Anda di halaman 1dari 43

ASMA BRONKIAL SERANGAN DERAJAT

SEDANG

Oleh
Avyandara Janurizka,S.Ked04084881618007
Nikodemus S.P.L. Tobing, S.Ked 04084821618173

Pembimbing
dr. Nova Kurniati, Sp.PD-KAI
PENDAHULUAN
Asma merupakan penyakit kronik yang banyak diderita oleh
anak dan dewasa baik di negara maju maupun di negara
berkembang.
Menurut data WHO, sekitar 300 juta manusia di dunia menderita
asma dan diperkirakan akan terus meningkat
Penyakit asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi penderita
dapat sembuh dalam arti asmanya terkontrol.
Penderita harus mampu meminimalkan faktor-faktor pemicu
penyakit tersebut seperti keadaan lingkungan dimana kita
berada dan perilaku.
Polusi udara dan kurangnya kebersihan lingkungan yang
menjadi faktor penyebab yang sangat dominan meningkatkan
serangan asma di Indonesia.
STATUS PASIEN
Identifikasi
Nama : Ny. NA
Tanggal Lahir : 3 September 1959
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pensiunan
Status : Menikah
Alamat : Desa Simpang Sari
No. Rekam Medik : 986599
MRS : 02 Januari 2017
Tanggal Pemeriksaan : 03 Januari 2017
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Sesak nafas bertambah berat sejak 2 hari SMRS.

Riwayat Penyakit Sekarang


Sejak 2 hari SMRS, pasien mengeluh sesak nafas disertai mengi.
Keluhan muncul saat pasien dalam perjalanan darat dengan mobil
dalam waktu yang lama, kaca mobil dibuka, sehingga masuk debu
dan terkena cuaca panas. Sesak muncul hilang timbul 4-5 kali,
mengganggu saat aktivitas dan tidur malam hari sampai terbangun
1-2 kali. Pasien lebih nyaman dengan posisi duduk. Batuk (+) tidak
berdahak. Demam (-) mual (-) muntah (-) BAB dan BAK tidak ada
kelainan. Riwayat alergi debu, Pasien tidak meminum obat
ANAMNESIS
Sejak 1 hari SMRS, pasien mengeluh sesak nafas semakin berat
disertai mengi semakin keras. Pasien mulai terbatas/sulit berjalan
dan berbicara kalimat terbatas. Sesak muncul hilang timbul 4-5 kali
dan tidur malam hari sampai terbangun 1-2 kali. Pasien lebih
nyaman duduk. Batuk (+) tidak berdahak, demam (-) mual (-)
muntah(-) BAB dan BAK tidak ada kelainan. Pasien minum obat
teosal sirup, keluhan berkurang tapi kembali sesak lagi. Pasien
berobat ke IGD RSMH.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat alergi terhadap perubahan cuaca dan debu.
Riwayat asma sejak usia 10 tahun.
Riwayat Darah Tinggi disangkal.
Riwayat Kencing Manis disangkal
ANAMNESIS
Riwayat Pengobatan
Minum obat teosal sirup saat serangan asma kambuh

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat asma dalam keluarga (+)
Riwayat alergi di kulit dan saluran nafas disangkal
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Tekanan Darah : 120/80 mmHg
Nadi : 96 x/menit
Napas : 30x/menit
Suhu : 36,7 C
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Spesifik
Kepala
Mata : konjungtiva palpebra anemis (-), sklera ikterik (-)
Leher : JVP 5-2 cmH20, pembesaran kelenjar getah bening (-)

Toraks
Paru:
Inspeksi : bentuk dada normal, statis dan dinamis gerakan dada kanan =
kiri, retraksi dinding dada (-)
Palpasi : Stem fremitus kiri dan kanan sama
Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Vesikuler normal, ekspirasi memanjang, wheezing (+/ +),
ronkhi (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK

Jantung :
Inspeksi : iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus kordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Abdomen
Inspeksi : perut datar
Palpasi : lemas, Hepar dan lien tidak teraba (normal)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal

Ekstremitas
Akral hangat, palmar pucat (-), edema tungkai (-), clubbing finger (-)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan Laboratorium tanggal 2 Januari 2017
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium
PEMERIKSAAN PENUNJANG
EKG
Hasil pemeriksaan EKG tanggal 3 Januari 2017
Irama sinus axis normal HR 94 x/menit
DIAGNOSIS
Diagnosis
Asma bronkial serangan derajat sedang

Diagnosis Banding
PPOK
Bronkitis Kronik
Gagal Jantung Kongestif
Obstruksi Mekanis (tumor)
PENATALAKSANAAN
Non Farmakologi
Istirahat
Oksigen 3L / menit
Edukasi

Farmakologi
Nebulizer farbivent I amp/ 8 jam
Dexametasone I amp/ 8 jam
Aptar 100 mg/ 24 jam
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Asma adalah penyakit paru dengan karakteristik:

(1) obstruksi saluran nafas yang reversibel (tetapi tidak


lengkap pada beberapa pasien) baik secara spontan
maupun dengan pengobatan;

(2) inflamasi saluran nafas;

(3) peningkatan respon saluran nafas terhadap berbagai


rangsangan (hipereaktivitas).
EPIDEMIOLOGI
Asma bronchial masih menjadi masalah
kesehatan baik di Negara maju maupun di
Negara berkembang.
Pada penelitian mendapatkan hasil prevalensi
asma bronchial sebesar 5-15%
Wanita lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Di Indonesia belum ada data epidemiologi yang
pasti namun diperkirakan berkisar 3-8%.
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
Berdasarkan Derajat Besarnya Serangan Asma
Berdasarkan Tingkat Kontrol Asma
GAMBARAN KLINIS

Keluhan dan gejala tergantung dari berat ringannya pada


waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang
ringan dan tanpa adanya komplikasi, keluhan dan gejala
tak ada yang khas
Nafas berbunyi
Sesak nafas
Batuk
Tanda-tanda fisik
Cemas/gelisah/panik/berkeringat
Tekanan darah meningkat
Nadi meningkat
Pulsus paradoksus : penurunan tekanan darah sistolik
lebih dari 10 mmHg pada waktu inspirasi
Frekuensi pernafasan meningkat
Sianosis
Otot-otot bantu pernafasan hipertrofi
Paru :
Didapatkan ekspirium yang memanjang
Wheezing
DIAGNOSIS

Anamnesis
Riwayat perjalanan penyakit, faktor-faktor yang mempengaruhi
terhadap asma, riwayat keluarga dan riwayat adanya alergi.

Pemeriksan fisik
Pemeriksaan fisik pada pasien asma tergantung dari derajat
obstruksi saluran nafas. Tekanan darah biasanya meningkat,
frekuensi pernafasan dan denyut nadi juga meningkat, ekspirasi
memanjang disertai ronki kering, mengi (wheezing) dapat dijumpai
pada pasien asma.

Pemeriksaan laboratorium
Darah (terutama eosinofil, Ig E), sputum (eosinofil, spiral
Cursshman, kristal Charcot Leyden), analisis gas darah.
Pemeriksaan penunjang
Spirometri
Peningkatan volume ekspirasi paksa detik pertama
(VEP1) dan atau kapasiti vital paksa (FVC) sebanyak
20% atau lebih sesudah pemberian bronkodilator.
Uji provokasi bronkus
Uji provokasi bronkus terdiri dari tiga jenis yaitu Uji
provokasi dengan beban kerja (exercise), hiperventilasi
udara dan alergen non-spesifik seperti metakolin dan
histamin.
Foto toraks
menyingkirkan penyakit lain yang memberikan gejala
serupa seperti gagal jantung kiri, obstruksi saluran nafas,
pneumothoraks, pneumomediastinum.
Diagnosis Banding
Penyakit Paru Obstruksi Kronis

Bronkitis kronis
Bronkitis kronik ditandai dengan batuk kronik yang
mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun untuk sediknya
2 tahun. Gejala utama batuk yang disetai sputum dan perokok
berat. Gejala dimulai dengan batuk pagi, lama kelamaan
disertai mengi dan menurunkan kemampuan jasmani.

Emfisema paru
Sesak nafas merupakan gejala utama emfisema, sedangkan
batuk dan mengi jarang menyertainya.
Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan asma:

Mencapai dan mempertahankan kontrol gejala-gejala


asma
Mempertahankan aktivitas yang normal termasuk
olahraga
Menjaga fungsi paru senormal mungkin
Mencegah eksaserbasi asma
Menghindari reaksi adversi obat asma
Mencegah kematian karena asma
PENATALAKSANAAN
Antiinflamasi (pengontrol)
Bronkodilator (pelega)
KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi yang mungkin timbul adalah :
Atelektasis
Pneumomediastinum dan emfisema subkutis
Pneumothoraks
Gagal nafas
Bronkitis
ANALISIS KASUS
Pasien datang ke IGD RMSH dengan keluhan
utama sesak nafas yang semakin berat sejak
2 hari yang lalu. Sesak nafas disertai mengi
dan juga terdapat batuk. Ketiga gejala ini
merupakan gejala yang khas ditemukan pada
pasien Asma Bronkiale

Gejala mengi menandakan ada penyempitan di


saluran nafas besar, sedangkan pada saluran
nafas yang kecil, gejala batuk dan sesak lebih
dominan dibanding mengi.
Alergen pada pasien ini adalah cuaca dan debu
yang didapatkan pasien saat perjalanan darat
dengan mobil 2 hari yang lalu dan pasien
memang memiliki riwayat asma yang kambuh
apabila terpapar debu dan cuaca yang telalu
panas atau terlalu dingin.
Pada anamnesis bisa ditegakkan bahwa pasien
mengalami serangan asma derajat sedang.

Hal ini sesuai dengan klasifikasi GINA, dimana pada


pasien ini didapatkan:
o Keluhan sesak yang mulai mengganggu aktivitas,
seperti jalan terbatas dan lebih suka duduk.
o Pasien juga mulai berbicara dengan kalimat terbatas
o Mengi yang keras saat menghembuskan nafas.
KLASIFIKASI
Berdasarkan Derajat Besarnya Serangan Asma
Pasien juga bisa dikatakan mengalami sesak
nafas derajat persisten sedang, karena :
oserangan asma 4-5 kali dalam sehari
oserangan asma saat tidur malam hari 1-2
kali.
Dari pemeriksaan fisik, pada keadaan umum peningkatan
laju pernafasan (30x/menit), ekspirasi yang
memanjang dan terdapat wheezing ekspirasi.
Obstruksi bertambah berat selama ekspirasi karena
secara fisiologis saluran nafas menyempit pada fase
tersebut.
Hal ini mengakibatkan udara distal tempat terjadinya
obstruksi terjebak tidak bisa diekspirasi, sehingga
didapatkan eskpirasi yang memanjang.

Penyempitan saluran nafas menyebabkan keadaan


hipoksemia, sehingga paru melakukan kompensasi
untuk mengatasi kekurangan oksigen dengan melakukan
hiperventilasi, sehingga laju pernafasan meningkat.
Pemeriksaan penunjang yang sudah dilakukan adalah
pemeriksaan laboratorium dan EKG. Tidak ditemukan
kelainan pada pemeriksaan EKG.
Pemeriksaan laboratorium darah juga tidak menunjukkan
kelainan, tetapi didapatkan nilai eosinofil cukup tinggi
yaitu 6% (nilai normal: 1-6%).
Nilai eosinofil dalam darah sering meningkat pada pasien
asma dan hal ini dapat membantu dalam membedakan
asma dengan bronkitis kronik (neutrofil).
Pemeriksaan lain seperti Spirometri, Uji Provokasi
Bronkus, rontgen dada, dan analisis gas darah belum
dilakukan.
Prinsip pengobatan asma akut adalah memelihara
saturasi oksigen yang cukup (SaO2 92%)
Melebarkan saluran nafas dengan pemberian
bronkodilator aerosol (agonis beta 2 dan ipratropium
bromida) dan mengurangi inflamasi serta mencegah
kekambuhan dengan memberikan kortikosteroid
sistemik.
Oleh karena itu, pada pasien ini diberikan oksigen 3L/
menit , diminta istirahat dan diberi edukasi.
Terapi farmakologisnya adalah pemberian Nebulizer
farbivent I amp/ 8 jam, Dexametasone I amp/ 8 jam, dan
Aptar 100 mg/ 24 jam.
Edukasi yang diberikan ialah pasien harus
menghindari faktor pencetus terjadinya serangan
asma yaitu pasien harus mengurangi aktivitas
yang berlebihan seperti berlari atau pun berjalan
jauh, pasien juga memiliki riwayat alergi debu
sehingga apabila pasien membersihkan sesuatu
harus menggunakan masker untuk mencegah
paparan debu.

Pasien juga merasakan gejala malam asma,


sehingga diedukasi untuk menggunakan inhaler
atau turbuheler sebelum pasien tidur di malam
hari apabila dirasakan suhu dingin atau cuaca
hujan.
Setelah terapi penanganan serangan asma
derajat sedang ini, pasien diedukasi untuk kontrol
3 hari kemudian ke poliklinik RSMH untuk dinilai
keadaan pasien dan bila memungkinkan untuk
melakukan pemeriksaan spirometri.

Pasien juga diedukasi untuk kontrol rutin


sehingga diketahui derajat asma yang dialami
yang berkaitan dengan penatalaksanaan pasien.
TERIMA KASIH
Kriteria rujukan pada asma
Kenapa diberi dexametasone
Membedakan asma terkontrol apa tidak
Yang dapat diperiksa dari analisis gas darah
Bagaimana cara menilai penilaian dini asma untuk
tindakan segera

Anda mungkin juga menyukai