PREEKLAMSIA BERAT
Pembimbing :
Disusun Oleh :
Jermansyah DD Khairari
2015730065
TAHUN 2019
Assalammu’alaikum wr wb,
Dengan memanjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT Tuhan
Yang Maha Esa karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan penulisan laporan kasus mengenai Preeclampsia Berat dengan
Preeklamsi Berat.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan pernghargaan dan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
arahan demi terselesaikannya laporan kasus ini khususnya kepada dr. H Sukardy,
Sp.OG, selaku KSMF Stase Obstetri dan Ginekologi RSUD Sayang Cianjur,
Kabupaten Cianjur, dan dr. H. Awie Darwizar, Sp. OG., D.MAS, selaku pembibing
utama.
Penulis sangat menyadari dalam proses penulisan laporan kasus ini masih
jauh dari kesempurnaan baik materi maupun metode penulisan. Namun demikian,
penulis telah mengupayakan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima segala bentuk
masukan, saran dan usulan guna menyempurnakan laporan kasus ini.
Kami berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi siapapun
yang membacanya.
Wassalammu’alaikum wr wb.
Jermansyah DD Khairari
1
BAB I
STATUS OBSTETRI
1.2. Anamnesis
a) Keluhan Utama
Pasien mengeluhkan nyeri kepala hebat dan bengkak sejak 2 hari
SMRS.
b) Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan dirasakan sejak 2 hari SMRS dan keluhan disertai dengan
penglihatan agak kabur, mual dan muntah, nyeri ulu hati. keluhan sesak
2
disangkal. Pasien tengah hamil anak ketiga dengan usia kehamilan 8 bulan.
Pasien mengaku bila tekanan darah sebelum kehamilan normal, tetapi saat
memasuki usia kehamilan 8 bulan tekanan darahnya tinggi.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat Hipertensi sebelum kehamilan : disangkal
- Riwayat Hipertensi setiap kehamilan : disangkal
- Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
- Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Asma : disangkal
d) Riwayat Penyakit Keluarga
- Riwayat Diabetes Melitus : disangkal
- Riwayat Hipertensi : disangkal
- Riwayat Hipertensi saat kehamilan : disangkal
e) Riwayat Pengobatan dan Alergi
Pasien mengaku tidak sedang menjalani pengobatan jangka panjang.
OS hanya meminum obat penambah darah dan vitamin. Pasien mengaku
tidak memiliki riwayat alergi obat maupun alergi makanan.
f) Riwayat Obstetri
Riwayat Perkawinan:
Menikah 2 kali, pernikahan pertama selama 3 tahun dan pernikahan
kedua selama 12 tahun.
Riwayat Haid:
Menarche usia 12 tahun, haid teratur, siklusnya 28 hari, lama haid 7
hari, tidak nyeri setiap haid.
HPHT:
25 mei 2019
TP
-
3
g) Riwayat Persalinan
Ny. E G3P2A0
No. Kehami Tempat Penolong Jenis L/P Keadaan
lan
1. 9 bulan Bidan Bidan Spontan L 11 tahun
2. 9 bulan Bidan Bidan Spontan L 7 tahun
h) Riwayat Psikososial
Pasien mengaku jarang olahraga. Pola makan 3 x/hari, minum 6
gelas hari. Selama hamil nafsu makan menurun. Tidak meminum minuman
beralkohol, tidak merokok.
4
- Paru : vesikular +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-
- Jantung : bunyi Jantung I & II murni, regular
- Abdomen : supel, nyeri tekan epigastrium (+), bising usus (+)
- Ekstremitas : atas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (+)
atas akral hangat, CRT < 2 detik, edema (+)
1.4. Status Obstetri
Inspeksi : cembung (+), linea nigra (+), striae gravidarum (+),
bekas operasi (-)
Palpasi
Tinggu Fundus Uteri : 31 cm
Leopold I : teraba lunak agak lebar(bokong)
Leopold II : teraba punggung di sebelah sisi kanan dan bagian-
bagian kecil di sebelah sisi kiri
Leopold III : teraba keras dan bulat (kepala)
Leopold IV : bagian terbawah janin belum masuk PAP
(konvergen)
Pemeriksaan Dalam
Vagina dan vulva : tidak ada kelainan,dinding vagina normal, rata,
tidak berbenjol², lunak, massa (-), nyeri tekan (-)
Portio : licin, kuncup, ø (-), lendir darah (-)
Pemeriksaan Inspekulo : tidak dilakukan
5
1.5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
19/12/2019 17.12
6
Protein Urine Positif (++) Negatif Mg/dL
19/12/2019 20.54
20/12/2019 06.15
7
21/12/2019 05.50
Pemeriksaan Ultrasounogarphy
19/12/19 19.00
1.6. Resume
G3P2A0 hamil 8 bulan datang dengan keluhan nyeri kepala hebat.
Pasien juga mengeluh penglihatan agak kabur, nyeri ulu hati, mual dan muntah.
Tanda vital didapatkan tekanan darah meningkat menjadi 190/110 mmHg.
Status gizi didapatkan Berat badan 60 kg, tinggi badan 150 cm, dan IMT 26,6
masuk kategori obesitas I. Pada pemeriksaan fisik di dapatkan nyeri tekan
epigastrium dan edema pada kedua ekstremitas atas dan bawah. Dari hasil
laboratorium di dapatkan nilai abnormal yang bermakna, leukosit meningkat
17.9 10^3/µl, dan protein urine ditemukan positif (++).
1.7. Diagnosis
Ibu : G3P2A0 gravida 34-35 minggu dengan Preeklamsi berat.
Janin : Janin tunggal hidup intrauterine
1.8. Diagnosis Banding
Preeklampsia
Hipertensi Gestasional.
Hipertensi kronik
8
1.9. Rencana terapi
1. Non Farmakologi
Observasi KU, TTV, DJJ
Terminasi kehamilan
2. Farmakologi
Protap PEB
1.10. Prognosis
Ibu : dubia ad bonam
Janin : dubia ad bonam
Follow up
Tgl S O A P
9
Tgl S O A P
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Definisi preeklampsia berdasarkan Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi
Indonesia merupakan suatu kondisi spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan
adanya disfungsi plasenta dan respon maternal terhadap adanya inflamasi sistemik
dengan aktivasi endotel dan koagulasi. Diagnosis preeklampsia ditegakkan
berdasarkan adanya hipertensi spesifik yang disebabkan kehamilan disertai dengan
gangguan sistem organ lainnya pada usia kehamilan diatas 20 minggu.
Preeklampsia, sebelumya selalu didefinisikan dengan adanya hipertensi dan
proteinuri yang baru terjadi pada kehamilan (new onsethypertension with
proteinuria). Meskipun kedua kriteria ini masih menjadi definisi klasik
preeklampsia, beberapa wanita lain menunjukkan adanya hipertensi disertai
gangguan multsistem lain yang menunjukkan adanya kondisi berat dari
preeklampsia meskipun pasien tersebut tidak mengalami proteinuri. Sedangkan,
untuk edema tidak lagi dipakai sebagai kriteria diagnostik karena sangat banyak
ditemukan pada wanita dengan kehamilan normal.5
2.2 Klasifikasi.4,5
1. Hipertensi Gestasional
Didapatkan tekanan darah ≥ 140/90 mmHg Untuk pertama kalinya setelah
umur kehamilan 20 minggu, tidak disertai dengan proteinuria dan tekanan
darah kembali normal < 12 minggu pasca persalinan.
2. Preeklampsia
Preeklamsia
Tekanan darah ≥ 140/90 mmHg setelah umur kehamilan 20 minggu disertai
dengan proteinuria ≥ 300mg/24 jam atau dipstick ≥ 1+
Preeklamsia Berat
Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg Setelah umur kehamilan 20 minggu,
disertai dengan proteinuria > 2gr/24 jam atau dipstick ≥ 2+ sampai 4+
3. Eklampsia
11
Kejang-kejang pada preeklampsia disertai koma
4. Hipertensi kronik dengan superimposed preeklampsia
Timbulnya proteinuria ≥ 300mg/24 jam pada wanita hamil yang sudah
mengalami hipertensi sebelumnya. Proteinuria hanya timbul setelah
kehamilan 20 minggu.
5. Hipertensi Kronik
Ditemukannya tekanan darah ≥ 140/90 mmHg sebelum kehamilan atau
sebelum kehamilan 20 minggu dan tidak menghilang 12 minggu pasca
persalinan.
2.3 Epidemiologi
Sekitar delapan juta perempuan/tahun mengalami komplikasi kehamilan dan
lebih dari setengah juta diantaranya meninggal dunia, dimana 99% terjadi di Negara
berkembang. Angka kematian akibat komplikasi kehamilan dan persalinan di
Negara maju yaitu 1 dari 5000 perempuan, dimana angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan di Negara berkembang, yaitu 1 dari 11 perempuan meninggal akibat
komplikasi kehamilan dan persalinan. Tingginya angka kematian ibu (AKI) masih
merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan juga mencerminkan kualitas
pelayanan kesehatan selama kehamilan dan nifas.
AKI di Indonesia masih merupakan salah satu yang tertinggi di negara Asia
Tenggara. Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, AKI di Indonesia sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.
Tiga penyebab utama kematian ibu adalah perdarahan (30%), hipertensi dalam
kehamilan (25%), dan infeksi (12%). WHO memperkirakan kasus preeklampsia
tujuh kali lebih tinggi di negara berkembang daripada di negara maju. Prevalensi
preeklampsia di Negara maju adalah 1,3% - 6%, sedangkan di Negara berkembang
adalah 1,8% - 18%. Insiden preeklampsia di Indonesia sendiri adalah 128.273/tahun
atau sekitar 5,3%.7 Kecenderungan yang ada dalam dua dekade terakhir ini tidak
terlihat adanya penurunan yang nyata terhadap insiden preeklampsia, berbeda
dengan insiden infeksi yang semakin menurun sesuai dengan perkembangan
temuan antibiotik.4
12
2.4 Etiologi
Penyebab timbulnya preeklampsia pada ibu hamil belum diketahui secara pasti,
tetapi pada umumnya disebabkan oleh (vasospasme arteriola). Faktor-faktor lain
yang diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain:
primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, molahidatidosa, multigravida,
malnutrisi berat, usia ibu kurang dari 18 tahun atau lebih dari 35 tahun serta anemia.
sebab preeklampsia dan eklampsia sampai sekarang belum diketahui. Telah banyak
teori yang mencoba menerangkan sebab musabab penyakit tersebut, akan tetapi
tidak ada yang memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang diterima harus
dapat menerangkan hal-hal berikut:
(1) primigraviditas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa;
(2) semakin tuanya kehamilan;
(3) terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam
uterus; dan
(4) timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Salah satu teori yang dikemukakan ialah bahwa eklampsia disebabkan
ischaemia rahim dan plasenta (ischemaemia uteroplacentae).Selama kehamilan
uterus memerlukan darah lebih banyak. Pada molahidatidosa, hydramnion,
kehamilan ganda, pada akhir kehamilan, pada persalinan, juga pada penyakit
pembuluh darah ibu, diabetes , peredaran darah dalam dinding rahim kurang, maka
keluarlah zat-zat dari plasenta atau desidua yang menyebabkan vasospasmus dan
hipertensi. Tetapi dengan teori ini tidak dapat diterangakan semua hal yang
berkaitan dengan penyakit tersebut. Ternyata tidak hanya satu faktor yang
menyebabkan pre-eklampsia dan eklampsia.1,2
Dalam teori dewasa ini banyak dikemukakan sebagai sebab preeclampsia
adalah iskemia plasenta. Akan tetapi, dengan teori ini tidak dapat diterangkan
semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu.Ada banyak faktor yang
menyebabkan preeklampsia dan eklampsia. Diantara faktor-faktor yang ditemukan
sering kali sudah ditentukan mana yang sebab dan mana yang akibat. Dan sampai
saat ini, apa yang menjadi penyebab preeklampsia dan eklampsia belum diketahui,
telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit tersebut,
akan tetapi tidak ada yang dapat memberi jawaban yang memuaskan. Penyebab
13
preeklampsia belum diketahui sampai sekarang secara pasti, bukan hanya satu
faktor melainkan beberapa faktor dan besarnya kemungkinan preeklampsia akan
menimbulkan komplikasi yang dapat berakhir dengan kematian. Akan tetapi untuk
mendeteksi preeklampsia sedini mungkin dengan melalui antenatal secara teratur
mulai trimester I sampai dengan trimester III dalam upaya mencegah preeklampsia
menjadi lebih berat. Sampai sekarang etiologi preeklampsia belum diketahui.
Membicarakan patofisiologinya tidak lebih dari “mengumpulkan” temuan-temuan
fenomena yang beragam. Namun pengetahuan tentang temuan yang beragam inilah
kunci utama suksesnya penanganan preeklampsia sehingga
preeklampsia/eklampsia disebut sebagai the disease of many theories in obstetrics.
Adapun teori-teori tersebut antara lain:
1. Peran Prostasiklin dan Tromboksan
Pengeluaran hormone ini memunculkan efek “perlawanan” pada
tubuh.Pembuluh-pembuluhdarah menciut, terutama pembuluh darah kecil,
akibatnya tekanan darah meningkat. Organ-organ pun akan kekurangan zat
asam. Pada keadaan yang lebih parah, bisa terjadi penimbunan zat pembeku
darah yang ikut menyambut pembuluh darah pada jaringan-jaringan vital.
2. Peran Faktor Immunologi
Preeklampsia sering terjadi pada kehamilan pertama dan tidak timbul lagi
pada kehamilan berikutnya.Hal ini dapat di bahwa pada kehamilan pertama
pembentuk blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna,
yang semakin sempurna pada kehamilan berikutnya.
3. Peran Faktor Genetik
Beberapa bukti yang menunjukkan peran faktor genetik pada kejadian
Preeklampsia-Eklampsia antara lain:
a. Preeklampsia hanya terjadi pada manusia
b. Terdapatnya kecenderungan meningkatnya frekuensi preeclampsia-
eklampsia pada anak-anak dari ibu yang menderita preeclampsia-
eklampsia
c. Kecenderungan meningkatnya frekuensi preeklampsia-eklampsia pada
anak dan cucu ibu hamil dengan riwayat preeklampsia-eklampsia dan
bukan pada ipar mereka
14
d. Peran Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS).
Penderita pada tahap preeklampsia hendaknya mau dirawat dirumah sakit
untuk memudahkan pemantauan kondisi ibu dan janin. Pemantauan meliputi fungsi
ginjal lewat protein urinenya dan juga fungsi hati. Menu makanan sehari-hari pun
perlu diperhatikan. Yang pasti konsumsi garam harus dikurangi, sedangkan buah-
buahan dan sayuran diperbanyak.1,3
2. Nulipara
Duckitt melaporkan nulipara memiliki risiko hampir 3 kali lipat (RR
2,91, 95% CI 1,28 -6,61).5
15
3. Kehamilan pertama oleh pasangan baru
Kehamilan pertama oleh pasangan yang baru dianggap sebagai
faktor risiko, walaupun bukan nulipara karena risiko meningkat pada wanita
yang memiliki paparan rendah terhadap sperma.5
4. Jarak antar kehamilan
Studi yang melibatkan 760.901 wanita di Norwegia,
memperlihatkan bahwa wanita multipara dengan jarak kehamilan
sebelumnya 10 tahun atau lebih memiliki risiko preeklampsia hampir sama
dengan nulipara. Robillard, dkk melaporkan bahwa risiko preeklampsia
semakin meningkat sesuai dengan lamanya interval dengan kehamilan
pertama (1,5 setiap 5 tahun jarak kehamilan pertama dan kedua; p<0,0001).5
5. Riwayat preeklampsia sebelumnya
Riwayat preeklampsia pada kehamilan sebelumnya merupakan
faktor risiko utama. Menurut Duckit risiko meningkat hingga 7 kali lipat
(RR 7,19 95%, CI 5,85 - 8,83). Kehamilan pada wanita dengan riwayat
preeklampsia sebelumnya berkaitan dengan tingginya kejadian
preeklampsia berat, preeklampsia onset dini, dan dampak perinatal yang
buruk.5
6. Riwayat keluarga preeklampsia
Riwayat preeklampsia pada keluarga juga meningkatkan risiko
hampir 3 kali lipat (RR 2,90 95%CI1,70 – 4,93). Adanya riwayat
preeklampsia pada ibu meningkatkan risiko sebanyak 3.6 kali lipat (RR3,6
95% CI 1,49 – 8,67).5
7. Kehamilan multipel
Studi yang melibatkan 53.028 wanita hamil menunjukkan, kehamilan
kembar meningkatkan risikopreeklampsia hampir 3 kali lipat (RR 2.93 95%,
CI 2,04 – 4,21). Analisa lebih lanjut menunjukkan kehamilan triplet
memiliki risiko hampir 3 kali lipat dibandingkan kehamilan duplet (RR
2,83;95%CI 1.25 - 6.40). Sibai dkk menyimpulkan bahwa kehamilan ganda
memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi untuk menjadi preeklampsia
dibandingkan kehamilan normal (RR 2,62; 95% CI, 2,03 –3,38).5
16
8. Donor oosit, donor sperma dan donor embrio
Kehamilan setelah inseminasi donor sperma, donor oosit atau donor
embrio juga dikatakan sebagai faktor risiko. Satu hipotesis yang populer
penyebab preeklampsia adalah maladaptasi imun. Mekanisme dibalik efek
protektif dari paparan sperma masih belum diketahui. Data menunjukkan
adanya peningkatan frekuensi preeklampsia setelah inseminasi donor
sperma dan oosit, frekuensi preeklampsia yang tinggi pada kehamilan
remaja, serta makin mengecilnya kemungkinan terjadinya preeklampsia
pada wanita hamil dari pasangan yang sama dalam jangka waktu yang lebih
lama. Walaupun preeklampsia dipertimbangkan sebagai penyakit pada
kehamilan pertama, frekuensi preeklampsia menurun drastis pada
kehamilan berikutnya apabila kehamilan pertama tidak mengalami
preeklampsia. Namun, efek protektif dari multiparitas menurun apabila
berganti pasangan. Robillard dkk melaporkan adanya peningkatan risiko
preeklampsia sebanyak 2 (dua) kali pada wanita dengan pasangan yang
pernah memiliki istri dengan riwayat preeklampsia (OR 1,8; 95 %CI 95%,
2-2,6).
9. Obesitas sebelum hamil dan Indeks Massa Tubuh (IMT) saat pertama
kali ANC
Obesitas merupakan faktor risiko preeklampsia dan risiko semakin
besar dengan semakin besarnya IMT. Obesitas sangat berhubungan dengan
resistensi insulin, yang juga merupakan faktor risiko preeklampsia.
Obesitas meningkatkan risiko preeklampsia sebanyak 2, 47 kali lipat (95%
CI,1,66 – 3,67), sedangkan wanita dengan IMT sebelum hamil > 35
dibandingkan dengan IMT 19-27 memiliki risiko preeklampsia 4 kali lipat
(95% CI, 3,52-5,49). Pada studi kohort yang dilakukan oleh Conde-Agudelo
dan Belizan pada 878.680 kehamilan, ditemukan fakta bahwa frekuensi
preeklampsia pada kehamilan di populasi wanita yangk urus (BMI < 19,8)
adalah 2,6% dibandingkan 10,1% pada populasi wanita yang gemuk (BMI
> 29,0). DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) Kemungkinan
preeklampsia meningkat hampir 4 kali lipat bila diabetes terjadi sebelum
hamil (RR 3.56; 95% CI 2,54 - 4,99) (n=56.968).5
17
10. Penyakit Ginjal
Semua studi yang diulas oleh Duckitt risiko preeklampsia meningkat
sebanding dengankeparahan penyakit pada wanita dengan penyakit ginjal. 5
11. Sindrom antifosfolipid
Dari 2 studi kasus kontrol yang diulas oleh Duckitt menunjukkan adanya
antibodiantifosfolipid (antibodi antikardiolipin, antikoagulan lupus atau
keduanya) meningkatkan risiko preeklampsia hampir 10 kali lipat (RR 9,72
; 95% CI 4,34 - 21,75) 5
12. Hipertensi kronik
Chappell dkk meneliti 861 wanita dengan hipertensi kronik,
didapatkan insiden preeklampsiasuperimposed sebesar 22% (n=180) dan
hampir setengahnya adalah preeklampsia onset dini(< 34 minggu) dengan
keluaran maternal dan perinatal yang lebih buruk. Chappel
jugamenyimpulkan bahwa ada 7 faktor risiko yang dapat dinilai secara dini
sebagai prediktorterjadinya preeklampsia superimposed pada wanita hamil
dengan hipertensi kronik yaitu seperti yang tertera pada tabel. 5
Riwayat preeklampsia sebelumnya
Penyakit ginjal kronis
Merokok
Obesitas
Diastolik > 80 mmHg
Sistolik > 130 mmHg
18
1. Tekanan darah sekurang-kurangnya 160 mmHg sistolik atau 110 mmHg
diastolic pada dua kali pemeriksaan berjarak 15 menit menggunakan lengan
yang sama
2. Trombositopenia : trombosit < 100.000 / mikroliter
3. Gangguan ginjal : kreatinin serum >1,1 mg/dL atau didapatkan peningkatan
kadarkreatinin serum pada kondisi dimana tidak ada kelainan ginjal lainnya
4. Gangguan liver : peningkatan konsentrasi transaminase 2 kali normal dan
atau adanyanyeri di daerah epigastrik / regio kanan atas abdomen
5. Edema Paru
6. Didapatkan gejala neurologis : stroke, nyeri kepala, gangguan visus
7. Gangguan pertumbuhan janin menjadi tanda gangguan sirkulasi
uteroplasenta: Oligohidramnion, Fetal Growth Restriction (FGR) atau
didapatkan absent orreversed end diastolic velocity (ARDV)
2.7 Diagnosis,4,5
Dikatakan preeklampsia berat apabila gejala didapatkan satu atau lebih
gejala dibawah ini pada kehamilan > 20 minggu :
1. Tekanan darah >160/110 dengan syarat diukur dalam keadaan relaksasi
(pengukuran minimal setelah istirahat 10 menit) dan tidak dalam keadaan
his.
2. Proteinuria >5gr/24jam atau +4 pada pemeriksaan kuantitatif.
3. Oligouria, produksi urine <500cc/24jam yang disertai dengan kenaikan
kreatinin plasma.
4. Gangguan visus dan serebral
5. Nyeri epigastrium/hipokondrium kanan
6. Edema paru dan sianosis
7. Gangguan janin intrauteri
8. Adanya Hellp Syndrome (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets
Count)
19
2.8Tata Laksana
2.9 Komplikasi
Komplikasi ibu dengan preeklampsia meliputi : hipertensi, penyakit jantung
iskemik, stroke dan tromboemboli vena pada ibu dengan riwayat preeklampsia.
Dampak
jangka panjang juga dapat terjadi pada bayi yang dilahirkan dari ibu dengan
preeklampsia, seperti berat badan lahir rendah akibat persalinan prematur atau
20
mengalami pertumbuhan janin terhambat, serta turut menyumbangkan besarnya
angka morbiditas dan mortalitas perinatal.
Penyakit hipertensi dalam kehamilan merupakan penyebab tersering kedua
morbiditas dan mortalitas perinatal. Bayi dengan berat badan lahir rendah atau
mengalami pertumbuhan janin terhambat juga memiliki risiko penyakit metabolik
pada saat dewasa.5
2.10 Pencegahan
Yang dimaksud dengan pencegahan adalah upaya untuk mencegah
terjadinya preeklampsia pada perempuan hamil yang mempunyai risiko
terjadinya preeklampsia. Preeklampsia adalah suatu sindroma dari proses
implantasi sehingga tidak secara keseluruhan dapat di cegah.
Pencegahan timbulnya preeklampsia dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini ini dapat ditangani secara
tepat. Penyuluhan tentang manfaat isirahat akan banyak berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu
masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi antara kegiatan
tersebut, ibu dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting untuk
diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet protein yang adekuat
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid.
2.11 Prognosis
Tergantung pada ringan atau beratnya penyakit yang diderita. Bila ibu hamil
pengobatannya efektif, maka gejala perbaikan akan tampak jelas setelah kehamilan
diakhiri.
21
BAB III
ANALISA MASALAH
23