Disusun oleh:
Sigit Harya Hutama
30.101.307081
Pembimbing:
dr. Radian Tunjung Baroto, MSi Med, SpB
NPM : 30.101.307081
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. Rustamaji Jenis Kelamin : Laki-Laki
Usia : 49 tahun Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah Pendidikan : SMA
Pekerjaan : PKL No. CM : 453124
Alamat : Miroto, Semarang Tengah Tgl Masuk RS : 22 Oktober 2018
A. Keluhan Utama
Luka pada kaki kanan belum sembuh-sembuh
G. Riwayat Kebiasaan
Pasien memiliki kebiasaan makan makanan berlemak, pasien jarang berolah raga,
jarang memakai alas kaki ketika berada di dalam atau sekitar lingkungan luar rumah.
Pasien tidak merokok dan tidak mengonsumsi alkohol. Dan pasien jarang untuk
berolahraga.
Kimia Klinik
SGOT 27 U/L 0 - 50
SGPT 29 U/L 0 - 50
Imunologi
Kesan :
- Cor tak membesar
- Gambaran bronkopneumonia
Kesan :
- Gambaran osteomielitis pedis dextra
- Tak tampak struktur phalang media et distal digiti V pedis dextra --> amputasi
V. RESUME
Clinical Reasoning
Telah diperiksa seorang pasien laki- laki berusia 49 tahun dengan keluhan luka pada kaki
kanan belum sembuh-sembuh. Luka berawal dari ukuran kecil dan semakin lama
semakin membesar, timbul nanah dan berbau serta berwarna kehitaman pada jari kaki ke
2, luka terasa nyeri terus menerus dan menjalar hingga ke paha, nyeri dirasakan semakin
memberat saat beraktivitas, bengkak pada kaki. Pasien mengaku telah menjalani operasi
amputasi jari ke 5 kaki kanan pasien ±3 minggu yang lalu. Setelah operasi pasien selalu
rutin membersihkan luka dan mengganti perban. Sekitar 2 minggu setelah operasi
amputasi jari ke-5, jari kaki ke-2 mulai nampak kehitaman. Pasien juga merasakan
bahwa semakin hari pasien merasa semakin lemas. Keluhan disertai dengan demam dan
sakit kepala, mual dan muntah disangkal. Penurunan berat badan (+) ±2kg, kesemutan
dan mati rasa dan pasien juga mengatakan sering makan, minum dan buang air kecil.
BAB normal. Riwayat trauma kaki (-). Pasien rutin minum obat dan kontrol sejak
muncul luka di kaki dan terdiagnosa DM sejak 5 bulan yang lalu. TTV terdapat
peningkatan tekanan darah, peningkatan suhu 38,20C, ABPI abnormal, konjungtiva
anemis. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan anemia, leukositosis, gula darah
sewaktu yang tinggi, peningkatan ureum dan kreatinin, GFR turun, hiponatremia dan
hipokalsemia. Pada pemeriksaan rontgen tampak gambaran BRPN, gambaran
osteomielitis pedis dextra dan tak tampak struktur phalang media et distal digiti V pedis
dextra karena amputasi.
VII. TATALAKSANA
Terapi Farmakologi
Infus NaCl 3% 20 tpm
PRC 2 kolf
Irbesartan 1x1
Acetylcysteine tab 200mg 2x1
Inj ceftriaxon 2 gr/24 jam
Inj. Lantus 20 unit
Paracetamol 3 x 500mg
PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad malam
Ad sanationam : dubia ad malam
PR
Albert M. The role of hyperbaric oxygen therapy in wound healing. Wound Care Canada
2008;6(1):60-2
DM menjadi osteomyelitis
Ulkus kaki diabetes disebabkan tiga faktor yang sering disebut trias, yaitu: iskemi,
neuropati, dan infeksi. Kadar glukosa darah tidak terkendali akan menyebabkan komplikasi
kronik neuropati perifer berupa neuropati sensorik, motorik, dan autonom.
Neuropati sensorik biasanya cukup berat hingga menghilangkan sensasi proteksi yang
berakibat rentan terhadap trauma fisik dan termal, sehingga meningkatkan risiko ulkus
kaki. Sensasi propriosepsi yaitu sensasi posisi kaki juga hilang.
Neuropati autonom ditandai dengan kulit kering, tidak berkeringat, dan peningkatan
pengisian kapiler sekunder akibat pintasan arteriovenosus kulit. Hal ini mencetuskan
timbulnya fisura, kerak kulit, sehingga kaki rentan terhadap trauma minimal. Hal tersebut
juga dapat karena penimbunan sorbitol dan fruktosa yang mengakibatkan akson
menghilang, kecepatan induksi menurun, parestesia, serta menurunnya refleks otot dan
atrofi otot.
Penderita diabetes juga menderita kelainan vaskular berupa iskemi. Hal ini disebabkan
proses makroangiopati dan menurunnya sirkulasi jaringan yang ditandai oleh hilang
atau berkurangnya denyut nadi arteri dorsalis pedis, arteri tibialis, dan arteri poplitea;
menyebabkan kaki menjadi atrofi, dingin, dan kuku menebal. Selanjutnya terjadi nekrosis
jaringan, sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.
Kelainan neurovaskular pada penderita diabetes diperberat dengan aterosklerosis.
Aterosklerosis merupakan kondisi arteri menebal dan menyempit karena penumpukan
lemak di dalam pembuluh darah. Menebalnya arteri di kaki dapat mempengaruhi otototot
kaki karena berkurangnya suplai darah, kesemutan, rasa tidak nyaman, dan dalam
jangka lama dapat mengakibatkan kematian jaringan yang akan berkembang menjadi ulkus
kaki diabetes. Proses angiopati pada penderita DM berupa penyempitan dan penyumbatan
pembuluh darah perifer tungkai bawah terutama kaki, akibat perfusi jaringan bagian distal
tungkai berkurang.
DM yang tidak terkendali akan menyebabkan penebalan tunika intima (hiperplasia membran
basalis arteri) pembuluh darah besar dan kapiler, sehingga aliran darah jaringan tepi ke kaki
terganggu dan nekrosis yang mengakibatkan ulkus diabetikum.
Referensi:
Referensi:
1. Kurniawan, Indra. Diabetes Melitus Tipe 2 Pada Usia lanjut. Majalah Kedokteran
Indonesia, volume: 60, nomor: 12, Desember 2010. Klinik Usila, Puskesmas Pangkalbalam,
Pangkalpinang, Kepulauan Bangka Belitung, Indonesia.
2. Probosari, Enny. Faktor Risiko Gagal Ginjal Pada Diabetes Melitus, http:
//download.portalgaruda.org/article.php?article=72 031&val=1248. 2013
3. Artune, F, and T. Risler. Serum Erythropoietin Concentration and Responses to Anemia in
Patients with or without Chronic Kidney Disease. Nephrol Dial Transplant 2007;22:2900-8.
4. Walaa, Saweins. The Renal Unit at the Royal Informary of Edinburgh. Scotland, Uk, Renal
@ed.ac.uk. 2004
5. Mcdougal, et al. Corrects Anemia in Patients with Chronic Kidney Diseae not on Dialysis:
result of randomized clinical trial. Clin J Am Soc Nephrol 2008;3: 337-47.l
6. Singh, et al. Erythropietic Stress and Anemia in Diabetes Mellitus. Nat Rev Endocrinol.
2009 Apr;5(4):204-10. doi: 10.1038/nrendo.2009.17.
7. Setiati S., 2014, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI, Interna Publishing, Jakarta.