Tumor Laryng
Oleh:
Andi Chaerunnisa, S.Ked
111 2018 2025
Supervisor :
dr. Bernadette Albertine Francisca T. , Sp.THT-KL
ii
EPIGLOTITIS AKUT
I. PENDAHULUAN
Laring memainkan peranan sentral dalam mengkoordinasikan fungsi saluran
menjadi supraglotis, glotis, dan subglotis. Laring adalah tempat tersering kedua untuk
Tumor ganas laring hingga saat ini masih menjadi masalah di bidang Ilmu
Telinga Hidung Tenggorok- Bedah Kepala dan Leher. Tumor ganas laring merupakan 1-
2% dari seluruh kejadian tumor ganas di seluruh dunia. Pada tahun 2011 diperkirakan
12.740 kasus baru tumor ganas laring di Amerika Serikat dan diperkirakan 3560 orang
meninggal.
Karsinoma sel skuamosa merupakan jenis tumor ganas laring primer yang paling
sering ditemukan, yaitu lebih dari 95% kasus. Sisanya tumor yang berasal dari kelenjar
ludah minor, neuroepithelial, tumor jaringan lunak dan jarang timbul dari tulang
kartilaginosa laring.
Karsinoma sel skuamosa laring merupakan hasil dari interaksi banyak faktor
etiologi seperti konsumsi tembakau dan atau alkohol yang lama, bahan karsinogen
lingkungan, status sosial ekonomi, pekerjaan yang berbahaya, faktor makanan dan
kerentanan genetik.
3
Terdapat beberapa modalitas terapi untuk menatalaksana kasus tumor ganas
kombinasi.
II. DEFINISI
Tumor laring merupakan suatu neoplasma yang ditandai dengan sebuah tumor
yang berasal dari epitel struktur laring dan merupakan massa abnormal jaringan yang
Karsinoma laring adalah keganasan yang paling umum untuk bagian kepala dan
leher. Karsinoma laring memiliki historis penyakit dengan jumlah yang tinggi pada pria,
meskipun jumlah insidens telah berubah disebabkan lebih banyak wanita mulai merokok.
(1)
Berdasarkan data dunia, porsi kejadian kanker laring adalah sekitar 30% hingga 40%
dari semua kejadian malignansi kepala dan leher serta 1% hingga 2,5% dari total
neoplasma ganas pada manusia. Secara histopatologis, 95% hingga 98% karsinoma
III. KLASIFIKASI
1. Tumor jinak laring
Tumor jinak laring tidak banyak ditemukan, hanya kurang lebih 5 % dari
semua jenis tumor laring.
Tumor jinak laring dapat berupa: (11)
1. Papiloma laring (terbanyak frekuensi)
Tumor ini dapat digolongkan dalam 2 jenis:(11)
4
i. Papiloma laring juvenil, ditemukan pada anak, biasanya
berbentuk multipel dan mengalami regresi pada waktu dewasa.
Tumor ini dapat tumbuh pada pita suara bagian anterior atau
daerah subglotik. Dapat pula tumbuh di plika ventrikularis
atau aritenoid. Secara makroskopik bentuknya seperti buah
murbei berwarna putih abu-abu dan kadang-kadang
kemerahan. Jaringan tumor ini sangat rapuh dan kalau
dipotong tidak menyebabkan perdarahan. Sifat yang
menonjol dari tumor ini adalah sering tumbuh lagi setelah
diangkat, sehingga operasi pengangkatan harus dilakukan
berulang-ulang.(11)
2. Adenoma
3. Kondroma
4. Mioblastoma sel granuler
5. Hemangioma
6. Lipoma
7. Neurofibroma
5
terkena tumor dengan memperhatikan fungsi respirasi, fonasi serta fungsi sfingter
laring.(11)
Etiologi karsinoma laring belum diketahui dengan pasti. Dikatakan oleh para ahli bahwa
perokok dan peminum alkolhol merupakan kelompok orang-orang dengan risiko tinggi
diduga menyebabkan terjadinya karsinoma laring yang kuat adalah rokok alkohol dan
b. Karsinogen lingkungan(9)
Arsen (pabrik, obat serangga), asbes (lingkungan, pabrik, tambang), gas mustar (pabrik),
carcinoma).
Penyakit ini lebih sering menyerang pria. Insidensi tertinggi biasanya terjadi pada
6
pasien berusia 50 hingga 70 tahun ke atas. Hingga saat ini, faktor predisposisi yang
kebiasaan merokok dan konsumsi alcohol. Faktor risiko lain yang bias memicu
terbentuknya karsinogen di tubuh antara lain lingkungan kerja, nutrisi, infeksi virus
dengan HPV serta EBV, radiasi, GERD dan faktor keturunan. Perkembangan biologi
molekuler di studi analisis serta pemecahan kode DNA membuktikan sejumlah gen,
padalaring.(2)
7
V. EPIDEMIOLOGI
Sebagai gambaran perbandingan, diluar negeri keganasan karsinoma laring
karsinoma nasofaring dan tumor ganas hidung dan paranasalis.(Menurut data statistik
dari WHO (1961) yang meliputi 35 negara, seperti dikutip oleh Batsakis (1979), rata-rata
Kebanyakan (70–90%) karsinoma laring ditemukan pada pria usia lanjut. Tipe
glotik merupakan 60–65%, supraglotik 30–35%, dan infraglotik hanya 5%. Merokok
9
Gambar 1: anatomi struktur penyangga laring. Diambil dari kepustakaan
Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi
disamping beberapa fungsi lainnya seperti terlihat pada uraian berikut:
1. Fungsi Fonasi.(4)
Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling kompleks. Suara
dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya interaksi antara
udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan udara
pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga
mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan
dapat dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsic laring berperan penting dalam
penyesuaian tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujung- ujung bebas dan
tegangan pita suara sejati.
11
VIII. MANIFESTASI KLINIS
Suara serak: Gejala utama Ca laring, merupakan gejala dini tumor pita
suara. Hal ini disebabkan karena gangguan fungsi fonasi laring. Kualitas
nada sangat dipengaruhi oleh besar celah glotik, besar pita suara,
ketajaman tepi pita suara, kecepatan getaran dan ketegangan pita
suara.Pada tumor ganas laring, pita suara gagal berfungsi secara baik
disebabkan oleh ketidak teraturan pita suara, oklusi atau penyempitan
celah glotik, terserangnya otot-otot vokalis, sendi dan ligament
krikoaritenoid dan kadang-kadang menyerang saraf. Adanya tumor di pita
suara akan mengganggu gerak maupun getaran kedua pita suara tersebut.
Serak menyebabkan kualitas suara menjadi semakin kasar, mengganggu,
sumbang dan nadanya lebih rendah dari biasa. Kadang bisa afoni karena
nyeri, sumbatan jalan nafas atau paralisis komplit. Hubungan antara serak
dengan tumor laring tergantung pada letak tumor. Apabila tumor laring
tumbuh pada pita suara asli, serak merupakan gejala dini dan menetap.
Apabila tumor tumbuh di daerah ventrikel laring, dibagian bawah plika
ventrikularis atau dibatas inferior pita suara, serak akan timbul kemudian.
Pada tumor supraglotis dan subglotis, serak dapat merupakan gejala akhir
atau tidak timbul sama sekali. Pada kelompok ini, gejala pertama tidak
khas dan subjektif seperti perasaan tidak nyaman, rasa ada yang
mengganjal di tenggorok. Tumor hipofaring jarang menimbulkan serak
kecuali tumornya eksentif.(13,14,15)
Suara bergumam (hot potato voice): fiksasi dan nyeri menimbulkan suara
bergumam. (14,15)
Dispnea dan stridor: Gejala yang disebabkan sumbatan jalan nafas dan
dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan
jalan nafas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau secret maupun
oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik terdapat
kedua gejala tersebut.Sumbatan yang terjadi perlahan-lahan dapat
dikompensasi. Pada umunya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis
yang kurang baik. (14,15)
12
Nyeri tenggorok: Keluhan ini dapat bervariasi dari rasa goresan sampai
rasa nyeri yang tajam. (14,15)
Disfagia: Merupakan ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik,
hipofaring dan sinus piriformis. Keluhan ini merupakan keluhan yang
paling sering pada tumor ganas postkrikoid.Rasa nyeri ketika menelan
(odinofagia): menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai
struktur ekstra laring. (14,15)
Batuk dan hemoptisis: Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik,
biasanya timbul dengan tertekanya hipofaring disertai secret yang
mengalir ke dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan
tumor supraglotik. (14,15)
IX. DIAGNOSIS
Pada anamnesis biasanya didapatkan keluhan suara parau yang diderita sudah
cukup lama, tidak bersifat hilang-timbul meskipun sudah diobati dan bertendens makin
lama menjadi berat. Penderita kebanyakan adalah seorang perokok berat yang juga
kadang–kadang adalah seorang yang juga banyak memakai suara berlebihan dan salah
(vocal abuse), peminum alkohol atau seorang yang sering atau pernah terpapar sinar
radioaktif, misalnya pernah diradiasi didaerah lain. Pada anamnesis kadang–kadang
didapatkan hemoptisis, yang bisa tersamar bersamaan dengan adanya TBC paru, sebab
banyak penderita menjelang tua dan dari sosio - ekonomi yang lemah.(14,15)
Sesuai pembagian anatomi, lokasi tumor laring dibagi menjadi 3 bagian yakni
supraglotis, glottis dan subglotis, dan gejala serta tanda – tandanya sesuai dengan lokasi
tumor tersebut.(14,15)
Dari pemeriksaan fisik sering didapatkan tidak adanya tanda yang khas dari luar,
terutama pada stadium dini/permulaan, tetapi bila tumor sudah menjalar ke kelenjar
limfe leher, terlihat perubahan kontur leher, dan hilangnya krepitasi tulang rawan –
tulang rawan laring. (14,15)
Pemeriksaan untuk melihat kedalam laring dapat dilakukan dengan cara tak
langsung maupun langsung dengan menggunakan laringoskop unutk menilai lokasi
tumor, penyebaran tumor yang terlihat (field of cancerisation), dan kemudian
melakukan biopsi.(14,15)
13
Pemeriksaan Penunjang
pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan paru, ada atau
tidaknya proses spesifik dan metastasis diparu. Foto jaringan lunak (soft tissue) leher dari
lateral kadang–kadang dapat menilai besarnya dan letak tumor, bila tumornya cukup besar.
Apabila memungkinkan, CT scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor dan laring
lebih seksama, misalnya penjalaran tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-epiglotis
laring, dan biosi jarum-halus pada pembesaran kelenjar limfe dileher. Dari hasil patologi
a. CT Scan Leher
Keterlibatan beberapa tempat pada supraglotis laring dan mobilitas pita suara.
kebagian dalam korteks dari kartilago tiroid. Tumor yang mengerosi ke bagian luar
korteks kartilago tiroid merupakan stadium T4a. Ada yang berpendapat bahwa
kerterlibatan korteks bagian luar saja tanpa keterlibatan sebagian besar tendon bisa
kriteria tidak dapat diniai dengan palpasi dan endoskopi. Pencitraan secara cross-
14
Gambar 11: Gambaran CT scan aksial karsinoma
supraglotik(x).Terdapat erosi kartilago thyroid (xx) dan
metastasis kelenjar getah bening di leher .
memperlihatkan hubungan antara tumor dengan komisura anterior. MRI juga lebih unggul
daripada CT untuk karakterisasi jaringan spesifik. Namun, pencitraan yang lebih lama
15
16
X. DIAGNOSIS BANDING
XI. PENATALAKSANAAN
1. PEMBEDAHAN
Tindakan operasi untuk keganasan laring terdiri dari:
A. LARINGEKTOMI(14,15,17)
1. Laringektomi parsial. Tumor yang terbatas pada pengangkatan hanya satu pita
suara dan trakeotomi sementara yang di lakukan untuk mempertahankan jalan
napas. Setelah sembuh dari pembedahan suara pasien akan parau.
17
3. Laringektomi supraglotis atau horisontal. Bila tumor berada pada epiglotis,
dilakukan diseksi leher radikal dan trakeotomi. Suara pasien masih utuh atau tetap
normal. Karena epiglotis diangkat maka resiko aspirasi akibat makanan peroral
meningkat.
2. RADIOTERAPI(14,15,17)
Radioterapi digunakan untuk mengobati tumor glotis dan supraglotis T1 dan
T2 dengan hasil yang baik (angka kesembuhannya 90%). Keuntungan dengan cara
ini adalah laring tidak cedera sehingga suara masih dapat dipertahankan. Dosis
yang dianjurkan adalah 200 rad perhari sampai dosis total 6000 – 7000 rad.
18
3. KEMOTERAPI(14,15,17)
Diberikan pada tumor stadium lanjut, sebagai terapi adjuvant ataupun paliatif.
Obat yang diberikan adalah cisplatinum 80–120 mg/m2 dan 5 FU 800–1000
mg/m2.
4. REHABILITASI SUARA.(14,15)
Laringektomi total yang dikerjakan untuk mengobati karsinoma laring
menyebabkan cacat pada penderita. Dengan dilakukannya pengangkatan laring
beserta pita-suara yang ada dalamnya, maka penderita akan menjadi afonia dan
bernafas melalui stoma permanen di leher. Untuk itu diperlukan rehabilitasi
terhadap pasien, baik yang bersifat umum, yakni agar pasien dapat memasyarakat
dan mandiri kembali, maupun rehabilitasi khusus yakni rehabilitasi suara (voice
rehabilitation), agar penderita dapat berbicara (bersuara), sehingga
berkomunikasi verbal. Rehabilitasi suara dapat dilakukan dengan pertolongan alat
bantu suara, yakni semacam vibrator yang ditempelkan di daerah submandibula,
ataupun dengan suara yang dihasilkan dari esophagus (esophageal speech)
melalui proses belajar. Banyak faktor yang mempengaruhi suksesnya proses
rehabilitasi suara ini, tetapi dapat disimpulkan menjadi 2 faktor utama, ialah
faktor fisik dan faktor psiko-sosial.(15)
Tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan
tenaga ahli. Secara umum dikatakan five years survival rate pada karsinoma laring
stadium I 90–98% stadium II 75–85%, stadium III 60–70% dan stadium IV 40–50%.
Adanya metastase ke kelenjar limfe regional akan menurunkan five year survival rate
sebesar 50%.(15)
KESIMPULAN
Gejala dini karsinoma laring adalah suara parau. Suara parau lebih dari 4 minggu harus
dicari teliti penyebabnya. Gejala lebih lanjut antara lain sesak napas, stridor, rasa nyeri di
dan biopsi.
Terapi karsinoma laring tergantung lokasi & stadium, dapat berupa laringektomi parsial
atau total dengan atau tanpa diseksi leher, radioterapi, kemoterapi atau kombinasi. Dengan
prognosis tergantung dari stadium tumor, pilihan pengobatan, lokasi tumor dan kecakapan
tenaga ahli.
DAFTAR PUSTAKA
20
2. The Respiratory System. In: Tortora GJ, Derrickson BH, editors. Principles of Anatomy and
Physiology. 2. 12 ed: John Wiley & Sons. Inc; 2009. p. 879-82.
3. Vashishta R. Larynx Anatomy: Medscape; 2013 [updated June 21 2013]. Available
from:http://emedicine.medscape.com/article/1949369-overview#showall
4. Netter FH. Head and Neck. In: Brueckner JK, Carnichael SW, editors. Atlas of Human
Anatomy. 4 ed. Pennysylvania: Elsevier; 2006. p. 69-79.
5. Sasaki CT, Kim Y-H. Anatomy and Physiology of the Larynx. In: Snow JB, Ballegner JJ,
editors. Ballenger's Otolaryngology Head and Neck Surgery. 16 ed. London: Becker Inc;
2003. p. 1090-107.
6. Deschler DG, Day T. TNM Staging of Head and Neck Cancer and Neck Dissection
Classification. In: Descher DG, Day T, editors. Pocket Guide to TNM Staging of Head and
Neck Cancer and Neck Dissection Classification: Head and Neck Surgery Commitee; 2013.
p. 11-23.
7. Hermani B, Abdurrachman H. Tumor Laring. In: Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J,
Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala &
Leher. 7 ed. Jakarta: FKUI; 2012. p. 177-86.
21