PENDAHULUAN
Dermatitis kontak alergi (DKA) ialah kelainan kulit yang timbul akibat
adanya kontak berulang dengan bahan eksogen pada seseorang yang sebelumnya
telah tersensitisasi dengan bahan yang sama.1 Agar dapat menghasilkan reaksi
imun terhadap suatu alergen, seseorang harus mempunyai kecenderungan genetik,
mempunyai kontak yang cukup dengan bahan kimiawi yang mengalami
sensitisasi
tersebut,
dan
kemudian
mengalami
kontak
berulang. 1
proses induksi dan atau elisitasi dari DKA, sehingga tingkat kejadian DKA lebih
rendah pada individu dengan usia diatas 70 tahun.1
Patofisiologi DKA berdasarkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat (IV)
yang diperantarai oleh limfosit T. Terdapat dua fase yang mendasari patofisiologik
dermatitis kontak alergi ini, yaitu fase sensitisasi dan elisitasi.1,4,5 Bahan kimia
eksogen yang memiliki berat molekul rendah merupakan alergen kontak yang
dapat menimbulkan fase sensitisasi. Fase sensitisasi yang dikenal juga sebagai
fase aferen berlangsung sekitar 10-15 hari, sedangkan fase elisitasi biasanya
berlangsung antara 48-96 jam.1,6,7
Gambaran klinik DKA dapat bervariasi tergantung dari lokasi dan durasi. 1
Bentuk dan lokasi lesi merupakan petunjuk yang penting untuk mengetahui
alergen penyebab.8 Pada fase akut ditandai dengan makula eritema, papul
eritematosa, edema, yang dapat disertai vesikel atau bula kemudian menjadi
krusta. Sedangkan pada fase kronik kulit menjadi kering, berskuama, likenifikasi
terkadang terdapat fisura dan berwarna kehitaman.1,9,10
Uji tempel merupakan satu-satunya alat bantu yang sesuai untuk
pemeriksaan diagnostik rutin yang digunakan untuk membuktikan sensitisasi
terhadap suatu bahan yang menyebabkan dermatitis kontak alergi.
11
Pemeriksaan
kedua punggung kaki. Pasien sudah dirawat di bangsal penyakit dalam RSUP. Dr.
Kariadi Semarang selama 2 hari dengan diabetes mellitus.
ANAMNESIS (Autoanamnesis tanggal 20 Februari 2012)
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak 4 bulan sebelum dikonsulkan oleh bagian penyakit dalam, penderita
mengeluh timbul gatal pada punggung kaki kanan dan kiri, tidak bertambah gatal
bila berkeringat. Awalnya timbul bintil-bintil merah yang terasa gatal, kemudian
bertambah banyak menjadi bercak dan menyebar di sekitarnya. Penderita pernah
dibelikan obat oles anti jamur oleh cucunya namun dirasakan tidak ada perbaikan.
Makin lama bercak merah tersebut menebal dan melebar, dan kaki terasa kaku.
Penderita mengaku sudah sejak 2 tahun yang lalu mempunyai kebiasaan memakai
sandal jepit yang terbuat dari karet bila sedang di rumah dan saat keluar rumah.
Penderita tidak mempunyai kebiasaan mencuci baju dan tidak bekerja di tempat
yang basah.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit kencing manis baru diketahui sejak 3 tahun yang lalu,
penderita tidak minum obat teratur. Riwayat asma disangkal. Terdapat riwayat
bersin-bersin pagi hari. Riwayat mengoles-oles sesuatu sebelum timbul lesi
disangkal. Riwayat merendam kaki dengan cairan tertentu sebelum timbul lesi
disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga menderita asma, dan bersin-bersin pagi hari disangkal.
Riwayat biduran disangkal. Tidak ada keluarga penderita yang sakit seperti ini.
Riwayat kencing manis disangkal.
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita sudah tidak bekerja, istri penderita sudah meninggal, tinggal
sendiri.
kurang.
Kepala
: bentuk mesosefal
Mata
Mulut
Leher
Toraks
Abdomen
Ekstremitas
Status Dermatologik:
Lokasi
UKK
PENATALAKSANAAN
1. Pemeriksaan darah rutin, urin rutin, gula darah sewaktu
2. Pemeriksaan kerokan KOH 10%
3. Pemeriksaan uji tempel
4. Rencana dilakukan uji tempel / patch test setelah fase inflamasi mereda
5. Terapi :
Topikal:
- salep desoksimethason 0,25% 2 x sehari
Sistemik:
- tablet mebhydrolin napadisylate 2 x 50 mg (bila gatal)
6. Saran : - Tidak memakai sandal jepit dari karet
- Kontrol ulang 7 hari lagi
- Minum obat secara teratur
Hasil kerokan kulit pada punggung kaki kanan dan kiri dengan KOH 10 % :
Spora : (-) / negatif
Hifa
: (-) / negatif
Diagnosis :
Dermatitis kontak alergi kronik perbaikan suspek akibat sandal jepit
Terapi : salep desoksimethason 0,25% dioleskan 2 x sehari
Saran : - Bila lesi kulit sudah menghilang, salep dihentikan pemakaiannya.
- Kontrol 7 hari setelah menghentikan penggunaan salep untuk dilakukan
pemeriksaan uji tempel
Tanggal 12 Maret 2012 (hari ke-21)
Keluhan: Status Dermatologik
Lokasi : punggung kaki kiri dan kanan
UKK
: makula hiperpigmentasi
Diagnosis :
Hiperpigmentasi paska inflamasi e.c. dermatitis kontak alergi kronik suspek
sandal jepit disertai xerosis kutis
Terapi : Vaselin album dioleskan 2 x sehari
Saran : -
- Kontrol besok
- Tidak boleh mandi
- Tidak boleh minum obat
- Kontrol ke dokter jika terdapat keluhan nyeri dan tersengat pada
punggung
10
Diagnosis:
Dermatitis kontak alergik kronik akibat sandal jepit
Terapi : Vaselin album dioleskan 2 x sehari
Saran :
- Menjelaskan bahwa penderita mempunyai alergi terhadap bahan karet yang
terdapat pada sandal jepit serta menghindari pemakaian barang yang
mengandung MBT di mana bahan-bahan ini biasanya terdapat pada benda yang
terbuat dari karet.
- Menggunakan sandal yang berasal dari bahan lain seperti kulit, plastik atau kain.
- Memperhatikan label dari barang-barang yang akan digunakan apakah
mengandung MBT , antara lain seperti sarung tangan karet, karet gelang, balon
karet, penghapus karet.
- Apabila penderita kembali menggunakan sandal jepit berbahan karet maka ruam
pada kaki akan berulang, dan segera kontrol pada dokter.
11
PEMBAHASAN
Diagnosis DKA kronik dikarenakan sandal jepit ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan dikonfirmasi dengan baku emas uji tempel.
Dari anamnesis didapatkan seorang laki-laki berumur 76 tahun, dengan keluhan
gatal pada punggung kaki kiri dan kanan sejak 4 bulan. Awalnya timbul bintilbintil merah yang terasa gatal, kemudian bertambah banyak menjadi bercak dan
menyebar di sekitarnya, tidak bertambah gatal saat berkeringat. Makin lama
bercak merah tersebut menebal dan melebar, dan kaki terasa kaku. Penderita
mempunyai kebiasaan memakai sandal jepit setiap hari, tidak terdapat kebiasaan
mencuci baju sendiri dan tidak bekerja di tempat yang basah. Penderita memiliki
riwayat rhinitis alergi. Riwayat mengoles-oles kaki dengan bahan tertentu
sebelum timbul lesi disangkal. Riwayat merendam kaki dengan cairan tertentu
sebelum timbul lesi disangkal.
Dari kepustakaan dikatakan bahwa lokasi awal timbulnya lesi menjadi
petunjuk yang penting kemungkinan terjadi dermatitis kontak, kemudian perlu
ditanyakan penyebarannya, dan apakah sering kambuh atau tidak. Kejadian yang
berulang biasanya menunjukan DKA. Untuk mencari sumber alergen pada
masing-masing individu perlu ditanyakan tentang hobi, pekerjaan, benda-benda
yang digunakan serta lingkungan sekitar.14
12
Pada penderita ini pada punggung kaki kiri dan kanan didapatkan
gambaran klinik berupa plakat eritem dengan skuama, ekskoriasi, erosi, dan juga
terdapat likenifikasi simetris berbentuk huruf V terbalik menyerupai karet sandal
jepit pada lokasi kontak dengan karet sandal jepit. Menurut kepustakaan dikatakan
bahwa pola anatomi yang ditemukan pada reaksi kulit ini menunjukkan adanya
kontak dengan alergen penyebab.
1,14
likenifikasi dan skuama.1,10,12,13 Dermatitis kontak alergika pada kaki akibat alas
kaki paling sering mengenai daerah punggung kaki.
disebabkan oleh sepatu, lapisan dalam sepatu, kulit sepatu, stocking atau bahanbahan lain.15 Pada penderita ini alergen penyebab dicurigai berasal dari karet
sandal jepit.
Diagnosis pasti DKA et causa sandal jepit ditegakkan dengan melakukan
uji tempel yang merupakan baku emas untuk menegakkan diagnosis DKA. Uji
tempel sebaiknya dipertimbangkan untuk dilakukan bila terdapat dermatitis yang
tidak membaik dengan pengobatan, hanya kulit yang terpapar terhadap
kemungkinan alergen yang terkena, dermatitis yang timbul mendadak tanpa
riwayat sebelumnya, dermatitis yang mempunyai pola atau distribusi yang tidak
biasa, terdapat kontak dengan alergen yang telah diketahui, dermatitis pada kaki
dan tangan yang bersifat kronik, eksema persisten atau intermiten pada tangan,
kaki, wajah, telinga atau lengan, dan reaksi dermatitis atau urtikaria sesudah
memakan alergen yang dicurigai.
11,16
pada bagian kulit dan kelamin, lesi pada punggung kaki masih didapatkan
sehingga sebelum dapat dilakukan uji tempel, dermatitis pada kaki penderita
diobati terlebih dahulu, karena merupakan kontra indikasi dilakukan tes
tempel.11,16 Tes tempel ini merupakan miniatur proses elisitasi yang memacu
terjadinya reaksi inflamasi (reaksi eksematosa) pada kulit intak penderita yang
telah tersensitisasi.7,8
Tes tempel untuk keperluan penapisan dapat menggunakan produk alergen
penapisan serial standar seperti TROLAB test atau TRUE test.
7,8,17
Apabila
diagnosis kerja yang ditentukan klinisi sudah mengarah ke suatu produk yang
diketahui mengandung suatu alergen tertentu, maka pelaksanaan uji tempel dapat
13
15
dalam pilihan seri alergen yang dimiliki, maka sebagai tambahan mungkin perlu
dilakukan uji tempel menggunakan bahan atau produk yang dibawa oleh pasien
sendiri (bahan milik pasien sendiri).
11
menggunakan seluruh alergen yang dimiliki ditambah dengan bahan karet sendal
milik penderita yang dihancurkan sampai halus dan dilarutkan dalam vaselin
album.
Sebelum dilakukan uji tempel penderita diberikan penjelasan untuk tidak
mandi, tidak menggaruk dan membuka plester uji tempel, tidak melakukan kerja
berat atau olahraga, dan tidak minum obat-obatan. Kepustakaan menyebutkan
bahwa sebelum melakukan uji tempel penderita diinstruksikan tidak mandi selama
dilakukan uji tempel, menghindari kegiatan yang dapat membuat uji tempel
menjadi lepas, uji tempel tidak boleh terpapar matahari, steroid dan obat-obat
imunosupresif lain harus dihentikan paling sedikit 1 minggu sebelum dilakukan
uji tempel, serta diberikan edukasi bahwa mungkin pasien akan merasa gatal,
panas, atau rasa terbakar, yang muncul akibat penempelan alergen tersebut.18
Pada penderita ini dilakukan pembacaan uji tempel dibaca setelah 48 dan
72 jam. Hasil pembacaan setelah 48 jam dan 72 jam masing-masing adalah +1
terhadap alergen no.3 yaitu bahan karet sandal jepit merek swallow milik pasien
yang dihancurkan dan dilarutkan dalam vaselin album. Kepustakaan menyebutkan
pembacaan uji tempel dilakukan setelah 48 jam dan 72 jam, selain itu, pembacaan
hasil yang lebih lambat direkomendasikan, terutama apabila hasil reaksi uji
tersebut sulit dikelompokkan sebagai suatu bentuk alergi atau iritan, atau apabila
diduga terdapat sensitisasi terhadap alergen yang baru akan memberikan reaksi
14
11
Pada
kecurigaan alergi terhadap turunan karet terutama MBT biasanya reaksi kulit
dapat dievaluasi antara 24 jam sampai dengan 72 jam.
vesikel yang menyatu), IR reaksi iritan, NT tidak diujikan. 10,11 Pada uji tempel
dapat terjadi reaksi positif palsu yaitu terdapat reaksi uji tempel positif namun
tidak terdapat kontak alergik sedangkan reaksi negatif palsu adalah terdapatnya
reaksi uji tempel yang negatif pada keadaan kontak alergik.18
Pada penderita ini alergen penyebab DKA adalah karet sandal jepit.
Kandungan yang dapat ditemukan pada karet sandal jepit antara lain adalah :
merkaptobenzotiazol (MBT) 2%, campuran thiuram 1%, campuran merkapto,
black rubber mix 0,6%. Berdasarkan hasil penelitian Rohmawati E dkk pada
tahun 2010 MBT merupakan alergen terbanyak yang menyebabkan dermatosis
pada kaki yang berasal dari bahan akselerator karet (12,9%). Bahan MBT
merupakan rubber accelerators yaitu bahan kimia yang digunakan dalam
mempercepat proses pembuatan karet (vulkanisasi).12,13 Selain terdapat pada
sepatu, sandal, karet gelang, ikat pinggang, MBT ini juga dapat terdapat pada alat
rumah tangga seperti dot bayi, mainan bayi, sarung tangan karet, balon mainan
anak, dan penghapus karet.2 MBT dan turunannya merupakan sensitizer yang
paling sering pada dermatitis kontak akibat sepatu.19
Diagnosis suatu kasus DKA, termasuk DKA karena karet sendal jepit,
harus selalu menggunakan data relevansi klinis disamping data hasil uji
tempelnya.
17,18,20
kategori, yaitu :
17,18,21
15
16
22
membedakannya dengan DKI adalah keluhan utama terasa terbakar dan tersengat
sedangkan pada DKA yang lebih menonjol adalah rasa gatal.5
Diagnosis banding dengan tinea pedis dapat disingkirkan dimana pada
tinea pedis tipe interdigitalis tersering ditemukan kelainan berupa maserasi di sela
jari ke-4 dan 5 dan sering tercium bau tidak enak. Diagnosis dermatofitosis
ditegakkan dengan pemeriksaan klinik, sediaan langsung KOH 10-20% dan
dilakukan kultur jamur.23 Sedangkan pada kasus ini kelainan hanya mengenai
punggung kaki, tidak terdapat adanya maserasi dan bau tidak enak pada kaki, serta
dari pemeriksaan KOH didapatkan hifa dan spora negatif.
Menurut kepustakaan penatalaksanaan yang paling utama untuk DKA
adalah mengidentifikasi, menghindari alergen penyebab, dan menghilangkan
gejala. Selain itu penderita dianjurkan supaya meneliti label yang terdapat pada
produk-produk yang akan digunakan. Pada kasus ini penderita dianjurkan supaya
penderita tidak menggunakan sandal jepit dari karet ataupun barang-barang lain
yang mengandung MBT seperti pada sepatu, sandal, karet gelang, ikat pinggang,
dan pada alat rumah tangga seperti dot bayi, mainan bayi, sarung tangan karet,
balon mainan anak, serta penghapus karet. Penderita disarankan untuk
menggunakan bahan lain untuk alas kaki seperti sandal dari kulit, plastik ataupun
kain.8
Terapi medikamentosa yang diberikan adalah pemberian kortikosteroid,
serta pemberian antihistamin oral untuk mengurangi gatal. Pada kepustakaan
disebutkan bahwa steroid topikal tetap menjadi terapi pilihan, penggunaan
kortikosteroid sistemik hanya diperuntukkan pada kasus-kasus berat dan DKA
akut berulang.1,12 Ketika memilih kortikosteroid topikal harus disesuaikan antara
potensi kortikosteroid dengan lokasi dan vehikulum dengan lesi kulit (salep
digunakan untuk lesi yang kering dan berskuama). Pada kasus DKA yang kronik
dapat diberikan emolien.1,12 Pada dekade terakhir inhibitor kalsineurin, siklosporin
oral, takrolimus dan pimekrolimus juga digunakan sebagai pilihan terapi lini
kedua untuk mengobati DKA. 1 Fototerapi dapat dilakukan pada DKA refrakter
yang tidak berespon terhadap pemberian kortikosteroid dan untuk pasien-pasien
17
yang sulit untuk menghindari faktor pencetus atau alergen penyebab DKA
tersebut. 1
Pada kasus ini penderita diberikan pengobatan berupa pemberian salep
desoksimethason 0,25% dioleskan 2 x sehari, tablet mebhydrolin napadisylate 2 x
50 mg dan vaselin album sebagai pelembab. Prognosis pada penderita ini quo ad
vitam ad bonam, quo ad sanam dubia ad bonam, quo ad kosmetikam dubia ad
bonam.
RINGKASAN
18
Telah dilaporkan kasus dermatitis kontak alergi kronik akibat sandal jepit
karet pada seorang laki-laki 76 tahun dengan keluhan utama gatal pada kedua
punggung kaki.
Diagnosis DKA kronik pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan dikonfirmasi dengan uji tempel.
Dari anamnesis didapatkan sejak 4 bulan sebelum dikonsulkan penderita
mengeluh timbul gatal pada di punggung kaki kanan dan kiri, tidak nyeri, tidak
bertambah gatal bila berkeringat. Penderita mempunyai kebiasaan memakai
sandal jepit dari karet. Pada punggung kaki kiri dan kanan didapatkan gambaran
klinik berupa plakat eritem dengan skuama, ekskoriasi, erosi, dan juga terdapat
likenifikasi simetris berbentuk huruf V terbalik menyerupai karet sandal jepit pada
lokasi kontak dengan karet sandal jepit. Dari uji tempel didapatkan hasil yang
positif (+1) terhadap bahan karet sandal jepit milik penderita.
Penatalaksanaan dengan menghindari alergen penyebab serta diberikan
salep desoksimethason 0,025% 2 x sehari, tablet mebhydrolin napadisylate 2 x 50
mg bila gatal, dan vaselin album.
Prognosis pada penderita ini quo ad vitam ad bonam, quo ad sanam dubia
ad bonam, quo ad kosmetikam dubia ad bonam.
DAFTAR PUSTAKA
19
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
20
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
21