Anda di halaman 1dari 22

BAB I

CASE REPORT
A. Identitas pasien
Nama : Ny. DL
Alamat : Mojo3/6Gayam ,Sukoharjo
Usia : 38 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
No RM : 282xxx
B. Kronologis
29Juni 2016
Jam 09.20 WIB
S/Pasien datang kiriman klinik Merasa kencang- kencang dengan tekanan
darah tinggi , pusing , dan Protein urin +3.
O/KU :Cukup
VS : T : 190/130mmHg S : 36C
N : 86x/menit R : 24x/menit
PF : TFU 24cm Riw.PEB anak 1 SC ; BB 1300 gr
HIS -
DJJ 140x/menit
VT -
Kk (+)
A/Pre Eklamsi Berat pada G2P1A0dengan usia kehamilan 35 minggu
P/ Advise Sp.OG
Pemberian MgSO4 sesuai Protab PEB,Monitor Urine min 200cc/ 6jam,
Cek Lab DL, Nifedipin 10mg bila TD 170/100, Observasi RR,TD,DJJ /4
jam

1
2

Jam 11.00 WIB


O/ KU : Cukup
VS :T : 170/110mmHg S : 36C
N : 86x/menit R : 24x/menit
PF : TFU 24cm
HIS -
DJJ 138x/menit
VT -
Kk (+)
A/Pre Eklamsi Berat pada G2P1A0dengan usia kehamilan 35 minggu
P/ Advise Sp.OG
Pemberian MgSO4 sesuai Protab PEB jam 10.45 WIB ,Pasang
DC,Monitor Urine min 200cc/ 6jam, Cek Lab DL, Nifedipin 10mg bila TD
170/100, Observasi RR,TD,DJJ /4 jam

Jam 11.30 WIB


TD:200/110 mmHg => Nifedipin masuk , Observasi lanjut
Jam 13.00 WIB
TD : 140/100 mmHg
PF :TFU 24cm
HIS (jarang)
DJJ 142x/menit
VT -
Kk (+)
USG : DJJ (+), Plasenta di corpus,TBJ 1800gr,Air ketuban cukup.
Advice Sp.OG: Tx .lanjut , Monitor TD /15 mnt.

Jam 21.00 WIB


S/ Merasa sakit saat kontraksi,tekanan darah tinggi , pusing , dan Protein urin
+3.
O/ KU: Cukup
3

VS : T : 190/130mmHg S : 36C Urin : 200cc/6 jam


N : 86x/menit R : 24x/menit
PF : TFU 24cm
HIS +
DJJ 142x/menit
VT -
Kk (+)
A/Pre Eklamsi Berat + IUGR pada G2P1A0dengan usia kehamilan 35 minggu
P/Advise Sp.OG
Pagi Rencana SC,Monitor Urine min 200cc/ 6jam, Cek Lab DL, Nifedipin
10mg bila TD 170/100, Metildopa/12jam(pemberian 4 jam setelah
nifedipin masuk bila TD170/100) Observasi RR,TD,DJJ /4 jam,EKG

30Juni 2016
Jam 08.00 WIB
S/ Sakit saat kontraksi dan pusing
O/ KU: Cukup
VS : T : 160/120mmHg S : 36C Urin : 200cc/6 jam
N : 86x/menit R : 24x/menit
PF: TFU 24cm
HIS +
DJJ 140x/menit
VT -
Kk (+)
A/Pre Eklamsi Berat + IUGR pada G2P1A0dengan usia kehamilan 35 minggu
P/ Advise Sp.OG
Pemberian MgSO4 sesuai Protab PEB ,Rencana Terminasi SC,Cefazoline
1gr(Pre OP),Ruber Penakit Dalam, Tx Sesuai Penyakit dalam , Observasi
DJJ
4

Jam 10.15 WIB


Pasien menginginkan mempertahankan bayi dalam kandungan sampai
usia aterm dan menolak dilakukan terminasi. Mengisi lembar APS dan telah
diberikan surat rujukan.
KU: Cukup
VS: T : 170/120mmHg S : 36C Protein Urin :+3
N : 86x/menit R : 24x/menit
PF : TFU 24cm
HIS +
DJJ 140x/menit
VT -
Kk (+)
Dx. Rujukan:Pre Eklamsi Berat + IUGR pada G2P1A0dengan usia kehamilan
35 minggu

C. Anamnesis
Pada tanggal 29Juni 2016 pukul 09.20 pasien merasa pusing dan
memeriksakan kandungannya ke Klinik . Dengan keluhan, terasa pusing dan
memiliki tensi tinggi perut terasa mulai kenceng-kenceng yang hilang timbul
sejak kemarin malam.Pasien tidak merasakan sesak nafas, mual muntah,
jantung berdebar debar atau pun nyeri tekan pada perut. Pasien juga mengaku
jika BAK dan BAB nya seperti biasa.
Pasien mengaku HPMT pada tanggal 27November 2015 sehingga
perkiraan HPL 4Agustus 2016 dan umur kehamilannya 35 minggu. Kehamilan
sekarang adalah kehamilan ke dua. Pasien menikah 1 kali pada usia 22 tahun
dan sekarang usia perkawinannya adalah 16 tahun. Pasien pertama kali
mentruasi pada umur 15 tahun dengan siklus 28 hari, durasi 5-8 hari dan
banyaknya perdarahan 2-3 ganti pembalut/hari.Pasien mengaku sempat
menggunakan KB suntik selam 3 tahun dan pernah di operasi section caesaria
karena preeklamsi berat.
5

D. Pemeriksaan Fisik ( 29 Juni 2016)


1. Status Generalis
a. Keadaan Umum : Cukup
b. Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital
a. TD :190/130 mmHg
b. Nadi : 84x/menit
c. Suhu : 36,5C
d. RR :22x/menit
e. Tinggi badan : 155cm
f. Berat Badan : 65kg
g. Riwayat Penyakit : PEB
h. Kepala : Normochepal, CA(-/-), SI(-/-), EP(-/-)
i. Leher : PKGB (-/-), Pembesaran Tonsil(-/-)
j. Torax : SDV(+/+), Rh(-/-), Wz(-/-), BJ I-II reguler.
k. Abdomen : TFU 24cm, HIS (-) Jarang, DJJ 140x/menit
l. Ekstremitas : Simetris (+), Edema (-/-), Ikterik (-/-)
2. Status Obstetrik
a. Pemeriksaan Luar
Wajah : Cloasma gravidarum ( - )
Payudara :Pembesaran payudara(+),pengeluaran ASI(-),
Hiperpigmentasi Aereola mamae(+), Puting menonjol(+)
Abdomen :
1) Inspeksi : Linea Nigrae (+), Striae lividae (-), Striae albicans (+)
2) Palpasi :
- L I( TFU diantara procecus xyphoideus dan pusar, teraba bulat
dan lunak )
- LII( Teraba bagian kecil di kanan, dan melengkung memanjang
di kiri)
- L III ( Teraba bagian bulat dan keras, belum masuk PAP )
- L IV ( Konvergen )
6

TFU ( 24cm )
TBJ ( 1800 gr )
HIS ( - )
- Auskultasi : DJJ 140x/menit
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hasil Lab RSUD SKH 29Juni 2016 Jam 10.03WIB
Protein urin +3
2. Hasil Lab RSUD SKH 29Juni 2016 Jam 13.20WIB
Hematologi
Leukosit 11.8 103/L LY 31.9 %
Eritrosit 4.62 106/L MO 6.70 %
Hb 14.1 g/dL BA 0.40 %
HCT 41.1 % EO 0.60 %
MCV 89,0 fL Golongan darah B
MCH 30.5 Pg Ureum 55 mg/DL
MCHC 34.3 g/dL Kreatinin 1.21 mg/DL
Trombosit 291 103/L HbsAg non reaktif
NE 60.4 % ANTI HIV non reaktif
3. Hasil USG RSUD SKH 29 Juni 2016 Jam 13.00WIB
DJJ (+), Plasenta di corpus ,TBJ 1800gr, Air ketuban cukup.

F. Diagnosis Kerja
Preeklamsia berat dengan IUGR pada G2P1A0 Hamil 35 minggu
G. Prognosis
KriteriaEdenadalahkriteriauntukmenentukanprognosiseklampsia.KriteriaEdena
ntara lain1,2:
1. komayanglama(prolongedcoma)
2. nadidiatas120

3. suhu39,4Cataulebih
4. tekanan darah di atas 200 mmHg
5. konvulsilebihdari10kali
7

6. proteinuria 10 g atau lebih


7. tidakadaedema,edemamenghilang

Bilatidakadaatauhanyasatukriteriadiatas,eklampsiamasukkekelasringa
n;bila dijumpai 2 atau lebih masuk ke kelas berat dan prognosis akan lebih
buruk.
Tingginya kematian ibu dan bayi di negara-negara berkembang
disebabkan oleh kurang sempurnanya pengawasan masa antenatal dan natal.
Penderitaeklampsiasering datangterlambat sehingga terlambatmemperoleh
pengobatan yang tepat dan cepat. Biasanyapreeklampsiadaneklampsia murni
tidak menyebabkan hipertensi menahun.

Ad vitam : Dubia ad bonam


Ad Fungsionam : Ad bonam
Ad Sanationam : Dubia ad bonam
8

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Hipertensi yang timbul setelah 20 minggu usia kehamilan disertai
dengan adanya proteinuria. Bila seseorang memenuhi criteria preklamsia dan
mengalami kejang bukan karena penyakit neurologis maka hal tersebut disebut
dengan eklamsia.Adapun pembagian preklamsia sendiri dibagi menjadi
preklamsia ringan dan preklamsia berat.Preeklamsia Ringan adalah
preeklamsia dengan tekanan darah sistolik 140 mmHg dan diastolik 90
mmHg. Preeklamsia Berat adalah preeklamsia dengan tekanan darah sistolik
160 mmHg dan diastolik 110 mmHg.1,3,5
Intra Uterine Growth Retardation adalah berat janin kurang dari 90%
pada usia kehamilan yang sama.5
B. Kriteria Diagnosis
Kriteria preeklampsia berat antara lain (PEB):1,5.
1. Preeklampsia berat
Dikatakan preeklampsia berat bila :
a. Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik >110
mmHg
b. Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan
kuantitatif
c. Bisa disertai dengan :
1) Oliguria (urine 400 mL/24jam)
2) Keluhan serebral, gangguan penglihatan
3) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastrium
4) Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia
5) Edema pulmonum, sianosis
6) Gangguan perkembangan intrauterine
7) Microangiopathic hemolytic anemia, trombositopenia
9

2. Jika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai dengan
adanya kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia.
Preklampsia berat dibagi dalam beberapa kategori, yaitu:5
a. PEB tanpa impending eclampsia
PEB dengan impending eclampsia dengan gejala-gejala impending di
antaranya nyeri kepala, mata kabur, mual dan muntah, nyeri epigastrium,
dan nyeri abdomen kuadran kanan atas
3. IUGR
a. Faktor Ibu
Ibu hamil denganpenyakit hipertensi,penyakit ginjal, kardio pulmonal,dan
pada kehamilan ganda.
b. Faktor Tinggi Fundus Uteri
Cara ini sangat mudah,murah dan aman untuk mendiagnosis adanya ibu
hamil dengan bayi IUGR . Dengan cara mengunakan midline yang di
diletak kan mulai dari atas symfiis pubis ditarik sejajar dengan garis linea
mediana sehingga sampai pada ujung tingi Fundus uteri. Ukuran tinggi
fundus uteri yang kurang 2cm atau 3cm di bawah ukuran normal untuk
masa kehamilan itu maka kita dapat mencurigai bahwa janin mengalami
hambatan pertumbuhan.3
c. Rumus Taksiran berat Janin (Johnson)
Rumus Johnson:
Jika kepala belum masuk PAP maka rumusnya:
Berat Janin = (tinggi fudus uteri 12 ) x 155 gram
Diketahui TFU 24cm
TBJ = (TFU-12) x 155
= (24-12) x 155
= 1860 gram
Pada pasien diatas ditegakkan diagnosis berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan di RSUD adalah Preeklamsia berat dengan
IUGR pada G2P1A0 hamil 35 minggu, berdasarkan pemeriksanaan
tekanan darah 190/130 mmHg,proteinuria positif 3,dan perhitungan TBJ.
10

C. Epidemiologi
Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang paling banyak
terjadi di seluruh dunia, terjadi pada 3% sampai 5% kehamilan dan
mengakibatkan angka mortalitas perinatal dan neonatal sebesar 10%. (1)
Preeklamsia berat terjadi pada 0.6% hingga 1.2% kehamilan di Negara-negara
barat, sementara preeklamsia di bawah 37 minggu dan penyakit berat dibawah
usia kehamilan 34 minggu secara berurutan terjadi pada 0.6% hingga 1.5%
dan 0.3% kehamilan.5
D. Faktor Resiko
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi terjadinya
Preeklamsia berat, antara lain3,5:
1. Primigravida
2. Nulipara
3. Kehamilan Ganda
4. Obesitas
5. Riwayat Preeklamsia pada kehamilan sebelumnya
6. Hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
Pada kasus ini, faktor resiko terjadinya Preeklamsia berat
meliputi riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya dan riwayat
hipertensi.
E. Patofisiologi
Meskipun patofisiologi preeklamsia belum sepenuhnya dipahami,
penyakit ini diketahui terjadi dalam dua tahap. Tahap pertama yaitu terjadinya
penurunanperfusi plasenta, kemungkinan akibat implantasi dan perkembangan
vaskularisasi plasenta yang abnormal.Perkembangan plasenta dini yang
normal dicirikan oleh terjadinya invasi arteri spiralis pada desidua dan
miometrium oleh sitotrofoblas ekstravilli. Hal ini mengubah pembuluh darah
uterus dari yang kecil dan kaku menjadi pembuluh darah berkaliber besar.
Perubahan ini menyebabkan aliran darah uterin meningkat untuk mencukupi
kebutuhan janin.Selain itu, terdapat peningkatan tekanan oksigen,
menstimulasi sitotrofoblas untuk mengurangi ekspresi molekul adhesi dari
11

epitel aslinya, dan mengambil fenotip adhesi permukaan endotel.Gambar 1


menunjukkan kejadian abnormal yang terjadi pada preeklamsia. Invasi arteri
terbatas pada desidua superfisialis, meninggalkan segmen miometrial dalam
keadaan sempit dan tidak dilatasi.Keadaan ini menyebabkan berkurangnya
asupan darah dari ibu sehingga terjadi hipoksia janin dan pembentukan
vaskularisasi plasenta yang tidak normal.Tanpa perubahan tekanan oksigen,
endotelialisasi tidak dapat berlangsung.Bukti adanya hipoperfusi dan iskemia
plasenta dapat dilihat pada spesiem patologis antara lain atherosis akut,
penebalan lapisan intima, nekrosis, aterosklerosis, kerusakan endotel dan
infark plasenta. Meskipun tidak bersifat universal, keadaan tersebut
berhubungan dengan tingkat keparahan penyakit.
Faktor angiogenik (vascular endothelial growth factor [VEGF] dan
placental growth factor) diekspresikan dalam jumlah yang tinggi oleh
sitotrofoblas dan penting dalam regulasi vaskulogenesi
plasenta.Ketidakseimbangan factor ini dengan factor antiangiogenik,
khususnya soluble Fms-like tyrosine kinase-1 (sFlt-1) dan endoglin soluble,
mengakibatkan kondisi antiangiogenik dan disfungsi endotel.Kadar sFlt-1
messenger RNA meningkat pada plasenta pasien preeklamsia, baik saat terjadi
manifestasi klinis maupun saat 2 hingga 5 minggu sebelum onset, dengan
peningkatan yang lebih tinggi pada preeklamsia berat, preeklamsia onset dini
dan preeklamsia dengan komplikasi pertumbuhan janin terhambat.Hipoksia
diketahui dapat meningkatkan ekspresi sFlt-1 dalam kultur trofoblas primer
pada plasenta trimester pertama.
Ketidakseimbangan faktor angiogenik ini dianggap sebagai
penghubung antara plasentasi abnormal dengan tahap kedua pada preeklamsia,
yaitu respons maternal, yang ditandai dengan inflamasi luas dan disfungsi sel
endothelial, peningkatan marker stress oksidatif, resistensi insulin,
menurunnya fungsi imun dan dislipidemia.Disamping itu, sFlt-1 bersifat
antagonis terhadap VEGF, mencegah factor ini menstabilisasi sel endothelial.
Secara klinis, hal ini tampak sebagai peningkatan tekanan darah dan
proteinuria, seiring dengan keterlibatan system multiorgan.Komplikasi fetal
12

juga terbukti dalam tahap ini meliputi prematuritas, oligohidramnion,


pertumbuhan janin terhambat, abrupsio plasenta dan kematian intrauterine.
Kemungkinan gangguan aliran darah uteroplasental atau infark plasenta ini
memainkan peran dalam menentukan morbiditas janin.
F. Manifestasi Klinis
Dua gejala yang sangat penting pada preeklampsia adalah hipertensi
dan proteinuria. Gejala ini merupakan keadaan yang biasanya tidak
disadari oleh wanita hamil. Pada waktu keluhan lain seperti sakit kepala,
gangguan penglihatan, dan nyeri epigastrium mulai timbul, hipertensi dan
proteinuria yang terjadi biasanya sudah berat.1,3
Tekanandarah.Kelainandasarpadapreeklampsiaadalahvasospasmearteri
olsehinggatandaperingatanawal
munculadalahpeningkatantekanandarah.Tekanan diastolikmerupakantanda
prognostik yang lebih baik dibandingkan tekanansistolik dan
tekanandiastoliksebesar90mmHgataulebihmenetapmenunjukankeadaanabnorm
al.1,3
Kenaikan berat badan. Peningkatan berat badan yang terjadi tiba-tiba
dan kenaikanberatbadanyangberlebihan merupakantandapertama
preeklampsia.
Peningkatanberatbadansekitar0,45kgpermingguadalahnormal,tetapibilalebihda
ri1 kg dalam seminggu atau 3 kg dalam sebulan maka kemungkinan
terjadinya preeklampsia harus dicurigai. 1,3
Peningkatan berat badan yang mendadak serta berlebihan terutama
disebabkan oleh retensi cairan dan selalu dapat ditemukan sebelum timbul
gejala edema nondependen yangterlihatjelas,seperti edema kelopakmata,kedua
lengan, atau tungkai yang membesar. 1,3
Proteinuria. Derajatproteinuriasangat bervariasi menunjukanadanya
suatu penyebab fungsional dan bukan organik. Pada preeklampsia awal,
proteinuria mungkin hanya minimal atau tidak ditemukan sama sekali. Pada
kasus yang berat, proteinuria
biasanyadapatditemukandanmencapai10gr/l.Proteinuriahampir selalutimbul
13

kemudian dibandingkan dengan hipertensi dan biasanya terjadi setelah


kenaikan berat badan yang berlebihan. 1,3
Nyerikepala.Gejalainijarangditemukanpadakasusringan,tetapisemakins
ering terjadi pada kasus yang lebih berat. Nyeri kepala sering terasa
pada daerah frontalis dan oksipitalis, dan tidak sembuh dengan pemberian
analgesik biasa. Pada wanita hamil yang mengalami serangan eklampsia, nyeri
kepala hebat hampir selalu mendahului serangan kejang pertama. 1,3
Nyeri epigastrium. Nyeri epigastrium atau nyeri kuadran kanan atas
merupakan keluhanyangseringditemukanpada preeklampsiaberatdandapat
menjadipresiktor serangan kejang yang akan terjadi. Keluhan ini mungkin
disebabkan oleh regangan kapsula hepar akibat edema atau perdarahan. 1,3
Gangguan penglihatan, Gangguan penglihatan yang dapat terjadi di
antaranya pandangan yang sedikit kabur, skotoma, hingga kebutaan sebagian
atau total. Keadaan ini disebabkan oleh vasospasme, iskemia, dan perdarahan
petekie pada korteks oksipital. 1,3
Dari pasien didapatkan keluhan dari pasien berupa pusing merasa
kencang-kencang dan data dengan tekanan darah pada saat masuk
RSUD Sukoharjo 190/130 mmHg yang disertai dengan proteinurin +3.
G. Penatalaksanaan PEB

Tujuan dasar dari penatalaksanaan preeklampsia adalah 3,5:


1. Pencegahan kejang
2. Pengelolaan Hipertensi
3. Terminasi kehamilan
4. Kelahiran bayi yang dapat bertahan
5. Pemulihan kesehatan lengkap pada ibu
Persalinan merupakan pengobatan untuk preeklampsia. Jika diketahui
ataudiperkirakan janinmemilikiusiagestasipreterm,kecenderungannya
adalahmempertahankan sementarajanindi dalamuterus

selamabeberapamingguuntuk menurunkanrisiko kematian neonatus.6


14

Khususpadapenatalaksanaanpreeklampsiaberat(PEB),penangananterdir
idaripenanganan aktif dan penanganan ekspektatif. Wanita hamil dengan PEB
umumnya dilakukan persalinan tanpa ada penundaan. Pada beberapa tahun
terakhir, sebuah pendekatan yang berbeda pada wanita dengan PEBmulai
berubah.Pendekatan ini mengedepankan penatalaksanaan ekspektatif pada
beberapa kelompok wanita dengan
tujuanmeningkatkanluaranpadabayiyangdilahirkantanpamemperburukkeamana
nibu.5
AdapunterapimedikamentosayangdiberikanpadapasiendenganPEBantar
alain adalah:1,5
1. Tirah baring
2. Oksigen
3. Kateter menetap
4. Cairanintravena.Cairanintravenayangdapatdiberikandapatberupakristaloid
maupun koloid dengan jumlah input cairan 1500 ml/24 jam dan
berpedoman pada diuresisinsensible water loss, dan central venous
pressure (CVP). Balans cairan ini harus selalu diawasi.

5. Magnesiumsulfat(MgSO4).Obatinidiberikandengandosis20ccMgSO420%s
ecaraintravena loading dose dalam 4-5 menit. Kemudian dilanjutkan
dengan MgSO440% sebanyak 30 cc dalam 500 cc ringer laktat (RL) atau
sekitar 14 tetes/menit. Magnesium sulfat ini diberikan dengan beberapa
syarat, yaitu:
a. Refleks patella normal
b. Frekuensi respirasi >16x per menit
c. Produksi urin dalam 4 jam sebelumnya >100cc atau 0.5 cc/kgBB/jam
d. Disiapkannyakalsiumglukonas10%dalam10ccsebagaiantidotum.Bilana
ntinya ditemukangejaladan tandaintoksikasimakakalsiumglukonas
tersebutdiberikan dalam tiga menit
6. Antihipertensi
15

Antihipertensi diberikan jika tekanan darah diastolik >110


mmHg. Pilihan antihipertensi yang dapat diberikan adalah nifedipin 10
mg. Setelah 1 jam, jika tekanan
darahmasihtinggidapatdiberikannifedipinulangan10mgdenganinterval
satujam,
duajam,atautigajamsesuaikebutuhan.PenurunantekanandarahpadaPEBtidak
boleh terlalu agresif yaitu tekanan darah diastol tidak kurang dari 90
mmHg atau maksimal 30%. Penggunaan nifedipin ini sangat dianjurkan
karena harganya murah, mudah didapat, dan mudah mengatur dosisnya
dengan efektifitas yang cukup baik
1. Penanganan Aktif
Penanganan Aktif. Kehamilan dengan PEB sering dihubungkan
dengan peningkatan mortalitas perinatal dan peningkatan morbiditas serta
mortalitas ibu. Sehinggabeberapaahliberpendapatuntukterminasikehamilan
setelahusiakehamilan mencapai 34 minggu. Terminasi kehamilan adalah

terapi definitif yang terbaik untuk ibu untuk mencegah progresifitas PEB.3
Indikasi untuk penatalaksanaan aktif pada PEB dilihat baik indikasi
pada ibumaupun janin:

1. Indikasi penatalaksanaan PEB aktif pada ibu:5


a. Kegagalan terapi medikamentosa:
1) Setelah 6 jam sejak dimulainya terapi medikamentosa,terjadi
kenaikan tekanan darah yang persisten.
2) Setelah 24 jam sejak dimulainya terapi medikamentosa,terjadi
kenaikan tekanan darah yang persisten
b. Tanda dan gejala impending eklampsia
c. Belum adanya tanda-tanda inpartu setelah 24 jam dilakukanya
terapi medikamentosa
d. Gangguan fungsi hepar
e. Gangguan fungsi ginjal
f. Dicurigai terjadi solusio plasenta
16

g. Timbulnya onset partus, ketuban pecah dini, dan perdarahan g.


umur kehamilan 37 minggu
h. Intra Uterine Growth Restriction (IUGR) berdasarkan pemeriksaan
USGtimbulnya oligohidramnion

2. Indikasi lain yaitu trombositopenia progresif yang menjurus ke


sindrom HELLP (hemolytic anemia, elevated liver enzymes, and low
platelet count).
DalamACOGHypertension in Pregnancy-Practice

Guideline1mencatatterminasisebagaiterapiuntukPEB, Akan tetapi,


keputusan untuk terminasi harus melihat keadaan ibu dan janinnya.
Sementara Nowitz ERdkk membuat ketentuan penanganan PEB dengan
terminasi kehamilan dilakukan ketikadiagnosis PEB ditegakkan. Hasil
penelitian juga menyebutkan tidak ada keuntungan terhadap ibu untuk
melanjutkan kehamilan jika diagnosis PEB telah
ditegakkan.AhmedMdkkpadasebuahreviewterhadapPEBmelaporkanbahwa
terminasi kehamilan adalah terapi efektif untuk PEB. Sebelum terminasi,
pasien telah diberikan
denganantikejang,magnesiumsulfat,danpemberianantihipertensi.
2. Penanganan Ekspektatif
Penanganan ekspektatif. Terdapat kontroversi mengenai
terminasi kehamilan
padaPEByangbelumcukupbulan.Beberapaahliberpendapatuntukmemperpa
njang usia kehamilan sampai seaterm mungkin sampai tercapainya
pematangan paru atau
sampaiusiakehamilandiatas37minggu.Adapunpenatalaksanaanekspektatifb
ertujuan5:
a. Mempertahankan kehamilan sehingga mencapai umur kehamilan yang
memenuhi syarat janin dapat dilahirkan
b. Meningkatkan kesejahteraan bayi baru lahir tanpa mempengaruhi
keselamatan ibu
17

Berdasarkanluaranibu dan anak,berdasarkanusia


kehamilan,padapasienPEB yang timbul dengan usia kehamilan dibawah 24
minggu, terminasi kehamilan lebih diutamakan untuk menghindari
komplikasi yang dapat mengancam nyawa ibu (misalnya perdarahan otak).
Sedangkan pada pasien PEB dengan usia kehamilan 25 sampai 34 minggu,
penanganan ekspektatif lebih disarankan.

Sedangkan Haddad B4dkk yang meneliti 239 penderita PEB


dengan usiakehamilan24-33minggumendapatkan13kematianperinatal
denganrincian12bayipada kelompokaktifdan1
kematianperinatalpadakelompokekspektatif. Sementara angka kematian
ibu sama pada kedua kelompok. Penelitian ini menyimpulkan penanganan
PEB secara ekspektatif pada usia kehamilan 24-33 minggu menghasilkan
luaran perinatal yang lebih baik dengan risiko minimal pada ibu.
PadapasiendenganPEB,sedapatmungkin
persalinandiarahkanpervaginamdengan beberapa hal yang harus
diperhatikan, yaitu:
a. Penderita belum inpartu
1) Dilakukan induksi persalinan bila skor Bishop 8
Dalam melakukan induksi persalinan, bila perlu dapat
dilakukan pematangan serviks dengan misoprostol. Induksi
persalinan harus sudah mencapai kala II dalam waktu 24 jam.Bila
tidak, induksi persalinan dianggap gagal dan harus disusul dengan
pembedahan sesar.
2) Pembedahan sesar dapat dilakukan jika tidak ada indikasi untuk
persalinan pervaginamataubilainduksipersalinangagal,terjadi
maternaldistress,terjadi fetal distress, atau umur kehamilan <33

minggu.2,3
b. Bila penderita sudah inpartu
1) Perjalan persalinan diikuti dengan grafik Friedman
2) Memperpendek Kala II
18

3) Pembedahan cesar dilakukan bila terdapat maternal distress dan


fetal distress.
4) Primigravida direkomendasikan pembedahan cesar.
5) Anastesi: regional anastesia, epidural anastesia. Tidak dianjurkan
anastesia umum

H. Penatalaksanaan IUGR
A.Penatalaksanaan umum
- Istirahat
Merupakan satu-satunya terapi yang paling efektif dan sering di
rekomendasikan . Secara teori istirahat akan menurunkan aliran darah
perifer dan meningkatkan aliran darah ke sirkulasi uteroplasenta yang di
duga dapat memperbaiki pertumbuhan janin.
-Suplementasi Ibu
Kekurangan kalori yang berat hingga lebih kecil 1500 kalori per hari dapat
dihubungkan dngan penurunan berat bayi lahir rata-rata hamper 300 gram.
B. Penatalaksanaan Khusus
Pada IUGR yang terjadi jauh sebelum waktunya dilahirkan (preterm),
hanya terapi suportif yang dapat di lakukan. Apabila penyebabnya nutrisi
pada ibu hamil yang kurang adekuat maka nutrisi harus di perbaiki.Usia
optimal untuk melahirkan bayi adalah 33-34 minggu dengan pertimbangan
sudah dilakukan pematangan paru.Pemeriksaan kardiotografi akan sangat
membantu untuk mengetahui kondisi adnya hipoksia janin lanjut berupa
deselerasi lambat denut jantung. 5
19

Penatalaksanaan pasien ini seharusnya adalah dilakukan


terminasi dengan metode sectio seccaria karena kegagalan
medikamentosa dalam 6 jam dengan adanya peningkatan tekanan darah
yang persisten,Taksiran berat janin 1800gr yang masuk dalam criteria
IUGR , dan belum adanya tanda-tanda inpartu setelah 24 jam dilakukan
nya terapi medikamentosa.Sehingga mengindikasikan untuk segera
dilakukan penanganan seara aktif yang dimana diharapkan akan
meningkatkan angka kesejahteraan bagi ibu dan bayi. Namun pasien
beserta keluarga menginginkan untuk mempertahankan kondisi janinnya
sampai dengan usia aterm,hal ini juga dapat dilakukan untuk
mendapatkan luaran yang lebih baik.
20

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada pasien diatas ditegakkan diagnosis Pre Eklamsi Berat dengan IUGR
pada G2P1A0 Hamil 35 minggu, berdasarkan tekanan darah 160 untuk
sistol dan 110 untuk diastole serta adanya proteinurin +3 dengan hasil
USG tbj 1800gr. Pada umunya rata-rata tekanan darah ibu hamil yang
normal adalah 100-130 untuk sistol dan 70-90 untuk diastole.
2. Terjadinya preeklamsi berat pada kehamilan sekarang disebabkan karena
adanya factor resiko pernah mengalami PEB pada kehamilan sebelumnya
dan mempunyai riwayat hipertensi.
3. Prinsip penatalaksanaan Pre Ekalamsi Berat dengan adanya indikasi IUGR
pada usia kehamilan 35 minggu pada adalah dilakukan penanganan secara
aktif dengan cara terminasi secara sectio saecaria.

B. Saran
1. Ibu hamil sebaiknya memeriksakan kehamilan dan kesehatan nya secara
rutin ke pusat pelayanan kesehatan yang tersedia agar dapat mendeteksi
secara dini apabila tekanan darah tidak terkontrol pada saat masa
kehamilan.
2. Ibu hamil sebaiknya mengkonsumsi obat antihipertensi secara teratur
apabila tekanan darah mulai naik tidak terkontrol.
21

DAFTAR PUSTAKA

1. Amerrican College Obstetrician and Gynecologist.Hypertension in


Pregnancy-Practice Guideline.2013Cunningham, F.G, et al. 2010. Williams
Obstetric, 23rd edition. Mc GrawHill: New York. ED.21- EGC: Jakarta
2. AhmedM,RecentTrendsinManagementofPreeklampsia,FacultyofmedicineAin
Shams University, 2008
3. Cunningham, F.G, et al. 2010. Williams Obstetric, 23rd edition. Mc GrawHill:
New York. ED.21- EGC: Jakarta
4. HaddadB,DeisS,GoffinetF,etal,maternalandperinataloutcomesduring expectant
management of 239 severe preeclampticwomen between 24 and 33 weeks`
gestation, Am J Obstet Gynecol 2004;190:1590-5
5. Mose, J.C dan Alamsyah, M. 2010.Hipertensi kehamilan dalam Ilmu
Kebidanan Sarwono Prawirohardjo, edisi keempat. PT Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo: Jakarta
6. NorwitzER,FunaiEFExpectantManagementofSeverepreecampsiaatlessthan27
weeks`Gestation:maternalandperinataloutcomesaccordingtogestationalage by
weeks at Onset of Expectant Management, Am J obstet Gynecol
2008;199:209-212
7. SibaiBM,BartonJR:Expectantmanagementof
severepreeklampsiaremotefromterm: Patient selection, treatment, and
delivery indications. Am J Obstet Gynecol, 2007:196:514.e1-514.e9
8. Numprasert W. A study in Johnsons Formula: Fundal height measurement
for estimation of birth weight. AU JT 8 (1): 15-2004.
22

Anda mungkin juga menyukai