Anda di halaman 1dari 35

SIROSIS HEPATIS

Pembimbing: dr. Rudolf H. Pakpahan, Sp. Rad(K)


PENDAHULUAN
Sirosis hepatis merupakan stadium akhir dari penyakit hati kronis. Sirosis hepatis disebabkan oleh
fibrosis difus dan regenerasi nodul-nodul yang merupakan hasil nekrosis berulang sel hepar dan
degenerasinya.

Pada tahun 2010, sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbanyak ke depalan di
Amerika Serikat dan di Indonesia sendiri berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah
Indonesia, rata-rata prevalensi sirosis hepatis adalah 3.5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal
Penyakit Dalam.

Pencitraan dasar untuk mendiagnosis sirosis hepatis kemudian berkembang beberapa dekade
terakhir sehingga deteksi awal untuk perubahan morfologi hepar dapat dilakukan dengan ultrasound,
computed tomography (CT-scan), dan magnetic resonance imaging (MRI).
TUJUAN MANFAAT
Tujuan pembuatan makalah ini bertujuan Manfaat pembuatan makalah ini adalah
untuk menjelaskan mengenai definisi, untuk memberikan pemahaman kepada
klasifikasi, etiologi, gejala klinis, mahasiswa serta praktisi kedokteran agar
penegakkan diagnosis, dan pemeriksaan dapat menambah wawasan dengan tujuan
radiologis dari sirosis hepatis. kedepannya pada praktisi kedokteran dapat
memahami bagaimana cara penegakkan
diagnosis dengan pemeriksaan radiologis
mengenai sirosis hepatis.
ANATOMI HEPAR

A B

Anatomi hepar: (A) bagian anterosuperior dan (B) permukaan viseral.5


Anatomi hepar posterior
Pembagian lobus pada hepar
Pembagian segmen berdasarkan
Klasifikasi Couinaud
DEFINISI SIROSIS HEPATIS
Sirosis adalah suatu keadaan patologis yang menggambarkan stadium akhir fibrosis
hepatik yang berlangsung progresif yang ditandai dengan distorsi dari arsitektur
hepar dan pembentukan nodulus regeneratif.

Istilah sirosis diberikan pertama kali oleh Laennec tahun 1819 yang berasal
dari kata kirrhos yang berarti kuning-oranye (orange-yellow) karena terjadi
perubahan warna pada nodul-nodul hepar yang terbentuk.
KLASIFIKASI
SIROSIS HEPATIS
Secara Secara
Klinis patologis Sirosis
Sirosis hepatis
kompensasi makronodular

Sirosis hepatis Sirosis


dekompensasi mikronodular

Sirosis
campuran
ETIOLOGI SIROSIS HEPATIS
Penyebab yang sering menyebabkan sirosis hepar adalah penyakit hepar alkoholik
(alcoholic Liver disease/ALD), hepatitis C kronik, hepatitis B kronik dengan/atau tanpa
hepatitis D, steato-hepatitis non alkoholik (NASH), sirosis bilier primer, kolangitis
sklerosing primer, hepatitis autoimun, hemokromatis herediter, penyakit Wilson, defisiensi
alpha-antitripsin, sirosis kardiak, galaktosemia, dan fibrosis kistik.

Hepatotoksik akibat obat atau toksin juga dapat menyebabkan terjadinya sirosis hepatis.
Alkohol dan etanol juga merupakan hal yang paling sering menyebabkan sirosis hepatis.
GEJALA KLINIS SIROSIS HEPATIS
Gejala yang sering terjadi pada pasien dengan sirosis hepatis adalah gangguan tidur,
perubahan kebiasaan, gangguan kognitif, tremor, gangguan kesadaran, gangguan
koordinasi, dan agitasi. Pada sirosis hepatis kronis, gejala yang dapat ditemukan, seperti
anoreksia, penurunan berat badan, pruritus, nausea, jaundice, peningkatan lingkar perut
akibat asites, dan hematemesis atau melena akibat dari perdarahan esofagus.

Temuan klinis sirosis meliputi, spider angioma-spiderangiomata (atau spider


telangiektasi), eritema palmaris, ginekomastia, atrofi testis hipogonadisme, hepatomegali,
splenomegali, asites, fetor hepatikum, ikterus, dan asterixis-bilateral.
PENEGAKKAN DIAGNOSIS SIROSIS HEPATIS
• Aminotransferase
• Alkaline fosfatase
• Gammaglutamyl transpeptidase
• Bilirubin
• Albumin
• Prothrombin time
• Hiponatremia
• Trombositopenia
• Anemia
• Leukopenia dan neutropenia
FOTO POLOS SIROSIS HEPATIS

Gambaran hepar pada kuadran


kanan atas dengan klip menandai
lokasi kantung empedu
A B

(A) Gambaran ground-glass sign pada foto x-ray dan (B) gambaran
“dog-ears” pada foto x-ray
A B

(A) Gambaran asites dan efusi pleura pada pasien sirosis hepatis akibat
hepatitis C kronis dan (B) vena azygos yang membesar pada lengkung
azygos
Gambaran varises esofagus yang berukuran besar dapat dijumpai sebagai
massa jaringan lunak pada gastroesophageal junction
ULTRASONOGRAFI

A B

(A) Gambaran hepar dari potongan longitudinal dan (B) gambaran kapsul hepar
A B

(A) Gambaran mikronodular hepar, (B) gambaran mikronodular hepar dengan asites
C D

(C) gambaran makronodular hepar, dan (D) gambaran makronodular hepar dengan asites
Gambaran ultrasound Doppler vena portal utama yang menunjukkan aliran hepatofugal.
Gambaran massa hiperekoik yang menunjukkan adanya hepatocellular carcinoma
CT-scan

Gambaran potongan kaudal transversal setentang T11


CT Scan hepar normal, potongan axial setelah bolus kontras IV, (A) tanpa kontras (B)
fase arteri dan (C) fase porta. Pada fase arteri, vena tampak lebih hipodens (panah hitam)
dan hiperdens pada fase portal
(A,B) CT sirosis hepar dengan atrofi lobus kanan dan hipertrofi lobus kiri dengan
perbandingan dengan lobus kaudatus (*) dan lobus kanan (tanda panah) >1.
A

(A) Sirosis Mikronodular (B) Sirosis Makronodular


Permukaan fibrotik: CT dengan Kontras menunjukkan adanya serat fibrous yang
hiperdens pada parenkim (panah hitam), Permukaan hepar bernodul (panah putih) dan
peningkatan celah hilar periportal, splenomegali (*) sebagai pertanda hipertensi portal
1,59 cm

Pengukuran hilar periportal space; CT dengan kontras IV; (A) hilar


periportal space normal, <10mm; (B) Pasien dengan sirosis alkoholik
menunjukkan peningkatan hilar periportal space, dengan ukuran 15,9 mm
dan terdapat hipertrofi segmen I (*)
Right Posterior Hepatic Notch pada CT dengan Kontras
Varises Esofagus; CT dengan Kontras IV menunjukkan adanya
dilatasi vena (panah tebal) disekitar esofagus (panah tipis)
Repermeabilisasi vena paraumbilikalis (panah); CT scan
dengan Kontras
Pseudosirosis Hepar; Wanita 65 tahun dengan pinggir hepar bernodul
(panah putih) dan massa space occupying lesions hipodens (panah hitam).
Terdapat tanda asites (*)
A B

Gambaran MRI abdomen dengan gambaran hepar normal


Gambaran sirosis hepar pada MRI. (A) Urutan T2: permukaan hepar nodular (panah putih)
dengan lobus kaudatus hipertrofik (tanda bintang) dan splenomegali (panah hitam). (B) T1
lemak jenuh dengan kontras gadolinium menampilkan parenkim hepar tidak homogen dengan
banyak nodul regeneratif hipovaskular (panah putih) dan asites (panah hitam). (C) Gambar
difusi berbobot b800 menunjukkan sedikit intensitas yang tidak homogen pada hepar.
MRI seorang pasien pria berusia 61 tahun dengan hepatitis B yang menyebabkan sirosis hepar dan HCC. (A) T1 fase
lemak jenuh tanpa kontras. (B) Fase arteri lambat. (C) Fase vena portal. (D) Fase keseimbangan. Peningkatan HCC
dini ditunjukkan dalam fase arteri (panah putih, B), ada pembasahan media kontras pada fase selanjutnya (C, D).
Nodularitas permukaan (panah hitam) dan hipertrofi lobus kaudatus (tanda bintang) dengan atrofi hepar kanan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai