumlah tetesan dengan 10 tpm setiap 30 menit
sampai tercapai kontraksi uterus adekuat.
Jika sudah mencapai 60 tpm, kontraksi uterus masih tidak
adekuat maka induksi dianggap gagal dan lakukan Sectio Caesar.
PEMBAHASAN
Penatalaksanaan pada kasus ini yaitu induksi
oksitosin 5 IU yang di drip dengan larutan D5%
500cc karena UK pasien cukup bulan dan
inpartu. Tetesan dimulai dari 8 tpm yang
dinaikan 4tpm/15 menit, setiap menaikan tpm
terus observasi DJJ dan his secara ketat. Pasien
ini bertahan pada tetesan 40 tpm dan habis 2
botol D5% namun tidak ada kemajuaan dalam
persalinan nya (VT masih 2 jari longgar) dan
penatalaksanaan selanjutnya jika induksi gagal
maka dilakukan bedah sesar
BEDAH SESAR
Bedah sesar merupakan suatu persalinan
buatan, dimana janin dilahirkan melalui suatu
insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta
berat janin diatas 500 gram. Kelahiran sesarea
adalah alternatif dari kelahiran vagina bila
keamanan ibu atau janin terganggu

Bedah sesar pada pasien ini dilakukan


dengan indikasi pasien gagal induksi.
KESIMPULAN
Pada pasien diatas diagnosis bukan ketuban
pecah dini namun lebih kepada Induksi gagal
pada G3P2A0 hamil postdate 41+4 minggu.
Penatalaksanaan kehamilan posdate atau lebih
dari 41 minggu dilakukan induksi oksitosin dan
apabila induksi gagal dilakukan bedah sesar.
SARAN
Ibu hamil baiknya melakukan pemeriksaan
kehamilan ANC secara rutin pada trimester
pertama, kedua dan ketiga
DAFTAR PUSTAKA
Cuningham M. G.,et al. 2012. In: Williams Obstetrics. Section 2. 23th Ed. New York:
McGraw Hill Company and EGC.
Soewarto, S. 2013. Ketuban Pecah Dini. Dalam : Winkjosastro H., Saifuddin A.B., dan
Rachimhadhi T. (Editor). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Hal. 677-682.
Marpaung, J. 2016. Association between the thickness of the collagen in the amniotic
membrane with the incidence of premature rupture of membranes. Int J Reprod Contracept
Obstet Gynecol. 5(2): 296-299
Saifudin A.B. 2006. Ketuban Pecah Dini. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Mochtar, Rustam. 2012. Ketuban Pecah Dini. Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC. Hal
: 255-258.
Manuaba et al. 2008. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Bedah Kebidanan, Edisi I, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta, Tahun, BAB IX Induksi persalinan Hal 73-79.
Cuningham M. G.,et al. 2012. Induksi Persalinan. In: Williams Obstetrics. Section 1. 23th
Ed. New York: McGraw Hill Company and EGC. p 536 545.
American College of Obstetricians and Gynecologists. Practice bulletin no. 146 :
Management of Late-term and Postterm Pregnancies. Obstet Gynecol. 2014;124(2 Pt
1):390-6. doi : 10.1097/01.AOG.0000452744.06088.48.
Saifuddin, A. B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai