Anda di halaman 1dari 12

REFLEKSI KASUS

CORPAL CORNEA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti


Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Penyakit Mata
RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Diajukan kepada Yth:


dr. Nur Shani Meida, Sp.M

Diajukan oleh:
Nafi Udin Arif

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA


RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2017
MINI CEX ILMU PENYAKIT MATA

PENDAHULUAN

A. Identitas Pasien

Nama: Tn. R

Usia: 32 tahun

Pekerjaan: Kuli Bangunan

B. Anamnesis

Keluhan utama:

Mata kanan merah dan terasa mengganjal

Riwayat Penyakit Sekarang

Seorang pasien laki-laki usia 32 tahun datang ke poli mata RS PKU

Muhammadiyah Yogyakarta dengan keluhan mata kanan merah yang muncul

tiba-tiba dan terasa mengganjal di bola mata sejak 1 hari sebelum ke RS. Mata

merah dirasakan semakin lama semakin berat dan ingin di kucek sehingga

menganggu aktivitas. Untuk mengurangi keluhan pasien meneteskan tetes mata

yang di jual bebas di warung tetapi keluhan tidak berkurang. Sebelumnya pasien

mengaku terkena serpihan debu ketika bekerja mengebor tembok, pasien juga

telah menggunakan obat tetes mata tetapi keluhan belum membaik.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya

Riwayat alergi disangkal


Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami keluhan serupa

Riwayat Personal Sosial

Riwayat kontak dengan penderita yang mempunyai keluhan serupa (-)

Pekerjaan pasien sehari-hari sebagai kuli bangunan

C. Pemeriksaan Fisik

Status generalis:

Keadaan umum: baik

Kesadaran: komposmentis

Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 80x/menit

Suhu : 37c

Status Oftalmologis:

Pemeriksaan OD OS
Palpebra Edema (-), nyeri tekan (+) Edema (-), benjolan (-)
Konjungtiva Hiperemis(+) Hiperemis(-)
Kornea Korpal (+), jernih jernih
COA Kesan normal (dalam) Kesan normal (dalam)
Iris Coklat, kriptae (+) Coklat, kriptae (+)
Bulat, central, reflek Bulat, central, reflek
Pupil
cahaya (+) cahaya (+)
Lensa Jernih Jernih
Visus 6/30 6/6
TIO Tidak dinilai Tidak dinilai

D. Diagnosis Kerja

Os corpal cornea

E. Diagnosis Banding

1. conjungtivitis
2. dry eye syndrome

3. corpus alineum kornea et grass

4. corpus alineum palpebral superior

F. Terapi

C. Floxa ed fl 6x1

Asam mefenamat 500 mg 3x1

G. Edukasi

- Menjelaskan kepada pasien tentang corpal cornea beserta komplikasinya

- Tidak mengucek mata

- Menggunakan kacamata atau google glass saat bekerja

- Control kembali saat obat habis.


TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Korpus alienum kornea adalah benda asing yang terdapat pada kornea seperti

serpihan logam, serpihan kaca, ataupun serpihan benda-benda organik.

B. Anatomi dan fisiologi kornea

Kornea adalah selaput bening mata yang menutupi mata bagian depan, berupa

jaringan transparan dan avaskuler yang berbentuk seperti kaca arloji. Ketebalan

bagian sentral pada dewasa sekitar 550 mikrometer, diameter horisontal 11,75 mm,

vertikal 10,6 mm.

Lapisan kornea dari luar ke dalam dapat dibagi menjadi :

1. Epitel

Tebalnya 50 mikrometer, terdiri dari 5-6 lapis epitel tidak bertanduk sehingga sangat

peka terhadap trauma kecil.

2. Membrana Bowman

Merupakan jaringan kolagen yang tersusun tidak teratur, lapisan ini tidak mempunyai

kemampuan regenerasi.

3. Stroma (substansia propia)

Merupakan lapisan paling tebal, terdiri dari serabut kolagen yang susunannya sangat

teratur dan padat. Susunan kolagen inilah yang menyebabkan kornea avaskuler dan
jernih.
4. Membrana Descement

Adalah membran aseluler dengan ketebalan 40 mikrometer yang merupakan batas

belakang stroma kornea yang dihasilkan oleh sel endotel. Lapisan ini bersifat sangat

elastis dan berkembang terus seumur hidup.

5. Endotel

Berasal dari mesotelium, berlapis satu, berbentuk heksagonal, dengan ketebalan 20-40

mikrometer, dan tidak mempunyai daya regenerasi. Trauma atau penyakit yang merusak

endotel akan mengakibatkan sistem pompa endotel terganggu sehingga dekompensasi

endotel dan terjadi udem kornea.

Kornea dipersarafi banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar longus, saraf

nasosilier. Seluruh lapis epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir

saraf. Kornea merupakan lensa cembung dengan kekuatan refraksi 43 dioptri.


Gambar 1. Anatomi Lapisan Kornea

C. PATOGENESIS

Benda asing pada kornea dapat terjadi dimana saja, biasanya tanpa disengaja. Mekanisme trauma

dapat membantu membedakan trauma superfisial atau dalam (intraokular). Beberapa benda yang

dapat mengenai seperti serpihan kayu, logam, plastik, serpihan daun, atau pasir. Trauma

biasanya terjadi pada cuaca berangin atau bekerja dengan benda yang dapat menimbulkan angin

Untuk benda asing yang berasal dari serangga atau tumbuh-tumbuhan, memerlukan perhatian

khusus karena dapat meningkatkan resiko infeksi serta bersifat antigenik yan dapat menimbulkan

reaksi inflamasi kornea. Oleh sebab itu pada pasien seperti ini harus dilakukan follow up ketat

untuk komplikasi infeksi.

Benda asing pada kornea biasanya terdapat pada lapisan epitel atau stroma. Keadaan ini dapat

menyebabkan reaksi inflamasi sehingga terjadi dilatasi pembuluh darah di sekitarnya, serta udem

palpebra, konjungtiva, dan kornea. Jika tidak segera dikeluarkan hal ini akan menyebabkan

infeksi dan atau nekrosis jaringan.

Defek pada epitel kornea merupakan tempat masuknya mikroorganisme ke dalam lapisan stroma

kornea yang akan menyebabkan ulserasi. Selama fase inisial, sel epitel dan stroma pada area

defek akan terjadi udem dan nekrosis. Sel-sel neutrofil mengelilingi ulkus dan menyebabkan

nekrosis lamela stroma. Difusi sitokin ke posterior (kamera okuli anterior) menyebabkan

terbentuknya hipopion. Toksin dan enzim yang dihasilkan bakteri dapat merusak substansi

kornea. Bakteri yang pada umumnya dijumpai adalah Streptococcus, Pseudomonas,

Enterobacteriaceae, dan Staphylococcus sp

D. DIAGNOSIS
1. Anamnesis

Aktifitas pasien, keadaan lingkungan, waktu dan mekanisme trauma sangatlah penting

ditanyakan. Gejala klinis yang mungkin dikeluhkan pasien adalah : Nyeri, Sensasi benda

asing, Fotofobia, Air mata yang mengalir terus (tearing), Mata merah

2. Pemeriksaan Fisik

o Tajam penglihatan normal atau menurun

o Injeksi konjungtiva

o Injeksi silier

o Tampak benda asing pada mata

o Rust ring, terutama jika logam tertanam sudah beberapa jam atau hari

o Defek epitel yang jelas dengan penggunaan fluoresens

o Udem kornea Sel pada kamera okuli anterior (flare)

o Pada beberapa kasus juga dapat asimptomatik jika benda asing tersebut kecil dan berada

o di bawah lapisan epitel atau permukaan konjungtiva. Selama beberapa hari epitel tumbuh

menyelimuti benda asing tersebut, dengan hasil pengurangan nyeri. Jika terdapat

ulserasi, reaksi kamera okuli anterior yang signifikan, atau nyeri yang hebat, harus

diterapi sebagai suatu infeksi.

3. Pemeriksaan Laboratorium

o Pemeriksaan laboratorium diperlukan jika ada infeksi/ulkus kornea atau curiga adanya
benda asing intraokular.

o Kultur dan sensitivitas tes digunakan pada kasus dengan infeksi atau ulkus.

o CT Scan, B-Scan ultrasound, dan ultrasound biomicroscopy (UBM) dapat digunakan jika

ada kecurigaan benda asing intraokular. 1

E. KOMPLIKASI

1 Rust ring :

Biasanya terjadi jika benda asing tersebut adalah besi.

Onsetnya 2-4 jam pertama dan komplit dalam 8 jam.

Dapat dibuang dengan bantuan slit lamp menggunakan jarum halus ataupun burr.

2 Infeksi kornea :

terjadi jika dibiarkan lebih 2-4 hari

Menyebabkan terbentuk ulkus dan jaringan parut.

Hal ini memerlukan terapi antibiotik topikal yang agresiv dan penanganan dokter mata lebih

lanjut.

3 Perforasi bola mata pada trauma yang disebabkan logam atau kecepatan tinggi, bisa juga
jika

4 telah terjadi ulkus yang tidak ditangani, hal ini memerlukan terapi pembedahan.

F. PENATALAKSANAAN

Tujuan dari penatalaksanaan adalah mengurangi nyeri, mencegah infeksi, dan mencegah

kerusakan fungsi yang permanen.

Benda asing yang terletak di permukaan kornea dapat dihilangkan dengan berbagai cara seperti
menggunakan usapan cotton-bud secara halus, menggunakan jarum spuit 1 cc, atau

menggunakan magnet.

Setiap pasien dengan benda asing di kornea dilakukan langkah-langkah penatalaksanaan awal

sebagai berikut :

1. Periksa tajam penglihatan sebelum dan sesudah pengangkatan.

2. Berikan anastesi topikal pada mata yang terkena.

3. Cobalah mengeluarkan benda asing dengan irigasi NaCl 0,9% steril.

4. Cobalah menggunakan cotton bud secara halus.

5. Cobalah menggunakan jarum halus.

6. Pengangkatan benda asing harus dilakukan dengan bantuan slit lamp.

7. Jika tidak berhasil segera rujuk ke dokter mata.

8. Berikan antibiotik topikal untuk profilaksis 4x1 hari sampai regenerasi epitel.

9. Berikan analgetik topikal seperti cycloplegic jika terdapat abrasi > 3 mm, jangan berikan

steroid atau anastesi topikal karena menghambat regenerasi epitel dan menigkatkan resiko

infeksi jamur.

10. Reevaluasi dalam 24 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi dan ulkus kornea.

Indikasi rujuk :

1. Benda asing sulit dikeluarkan.

2. Terbentuk formasi rust ring pada kornea


3. Ada tanda-tanda perforasi bola mata

4. Ada tanda pembentukan ulkus kornea seperti kabur pada dasar defek, noda pada tes

fluorosensi bertahan > 72 jam.

5. Defek pada bagian sentral kornea.

6. Hyfema

7. Kerusakan kornea difus

8. Laserasi kornea atau sklera

9. Udem kelopak mata

10. Perdarahan subkonjungtiva yang difus

11. Bentuk pupil yang abnormal

12. Kamera okuli anterior yang dalam.

Pada kasus tanpa komplikasi dimana benda asing dapat dikeluarkan, dapat diberikan terapi

antibiotik spektrum luas dan obat-obatan cycloplegic. Jika terjadi komplikasi ulkus maka

penanganannya sama seperti ulkus kornea

Penanganan lebih lanjut pada benda asing yang sulit dikeluarkan harus dilakukan oleh dokter

spesialis mata seperti menggunakan jarum halus yang steril, burr, Alger brush, rust ring drill, dan

sebagainya yang memerlukan pengalaman dan keahlian tertentu.

Sebelum mengeluarkan benda asing, seorang klinisi harus menilai seberapa dalam penetrasi
kornea, jika mencapai KOA pengankatan harus dilakukan di kamar operasi dengan alat pembesar

yang cukup, penerangan cukup, anastesi adekuat, dan peralatan yang cukup

DAFTAR PUSTAKA

http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html

http://www.emedicine.com/oph/LID.html

http://www.emedicine.com/emerg/OPHTHALMOLOGY.htm

Permenkes. 2014. Panduan Praktis Klinis Dokter Pelayanan Primer

Anda mungkin juga menyukai