Pada tahun 2010, sirosis hepatis merupakan penyebab kematian terbanyak ke depalan di
Amerika Serikat dan di Indonesia sendiri berdasarkan laporan rumah sakit umum pemerintah
Indonesia, rata-rata prevalensi sirosis hepatis adalah 3.5% dari seluruh pasien yang dirawat di bangsal
Penyakit Dalam.
Pencitraan dasar untuk mendiagnosis sirosis hepatis kemudian berkembang beberapa dekade
terakhir sehingga deteksi awal untuk perubahan morfologi hepar dapat dilakukan dengan ultrasound,
computed tomography (CT-scan), dan magnetic resonance imaging (MRI).
TUJUAN MANFAAT
Tujuan pembuatan makalah ini bertujuan Manfaat pembuatan makalah ini adalah
untuk menjelaskan mengenai definisi, untuk memberikan pemahaman kepada
klasifikasi, etiologi, gejala klinis, mahasiswa serta praktisi kedokteran agar
penegakkan diagnosis, dan pemeriksaan dapat menambah wawasan dengan tujuan
radiologis dari sirosis hepatis. kedepannya pada praktisi kedokteran dapat
memahami bagaimana cara penegakkan
diagnosis dengan pemeriksaan radiologis
mengenai sirosis hepatis.
ANATOMI HEPAR
A B
Istilah sirosis diberikan pertama kali oleh Laennec tahun 1819 yang berasal
dari kata kirrhos yang berarti kuning-oranye (orange-yellow) karena terjadi
perubahan warna pada nodul-nodul hepar yang terbentuk.
KLASIFIKASI
SIROSIS HEPATIS
Secara Secara
Klinis patologis Sirosis
Sirosis hepatis
kompensasi makronodular
Sirosis
campuran
ETIOLOGI SIROSIS HEPATIS
Penyebab yang sering menyebabkan sirosis hepar adalah penyakit hepar alkoholik
(alcoholic Liver disease/ALD), hepatitis C kronik, hepatitis B kronik dengan/atau tanpa
hepatitis D, steato-hepatitis non alkoholik (NASH), sirosis bilier primer, kolangitis
sklerosing primer, hepatitis autoimun, hemokromatis herediter, penyakit Wilson, defisiensi
alpha-antitripsin, sirosis kardiak, galaktosemia, dan fibrosis kistik.
Hepatotoksik akibat obat atau toksin juga dapat menyebabkan terjadinya sirosis hepatis.
Alkohol dan etanol juga merupakan hal yang paling sering menyebabkan sirosis hepatis.
GEJALA KLINIS SIROSIS HEPATIS
Gejala yang sering terjadi pada pasien dengan sirosis hepatis adalah gangguan tidur,
perubahan kebiasaan, gangguan kognitif, tremor, gangguan kesadaran, gangguan
koordinasi, dan agitasi. Pada sirosis hepatis kronis, gejala yang dapat ditemukan, seperti
anoreksia, penurunan berat badan, pruritus, nausea, jaundice, peningkatan lingkar perut
akibat asites, dan hematemesis atau melena akibat dari perdarahan esofagus.
(A) Gambaran ground-glass sign pada foto x-ray dan (B) gambaran
“dog-ears” pada foto x-ray
A B
(A) Gambaran asites dan efusi pleura pada pasien sirosis hepatis akibat
hepatitis C kronis dan (B) vena azygos yang membesar pada lengkung
azygos
Gambaran varises esofagus yang berukuran besar dapat dijumpai sebagai
massa jaringan lunak pada gastroesophageal junction
ULTRASONOGRAFI
A B
(A) Gambaran hepar dari potongan longitudinal dan (B) gambaran kapsul hepar
A B
(A) Gambaran mikronodular hepar, (B) gambaran mikronodular hepar dengan asites
C D
(C) gambaran makronodular hepar, dan (D) gambaran makronodular hepar dengan asites
Gambaran ultrasound Doppler vena portal utama yang menunjukkan aliran hepatofugal.
Gambaran massa hiperekoik yang menunjukkan adanya hepatocellular carcinoma
CT-scan