Disusun oleh :
Prisselya Anisa
30101507537
Pembimbing :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN
Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan melengkapi salah satu syarat
menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter di bagian Ilmu Penyakit Mata periode 20 Juli
2019 – 16 Agustus 2019.
NIM : 30101507537
Fakultas : Kedokteran
Mengetahui,
Pembimbing
Pasien datang ke poli mata RS Islam Sultan Agung pada tanggal 08 Agustus 2019
dengan keluhan mata kanannya sudah tidak dapat melihat sejak 6 bulan yang lalu.
Pasien mengatakan awalnya mata kanan buram seperti ada yang menutupi sejak 1 tahun
yang lalu dan semakin lama semakin tidak jelas untuk melihat. Sebelumnya pasien
mengeluhkan nyeri kepala disertai mata merah yang hilang timbul sekitar 1 tahun yang
lalu. Pasien tidak mengobati keluhan pada matanya sehingga akhirnya mata kanannya
tidak dapat melihat sama sekali sejak 6 bulan yang lalu. Pasien juga mengeluhkan
pandangan kabur pada mata kiri sejak 3 bulan yang lalu. Penglihatan kabur disertai rasa
silau apabila melihat sinar matahari. Pasien lebih jelas melihat pada malam hari
dibandingkan dengan siang hari pada mata kirinya. Pasien menyangkal pernah
menggunakan kacamata baca dan sekarang pasien masih dapat membaca dengan mata
sebelah kirinya. Keluhan mata kiri cekot-cekot, nyeri pada mata kiri, melihat pelangi
disekitar lampu, mata merah dan mual muntah disangkal oleh pasien. Pasien
menyangkal sering tersandung saat berjalan dan melihat seperti terowongan saat
berjalan.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit hipertensi : disangkal
Riwayat penyakit DM : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat penyakit jantung : disangkal
Riwayat penggunaan obat tetes mata steroid : disangkal
Riwayat trauma pada mata : disangkal
Riwayat infeksi pada mata : disangkal
Riwayat Keluarga
OD OS
KETERANGAN OD OS
1. VISUS
Tajam penglihatan 0 6/60 ph(+)
S (-2.00D) 6/15 nbc
2. KEDUDUKAN BOLA MATA
Eksoftalmus (-) (-)
Endoftalmus (-) (-)
Strabismus (-) (-)
Gerak bola mata (+) baik kesegala arah (+) baik kesegala arah
SUPRA SILIA Hitam, distribusi merata, Hitam, distribusi merata, tidak
tidak rontok, sekret (-), rontok, sekret (-), simetris.
Simatris.
3. PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Edema (-) (-)
Tanda radang (hiperemis) (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Entropion (-) (-)
Hordeolum (-) (-)
Kalazion (-) (-)
Massa (-) (-)
Dapat menutup mata (+) (+)
4. KONJUNGTIVA PALPEBRA SUPERIOR DAN INFERIOR
Hiperemis (-) (-)
Folikel (-) (-)
Papil (-) (-)
Anemi (-) (-)
Sikatrik (-) (-)
Kemosis (-) (-)
5. KONJUNGTIVA BULBI
Injeksi konjungtiva (-) (-)
Injeksi perikorneal (-) (-)
Injeksi episklera (-) (-)
Perdarahan subkonjungtiva (-) (-)
Papil (-) (-)
Trantas dots (-) (-)
6. SKLERA
Warna Putih Putih
Ikterik (-) (-)
7. KORNEA
Kejernihan Keruh dan Edem Jernih
Sikatrik (-) (-)
Infiltrate (-) (-)
8. BILIK MATA DEPAN
Kejernihan Jernih Jernih
Kedalaman Dangkal Dangkal
Hifema (-) (-)
Hipopion (-) (-)
9. IRIS
Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat Bulat
Kripte (+) (+)
Sinekia (-) (-)
Shadow test (+) (+)
PUPIL
Letak Sentral Sentral
Bentuk Bulat Bulat
Ukuran 5 mm 2 mm
Reflek cahaya direk (-) (+)
Reflex cahaya indirek (+) lambat (-)
LENSA
Kejernihan Keruh tidak rata keruh tidak rata
FUNDUSKOPI
Refleks fundus Agak suram Agak suram
Papil berbatas tidak tegas.
Papil N.II Cup/disc :0.3
Cup/disc : 0.8
Vasa
Warna Merah Merah
Ratio AV 2/3 2/3
Makula
Refleks +
-
Perdarahan -
-
Retina
Robekan - -
Perdarahan - -
1.4. RESUME
Subyektif:
Pasien datang dengan keluhan mata kanannya sudah tidak dapat melihat sejak 6 bulan
yang lalu. Pasien mengatakan awalnya mata kanan buram 1 tahun yang lalu. Sebelumnya
pasien mengeluhkan nyeri kepala disertai mata merah yang hilang timbul sekitar 1 tahun
yang lalu. Pasien juga mengeluhkan pandangan kabur pada mata kiri sejak 3 bulan yang
lalu. Penglihatan kabur disertai silau. Pasien lebih jelas melihat pada malam hari
dibandingkan dengan siang hari pada mata kirinya. Pasien menyangkal pernah
menggunakan kacamata baca tetapi pasien masih dapat membaca dengan mata kiri.
Keluhan mata kiri cekot-cekot, nyeri pada mata kiri, melihat pelangi disekitar lampu,
mata merah dan mual muntah disangkal oleh pasien. Pasien menyangkal sering
tersandung saat berjalan dan melihat seperti terowongan saat berjalan (tunnel vision).
Riwayat trauma pada dan infeksi pada mata (-), riwayat DM (-), riwayat hipertensi (-),
riwayat penggunaan steroid tetes (-), riwayat asma dan penyakit jantung (-)
Obyektif:
Status Oftalmologi
OCULI DEXTRA PEMERIKSAAN OCULI SINISTRA
0 VISUS 6/60 ph(+)
S(-2.00D) 6/15
Keruh dan edema KORNEA Jernih
Dangkal BILIK MATA DEPAN Dangkal
Sentral PUPIL Sentral
Bulat Bulat
Diameter : 5 mm Diameter : 2 mm
Reflex pupil Refleks Pupil
Direct (-) Direct (+)
Indirect (+) lambat Indirect (-)
Non Medikamentosa
Tidak diberikan
1.8. EDUKASI
Menjelaskan tentang penyakit pasien bahwa penyakit pasien terjadi karena
peningkatan tekanan dalam bola mata dan telah terjadi kerusakan pada saraf mata
pasien sehingga kebutaan yang terjadi pada mata kiri pasien. Peningkatan bola
mata disebabkan karena komplikasi dari katarak dan pasien terlambat untuk
memeriksakan mata ke dokter.
Menjelaskan pada pasien bahwa pengobatan pada mata kanan pasien tidak bisa
menyembuhkan keluhan mata pasien. Karena sudah terjadi kerusakan saraf
permanen.
Menjelaskan untuk mata kiri pasien yang masih sehat agar segera dilakukan
operasi katarak agar terhindar dari penyakit yang sama seperti pada mata kanan
pasien,
1.9 PROGNOSA
OD OS
Quo Ad Vitam Ad malam Ad bonam
Quo Ad Functionam Ad malam Ad bonam
Quo Ad Cosmetian Ad bonam Ad bonam
Quo Ad Sanationam Ad malam Ad bonam
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.2. GLAUKOMA
A. DEFINISI
Glaucoma berasal dari kata “Glaukos” yang dalam bahasa yunani berarti hijau
kebiruan, dikarenakan pada penderita glaucoma pupil penderita memberikan kesan
seperti warna tersebut. Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh
peningkatan tekanan intraocular yang disertai oleh atropi papil saraf optic dan
pengecilan lapang pandang. Penyakit ini dapat diasebabkan oleh bertambahnya
produksi cairan humour aquous oleh badan siliaris atau berkurangnya pengeluaran
humuor aquos di sudut bilik mata atau celah pupil.
B. KLASIFIKASI
Primer
- Sudut terbuka (kronis)
o Primary open angle glaucoma
o Glaucoma normo tension
Glaukoma primer sudut terbuka adalah bentuk glaukoma yang
tersering dijumpai. Sekitar 0,4-0,7 % orang berusia lebih dari 40
tahun dan 2-3% orang berusia lebih dari 70 tahun diperkirakan
mengidap glaukoma primer sudut terbuka. Diduga glaukoma
primer sudut terbuka diturunkan secara dominan atau resesif pada
50% penderita, secara genetik penderitanya adalah homozigot.
Terdapat faktor resiko pada seseorang untuk mendapatkan
glaukoma seperti diabetes melitus, hipertensi, kulit berwarna dan
miopia.
Sekunder
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diketahui penyebabnya. Dapat
disebabkan atau dihubungkan dengan keadaan-keadaan atau penyakit yang
telah diderita sebelumnya atau pada saat itu.
Glaukoma sekunder merupakan glaukoma yang terjadi akibat penyakit
mata yang lain atau penyakit sistemik yang menyertainnya, seperti:
a) Akibat perubahan lensa (dislokasi lensa, intumesensi lensa, glaukoma
fakolitik dan fakotoksik pada katarak, glaukoma kapsularis/sindrom
eksfoliasi)
b) Akibat perubahan uvea (uveitis anterior, tumor, rubeosis iridis)
c) Akibat trauma (hifema, kontusio bulbi, robeknya kornea atau limbus yang
disertai prolaps iris)
d) Akibat post operasi (pertumbuhan epitel konjungtiva, gagalnya
pembentukan bilik mata depan post-operasi katarak, blok pupil post-
operasi katarak)
e) Akibat pemakaian kortikosteroid sistemik atau topikal dalam jangka
waktu yang lama.
Kongenital
Glaukoma kongenital (jarang) dapat dibagi menjadi (1) glaukoma
kongenital primer, yang menunjukkan kelainan perkembangan terbatas pada
sudut kamera anterior; (2) anomali perkembangan segmen anterior - sindrom
Axenfeld, anomali Peter, dan sindrom Reiger. Disini perkembangan iris dan
kornea juga abnormal;(3) berbagai kelainan lain, termasuk aniridia, sindrom
Sturge-weber, neurofibromatosis, sindrom Lowe dan rubela kongenital. Pada
keadaan ini, anomali perkembangan pada sudut disertai dengan kelainan
okular dan ekstraokular lain.
Glaukoma kongenital bermanifestasi sejak lahir pada 50% kasus,
didiagnosis pada 6 bulan pertama pada 70% kasus dan didiagnosis pada akhir
tahun pertama pada 80% kasus. Gejala paling dini dan paling sering adalah
epifora. Dapat dijumpai fotofobia dan pengurangan kilau kornea. Peningkatan
tekanan intraokular adalah tanda kardinal. Pencekungan diskus optikus akibat
glaukoma merupakan kelainan yang terjadi relatif dini dan terpenting.
Temuan-temuan lanjut adalah peningkatan garis tengah, edema epitel, robekan
membran Descemet, dan peningkatan kedalaman kamera anterior serta edema
dan kekeruhan lensa.
Absolut
Stadium akhir glaucoma apabila tidak ditangani. Ditandai dengan kerasnya
bola mata, kebutaan dan nyeri
C. PATOFISIOLOGI
Sejauh ini, 11 gen dan multiple lokus diketahui berkontribusi terhadap
perkembangan glaucoma yang juga dipengaruhi oleh usia dan lingkungan. Glaukoma
disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan pengaliran(drainage) dari
humuor aquos. Berikut adalah faktor resiko terjadinya glaucoma;
1. Tekanan intarokuler yang tinggi: Tekanan intraokulera/bola mata di atas 21
mmHg berisiko tinggi terkena glaukoma. Meskipun untuk sebagian individu,
tekanan bola mata yang lebih rendah sudah dapat merusak saraf optik.
2. Umur : Risiko glaukoma bertambah tinggi dengan bertambahnya usia.
Terdapat 2% dari populasi 40 tahun yang terkena glaukoma.
3. Riwayat glaukoma dalam keluarga: Glaukoma jenis tertentu, anggota keluarga
penderita galukoma mempunyai risiko 6 kali lebih besar untuk terkena
glaukoma. Risiko terbesar adalah kakak-beradik kemudian hubungan orang tua
dan anak-anak.
4. Obat-obatan: Pemakaian steroid secara rutin, misalnya pemakaian tetes mata
yang mengandung steroid yang tidak terkontrol dapat menginduksi terjdinya
glaukoma.
5. Riwayat trauma pada mata
6. Penyakit lain :Riwayat penyakit diabetes, hipertensi
D. DIAGNOSIS
Penegakan diagnosis glaucoma dapat ditegakan apabila ditemukan ; peningkatan
TIO(>21 mmHg), penurunan lapang pandang dan gangguan papil n.II.
Glaukoma sudut terbuka (kronis) biasanya didapatkan gejala yang tidak menonjol.
Oleh karena itu, pasien sering datang terlambat dengan keluhan penurunan
pengelihatan secara perlahan. Biasanya pasien mengeluh sering pusing kepala
sebelah, mata terasa berat, kadang pasien tidak merasakan adanya halo maupun cekot
cekot dan mata cendrung tenang. Khas dari anamnesis adalah pasien sering
menambrak benda sekitar dan tersandung saat berlajalan. Pada pemeriksaan fisik
biasanya didapatkan adanya edema kornea, peningkatan TIO, penyempitan lapang
pandang dan penurunan visus.
Glaucoma sudut tertutup (akut). Pasien mengeluh mata merah dengan pengelihatan
hilang mendadak. Dari hasil pemeriksaan fisik ditemukan sudut bilik mata sempit
sehingga peningkatan tekanan bola mata karena humuor aquos tidak dapat mengalir
ke bilik anterior. Anamnesa yang khas pada glaucoma primer sudut tertutup adalah
serangan berlangsung beberapa jam dan hilang setelah tidur sebentar. Pasien juga
sering mengeluh mual muntah.
Pada pemeriksaan segmen posterior pada pasien glaucoma didapatkan edema papil
n.II yang disebut dengan ekskavasio glakomatosa dengan cup/disc >0.5
Apraklonidin
Suatu agonis adrenergik α2 yang menurunkan pembentukan Aquoeus humor
tanpa efek pada aliran keluar.
Diklorfenamid
Metazolamid
Untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak memberi hasil
memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokular yang sangat
tinggi perlu segera dikontrol.
• Epinefrin 0,25-2%
Diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran keluar aquoeus humor
dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan Aquoeus humor .
• Dipifevrin
Suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraocular menjadi bentuk
aktifnya.
c. Penurunan Volume Korpus Vitreum
Obat-obat hiperosmotik
Darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari korpus vitreum
dan terjadi penciutan korpus vitreum selain itu juga terjadi penurunan produksi
Aquoeus humor . Penurunan volume korpus vitreum bermanfaat dalam
pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma maligna yang
menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan (disebabkan oleh
perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan menyebabkan penutupan
sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder).
Gliserin (gliserol)
d. Miotik, Midriatik dan Sikloplegik
Trabekuloplasti Laser
Penggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu goniolensa
ke jalinan trabekular dapat mempermudah aliran akueus karena efek luka
bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis Schlemm serta terjadinya
proses-proses selular yang meningkatkan fungsi jalinan trabekular. Teknik ini
dapat diterapkan bagi bermacam-macam bentuk glaukoma sudut terbuka.