Anda di halaman 1dari 56

STROKE NON HEMORAGIK


PEMBIMBING :
DR. LINDA CAROLINA SP.S
DISUSUN OLEH :
JERMANSYAH DD KHAIRARI
(2015730065)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
RUMAH SAKIT R. SYAMSUDIN, SH
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2019
IDENTITAS PASIEN

 Nama : Tn. U
 Usia : 20-02-1962 (57 Tahun)
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Alamat : Kp. Ciawi Rt 03/02
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Agama : Islam
 Tanggal Masuk : 15 Juni 2019
 Tanggal Periksa : 18 Juni 2019
ANAMNESIS
(alloanamnesis)
ANAMNESA

 Keluhan Utama:
Kelemahan di sisi tubuh sebelah kanan sejak 9 jam SMRS
 Keluhan Tambahan:
Bicara pelo, mulut mencong ke kanan
ANAMNESA

 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien Tn. U datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Syamsudin SH dengan


keluhan kelemahan sisi tubuh sebelah kanan sejak 9 jam SMRS. Lemah pada
sisi tubuh tersebut dirasakan muncul secara tiba-tiba ketika pasien baru
shalat subuh. Istri pasien mengatakan ketika itu pasien terlihat tidak kuat
untuk berdiri, dan terjatuh ke sisi kanan. Penurunan kesadaran, mual, muntah
disangkal. Istri pasien mengatakan, terlihat mulut pasien mencong ke kanan
dan bicara pelo. Menurut istri pasien keluhan ini terjadi secara tiba-tiba.
Ketika pasien diberi minum, air cenderung keluar dari tepi mulut.
ANAMNESA

 Riwayat Penyakit Sekarang


Sebelumnya pasien sering mengeluh pusing dan kesemutan di daerah
belakang kepalanya yang dialami kurang lebih sejak satu minggu. Dua hari
SMRS, pasien berobat ke dokter umum yang disarankan oleh keluarganya,
lalu pasien di beri obat sirup dan pil (istri pasien lupa nama obatnya), namun
setelah konsumsi obat, menurut istri pasien tidak ada perbaikan.

Berdasarkan informasi dari istri pasien, sebelumnya pasien juga sering


mengeluh kurang lebih sejak 1 tahun terakhir, sering merasa cepat lelah dan
sesak ketika berjalan jauh. Keluhan membaik ketika pasien istirahat dan
memberat ketika beraktivitas. Pasien mengeluh kadang terasa berdebar.
Selain itu pasien juga mengalami batuk-batuk lebih dari satu bulan.
ANAMNESA

 Riwayat Penyakit Dahulu


o Sebelumnya belum pernah mengalami keluhan seperti ini
o Maag (+)
o Hipertensi disangkal
o DM disangkal
o Arterial Fibrilation (+)
o Hyperthyroid sejak 6 tahun yang lalu.
o TB Paru (+)
ANAMNESA

 Riwayat Penyakit Keluarga


o Riwayat penyakit serupa disangkal
o Kakak laki-laki pasien menderita hipertensi tidak terkontrol sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu
o Ibu pasien meninggal karena kanker rahim sekitar 3 bulan yang lalu
 Riwayat Pengobatan
o Berdasarkan keterangan dari istri pasien, 2 hari SMRS pasien minum sirup dan
pil dari dokter umum untuk keluhan kesemutan pada daerah belakang
kepala.
o Pasien tidak pernah mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dikonsumsi
secara rutin.
ANAMNESA

 Riwayat Psikososial
o Merokok 2 bungkus sehari (+)
o Kopi tiap pagi dan malam (+)
o Sering makan-makanan yang berlemak dan santan

 Riwayat Alergi (-)


PEMERIKSAAN
FISIK
PEMERIKSAAN FISIK

 Kesadaran : Commposmentis
 GCS (18/06/19) : E4 V2 M6
 Vital Sign
o TD : 147/68 mmHg
o Nadi : 112 kali per menit ireguler
o RR : 24 kali per menit
o Suhu : 37 derajat celcius
o SpO2 : 99 %
PEMERIKSAAN FISIK

 Status generallis :

Kepala Normocephal, rambut hitam beruban, distribusi merata


Mata Sklera ikterik -/-
Konjungtiva anemis -/-
Ptosis +/+
Pupil bulat anisokor diameter (4 mm/3 mm)
Refleks Cahaya Langsung (+/+)
Refleks Cahaya Tidak Langsung (-/+)

Hidung Deviasi septum (-), sekret (+).


Mulut Mukosa lembab (+), Mencong kekanan
Telinga Normotia, Sekret (-)
Leher Pembesaran kelenjar thyroid sebelah kanan (+)
PEMERIKSAAN FISIK

Thoraks Abdomen
Inspeksi Simetris, tidak ada pernafasan yang tertinggal Inspeksi Permukaan rata, bekas operasi (-)
Palpasi Vocal premitus teraba di seluruh lapang paru Auskultasi Bising usus dalam batas normal 8x/menit
Perkusi Sonor di seluruh lapang paru Palpasi Nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)
Auskulttasi Wheezing -/-, Rhonki -/+ (ICS 3-4) Perkusi Timpani pada abdomen

Jantung Ekstremitas
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat Atas kanan Edema (+), Akral hangat (+)
Palpasi Dalam batas normal Bawah kanan Edema (+), Akral hangat (+)
Perkusi Batas jantung dalam batas normal Atas kiri Edema (+), Akral hangat (+)
Auskultasi BJ I & BJ II normal ireguler, tidak ada bunyi jantung Bawah kiri Edema (+), Akral hangat (+)
tambahan
PEMERIKSAAN
NEUROLOGI
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

Tanda perangsangan meningeal


Kaku kuduk Negatif
Kernig Negatif
Brudzinski I/II/III/IV Negatif

Tanda peningkatan intracranial


Sakit kepala Negatif
Penglihatan kabur Tidak dapat dilakukan
Bradikardia Negatif
Papil edema Tidak dilakukan pemeriksaan
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

 Pemeriksaan Nervus Cranialis

N.I Tidak dapat dilakukan


N.II Tidak dapat dilakukan
N.III Kedudukan bola mata Tangah/Tengah
N.IV
Ptosis +/+
N.VI
Eks/enoftalmus -/-
Gerak bola mata Sulit dilakukan
Pupil
- Bentuk/diameter Bulat/Bulat, 4mm/3mm, anisokor
- Refleks cahaya langsung +/+
- Refleks cahaya tidak langsung -/+
- Refleks akomodasi Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

N.V Motorik
Membuka mulut (-)/(+)
Menggerakkan rahang (-)/(+)
Menggigit/mengunyah (-)/(+)

Sensorik [raba, suhu, nyeri]


-Oftalmikus (-)/(-)/(-) | (+)/(+)/(+)
-Maksilaris (-)/(-)/(-) | (+)/(+)/(+)
-Mandibularis (-)/(-)/(-) | (+)/(+)/(+)
-Refleks kornea (-)/(+)
-Refleks maseter (-)
-Kerutan dahi (-)/(+)
-Tutup mata rapat-rapat Sulit dilakukan
-Kembungkan pipi Sulit dilakukan
-Memperlihatkan gigi Sulit dilakukan
-Mencucurkan bibir Sulit dilakukan
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

N.VIII Tidak di lakukan

N.IX -Suara Normal


N.X -Menelan Sulit dilakukan
-Batuk (+)
-Refleks faring (+)
-Arkus faring (+)
N.XI Sulit dilakukan
N.XII Sulit dilakukan
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

 Pemeriksaan Kekuatan Motorik


Kanan Kiri

1 4

1 4

 Refleks Fisiologis
Dextra Sinistra
Bisep + +
Trisep + +
Brachioradialis + +
Patella + +

Achilles + +
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

 Pemeriksaan Kekuatan Motorik  Refleks Patologi


Kanan Kiri Dextra Sinistra

1 4 Babinski - -
Chaddocck - -
1 4
Oppenheim - -

 Refleks Fisiologis Gordon - -


Schaeffer - -
Dextra Sinistra Gonda - -
Bisep + + Hoffman Trommer - -
Trisep + +
Brachioradialis + +
Patella + +

Achilles + +
PEMERIKSAAN NEUROLOGI

 Sistem otonom  Tanda regresi


o Miksi : (+) o Refleks glabela : (-)
o Defekasi : (+) o Refleks mencucur : Sulit dilakukan
o Sekresi keringat : (+) o Refleks genggam : Sulit dilakukan
 Fungsi luhur
o Afasia motorik : Sulit dilakukan
o Afasia sensorik : Sulit dilakukan
o Daya ingat, menghitung : Sulit dilakukan
o Apraksia : (-)
SIRIRAJ STROKE SCORE

 Dari anamnesis kita bisa memperkirakan jenis stroke pada pasien ini.
Menurut skoring Siriraj pasien ini memberikan nilai -2.7 (kemungkinan ke
arah stroke iskemik) dan skoring.
 SSS = (2,5 x kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (10% x
diastole) – 12 + (3 x ateroma)
= (2,5 x 1) + (2 x 0) + (2 x 0) + (10% x 69) – 12 + (3 x 0) = -2.7
DAVIS & HART

Sumber utama jantung Infark kortikal atau subkortikal luas (Klinis atau 1
Fibrilasi Atrium 3 dengan CT-scan/MRI kepala)
Sindroma Sick Sinus 3 Infark kortikal sebelumnya pada suatu area vaskular 1
Stenosis Mitral 4 lain (Klinis atau dengan CT-scan/MRI kepala)
Katup protesis 4 Tidak didapatkan aterosklerosis pada arteriogram 3
Trombus Ventrikel kiri 4 Infark berdarah pada CT-Scan 1
Infark miokard akut 4 Tidak didapatkan HT kronis 1
Aneurisma ventrikel kiri tanpa thrombus 3
Saat kejadian defisit neurologis maksimal dan 1
Interpretasi : > 4-5 Tersangka
mendadak (kurang 5menit pada pasien sedang aktif) > 6-7 Lebih mungkin
Tidak ada/sangat sedikit aterosklerosis pada
> Sangat mungkin
pemeriksaan 1
USG (di karotis) 2
Angiografi karotis
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
(15/06/2019)
HEMATOLOGI KIMIA KLINIK
Darah rutin
Trigliserida 92 mg/dL Normal = <150 mg/Dl
Hemoglobulin 14.4 g/Dl 13 – 17
Boderline = 150-199
Leukosit 8000/Ul 4.000 –
10.000 mg/dL
Hematkrit 41% 40 – 54 High = 200 -499 mg/dL
Eritrosit 5.1 juta/uL 4.4 – 60
Cholestrol total 156 mg/dL Desirable = <200 mg/dL
Indeks eritrosit
Boderline = 200-239
MCV 81 Fl 80 – 100
MCH 28 pg 26 – 34 mg/dL
MCHC 35 g/Dl 32 – 36 High = >240 mg/Dl
Trombosit 336.000 /uL 150.000 –
HDL 34 mg/dL 40-60
450.000
LDL 104 mg/Dl <130
KIMIA KLINIK
GDS 92 mg/dL <140 SGOT 26 U/I <37
Ureum 37 mg/dL 19 – 43 SGPT 25 U/I <42
Kreatinin 0.67 mg/dL 0.66 – 1.25 Asam urat 6.5 mg/Dl 3.5-8.5
Natrium 142 mmol/L 137 - 150
IMUNOSEROLOGIS
Elektrolit
Kalium 3.8 mg/dL 3.5 – 5.5
T4 19.90 4.87 – 11.72
Calsium 8.3 mg/dL 8 – 10.4 TSH <0.01 0.3 – 4.94
Clorida 106 mmol/dL 94 – 108
(17/06/2019)
KIMIA KLINIK
Ureum 81 mg/dL 19 – 43
Kreatinin 1.46 mg/dL 0.66 – 1.25
Elektrolit
Kalium (K) 5.3 mmol/L 3.5 – 5.5
Calsium 9.2 mg/dL 8 – 10.4
Clorida 119 mmol/L 94 – 108
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Ct scan tanpa kontras


Kesimpulan
 INTRASEREBRI, SISTEMA VENTRIKEL
o Infark serebri berdarah
o Late subakut kardioemboli
o Sistem karotis kiri di daeran
Frontotemporoparietalis kiri ditandai adanya lesi
hipodens berbatas mulai tegas, tepi ireguier.
Mulai tampak perdarahan intraserebri kecil
diantaranya. Lesi menyempitkan sulcy dan gyri
disekitamya, ventrikel lateralis kanan dan kiri.
o Atrofi Serebri ditanda pelebaran sulcy, gyri, ruang
subachinoid, sistema ventricle.
o Ateroskierosis di arteri serebri media, arteri
bacilaris dan arteri vertebralis ditandai lesi
hiperdens intraluminal arteri
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

Rontgen Thorax
Kesimpulan
 TBC paru aktif
 Kardiomegali tanpa bendungan paru
 Atherosklerosis aorta
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

EKG
Kesimpulan
 Atrial Fibrilation
RESUME

 Pasien Tn. U datang diantar keluarganya ke IGD RSUD Syamsudin SH dengan


keluhan kelemahan sisi tubuh sebelah kanan sejak 9 jam SMRS. Lemah pada
sisi tubuh tersebut dirasakan muncul secara tiba-tiba ketika pasien baru shalat
subuh. Istri pasien mengatakan ketika itu pasien terlihat tidak kuat untuk berdiri,
dan terjatuh ke sisi kanan. Penurunan kesadaran, mual, muntah disangkal. Istri
pasien mengatakan, terlihat mulut pasien mencong ke kanan dan bicara
pelo. Menurut istri pasien keluhan ini terjadi secara tiba-tiba. Ketika pasien
diberi minum, air cenderung keluar dari tepi mulut.
 Sebelumnya pasien sering mengeluh pusing dan kesemutan di daerah
belakang kepalanya yang dialami kurang lebih sejak satu minggu. Dua hari
SMRS, pasien berobat ke dokter umum yang disarankan oleh keluarganya, lalu
pasien di beri obat sirup dan pil (istri pasien lupa nama obatnya), namun
setelah konsumsi obat, menurut istri pasien tidak ada perbaikan.
RESUME

 Berdasarkan informasi dari istri pasien, sebelumnya pasien juga sering mengeluh kurang
lebih sejak 1 tahun terakhir, sering merasa cepat lelah dan sesak ketika berjalan jauh.
Keluhan membaik ketika pasien istirahat dan memberat ketika beraktivitas. Pasien
mengeluh kadang terasa berdebar. Selain itu pasien juga mengalami batuk-batuk lebih
dari satu bulan.
 Pada pemeriksaan fisik umum ditemukan kesadaran delirium, GCS E4V2M5, tekanan
darah 160/90 mmHg, nadi 112 kali/menit ireguler, kuat, penuh, suhu 37,0oC, laju nafas 24 x
/menit, teratur. Pemeriksaan fisik umum lainnya ditemukan asimetris pada wajah,
terdapat ronkhi basah kasar pada kedua paru saat pemeriksaan auskultasi paru.
Pemeriksaan fisik umum lainnya dalam batas normal.
 Pada pemeriksaan neurologis ditemukan. adanya parese N. VII dekstra UMN dan parese
N. III dekstra. Kekuatan motorok tungkai atas 1/4 dan tungkai bawah 1/4. Refleks fisiologis
untuk tungkai kanan atas dan bawah hipofleksi, dan juga Babinski -/-. Tidak ditemukan
tanda rangsang meningeal, fungsi keseimbangan dan serebelar, fungsi otonom.
DIAGNOSIS

 Diagnosis : Hemiparese Dextra e.c. Susp. Stroke Non Hemoragik


o Klinis : Hemiparese dextra, parese N.VII dekstra UMN, parese N.III
dekstra, parese N.V dextra, parese nervus II dextra
o Topis : Kortikal lobus temporalis sinistra.
o Etiologis : Emboli
o Patologis : Iskemik
 Diagnosa tambahan : Atrial fibrillation + Thyroid Heart Disease + TB Paru
 Diagnosa banding : Stroke hemoragik
TATALAKSANA

 DPJP :
o IVFD Futrolit 20 tpm
o Ranitidin 2x1 IV
o Citicolin 2x1 IV
o Manitol
 Prognosis:
o Quo ad vitam : dubia ad malam
o Quo ad functionam : dubia ad malam
o Quo ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN
PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA

 Definisi
Stroke adalah suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian. Definisi stroke menurut World Health
Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler, yang semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah
(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke
perdarahan).

Refrensi World Health Organizations


Tinjauan Pustaka

Hemoragik
Non-
Hemoragik
hemoragik
• Perdarahan
Intraserebral (PIS)
• Trancient Iskemik • Perdarahan
Attack Subarkhnoid (PSA)
• Trombosis Serebri • Perdarahan
• Emboli Serebri Intraventrikel
• Perdarahan
Cerebellar

Refrensi Mardjono M, Sidharta P. 2014. Neurologi klinis dasar. Jakarta.


Tinjauan Pustaka

 Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu


o Transient Ischemic Attack (TIA)
o Reversible Ischemic Neurologic Deficit (RIND)
o Stroke in evolution atau progressing stroke
o Completed Stroke/Permanent Stroke

Refrensi Mardjono M, Sidharta P. 2014. Neurologi klinis dasar. Jakarta.


Tinjauan Pustaka

 Stroke Infark berdasarkan TOAST:


Sistem pengelompokan stroke yang dikembangkan oleh lembaga
multicenter trial of Org 10172 in Acute Stroke Treatment (TOAST), stroke infark
dibagi kedalam 3 kelompok besar :
o Infark pada arteri besar, stroke trombotik yang diakibatkan oleh oklusi in
situ pada lesi aterosklerotik di arteri arteri carotis, vertebrobasilar, cabang
arteri cerebral besar.
o Infark pada arteri kecil atau lacunar infark
o Infark kardioembolik, merupakan sumber umum stroke rekuren. Memiliki
tingkat mortalitas tertinggi dalam 1 bulan pasca stroke

Refrensi Adam H.2016. Classification of Subtypes of Ischemic Stroke. AHA Journal: UK


 Berdasarkan stadium atau pertimbangan waktu
Stroke Hemoragik Stroke Non-Hemoragik
Epidemiologi 1/3 2/3
Manifestasi klinis Penurunan kesadaran Penurunan kesadaran (-)
(Siriraj Score, Algoritme Muntah Muntah (-)
Gajah Mada & Allen Nyeri kepala Nyeri kepala (-)
Score) Refleks patologis plantar kedua Refleks patologis extensor
extensor unilateral/flexor keduanya
Kaku kuduk Kaku kuduk (-)
CT Scan Kepala Lesi hiperdens Lesi hipodens
Faktor Resiko Hipertensi Hipertensi
Merokok Merokok
Konsumsi alkohol Konsumsi alkohol
Diabetes
Fibrilasi atrial
Infark miokard
Riwayat stroke
Klaudikasio Arteri
Terapi Antikonvulsan Fibrinolitik
Antihipertensi Antiplatelet
Diuretik Trombektomi
Mortalitas Resiko kematian lebih tinggi Resiko kematian lebih rendah
 Perbedaan Anamnesis Antara Perdarahan dan Infark
Anamnesis Perdarahan Emboli Trombosis
Onset Akut Akut Subakut
Waktu Aktif Aktif Bangun pagi
Peringatan (TIA) - + +
Nyeri kepala + - -
Muntah + - -
Kejang + - -
Diabetes - + +
Gangguan katup - + -

 Perbedaan Klinis antara Perdarahan dan Infark


Klinis Perdarahan Emboli Trombosis
Glasgow Coma Scale Rendah Sedikit Sedikit
Hemi Plegi Paresis Paresis
Kaku kuduk + - -
Deviation conjugate + - -
Gangguan N.III, IV, VI + - -
Bradikardi + - +
Papiledema + - -
TINJAUAN PUSTAKA

 Epidemiologi
o Usia
15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur 65
tahun)
o Jenis kelamin
Laki-laki>Perempuan
o Stroke iskemik (11,3%) relative lebih kecil dibandingkan stroke perdarahan
(17,2%)
o 61,9% pasien stroke iskemik yang dilakukan pemeriksaan CT scan di Indonesia
di dapatkan infark terbanyak pada sirkulasi anterior (27%), diikuti infark lacunar
(11,7%), dan infark pada sirkulasi posterior (4,2%).

Refrensi
Harsono. Buku Ajar Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2011;hal;452-460;
TINJAUAN PUSTAKA
 Gejala dan Tanda Klinis A. Cerebri A. Cerebri Media A. Karotis Interna A. Cerebri A.Vertebrobasile
Anterior Posterior r
Hemiparese Hemiparese Amaurosis fugaks Koma Disatria
kontralateral kontralateral
(tungkai) (lengan)
Gangguan Gangguan Disfagia Hemparesis Disfagia
mental perasa (1 sisi) Kontralateral
Gangguan Aphasia Hemiparesis Kelumpuhan Gagguan
sensitibilitas kontralateral saraf kranialis ke kesadaran
(tungkai) III
BAB (-) Sindrom horner Gangguan
pada sisi pengelihatan
sumbatan
Bisa terjadi Gangguan
kejang pendengaran
Rasa kaku, di
wajah/lidah
Kelumpuhan di 1
– 4 ekstremitas
Gangguan
koordinasi
Refrensi
Mardjono M, Sidharta.Neurologi Klinis Dasar.2014 Dian Rakyat: Jakarta; hal; 269-292;
TINJAUAN PUSTAKA

 Patofisiologi Stroke Iskemik


Sumbatan oleh trombus dan emobolus – Gangguan metabolisme
 Faktor-faktor (Dapat dimodifikasi dan tidak dapat dimodifikasi)
Hipertensi
Diabetes Melitus
Merokok
Asam Urat
Dislipidemia
Penyakit Jantung
Usia, Jenis Kelamin dan Ras/Suku Bangsa

Mardjono M, Sidharta.Neurologi Klinis Dasar.2014 Dian Rakyat: Jakarta; hal; 269-292;


Refrensi
Harsono. Buku Ajar Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2011;hal;452-460;
TINJAUAN PUSTAKA

 Hipertiroid dan AF
Efek Langsung
Efek Tidak langsung

Refrensi Reddy V, Taha W, Khan M. 2017.Atrial fibrillation and hyperthyroidism. Elsevier: India diakses 28 Juni 2019 melalui http://ncbi.com
TINJAUAN PUSTAKA

 AF dan Stroke Iskemik


TINJAUAN PUSTAKA
 AF dan Stroke Iskemik
 Mudah terjadi cloting, karena stasis pada atrium kiri

Hampir 90% emboli yang berasal dari jantung


berakhir di otak
- Arkus aorta – arteri karotis komunis kiri – arteri
brachiosefalik
- Biasanya arteri media.
TINJAUAN PUSTAKA

 Infark Berdarah
Emboli serebri yang menyumbat aliran darah, akan lisis oleh fibrinolisin,
sehingga aliran darah ke infark dapat pulih kembali. Tetapi darah yang
sampai ke situ tiba di luar lumen pembuluh darah karena diapedesis yang
disebabkan oleh karena dinding pembuluh darah sudah mengalami
degenerasi akibat hipoksia. Dengan demikian infark iskemik menjadi infark
hemoragik.

Refrensi Mardjono M, Sidharta.Neurologi Klinis Dasar.2014 Dian Rakyat: Jakarta; hal; 269-292;
TINJAUAN PUSTAKA

 Komplikasi neurologi
o Edema otak
o Transformasi hemoragik
o Kejang dan epilepsy
o Stroke Rekuren
o Gangguan tidur : Obstructive Sleep Apneu
o Disfungsi neuromuscular
o Gangguan Kognitif

Mardjono M, Sidharta.Neurologi Klinis Dasar.2014 Dian Rakyat: Jakarta; hal; 269-292;


Refrensi
Harsono. Buku Ajar Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2011;hal;452-460;
TINJAUAN PUSTAKA

 Komplikasi non-neurologi
o Gangguan psikologis
o Gangguan seksual

Mardjono M, Sidharta.Neurologi Klinis Dasar.2014 Dian Rakyat: Jakarta; hal; 269-292;


Refrensi
Harsono. Buku Ajar Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2011;hal;452-460;
• Tatalaksana
Talaksana awal: stabilisasi airway, breathing, circulation
o Jalan napas:
• Pasien tidak sadar  oropharyngeal airway
• Pasien hipoksia, syok, risiko aspirasi  ETT, LMA
o Terapi oksigen:
• Bila SaO2 <95%
• Bila hipoksia pO2 <60 mmHg atau pCO2 >50 mmHg
• Tidak diperlukan pada pasien SNH yang nonhipoksia
o Bantuan ventilasi
• Pasien dengan penurunan kesadaran
• Pasien dengan disfungsi bulbar dengan gangguan jalan napas
o Hemodinamik
• IVFD cairan kristaloid atau koloid isotonik, hindari cairan hipotonik
• Optimalisasi TD
• Jika TDS <120 mmHg dan cairan cukup  vasopresoor secara titrasi dengan target TDS 140 mmHg

Refrensi Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
Tatalaksana khusus

 Terapi trombolisis
Kriteria Inklusi
 Usia ≥18 tahun
Fibrinolitik dengan recombinant  Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang

tissue plasminogen activator jelas


 Awitan dapat ditentukan secara jelas (AHA <3 jam, ESO
(rTPA) secara umum <4.5 jam)

memberikan keuntungan  Tidak ada bukti perdarahan intrakranial dari CT Scan


 Pasien atau keluarga mengerti dan menerima
reperfusi dari lisisnya thrombus keuntungan dan risiko yang mungkin timbul dan harus

dan perbaikan sel serebral yang ada persetujuan secara tertulis dari penderita atau
keluarga untuk dilakukan terapi rTPA
bermakna

Refrensi Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
Kriteria Eksklusi
1. Usia >80 tahun
2. Defisit neurologi yang ringan dan cepat membaik atau perburukan defisit neurologi yang
berat
3. Gambaran perdarahan intracranial pada CT Scan
4. Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 tahun terakhir
5. Infark multilobar: gambaran hipodens >1/3 hemisfer serebri
6. Kejang pada onset stroke
7. Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal
8. Riwayat stroke atau trauma kepala berat dalam 3 bulan sebelumnya
9. Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada pemeriksaan fisik
10. Riwayat perdarahan mayor atau trauma berat dalam 2 minggu sebelumnya
11. Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus urinarius dalam 3 minggu sebelumnya
12. Tekanan darah sistolik >185 mmHg, diastolik >110 mmHg
13. Glukosa darah <50 mg/dL atau >400 mg/dL
14. Gejala perdarahan subarakhnoid
15. Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau pungsi lumbal dalam 1 minggu
sebelumnya
16. Jumlah platerlet <100.000/mm3
17. Mendapat terapi heparin dalam 48 jam yang berhubungan dengan peningkatan aPTT
18. Gambaran klinis adanya pericarditis paska infark miokard
19. Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya
20. Wanita hamil
21. Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan oral atau bila sedang dalam terapi antikoagulan
hendaklah INR ≤1.7
o Penggunaan Citicolin
o Atasi hiperglikemia
o Atasi hipertensi
o Anti-platelet

Non-Farmakologi
Rehabilitasi penderita stroke harus dimulai segera mungkin agar dapat mencapai hasil
yang efektif. Movement rehabilitation dapat digunakan untuk memperbaiki disfungsi
neuromuskular dan meninngkatkan platisitas neuron. Speech and language theraphy
(SLT) direkomendasikan bagi penderita afasia.

Refrensi Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
Prognosis
Risiko terjadinya infark hemoragik terutama pada pasien usia tua (>65 tahun), riwayat perdarahan GIT, hipertensi tidak
terkontrol, penyakit jantung, dan kombinasi penggunaan anticoagulant dan antiplatelet sehingga prognosanya lebih
buruk.
Kesimpulan
1. Stroke yang berhubungan dengan kardioemboli cenderung bermanifestasi lebih berat, berisiko
tinggi untuk berulang, serta berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi.
2. Antikoagulan lebih dianjurkan pada stroke iskemik kardioemboli sebagai upaya pencegahan, baik
primer maupun sekunder
3. Pada fibrilasi atrium, warfarin diberikan 3-4 minggu sebelum kardioversi dan dilanjutkan hingga 3-4
minggu setelah tercapai irama sinus
4. Tata laksana FA pada kelainan katup umumnya hanya dapat dilakukan kendali laju, karena kendali
irama sering sulit dilakukan terutama bila ukuran atrium kiri dari ekokardiografi >45mm
5. Warfarin masih menjadi pilihan pertama terapi stroke iskemik kardioemboli
Saran
1. Perlu dilakukan Pemeriksaan Internasional Normalised Ratio (INR) pada pasien
tersebut pada saat rawat jalan
2. Ekokardiografi transtorakal harus dilakukan untuk identifikasi adanya trombus di
ruang-ruang jantung
3. Perlu Dilakukan Trans Cranial Dopler utk mengetahui adanya Atherosklerosis pada
pembuluh darah otak
4. Perlu dilakukan Penelusuran lebih lanjut terhadap etiologi dari AF Pada pasien
5. Perlu dilakukan edukasi mengenai akan adanya rekurensi terhadap stroke dengan
pengendalian terhadap Faktor resiko Stroke
6. Monitor pemberian warfarin pada pasien

Anda mungkin juga menyukai