FAKULTAS KEDOKTERAN
REFERAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
November 2016
ERISIPELAS
OLEH :
MUSFIRAH FAUZIAH ATHAULLAH, S.Ked
RISKY PRAMUDYANTI, S.Ked
NURUL QALBI BACHTIAR, S.Ked
NURUL WUQUFIANA RAHMA, S.Ked
PEMBIMBING:
BAB I
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Erisipelas menunjukkan beberapa gejela klasik selulitis seperti (nyeri,
nyeri tekan, eritema, dan oedema), plak yang menyerupai edema pada erisipelas
lebih berbatas tegas pada jaringan, dan eritema tampak merah cerah. Permukaan
tersebut biasa disebut peau dorange ( kulit jeruk). Batas antara jaringan normal
dan yang sakit lebih samar, biasanya lebih banyak pada selulitis primer.
75-90% kasus terdapat pada ekstremitas bawah, sedangkan wajah terkena
siktar 2,5-10% dari kasus. Erisipelas pada wajah dimulai pada satu sisi, namun
dapat menyebar melewati prominentia nasal sehingga yang melibatkan seluruh
wajah secara simetris. Kemungkinan tidak terdapat port dentry yang jelas, dan
area yang tidak terkena dapat mengaburkan patomekanismenya.
Terdapat berbagai faktor risiko yang dilaporkan untuk erisipelas, termasuk
gangguan dari barier kulit, insufisiensi vena, edema pada kelenjar getah bening
dan kelebihan berat badan juga dapat menjadi faktor risiko erisipelas. (erysipelas
journal)
Orofaring merupakan port dentry yang sering, kultur tenggorok dapat
menunjukkan adanya GAS. Patogen yang paling sering menyebabkan erisipelas
adalah streptokokus Beta hemolitik dan Streptokokus grup A, namun juga bisa
diakibatkan sreptokokus C dan G. Stafilokokus aureus juga diduga termasuk
patogen penyebabnya.(erysipelas journal) Inflamasi yang menyebabkan edema
dapat meluas hingga kelopak mata namun, komplikasi orbita jarang ditemukan.
Beratnya erysipelas bervariasi dari kasus dengan infeksi ringan misalnya pasien
rawat jalan sampai pada kasus yang lebih berat yaitu harus dirawat di rumah sakit,
hingga kasus yang paling fatal dapat menyebabkan kematian. (erysipelas journal)
Demam dapat terjadi sebagai tanda lokal, dan kadang sebelum
ditemukan gejala pada ekstremitas bagian bawah pasien mengeluh nyeri
selangkangan diakibatkan pembengkakan limfonodus femoral. Limfanitis dan
abses jarang terjadi, namun dapat menyebar secara cepat dari lesi awal. Meskipun
jarang, bulla atau pembengkakan epidemis dapat terjadi pada daerah yang terkena.
Erisipelas yang berulang sering ditemukan, menurut penelitian
sebelumya 29% dari pasien erisipelas diobservasi mengalami episode berulang
dengan rata-rata folow up hingga 3 tahun. Beberapa penelitian sebelumnya juga
menunjukkan perbandingan antara gejela umum serta faktor risiko pada erisipelas
yang berulang dan episode erisipelas tunggal. Faktor risiko yang signifikan pada
erisepelas yang berulang telah ditemukan yaitu insufisiensi vena, edema limfe,
tinea pedis, post operasi limfe sebelumnya dan peningkatan berat badan. Infeksi
ini menyebabkan penderitaan dan memakan biaya kesehatan yang seharusnya
ditangani dengan tepat dan cepat.(erysipelas journal)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Erisipelas ialah penyakit infeksi akut, biasanya disebabkan oleh
streptococcus, gejala utamanya ialah eritema berwarna merah cerah dan
berbatas tegas serta beberapa gejala konstitusi.(buku merah)
Erisipelas juga bisa disebut dengan St. Anthonys fire.(weedons).
B. EPIDEMIOLOGI
Erisipelas cukup sering terjadi pada negara Eropa. Infeksi erisipelas dapat
terjadi pada semua ras. Erisipeals telah dilaporkan lebih umum terjadi pada
perempuan tapi pada laki-laki biasanya terjaadi pada usia muda. Kasus
erisipelas telah dilaporkan dapat terjadi pada semua usia, tapi yang paling
sering terjadi pada bayi, anak-anak, dan orangtua. Puncak insiden erisipelas
telah dilaporkan terjadi pada usia 60-80 tahun, usia seperti ini dapat menjadi
risiko tinggi untuk terjadinya erisipelas, immuncompromised atau dengan
masalah pembuluh limfe (seperti, setelah mastektomi, operasi pelvis, dan
bypass).3
C. ETIOLOGI
Erisipelas dan selulitis memiliki gambaran yang mirip. Perbedaan antara
keduanya tidak banyak bermanfaat: kedua kondisi ini pada hakikatnya
mencerminkan infeksi di dermis dan/atau jaringan subkutis oleh streptokokus.
Organisme ini memerlukan pintu masuk (port d entree). Pintu masuk ini
mungkin berupa kerusakan di kulit (mis. Ulkus tugkai, eksim, tinea pedis) atau
infeksi yang lebih dalam di sinus atau di telinga tengah.
pada wajah patogen harus ditemukan pada hidung, tenggorok, konjungtiva, dan
sinus. Aspirasi cairan pada jaringan sendiri maupun diikuti dengan infiltrasi
larutan saline secara subkutis, terkadang menghasilkan kultur yang positif, tapi
hal ini tidak rutin dilakukan. Biopsi kulit sering mengecewakan. Identifiksi
antigen streptokokus solubel lebih efektif. Kemungkinan terkena kontaminasi
dari tekhnik yang infasif harus dipertimbangkan dan perlu diingat.
E. PATOFISIOLOGI
Erisipelas merupakan manifestasi lokal dari infeksi streptokokus grup A;
organisme yang sama dapat menyebabkan keluarnya racun (toksin) atau
superantigen sehingga memberikan gambaran lesi pada kulit seperti (a) ruam
karena demam skarlatina; (b) erythema nodosum; (c) psoriasis gutata dan (d)
vaskulitis sistemik.
F. DIAGNOSIS BANDING
1. Selulitis, pada penyakit ini terdapat infiltrat di subkutan.(buku
merah) erisipelas dapat dibedakan dengan selulitis melalui ciri-ciri
eritema pada erisipelas yang memiliki batas tegas dan pinggirnya
meninggi yang menandakan letaknya lebih superfisial. Selulitis
tidak melibatkan sistem limfatik dan memiliki batas yang tidak
jelas. (medscape)
2. Kompartemen sindrom akut
3. Dermatitis kontak alergi
4. Photodermatitis,
5. Rosacea,
6. Systemic lupus erythematosus
7. Penyakit kelima atau slapped cheek
8. Angioedema
9. Erisipelas karsinomatosum
10. Erisipeloid makula merah yang jarang atau plak pada tangan
karena infeksi erysipelothrix rhusiopathiae, pada orang-orang yang
bekerja menangani ikan ataupun produk hewan.(rapini 2012)
11. Fasitis nekrosis
G. PENATALAKSANAAN
DAFTAR PUSTAKA
1. robin graham brown et al. dermatologi dasar untuk praktik klinik.
Windrya kerta nirmala-jakarta. EGC,2010. H. 217
2. Stevens DL, Bisno AL, Chambers HF, Dellinger EP, Goldstein EJC,
Gorbach SL, et al. Practice guidelines for the diagnosis and management
of skin and soft tissue infections: 2014 update by the Infectious Diseases
Society of America. Clin Infect Dis. 2014;59:e1052.
3. Davis, Loretta.2016.
10