Nama : Tn. U
Usia : 20-02-1962 (57 Tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Kp. Ciawi Rt 03/02
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Tanggal Masuk : 15 Juni 2019
Tanggal Periksa : 18 Juni 2019
ANAMNESIS
(alloanamnesis)
ANAMNESA
Keluhan Utama:
Kelemahan di sisi tubuh sebelah kanan sejak 9 jam SMRS
Keluhan Tambahan:
Bicara pelo, mulut mencong ke kanan
ANAMNESA
Riwayat Psikososial
o Merokok 2 bungkus sehari (+)
o Kopi tiap pagi dan malam (+)
o Sering makan-makanan yang berlemak dan santan
Kesadaran : Commposmentis
GCS (18/06/19) : E4 V2 M6
Vital Sign
o TD : 147/68 mmHg
o Nadi : 112 kali per menit ireguler
o RR : 24 kali per menit
o Suhu : 37 derajat celcius
o SpO2 : 99 %
PEMERIKSAAN FISIK
Status generallis :
Thoraks Abdomen
Inspeksi Simetris, tidak ada pernafasan yang tertinggal Inspeksi Permukaan rata, bekas operasi (-)
Palpasi Vocal premitus teraba di seluruh lapang paru Auskultasi Bising usus dalam batas normal 8x/menit
Perkusi Sonor di seluruh lapang paru Palpasi Nyeri tekan (-), hepatosplenomegali (-)
Auskulttasi Wheezing -/-, Rhonki -/+ (ICS 3-4) Perkusi Timpani pada abdomen
Jantung Ekstremitas
Inspeksi Ictus cordis tidak terlihat Atas kanan Edema (+), Akral hangat (+)
Palpasi Dalam batas normal Bawah kanan Edema (+), Akral hangat (+)
Perkusi Batas jantung dalam batas normal Atas kiri Edema (+), Akral hangat (+)
Auskultasi BJ I & BJ II normal ireguler, tidak ada bunyi jantung Bawah kiri Edema (+), Akral hangat (+)
tambahan
PEMERIKSAAN
NEUROLOGI
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
N.V Motorik
Membuka mulut (-)/(+)
Menggerakkan rahang (-)/(+)
Menggigit/mengunyah (-)/(+)
1 4
1 4
Refleks Fisiologis
Dextra Sinistra
Bisep + +
Trisep + +
Brachioradialis + +
Patella + +
Achilles + +
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
1 4 Babinski - -
Chaddocck - -
1 4
Oppenheim - -
Achilles + +
PEMERIKSAAN NEUROLOGI
Dari anamnesis kita bisa memperkirakan jenis stroke pada pasien ini.
Menurut skoring Siriraj pasien ini memberikan nilai -2.7 (kemungkinan ke
arah stroke iskemik) dan skoring.
SSS = (2,5 x kesadaran) + (2 x nyeri kepala) + (2 x muntah) + (10% x
diastole) – 12 + (3 x ateroma)
= (2,5 x 1) + (2 x 0) + (2 x 0) + (10% x 69) – 12 + (3 x 0) = -2.7
DAVIS & HART
Sumber utama jantung Infark kortikal atau subkortikal luas (Klinis atau 1
Fibrilasi Atrium 3 dengan CT-scan/MRI kepala)
Sindroma Sick Sinus 3 Infark kortikal sebelumnya pada suatu area vaskular 1
Stenosis Mitral 4 lain (Klinis atau dengan CT-scan/MRI kepala)
Katup protesis 4 Tidak didapatkan aterosklerosis pada arteriogram 3
Trombus Ventrikel kiri 4 Infark berdarah pada CT-Scan 1
Infark miokard akut 4 Tidak didapatkan HT kronis 1
Aneurisma ventrikel kiri tanpa thrombus 3
Saat kejadian defisit neurologis maksimal dan 1
Interpretasi : > 4-5 Tersangka
mendadak (kurang 5menit pada pasien sedang aktif) > 6-7 Lebih mungkin
Tidak ada/sangat sedikit aterosklerosis pada
> Sangat mungkin
pemeriksaan 1
USG (di karotis) 2
Angiografi karotis
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
(15/06/2019)
HEMATOLOGI KIMIA KLINIK
Darah rutin
Trigliserida 92 mg/dL Normal = <150 mg/Dl
Hemoglobulin 14.4 g/Dl 13 – 17
Boderline = 150-199
Leukosit 8000/Ul 4.000 –
10.000 mg/dL
Hematkrit 41% 40 – 54 High = 200 -499 mg/dL
Eritrosit 5.1 juta/uL 4.4 – 60
Cholestrol total 156 mg/dL Desirable = <200 mg/dL
Indeks eritrosit
Boderline = 200-239
MCV 81 Fl 80 – 100
MCH 28 pg 26 – 34 mg/dL
MCHC 35 g/Dl 32 – 36 High = >240 mg/Dl
Trombosit 336.000 /uL 150.000 –
HDL 34 mg/dL 40-60
450.000
LDL 104 mg/Dl <130
KIMIA KLINIK
GDS 92 mg/dL <140 SGOT 26 U/I <37
Ureum 37 mg/dL 19 – 43 SGPT 25 U/I <42
Kreatinin 0.67 mg/dL 0.66 – 1.25 Asam urat 6.5 mg/Dl 3.5-8.5
Natrium 142 mmol/L 137 - 150
IMUNOSEROLOGIS
Elektrolit
Kalium 3.8 mg/dL 3.5 – 5.5
T4 19.90 4.87 – 11.72
Calsium 8.3 mg/dL 8 – 10.4 TSH <0.01 0.3 – 4.94
Clorida 106 mmol/dL 94 – 108
(17/06/2019)
KIMIA KLINIK
Ureum 81 mg/dL 19 – 43
Kreatinin 1.46 mg/dL 0.66 – 1.25
Elektrolit
Kalium (K) 5.3 mmol/L 3.5 – 5.5
Calsium 9.2 mg/dL 8 – 10.4
Clorida 119 mmol/L 94 – 108
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Rontgen Thorax
Kesimpulan
TBC paru aktif
Kardiomegali tanpa bendungan paru
Atherosklerosis aorta
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
EKG
Kesimpulan
Atrial Fibrilation
RESUME
Berdasarkan informasi dari istri pasien, sebelumnya pasien juga sering mengeluh kurang
lebih sejak 1 tahun terakhir, sering merasa cepat lelah dan sesak ketika berjalan jauh.
Keluhan membaik ketika pasien istirahat dan memberat ketika beraktivitas. Pasien
mengeluh kadang terasa berdebar. Selain itu pasien juga mengalami batuk-batuk lebih
dari satu bulan.
Pada pemeriksaan fisik umum ditemukan kesadaran delirium, GCS E4V2M5, tekanan
darah 160/90 mmHg, nadi 112 kali/menit ireguler, kuat, penuh, suhu 37,0oC, laju nafas 24 x
/menit, teratur. Pemeriksaan fisik umum lainnya ditemukan asimetris pada wajah,
terdapat ronkhi basah kasar pada kedua paru saat pemeriksaan auskultasi paru.
Pemeriksaan fisik umum lainnya dalam batas normal.
Pada pemeriksaan neurologis ditemukan. adanya parese N. VII dekstra UMN dan parese
N. III dekstra. Kekuatan motorok tungkai atas 1/4 dan tungkai bawah 1/4. Refleks fisiologis
untuk tungkai kanan atas dan bawah hipofleksi, dan juga Babinski -/-. Tidak ditemukan
tanda rangsang meningeal, fungsi keseimbangan dan serebelar, fungsi otonom.
DIAGNOSIS
DPJP :
o IVFD Futrolit 20 tpm
o Ranitidin 2x1 IV
o Citicolin 2x1 IV
o Manitol
Prognosis:
o Quo ad vitam : dubia ad malam
o Quo ad functionam : dubia ad malam
o Quo ad sanationam : dubia ad malam
TINJAUAN
PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Stroke adalah suatu penyakit deficit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
menimbulkan cacat atau kematian. Definisi stroke menurut World Health
Organization (WHO) adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (atau global), dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih, dapat menyebabkan kematian,
tanpa adanya penyebab lain selain vaskuler, yang semata-mata disebabkan
oleh gangguan peredaran darah otak karena berkurangnya suplai darah
(stroke iskemik) atau pecahnya pembuluh darah secara spontan (stroke
perdarahan).
Hemoragik
Non-
Hemoragik
hemoragik
• Perdarahan
Intraserebral (PIS)
• Trancient Iskemik • Perdarahan
Attack Subarkhnoid (PSA)
• Trombosis Serebri • Perdarahan
• Emboli Serebri Intraventrikel
• Perdarahan
Cerebellar
Epidemiologi
o Usia
15,9% (umur 45-55 tahun) dan 26,8% (umur 55-64 tahun) dan 23,5% (umur 65
tahun)
o Jenis kelamin
Laki-laki>Perempuan
o Stroke iskemik (11,3%) relative lebih kecil dibandingkan stroke perdarahan
(17,2%)
o 61,9% pasien stroke iskemik yang dilakukan pemeriksaan CT scan di Indonesia
di dapatkan infark terbanyak pada sirkulasi anterior (27%), diikuti infark lacunar
(11,7%), dan infark pada sirkulasi posterior (4,2%).
Refrensi
Harsono. Buku Ajar Neurologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2011;hal;452-460;
TINJAUAN PUSTAKA
Gejala dan Tanda Klinis A. Cerebri A. Cerebri Media A. Karotis Interna A. Cerebri A.Vertebrobasile
Anterior Posterior r
Hemiparese Hemiparese Amaurosis fugaks Koma Disatria
kontralateral kontralateral
(tungkai) (lengan)
Gangguan Gangguan Disfagia Hemparesis Disfagia
mental perasa (1 sisi) Kontralateral
Gangguan Aphasia Hemiparesis Kelumpuhan Gagguan
sensitibilitas kontralateral saraf kranialis ke kesadaran
(tungkai) III
BAB (-) Sindrom horner Gangguan
pada sisi pengelihatan
sumbatan
Bisa terjadi Gangguan
kejang pendengaran
Rasa kaku, di
wajah/lidah
Kelumpuhan di 1
– 4 ekstremitas
Gangguan
koordinasi
Refrensi
Mardjono M, Sidharta.Neurologi Klinis Dasar.2014 Dian Rakyat: Jakarta; hal; 269-292;
TINJAUAN PUSTAKA
Hipertiroid dan AF
Efek Langsung
Efek Tidak langsung
Refrensi Reddy V, Taha W, Khan M. 2017.Atrial fibrillation and hyperthyroidism. Elsevier: India diakses 28 Juni 2019 melalui http://ncbi.com
TINJAUAN PUSTAKA
Infark Berdarah
Emboli serebri yang menyumbat aliran darah, akan lisis oleh fibrinolisin,
sehingga aliran darah ke infark dapat pulih kembali. Tetapi darah yang
sampai ke situ tiba di luar lumen pembuluh darah karena diapedesis yang
disebabkan oleh karena dinding pembuluh darah sudah mengalami
degenerasi akibat hipoksia. Dengan demikian infark iskemik menjadi infark
hemoragik.
Refrensi Mardjono M, Sidharta.Neurologi Klinis Dasar.2014 Dian Rakyat: Jakarta; hal; 269-292;
TINJAUAN PUSTAKA
Komplikasi neurologi
o Edema otak
o Transformasi hemoragik
o Kejang dan epilepsy
o Stroke Rekuren
o Gangguan tidur : Obstructive Sleep Apneu
o Disfungsi neuromuscular
o Gangguan Kognitif
Komplikasi non-neurologi
o Gangguan psikologis
o Gangguan seksual
Refrensi Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
Tatalaksana khusus
Terapi trombolisis
Kriteria Inklusi
Usia ≥18 tahun
Fibrinolitik dengan recombinant Diagnosis klinis stroke dengan defisit neurologis yang
dan perbaikan sel serebral yang ada persetujuan secara tertulis dari penderita atau
keluarga untuk dilakukan terapi rTPA
bermakna
Refrensi Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
Kriteria Eksklusi
1. Usia >80 tahun
2. Defisit neurologi yang ringan dan cepat membaik atau perburukan defisit neurologi yang
berat
3. Gambaran perdarahan intracranial pada CT Scan
4. Riwayat trauma kepala atau stroke dalam 3 tahun terakhir
5. Infark multilobar: gambaran hipodens >1/3 hemisfer serebri
6. Kejang pada onset stroke
7. Kejang dengan gejala sisa kelainan neurologis post iktal
8. Riwayat stroke atau trauma kepala berat dalam 3 bulan sebelumnya
9. Perdarahan aktif atau trauma akut (fraktur) pada pemeriksaan fisik
10. Riwayat perdarahan mayor atau trauma berat dalam 2 minggu sebelumnya
11. Riwayat perdarahan gastrointestinal atau traktus urinarius dalam 3 minggu sebelumnya
12. Tekanan darah sistolik >185 mmHg, diastolik >110 mmHg
13. Glukosa darah <50 mg/dL atau >400 mg/dL
14. Gejala perdarahan subarakhnoid
15. Pungsi arteri pada tempat yang tidak dapat dikompresi atau pungsi lumbal dalam 1 minggu
sebelumnya
16. Jumlah platerlet <100.000/mm3
17. Mendapat terapi heparin dalam 48 jam yang berhubungan dengan peningkatan aPTT
18. Gambaran klinis adanya pericarditis paska infark miokard
19. Infark miokard dalam 3 bulan sebelumnya
20. Wanita hamil
21. Tidak sedang mengkonsumsi antikoagulan oral atau bila sedang dalam terapi antikoagulan
hendaklah INR ≤1.7
o Penggunaan Citicolin
o Atasi hiperglikemia
o Atasi hipertensi
o Anti-platelet
Non-Farmakologi
Rehabilitasi penderita stroke harus dimulai segera mungkin agar dapat mencapai hasil
yang efektif. Movement rehabilitation dapat digunakan untuk memperbaiki disfungsi
neuromuskular dan meninngkatkan platisitas neuron. Speech and language theraphy
(SLT) direkomendasikan bagi penderita afasia.
Refrensi Misbach J, Lamsudin R, Aliah A, Basyiruddin A, Suroto, Rasyid Al, et al. Guideline Stroke tahun 2011. Pokdi Stroke PERDOSSI, Jakarta. 2011.
Prognosis
Risiko terjadinya infark hemoragik terutama pada pasien usia tua (>65 tahun), riwayat perdarahan GIT, hipertensi tidak
terkontrol, penyakit jantung, dan kombinasi penggunaan anticoagulant dan antiplatelet sehingga prognosanya lebih
buruk.
Kesimpulan
1. Stroke yang berhubungan dengan kardioemboli cenderung bermanifestasi lebih berat, berisiko
tinggi untuk berulang, serta berhubungan dengan mortalitas yang lebih tinggi.
2. Antikoagulan lebih dianjurkan pada stroke iskemik kardioemboli sebagai upaya pencegahan, baik
primer maupun sekunder
3. Pada fibrilasi atrium, warfarin diberikan 3-4 minggu sebelum kardioversi dan dilanjutkan hingga 3-4
minggu setelah tercapai irama sinus
4. Tata laksana FA pada kelainan katup umumnya hanya dapat dilakukan kendali laju, karena kendali
irama sering sulit dilakukan terutama bila ukuran atrium kiri dari ekokardiografi >45mm
5. Warfarin masih menjadi pilihan pertama terapi stroke iskemik kardioemboli
Saran
1. Perlu dilakukan Pemeriksaan Internasional Normalised Ratio (INR) pada pasien
tersebut pada saat rawat jalan
2. Ekokardiografi transtorakal harus dilakukan untuk identifikasi adanya trombus di
ruang-ruang jantung
3. Perlu Dilakukan Trans Cranial Dopler utk mengetahui adanya Atherosklerosis pada
pembuluh darah otak
4. Perlu dilakukan Penelusuran lebih lanjut terhadap etiologi dari AF Pada pasien
5. Perlu dilakukan edukasi mengenai akan adanya rekurensi terhadap stroke dengan
pengendalian terhadap Faktor resiko Stroke
6. Monitor pemberian warfarin pada pasien