Anda di halaman 1dari 27

REFERAT

“RETINOPATI”

Pembimbing :

dr. Reti Sugiarti Sp.M

Disusun Oleh :

Jermansyah DD Khairari

2018790063

DEPARTEMEN MATA

KEPANITERAAN KLINIK RSUD BANJAR

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2019
BAB I
PENDAHULUAN
Retina pada mata seperti lapisan film pada kamera tempat obyek yang dilihat
oleh mata, merupakan struktur yang sangat terorganisasi, dengan kemampuan untuk
memulai pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan
melalui nervus opticus ke korteks visual. Begitu pentingnya fungsi retina, sehingga jika
terdapat gangguan atau kelainan pada retina dapat terjadi gangguan penglihatan dimana
pasien dapat mengalami penurunan baik pada visus maupun lapang pandangnya.1
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang.
Kelainan yang berhubungan dengan penurunan penglihatan yang menurun perlahan
seperti retinopati akibat anemia, diabetes melitus, hipertensi, dan retinopati anemia.
Cotton wool patches merupakan gambaran eksudat pada retina akibat penyumbatan
arteri prepapil sehingga terjadi daerah nonperfusi di dalam retina. Pembagian
Retinopati berdasarkan penyebab : Diabetes mellitus : retinopati diabetic, Bayi lahir
premature : retinopati prematuritas, Riwayat trauma non okuli : retinopati purtschers,
anemia : retinopati anemia, retinopati hipertensi, yaitu retinopati karena hipertensi, dan
retinopati serosa sentral.
Terdapat kurang lebih 16 juta orang dengan diabetes di Amerika Serikat, namun
hanya 50% dari jumlah tersebut yang mengetahui bahwa dirinya menderita DM dan
hanya 25% yang mendapatkan perawatan oftalmologi yang baik. Hal ini
menggambarkan mengapa RD menjadi penyebab kebutaan nomor satu pada individu
berusia 25-74 tahun di negara itu, kurang lebih 8000 kasus baru per tahun. Prevalensi
lebih tinggi didapatkan pada orang kulit hitam berhubungan dengan tekanan darah yang
lebih tinggi pada ras tersebut. Pada laki-laki angka kejadiannya juga lebih tinggi.
Namun pada usia lebih dari 50 tahun, wanita memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari
laki-laki. Dengan melakukan skrinning insidens retinopati harus semakin berkurang
bukan semakin meningkat di era sekarang ini.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Retina


Retina atau selaput jala adalah lapisan terdalam dari ketiga dinding bola mata yang
merupakan membran tipis, halus, tidak berwarna atau bening serta tembus pandang dan
mirip jala dengan nilai metabolisme oksigen yang tinggi dan terdiri atas saraf sensorik
penglihatan dan serat saraf optik. Ketebalan retina kira-kira 0,5 mm. Area sirkuler kira-
kira 6 mm mengelilingi fovea disebut retina sentral yang didominasi oleh sel-sel
kerucut. Sementara diluar area tersebut adalah retina perifer yang terbentang sampai
ke oraserata, 21 mm dari pusat optic disc yang di dominasi oleh sel-sel batang.1,5

Gambar 1. Retina.5,6

Retina merupakan jaringan saraf mata yang mana berisi dua macam
fotoreseptor, yaitu sel kerucut yang sensitif terhadap warna dan sel batang yang sensitif
terhadap derajat penyinaran dan terhadap intensitas penyinaran yang kecil (adaptasi
gelap). Fotoreseptor ini merupakan antena sistem penglihatan. Fotoreseptor akan
bereaksi terhadap cahaya dan mengubah energi cahaya menjadi persepsi penglihatan.
Pigmen penglihatan didalam fotoreseptor secara kimiawi aktif mempengaruhi
perubahan energi ini. Pigmen penglihatan termasuk dalam kelas karotenoid dan terikat
2
pada reseptor molekul-molekul protein. Sel kerucut berisi pigmen yang beregenerasi
secara cepat, yaitu iodopsin dan sianopsin. Sel batang berisi rhodopsin yang
regenerasinya lebih lambat (visual purple).1,5

Retina dibagian luarnya berhubungan erat dengan koroid. Koroid memberi


nutrisi pada retina luar atau sel kerucut dan sel batang. Bagian koroid yang memegang
peranan penting dalam metabolisme retina adalah membrane Bruch dan sel epitel
pigmen yang tidak dapat ditembus cahaya. Pada cahaya terang, kerucut memanjang
kearah badan kaca, yaitu kea rah datangnya sinar. Pada saat bersamaan batang bergerak
ke arah epitel pigmen. Dalam keadaan remang-remang terjadi kebalikan “perilaku
motorik retina”, batang memanjang kearah datangnya sinar, sedangkan kerucut
bergerak kearah epitel pigmen.1,5

2.2 Sirkulasi Perdarahan Retina


Mata mendapatkan pasokann darah dari arteri oftalmika (cabang dari arteri karotis
interna) melalui arteri retina, arteri siliaris dan arteri maskularis. Sirkulasi konjungtiva
beranastomosis di anterior dengan cabang-cabang dari arteri karotis eksterna.
Saraf optic anterior mendapat pasokan darah dari cabang-cabang dari arteri silisaris.
Retina mendapat pasokan darah dari cabang anterior dari arteri retina sentral. Tiap
arteriol ini memasok darah ke satu area di retina dengan sedikit tumpeng tindih.
Obstruksi mengakibatkan iskemia pada sebagian besar area yang dipasok oleh arteriol
tersebut. Fovea sangat tipis sehingga tidak membutuhkan pasokan dari sirkulasi retina.
Fovea mendapat darah secara tidak langsung, seperti juga lapisan fuar retina, oleh difusi
oksigen dan metabolit dari koroid melewati epitel pigmen retina.
Sel-sel endotel kapiler retina dihubungkan dengan taut erat sehingga pembuluh darah
tersebut menjadi impermeabel terhadap molekul kecil. Ini membentuk suatu 'sawar
darah-retina bagian dalam. Namun kapiler koroid memiliki fenestrasi dan mudah bocor.
Sel-sel epitel pigmen retina uga dihubungkan dengan taut erat dan membentuk 'sawar
darah-retina bagian luar antara koroid yang mudah bocor dan rettina. Rusaknya sawar-
sawar ini menyebabkan didapatkannya tanda-tanda pada retina yang terdapat pada
banyak penyakit vaskular.6

3
Gambar 2. Pasokan darah okular6

2.3 Retinopati
Definisi
Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Kelainan
retina yang berhubungan dengan penurunan pengelihatan seperti retinopati akibat
anemia, diabetes melitus, hipertensi dan retinopati leukemia.
Cotton wool patches merupakan gambaran eksudat pada retina akibat penyumbatan
arteri prepapil sehingga terjadi nonperfusi di dalam retina. Terdapat pada hipertensi,
retinopati diabetes, penyakit kolagen, anemia, penyakit Hodkin dan keracunan
monooksida.1
Klasifikasi
1) Diabetic Retinopati
Komplikasi diabetes mellitus pada system oftalmicus.2
 Umum
1. Retinopati.
2. Iridopati (defek transiluminasi iris minor).
3. Refraksi tidak stabil.
 Tidak umum
1. Recurrent Style
2. Xanthelasmata.
3. Accelerated senile cataract
4. Glaukoma neovaskular (NVG).

4
5. Palsi saraf motorik okuler.
6. Mengurangi sensitivitas kornea.
 Jarang. Papilopati, disosiasi cahaya-dekat pupil, Sindrom Wolfram
(atrofi optik progresif dan multipel) kelainan neurologis dan sistemik),
onset akut katarak, mucormycosis badak-orbital.2

a. Definisi
Retinopati diabetes adalah kelainan retina (retinopati) yang ditemukan pada
penderita diabetes melitus. Retinopati akibat diabetes melitus lama berupa
aneurismata, melebarnya vena, perdarahan dan eksudat lemak.1,2

b. Prevalensi
Prevalensi diabetic retinopathy (DR) lebih sering ditemukan pada diabetes
mellitus tipe 1 dibandingkan diabetes mellitus tipe 2.
Retinopati diabetes merupakan penyulit penyakit diabetes yang paling penting.
Hal in disebabkan karena insidennya yang cukup tinggi yaitu mencapai 40-50%
penderita diabetes dan prognosisnya yang kurang baik terutama bagi
pengelihatan.
Di Amerika Serikat terdapat kebutaan 5.000 orang pertahun akibat retinopati
diabetes, sedangkan di Inggris retinopati diabetes merupakan penyebab
kebutaan nomor 4 dari seluruh kebutaan.1,2

c. Faktor risiko
 Durasi diabetes. Ini merupakan faktor resiko yang paling penting. Pada
pasien yang di diagnosis dengan diabetes sebelum usia 30 tahun, dimana
insiden diabetic retinopati setelah 10 tahun sebesar 50%, dan setelah usia 30
tahun menjadi 90%. Diabetic retinopati jarang berkembang pada onset
diabetes 5 tahun atau sebelum masa pubertas, tapi berdasarkan data, sekitar
5% dari diabetes mellitus tipe 2 beresiko RD.2
 Diabetes mellitus tidak terkontrol. Pengontrolan gula darah yang ketat
pada pasien DM telah terbukti dapat mencegah atau memperlambat
perkembangan DR.2

5
 Hipertensi sangat umum ditemukan pada pasien diabetes mellitus tipe 2,
hipertensi harus di control hingga (<140/80 mmHg).2
 Nepropathy yang parah dapat memperburuk terjadinya diabetic
retinopathy.2
 Faktor Risiko lainnya dislipidemia, merokok, operasi katarak sebelumnya,
obesitas dan anemia.2

d. Patogenesis.3
1. Diabetic retinopati sebagian besar adalah mikroangiopati di pembuluh darah
kecil yang rentan terhadap kerusakan karena glukosa tinggi. Efek langsung
hiperglikemia pada sel retina juga mungkin memainkan peran.
2. Penebalan membran dasar, kerusakan dan proliferasi sel endotel, dan
peningkatan agregasi trombosit semua mengarah ke penyempitan pembuluh
darah.
3. Ini menyebabkan iskemia dan menyebabkan melemahnya dinding kapiler,
4. Meenyebabkan keluar dari pembuluh darah.
5. Selanjutnya fosforilasi, glikosilasi dan disorganisasi tight junction, dengan
kehilangan pericytes, menyebabkan kerusakan bagian dalam sawar darah-
retina. Kerusakan pada dinding pembuluh darah menyebabkan kebocoran darah
(cukup besar untuk ekstravasasi protein, lipid, sel darah merah dan cairan).
6. Iskemia terus-menerus menyebabkan cotton wool spot dan intra-retinal
microvascular abnormalities (IRMAs).
7. Respon retina terhadap iskemia adalah pelepasan agen vasogenik, termasuk
faktor pertumbuhan endotel vaskular (VEGF), yang pada akhirnya mengarah
pada neovaskularisasi. Sayangnya, ini pembuluh darah baru ini lemah, rapuh
dan mudah mengalami perdarahan. Titik akhirnya adalah kebutaan dari
pelepasan retina traksi atau glaukoma rubeotic.

e. Gejala klinis
Retinopati merupakan gejala diabetes mellitus utama pada mata, berikut gejala
yang ditemukan pada retina :
 Mikroaneurisma, merupakan penonjolan dinding kapiler, terutama
daerah vena dengan bentuk berupa bintik merah kecil yang terletak

6
dekat pembuluh darah utama polus posterior. Kadang-kadang pembuluh
darah ini sedemikian kecilnya sehingga tidak terlihat, sedang dengan
bantuang angiografi floresein lebih mudah dipertunjukan adanya
mikroaneurismata ini. Mikroaneurismata merupakan kelaianan diabetes
mellitus dini pada mata.1,2

Gambar 3 Mikroaneurisma.2,3
 Perdarahan Retina, dapat dalam bentuk titik, garis, dan. Bentuk
perdarahan ini merupakan prognosis penyakit dimana perdarahan yang
luas memberikan prognosis lebih buruk disbanding kecil. Perdarahan
terjadi akibat gangguan permeabilitas pada mikroaneurisma, atau karena
pecahnya kapiler.1,2

7
Gambar 4 : Perdarahan retina.2
 Dilatasi pembuluh darah vena dengan lumen ireguler dan berkelok-kelok.
Biasanya pembuluh darah tidak menyebabkan perdarahan. Hal ini terjadi
akibat kelainan sirkulasi dan kadang disertai dengan kelainan endotel dan
eksudasi plasma.1
 Eksudasi baik hard exudate maupun soft exudate. Hard exudate merupakan
infiltrasi lipid ke dalam retina. Gambarannya ireguler, kekuning-kuningan.
Eksudat ini dapat muncul dan hilang dalam beberapa minggu. Kelainan ini
terutama banyak ditemukan pada keadaan hiperlipoproteinemia. Soft
exudate yang sering disebut cotton wool patches yang merupkan iskemia
retina. Kelainan ini akan memperlihatkan bercak berwarna kuning dan
difus.1,2
 Pembuluh darah baru pada retina biasanya terletak di permukaan jaringan.
Neovaskularisasi biasanya terjadi akibat proliferasi sel endotel pembuluh
darah. Tampak sebagai pembuluh yang berkelok-kelok, dalam kelompok-
kelompok dab bentuknya irregular. Mula-mula terletak di dalam jaringan
retina, kemudian bergerak ke daerah pre-retinal, ke badan kaca. Pecahnya
neovaskularisasi pada daerah-daerah ini dapat menimbulkan perdarahan
retina, perdarahan subhialoid (preretinal), maupun perdarahan badan kaca.
Proliferasi preretinal dari suatu neovaskularisasi biasanya diikuti proliferasi
jaringan ganglia dan perdarahan.1
 Edema retina dengan tanda hilangnya gamabaran retina terutama daerah
macula sehingga sangan mengganggu tajam pengelihatan pasien.1

8
Gambar 5. A. Perdarahan dan
Eksudat
B. Cotton Wool Spot
C. Pembuluh darah baru.6

f. Klasifikasi

Klasifikasi ini di gunakan untuk membantu pengobatan dini DR (Airlie House


Classification), dan sudah digunakan secara internasional.

 Tidak ada retinopati. Tidak ada tanda-tanda abnormal yang ditemukan


pada retina. Pengelihatan normal.2
 Background Diabetic Retinopathy (BDR) dengan karakteristik
mikroaneurism, bintik perdarahan dan eksudat. Ini adalah gejala dini
dari DR, dan akan bertahan lama. Perdarahan muncul jauh dari macula.
Pengelihatan normal.2

Gambar 6. Background Diabetic Retinopathy. 6

9
 Diabetic Maculopathy mengacu kepada retinophaty yang muncul pada
macula. Ditemukan eksudat dan perdarahan dalam area macula, dan atau
terdapat bukti edema retina, dan tau terdapat iskemia retina. Dapat
mengancam pengelihatan.2

Gambar 7. Diabetic Maculopati.2


 Preproliferatif Diabetic Retinopathy (PPDR) Dengan bukti oklusi
cotton wool spot, perubahan vena, intraretinal microvascular anomalies
(IRMA) dan sering terjadi deep retinal haemmorhagic. PPDR
mengindikasi terjadinya iskemi retina secara progresif, dengan
meningkatkan risiko retinal neovaskularisasi progresif.2

Gambar 8. Preproliferatif Diabetic Retinopathy. 6


 Proliferatif Diabetic Retinopathy perubahan oklusif menyebabkan
pelepasan substansi vasoproliferatif dari retina yang menyebabkan
pertumbuhan pembuluh darah baru di lempeg optic (NVVD) atau
ditempat lain pada retina (NVE). Pengelihatan normal, mengancam
pengelihatan.2

10
Gambar 8. Proliferatif Diabetic Retinopathy.4
 Lanjut. Perubahan proliferative dapat menyebabkan perdarahan ke
dalam vitreous atau antara vitreous dan retina. Retina juga dapat tertarik
dari epitel pigmen di bawahnya oleh proliferasi fibrosa yang berkaitan
dengan pertumbuhan pembuluh darah baru. Pengelihatan berkurang,
sering akut dengan perdarahan vitreous, mengancam pengelihatan.

Gambar 9. Retinopati diabetic lanjut, neovaskularisasi menyebabkan


ablasio retina traksional.6
g. Tatalaksana

Umum

1. Edukasi pasien, sangat penting, termasuk tentang perlunya mematuhi


jadwal peninjauan dan perawatan untuk mengoptimalkan hasil.
2. Kontrol diabetes
3. Faktor resiko lain. Hipertensi, hiperlipidemia

11
4. Fenofibrate 200 mg setiap hari telah terbukti mengurangi perkembangan
retinopati diabetik pada penderita diabetes tipe 2 dan resep harus
dipertimbangkan
5. Merokok, harus dihentikan, meskipun ini belum secara definitif terbukti
mempengaruhi retinopati.2

Walaupun dikatakan bahwa sampai saat ini diabetes belum dpat


dicegah, tetapi kebutaan karena komplikasi diabetes dapat dikurangi secara
bermakna. Timbulnya retinopati DM serta progresivitas retinopati dapat
diperlambat apabila kadar gula darah, tekanan darah, serta kadar kolesterol
darah dikendalikan sehingga mendekati angka normal. Deteksi dini
terjadinya retinopati sangat penting untuk mencegah kebutaan. Untuk DM
tipe 1 perlu dilakukan pemeriksaan retina 5 tahun setelah awitan. Sedangkan
untuk DM tipe 2 perlu pemeriksaan retina setahun sekali, mulai sejak
diagnosis DM ditegakkan.4

Prinsipnya adalah pencegahan penurunan penglihatan lebih jauh dengan


fotokoagulasi laser retina. Syaratnya ialah tepat waktu dan memadai. Untuk
itu perlu dilakukan deteksi dini. Untuk DM tipe 1 perlu dilakukan
pemeriksaan retina 5 tahun setelah awitan. Sedangkan untuk DM tipe 2 perlu
pemeriksaan retina setahun sekali, mulai sejak diagnosis DM ditegakkan.4

o Fotokoagulasi laser
Prinsipnya energi cahaya diubah menjadi panas (panas diserap oleh
RPE) sehingga menyebabkan koagulasi protein di lapisan retina. Jenis-
jenisnya ada tiga, yaitu fokal, grid (kisi), dan panretinal. Fotokoagulasi
fokal ditujukan langsung pada daerah mikoaneurisma atau kebocoran
kapiler yang lokal yang bertujuan untuk mengurang atau menghilangkan
edema makula. Fotokoagulasi grid merupakan tindakan laser berbentuk
kisi mengelilingi daerah edema retina akibat kebocoran kapiler yang
difus.4

Fotokoagulasi panretina dilakukan untuk mencegah terbentuknya zat-


zat vasoaktif sehingga dapat mencegah timbulnya serta mengakibatkan
regresi pembuluh darah neovaskuler. Sebenarnya, neovaskularisasi
inilah komplikasi yang paling ditakuti karena dapat menyebabkan

12
glaukoma dan atau perdarahan vitreous. Fotokoagulasi pada retinopati
yang dilakukan tepat waktu serta diberikan secara adekuat dapat
mengurangi kebutaan sampai 90%.4

o Vitrektomi
Vitrektomi adalah tindakan untuk mengeluarkan vitreus yang berdarah
atau terdapat jaringan parut, dan untuk menempelkan kembali retina
yang lepas karena tarikan.Ini merupakan pembedahan untuk keadaan
perdarahan yang terjadi di vitreus, ablasi retina tarikan/kombinasi
dengan ablasi rhegmatogen, neovaskularisasi tidak hilang dengan
fotokoagulasi laser, maupun edema retina tidak membaik dengan laser.4

2) Retinopati anemia

Pada anemia dapat terlihat perubahan perdarahan dalam dan superfisial, termasuk
edema papil. Gejala retina ini diakibatkan anoksia berat yang terjadi pada retina
sehingga ditemukan pula suatu bercak eksudat kapas. Makin berat anemia akan
terjadi kelainan retina yang berat.1

3) Retinopati hipotensi

Pada penurunan tekanan darah dapat terjadi kelainan retina berupa dilatasi arteriol
dan vena retina, iskemia saraf optic, retina dan koroid akibat hipoperfusi. Dapat
terjadi neovaskularisasi, glaucoma dan retinitis proliferan pada hipotensi kronik.

4) Retinopati hipertensi
a. Definisi

Retinopati hipertensi adalah kelainan-kelainan retina dan pembuluh darah


akibat tekanan darah tinggi. Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan
kelainan pada retina berupa retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya
tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina, dan perdarahan retina.1

Kelainan pembuluh darah dapat berupa penyempitan umum atau setempat,


percabangan pembuluh darah yang tajam, fenomena crossing atau sklerose
pembuluh darah.1

b. Epidemiologi

13
Prevalensi lebih tinggi didapatkan pada orang kulit hitam berhubungan dengan
tekanan darah yang lebih tinggi pada ras tersebut. Pada laki-laki angka
kejadiannya juga lebih tinggi. Namun pada usia lebih dari 50 tahun, wanita
memiliki prevalensi yang lebih tinggi dari laki-laki. Frekuensi tertinggi
terjadinya retinopati hipertensi adalah pada pasien dengan tekanan darah yang
tidak terkontrol.1

c. Patogenesis

Dinding arteriol normal bersifat transparan, sehingga apa yang sebenarnya


terlihat adalah kolom-kolom darah di dalam pembuluh. Pantulan cahaya yang
tipis di tengah kolom-kolom darah di dalam pembuluh. Apabila dinding arteriol
terinfiltrasi oleh lemak dan kolesterol, pembuluh menjadi sklerotik. Seiring
dengan berlanjutnya prosses ini, dinding pembuluh secara bertahap kehilangan
transparansinya dan menjadi terlihat berupa kolom darah tampak lebih lebar
daripada normal, dan refleksi cahaya yang tipis menjadi lebih lebar. Produk-
produk lemak kuning keabu-abuan yang terdapat di dinding pembuluh
bercampur dengan warna merah kolom darah dan menghasilkan gambaran khas
”kawat tembaga” (copper-wire). Apabila sklerosis berlanjut, refleksi cahaya
dinding pembuluh-kolom darah mirip dengan ”kawat perak” (silver-wire).
Bahkan dapat terjadi sumbatan suatu cabang arteriol. Oklusi arteri primer
ataupun sekunder akibat arterioslerosis yang mengakibatkan oklusi vena dapat
menyebabkan perdarahan retina.1

d. Manifestasi klinis

Hipertensi atau tekanan darah tinggi memberikan kelainan pada retina berupa
retinopati hipertensi, dengan arteri yang besarnya tidak teratur, eksudat pada
retina, edema retina dan perdarahan retina. Kelainan pembuluh darah dapat
berupa penyempitan umum atau setempat, atau sklerose pembuluh darah.1

Penyempitan (spasme) pembuluh darah tampak sebagai pembuluh darah


(terutama arteriol retina) yang berwarna lebih pucat, kaliber pembuluh yang
menjadi lebih kecil atau ireguler (karena spasme lokal), dan percabangan
arteriol yang tajam.1

14
Kelainan berupa sklerosis dapat tampak sebagai refleks copper wire, refleks
silver wire, sheating, lumen pembuluh darah yang ireguler dan fenomena
crossing. Fenomena crossing dapat berupa pengangkatan vena oleh arteri yang
berada dibawahnya (elevasi), pergeseran posisi vena oleh arteri yang
bersilangan dengan vena tersebut dengan sudut persilangan yang lebih kecil
(deviasi), penekanan yang kuat oleh arteri yang menyebabkan bendungan vena
(kompresi).1

Retinopati hipertensi dapat juga berupa perdarahan atau eksudat retina yang
pada daerah makula dapat memberikan gambaran seperti bintang (star figure).
Eksudat retina tersebut dapat berupa eksudat pungtata yang tersebar, eksudat
putih pada daerah yang tidak tentu dan luas, dan cotton wall patches yang
merupakan edema serat saraf retina akibat mikroinfark sesudah penyumbatan
arteriole, biasanya terletak sekitar 2-3 diameter papail di dekat kelompok
pembuluh darah utama sekitar papil.1

e. Klasifikasi Retinopati Hipertensi.1

Terdapat beberapa klasifikasi retinopati hipertensi. Klasifikasi retinopati hipertensi


di bagian I.P. Mata RSCM adalah:

 Tipe 1 :
o Fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati, tidak ada sklerose dan
terdapat pada orang muda
o Funduskopi : arteri menyempit dan pucat, arteri meregang dan percabangan
tajam, perdarahan ada atau tidak ada, eksudat ada atau tidak ada
 Tipe 2:
o Fundus hipertensi dengan atau tanpa retinopati sklerose senil, terdapat pada
orang tua
o Funduskop i: pembuluh darah tampak mengalami penyempitan, pelebaran
dan sheating setempat. Perdarahan retina ada atau tidak ada. Tidak ada
edema papil.

 Tipe 3:
o Fundus dengan retinopati hipertensi dengan arteriosklerosis, terdapat pada
orang muda

15
o Funduskopi : penyempitan arteri, kelokal bertambah fenomena crossing
perdarahan multipel, cotton wool patches, makula star figure
 Tipe 4:

Hipertensi yang progresif

o Funduskopi : edema papil, cotton wool patches, hard exudate, star figure
exudate yang nyata

Klasifikasi Retinopati Hipertensi menurut Scheie, adalah sebagai berikut :1

 Stadium I: terdapat penciutan setempat pada pembuluh darah kecil


 Stadium II : penciutan pembuluh darah arteri menyeluruh, dengan
kadang-kadang penciutan setempat sampai seperti benang. pembuluh
darah arteri tegang, membentuk cabang keras
 Stadium III: lanjutan stadium II, dengan eksudat Cotton, dengan
perdarahan yang terjadi akibat diastole di atas 120 mmHg, kadang-
kadang terdapat keluhan berkurangnya penglihatan.
 Sladium IV: seperti stadium Ill dengan edema papil dengan eksudat ar
figure, disertai keluhan penglihatan menurun dengan tekanan dastole
kira-kira 150 mmHg.

Menurut Keith Wagener Barker, di mana klasifikasi ini dibuat berdasarkan


meninggalnya penderita dalam waktu 8 tahun:

 Derajat 1. Penciutan ringan pembuluh darah Dalam periode 8 tahun : 4%


meninggal
 Derajat 2. Penambahan penciutan, ukuran pembuluh nadi dalam diameter yang
berbeda-beda dan terdapat fenomena crossing. Dalam periode 8:20 %
meninggal
 Derajat 3. Tanda-tanda pada derajat 2 ditambah perdarahan retina dan cotton
wool patches Dalam periode 8 tahun: 80 % meninggal
 Derajat 4. Tanda-tanda derajat 3 dengan edema papil yang jelas Dalam periode
8 tahun 98% meninggal.

16
Gambar 10. Grading Retinopati hipertensi.2

f. Penatalaksanaan

Adanya retinopati hipertensi dapat menjadi indikasi untuk memulai terapi


antihipertensi walaupun pada pasien dengan hipertensi grade 1 (TD= 140-150/
90-99 mm Hg) tanpa bukti kelainan target organ.10 Retinopati hipertensi kronik
saja jarang mengakibatkan kehilangan penglihatan. Terapi terhadap penyakit
yang mendasari dapat memperlambat perubahan pada retina, namun
penyempitan arteriol dan crossing arteri-vena sudah menjadi permanent. Prinsip
penatalaksanaannya adalah menurunkan tekanan darah untuk meminimalisasi
kerusakan target organ. Namun penurunan yang terlalu tajam harus dihindari
karena dapat mengakibatkan iskemia. Pada kasus dimana tekanan darah naik
secara ekstrim (misalnya 250/150mmHg) dan terdapat edema discus disertai
gambaran macular star, biasanya disebabkan oleh keadaan hipertensi maligna.5

17
g. Prognosis
Kelainan tajam penglihatan tidak selalu muncul sebagai akibat dari retinopati
hipertensi kecuali bila disertai oklusi arteriol dan vena. Pasien dengan
perdarahan, cotton wool spots dan edema tanpa disertai papiledema mempunyai
harapan hidup sebanyak 27,6 bulan. Sementara dengan papiledema angkanya
menjadi 10,5 bulan.5

5) Retinopati Prematuritas

a. Definisi
Retinopati prematuritas adalah konsekuensi dari gangguan retina vaskularisasi
yang biasanya terjadi dalam rahim selama paruh terakhir kehamilan. Faktor
risiko utama adalah usia kehamilan kurang dan berat badan lahir rendah.2,3,5
b. Epidemiologi

Insidensi ROP berhubungan langsung dengan berat badan dan umur gestasi.
Oksigen hanya salah satu faktor, bukan penyebab tunggal ROP. Pencegahan
ROP hanya bisa dengan mencegah kelahiran prematur. Diperkirakan
menghasilkan 400-600 kasus baru kebutaan bayi setiap tahun di Amerika
Serikat. 2,3,5

Klasifikasi internasional untuk penyakit ini membagi retina menjadi tiga zona
dan menandai luas penyakit dengan angka-angka jam yang terkena, kelainan
retina dibagi menjadi lima stadium seperti :

Stadium 1 : Garis demarkasi : sebuah pita putih sempit yang menandai taut
retina vascular dan avaskular

Gambar 5. Stage I retinopathy of prematurity. 2,3,5

18
Stadium 2 : Bubungan Intraretina : seiring peningkatan tinggi, lebar, dan
volume pita dan meningkatnya pita ini dari bidang retina, tampak rigi.

Gambar 6. Stage II retinopathy of prematurity2,3,5

Stadium 3 : Bubungan dengan proliferasi fibrosvaskuler ekastraretina :


proliferasi neovaskular ke dalam korpus vitreum

Gambar 7. Stage III retinopathy of prematurity2,3,5

Stadium 4 : ablasio retina subtotal

19
Gambar 8. Stage III retinopathy of prematurity

Stadium 5 : ablasio retina total berbentuk corong

Gambar 9. Stage III retinopathy of prematurity2,3,5

Gambar. Grading Retinopati Prematuritas berdasarkan lokasi2,3,5

Zona 1: Ambil jarak dari saraf optik ke fovea dan kalikan dua.Ini membentuk
jari-jari lingkaran untuk Zona 1. 2,3,5

Zona 2: Ambil jarak dari saraf optik ke ora serrata (tepi perifer retina), dan
gunakan ini sebagai jari-jari untuk lingkaran. 2,3,5

Zona 3: Ini adalah sabit temporal residual, selain dari Zona 2.2,3,5

20
c. Tatalaksana
Dalam banyak kasus, retinopati prematuritas menurun secara spontan, karena
perawatan laser untuk penyakit aktif, sangat bermanfaat. Disarankan agar
semua bayi berusia di bawah usia 30 minggu kehamilan, dengan berat badan
lahir 1500g atau kurang, atau yang menerima terapi oksigen, dilakukan
tambahan untuk menjalani skrining 2-4 minggu setelah lahir sampai
vaskularisasi retina dikedua mata sepenuhnya muncul.2
Laser ablation
Intravitreal anti-VEGF agents
Bevacizumab telah digunakan untuk pengobatan ROP, tetapi rejimen yang
optimal belum didirikan. Penyakit zona I lebih cenderung merespon daripada
zona II. 2
Pars plana virectomy
Bedah vitreoretina mungkin diindikasikan pada mata dengan stadium penyakit
4 atau 5, pembedahan hanya disarankan pada keadaan mata yang lebih baik
karena prognosis penglihatannya akan terus memburuk.2

2.4 Retinopati Purtcher’s


a. Definisi
Retinopati purtschers adalah kerusakan retina yang berhubungan dengan trauma
berat, trauma tumpul toraks dan kepala. Penyebab yang pasti tidak diketahui ,
diperkirakan trauma yang melibatkan oklusi dan iskemia terkait karena
kerusakan mikrovaskular, atau diperkirakan diakibatkan karena terjadinya
emboli karena komplem penggumpalan.2
Gejala, penglihatan kurang mendadak setelah trauma kepala. Funduskopi
terlihat iskemia pada polus posterior dengan bercak edema retina dan
perdarahan sekitar papil saraf optik, papil terlihat atrofi. Bercak kapas wol
sekitar papil setelah trauma dada. Pada pemeriksaan angiografi fluoresein
terlihat perlambatan pengaliran darah didarah retina yang pucat. Pengobatan
steroid atau triamcinolon dapat diberikan pengobatan pada emboli dapat
diberikan bila penyakit sistemik atau emboli senagai penyebabnya.2

21
Gambar 5. Flek Purtscher pada Retinopati Purtscher.2
2.5 Retinopati leukemia

Leukemia merupakan neoplasma ganas sel darah putih yang sebabnya tidak diketahui
dapat berjalan akut (granulositik, limfositik, mielomono- sitik) dan kronik
(granulositik).1

Leukemia sering terjadi pada usia kurang dari 5 tahun atau di atas 50 tahun. Retinopati
ditemukan atau terdapat pada 2/3 penderita leukemia.1

Leukemia dapat mengenai seluruh struktur jaringan mata. Pada mata dapat
mengakibatkan perdarahan konjungtiva, dan badan kaca. Infiltrasi dapat ditemukan
pada konjungtiva, koroid, sklera, belokan vaskular retina, lobang makula dan
mikroaneusrisma.

Retinopati leukemia dapat terjadi akibat leukemia bentuk apapun Leukemia merupakan
neoplasma ganas sel darah putih yang sebab- seperti akut kronik, limfoid mieloid,
dengan tanda yang khusus seperti vena yang melebar, berkelok-kelok, dan memberi
refleks yang mengkilat sehingga sukar dibedakan arteri dengan vena. Terdapat
perdarahan yang tersebar dengan bagian di tengah berbintik putih akibat penimbunan
leukosit, dapat terjadi eksudat kecil, mikroaneurisma dan pada stadium lanjut fundus
berwarna pucat dan jingga. Sel darah putih menyebuki retina yang tertimbun di daerah
perivaskular. Terdapat perdarahan dan eksudat pada subretina dan edema papil.

Retinopati ini memberikan gambaran yang sama, baik pada leukemia mieloid, limfoid
dan monositik atau pada bentuk akut dan kronik.

22
Pada retina juga dapat terlihat eksudat cotton wool dan waxy hard, yang juga terjadinya
bergantung pada beratnya anemia. Koroid merupa- kan jaringan yang paling sering
mendapat sebukan difus. Pembuluh darah vena melebar dan berkelok-kelok akibat yang
sama seperti umumnya anemia. Pada pembuluh darah arteri memberikan gambaran
yang normal. Pada pembuluh darah vena dapat terlihat adanya mikroaneurismata.
Kelainan ini disusul dengan edema polus posterior yang mengenai retina dan papil.
Kelainan yang lebih lanjut tampak sebagai perdarahan berbentuk nyala api dengan
bintik putih di tengah (Roth’s spot). Mikroaneurisma dan exudat soft cotton wool di
daerah polus posterior. Gejala ini biasanya terdapat pada leukimia akut dan biasanya
disusul oleh pelebaran arteri retina.1

2.6 Retinopati Serosa Sentral

Retinopati serosa sentral adalah suatu keadaan lepasnya retina dari lapis pigmen epitel
di daerah makula akibat masuknya cairan melalui membran bruch dan pigmen epitel
yang inkompeten.1

Retinopati serosa sentral dapat bersifat residif. Biasanya di jumpai pada penderita laki-
laki berusia antara 20-50 tahun, perempuan hamil dan pada usia diatas 60 tahun.

Akibat tertimbunnya cairan dibawah makula akan terdapat gangguan fungsi makula
sehigga visus menurun disertai metamorfopsia, hipermetropia dengan skotoma relatif
dan positif (kelainan pada uji Amsler kisi-kisi). Penglihatan biasanya diantara 20/20-
20/80. Dengan uji Amsler terdapat penyimpangan garis lurus disertai dengan skotoma.
Berkurangnya fungsi makula terlihat dengan penurunan kemampuan melihat warna.1

Pada funduskopi akan terlihat terangkatnya retina dapat sangat kecil dan dapat seluas
diameter papil. Lepasnya retina dari epitel pigmen akibat masuknya cairan subretinal
ini dapat dilihat dengan pemeriksaan angiografi fluoresein. 1

23
Biasanya retinopati serosa sentral akan menyembuh setelah kira-kira 8 minggu dengan
tidak terdapatnya lagi kebocoran. Pada keadaan ini cairan subretina akan diserap
kembali dan retina akan melekat kembali pada epitel pigmen tanpa gejala sisa subyektif
yang menyolok. Pada makula masih dapat terlihat gambaran perubahan pada epitel
pigmen. 1

24
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Retinopati merupakan kelainan pada retina yang tidak disebabkan radang. Kelainan
yang berhubungan dengan penurunan penglihatan yang menurun perlahan seperti retinopati
akibat anemia, diabetes melitus, hipertensi, dan retinopati anemia. Cotton wool patches
merupakan gambaran eksudat pada retina akibat penyumbatan arteri prepapil sehingga terjadi
daerah nonperfusi di dalam retina. Pembagian Retinopati berdasarkan penyebab yaitu diabetes
melitus : retinopati diabetik merupakan retinopati akibat diabetes melitus lama berupa
aneurismata, melebarnya vena, perdarahan, dan eksudat lemak.

Bayi lahir premature : retinopati prematuritas, riwayat trauma non okuli : retinopati
purtschers dengan gambaran patologik mungkin disebabkan emboli pembuluh darah perpapil
yang merupakan jaringan kapiler peripapil superficial. Anemia : retinopati anemia, retinopati
hipertensi, yaitu retinopati karena hipertensi memberikan kelainan pada retina dengan arteri
yang besarnya tidak teratur, eksudat pada retina, edema retina, dan perdarahan retina.
Retinopati serosa sentral. Retinopati leukemia dapat terjadi akibat leukemia bentuk apapun
seperti akut-kronik, limfoid-mieloid, dengan tanda yang khusus seperti vena yang melebar,
berkelok-kelok, dan memberi refleks yang mengkilat sehingga sukar dibedakan arteri dengan
vena.

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi kelima. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.2014.
2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical ophthalmology: a systemic approach [ebook]. 7th ed.
USA: Saunders Elsevier. 2016
3. Olver Jane, Cassidy Loraine, Jutley Gurjeet, Crawley Laura. Ophtalmology at a Glance
Ed 2. London: Wiley Blackwell.
4. Agni AN, Widayanti TW, Hernowo AT, Prayogo ME. Ilmu kesehatan mata: Retina.
Edisi ke 2. Yogyakarta: FK UGM. 2012.
5. Vaughan D.G, Asbury T., Riordan E.P, editor. Oftalmologi Umum Edisi ke 19. Jakarta
: Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2017
6. James Bruce, Chew Chris, Anthony Bron. Lectures Notes Ophtalmology ed 9.
Australia: Blackwell Publishing.

26

Anda mungkin juga menyukai