Anda di halaman 1dari 26

REFERAT September 2017

GANGGUAN PENGHIDU

Disusun oleh:

Cindy Rara (K1A112026)


Nurfajryanti Ramli (K1A110006)

Pembimbing : dr. Nur Hilaliyah, Sp. THT-Kl

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN ILMU PENYAKIT TELINGA, HIDUNG,


TENGGOROKAN, KEPALA DAN LEHER
RUMAH SAKIT UMUM BAHTERAMAS
PROVINSI SULAWESI TENGGARA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HALU OLEO
2017
PENDAHULU
AN
Indera penghidu Fungsi nervus olfaktorius

menyiapkan udara inhalasi agar dapat


digunakan paru-paru

HIDUNG mempengaruhi refleks tertentu pada


paru-paru

memodifikasi bicara

Hasil survei tahun 1994 menunjukkan bahwa 2,7 juta penduduk dewasa Amerika
menderita gangguan pembauan, sementara 1,1 juta dinyatakan menderita
gangguan pengecapan. Penelitian yang dilakukan sebelumnya menemukan
bahwa 66% penduduk merasakan bahwa mereka pernah mengalami penurunan
ketajaman pembauan
ANATOMI
Anatomi Hidung Luar dan
Dalam
Anatomi Hidung Luar dan
Dalam
Anatomi Hidung Luar dan
Dalam
Topografi (perdarahan)
Topografi (persarafan)
Topografi (sistem limfatik)
FISIOLOGI
PENCIUMAN
Fungsi Penghidu :
1. Neuroepitel Olfactorius -> reseptor olfactorius
Odoran
(proses inhalasi)
+ mukus

Reseptor protein G
(Silia)

Aktivasi
Adenylyl Cyclase Enzyme

ATP  cAMP (second mesengger)

Aktivasi sel
(Terbukanya sistem Penjalaran impuls ke bulbus olfactorius
ion) / depolarisasi (melalui akson)
FISIOLOGI
PENCIUMAN
Fungsi Penghidu :
2. Bulbus olfactorius 3. Korteks olfactorius
Akson Traktus olfactorius
(Neuron I/ Neuroepitel
olfaktorius)
Area Olfactorius Primer Area Olfactorius Sekunder

Dendrit Neuron Kedua


(Sel mitral dan sel tufted) Area Olfactorius Area Olfactorius
Korteks serebri
Medial Lateral
(lobus temporalis bagian
inferior dan medial)
Traktus Olfactorius
Sekumpulan Korteks
nukleus yang prepiriformis,
Kesadaran terhadap odoran terletak pada korteks piriformis,
tertentu yang dihirup anterior dari dan nukleus
hipotalamus dan amygdala bagian
sist.limbik korteks

Ekspresi respons Pembelajaran


primitif terhadap terhadap respon
penghidu Medial dari odoran
tertentu, seperti
respon mual atau
muntah terhadap
odoran yang tidak
disukai
MACAM-MACAM GANGGUAN
PENGHIDU
Anosmia Agnosia Parsial Anosmia

Hiposmia Disosmia Parosmia

Presbiosmia
ETIOPATOGENESIS
Gangguan
Gangguan Sensoris Gangguan Neural
Konduktif

 Gangguan transpor odoran Kerusakan langsung pada Kerusakan pada bulbus olfaktorius
 Pengurangan odoran yang sampai neuroepitelium olfaktorius misalnya dan jalur sentral olfaktorius
ke neuroepitel olfaktorius : misalnya :
 Gangguan ikatan odoran dengan Infeksi saluran nafas Penyakit neurodegeneratif, atau
protein G atas, atau polusi udara toksik tumor intrakranial
Penyakit rinosinusitis kronik dan rinitis alergi
(Gangguan penghidu konduktif dan sensoris)

Gangguan konduktif Gangguan sensoris

Neuroepitel olfactorius Proses inflamasi

Proses inflamasi Limfosit, Makrofag, Eosinofil

Mediator inflamasi
Mediator inflamasi
Hipersekresi kelenjar
Bowman
Toksik terhadap reseptor
neuroepitel olfactorius
Mengubah konsentrasi ion pada mukus
olfactorius
Kerusakan neuroepitel olfactorius
Mengganggu hantaran odoran
Infeksi Saluran Napas Atas Trauma Kepala
(Gangguan penghidu sensoris) (Gangguan penghidu konduktif dan sensoris)

Gangguan sensoris Gangguan konduktif Gangguan sensoris


Kerusakan langsung pada epitel olfaktorius atau Gangguan aliran udara di Kerusakan pada epitel olfaktorius
jalur sentral karena virus itu sendiri yang dapat hidung
merusak sel reseptor olfaktorius Trauma
Trauma
Luka pada epitel olfactorius, bulbus
Hematom mukosa hidung olfactorius, kerusakan otak

Lainnya
• Kemampuan menghidu akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia
• Perokok
• Obat-obatan (golongan makrolide, anti jamur, protein kinase inhibitor, ACE inhibitor, dan proton
pump inhibitor)
 

DIAGNOSIS
Anamnesis
 

DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN FISIK

Rinoskopi anterior

Rinoskopi posterior

Nasoendoskopi
Pemeriksaan penujang

Pemeriksaan Pencitraan

• Foto polos
• Ct- Scan
Berguna untuk memperlihatkan adanya massa, penebalan
mukosa atau adanya sumbatan pada celah olfaktorius
• MRI
Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) merupakan
pemeriksaan yang lebih sensitif untuk kelainan pada jaringan
lunak. Pemeriksaan ini dilakukan bila ada kecurigaan adanya
tumor.
Pemeriksaan penujang

Pemeriksaan kemosensoris penghidu


Pemeriksaan kemosensoris penghidu yaitu pemeriksaan dengan
menggunakan odoran tertentu untuk merangsang sistem penghidu

Ada beberapa jenis pemeriksaan ini, diantaranya


•Tes UPSIT (University of Pennsylvania Smell Identification)
•Tes The Connectitut Chemosensory Clinical Research Center
(CCCRC)
•Tes “Sniffin sticks”
•Tes Odor Stick Identification Test for Japanese (OSIT-J).
Pemeriksaan penujang

Pemeriksaan elektrofisiologis fungsi penghidu

• Olfactory event-Related potentials (ERPs)


• Elektro-olfaktogram (EOG)
Pemeriksaan penujang

Biopsi neuroepitel olfaktorius

Biopsi neuroepitel olfaktorius berguna untuk menilai kerusakan sistem


penghidu. Jaringan diambil dari septum nasi superior dan dianalisis
secara histologis. Pemeriksaan ini jarang dilakukan karena invasif.
• Gangguan konduktif memiliki kemungkinan terbaik
untuk pemulihan fungsi dan terapi diberikan
berdasarkan kondisi patologik.
• Penatalaksanaan poliposis dan rhinitis alergi adalah
kortikosteroid topikal dan sistemik, kromolin, dan
imunoterapi.
• Rhinosinusitis akut harus diberikan antibiotik sistemik
spektrum luas. Dapat juga digunakan dekongestan
adrenergik seperti pseudoefredrin atau
fenilpropanolamin.
• Intervensi bedah dapat bermanfaat pada kasus
poliposis nasal, deviasi septum, atau tumor nasal
Disfungsi sensoris neural penghidu jauh lebih sulit
ditangani daripada gangguan penghidu. Kortikosteroid
dapat bermanfaat pada penatalaksanaan infeksi akut
struktur saraf yang muncul pada anosmia pasca trauma
dan pasca infeksi virus. Zink sulfat, vitamin A, dan β-
karoten efektif hanya pada pengobatan pasien dengan
defesiensi
Prognosis
 
Hasil akhir disfungsi penciuman sebagian besar bergantung pada
etiologinya
•Disfungsi penciuman akibat sumbatan yang disebabkan oleh
polip, neoplasma, pembengkakan mukosa, atau deviasi septum
dapat disembuhkan
•Sebagian besar pasien yang kehilangan indra penciumannya
selama menderita infeksi saluran napas bagian atas sembuh
sempurna kemampuan penciumannya
•Penyembuhan fungsi penciuman setelah cedera kepala
traumatik hanyalah 10% dan kualitas kemampuan penciuman
setelah perbaikan biasanya buruk
KESIMPULA
N
1.
2.
Kemampuan penghidu normal didefinisikan sebagai normosmia.
Gangguan penghidu dapat berupa anosmia, agnosia, parsial anosmia, hiposmia, disosmia, parosmia,
dan prebiosmia.
3. Penyebab gangguan penghidu dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu gangguan konduktif,
gangguan sensoris, dan gangguan neural.
4. Faktor lain yang juga berpengaruh pada gangguan penghidu adalah usia, riwayat merokok, dan
obat-obatan.
5. Diagnosis meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik THT (rinoskopi anterior posterior dan
nasoendoskopi), dan pemeriksaan penunjang (pencitraan dan pemeriksaan kemosensoris hidung).
6. Penatalaksanaan gangguan penghidu bergantung sepenuhnya pada diagnosis penyebab.
7. Prognosis gangguan penghidu juga berbeda-beda tergantung pada etiologinya.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai