APRIL 2017
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Disusun Oleh:
Nurul Qalbi Bachtiar
10542 0416 12
Pembimbing:
dr. Iriani Bahar, M.Kes, Sp.Rad
Pembimbing
Bismillahirrahmanirahim
Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam yang telah memberikan
rahmat dan hidayat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat ini.
Demikian pula salawat dan salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabat yang telah memberikan tuntunan kepada umat manusia ke alam
yang penuh cahaya ini.
Alhamdulillah, referat ini ditulis sebagai salah satu kewajiban dalam
Rangka Kepaniteraan Klinik di Bagian Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Makassar
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepda dosen
pembimbing dr. Iriani Bahar, M.Kes, Sp.Rad yang telah meluangkan waktunya
untuk membimbing, memberikan pengarahan dan koreksi pada referat ini sampai
selesai.
Terlepas dari masih kurangnya isi referat ini. Penulis berharap semoga
referat ini bermanfaat bagi pembaca secara umum dan penulis secara khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan .................................................................................. 1
B. Anatomi dan Fisisologi .................................................................. 2
C. Definisi .......................................................................................... 7
D. Klasifikasi ...................................................................................... 7
E. Etiologi .......................................................................................... 10
F. Patogenensis .................................................................................. 10
1. Pemeriksaan Klinis ................................................................... 13
a. Anamnesis .......................................................................... 13
b. Pemeriksaan fisis ............................................................... 13
2. Pemeriksaan Laboratorium ....................................................... 14
3. Elektrokardiografi (EKG) ......................................................... 15
4. Pemeriksaan Radiologi ............................................................. 15
a. Pemeriksaan Foto Toraks................................................... 15
b. Pemeriksaan Echocardiography ......................................... 18
c. Angiography ..................................................................... 19
d. Pemeriksaan CT Pulmonary Angiogram ........................... 19
e. Pemeriksaan Magnetic Resonance Angiogram (MRA) ..... 21
G. Diagnosis ....................................................................................... 13
H. Diagnosis Banding ......................................................................... 22
I. Penatalaksanaan ............................................................................. 23
J. Prognosis ...................................................................................... 24
K. Kajian Islam ................................................................................... 25
L. Kesimpulan ................................................................................... 27
Daftar Pustaka
TOTAL ANOMALOUS PULMONARY VENOUS RETURN (TAPVR)
A. PENDAHULUAN
Kelainan jantung bawaan dikelompokkan atas dua bagian yaitu PJB non
sianotik dan PJB sianotik. Penyakit jantung bawaan (PJB) non sianotik
terbanyak dijumpai yaitu defek septum ventrikel (ventricular septal defek),
duktus arteriosus persisten (patent ductus arteriosus), defek septum atrium
(atrial septal defect), stenosis pulmonal (pulmonary valve stenosis) , dan mitral
stenosis (mitral valve stenosis). Sedangkan, PJB sianotik terbanyak dijumpai
yaitu tetrallogi of fallot, transposition great arteres, atresia trikuspid dan
atresia pulmonal. 3
D. KLASIFIKASI
1. Darling’s classification
a. Type 1, supracardiac connection
Gambar 4. TAPVR tipe supracardiac
E. ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus, penyebab penyakit jantung bawaan tidak
diketahui. Pelbagai jenis obat, penyakit ibu, pajanan terhadap sinar x, telah
diduga menjadi penyebab eksogen penyakit jantung bawaan. Penyakit rubella
yang diderita ibu oada awal kehamilannya dapat menyebabkan penyakit
jantung bawaan pada bayinya, terutama duktus arteriosus persisten, defek
septum ventrikel, atau stenosis perifer. Apapun sebabnya, pajanan terhadap
faktor peneyebab tersebut harus ada sebelum akhir bulan kedua kehamilan,
oleh karena pada minggu kedelapan pembentukan jantung sudah selesai.
Di samping faktor eksogen terdapat pula faktor endogen yang berhubungan
dengan kejadian penyakit jantung bawaan. Faktor endogen mencakup genetik
dan faktor eksogen mencakup lingkungan. 10
F. PATOGENESIS
Sebelum menjelaskan proses patogenesis total anomalious pulmonary
venous return perlu dibahas terlebih dahulu embriogenesis dari vena-vena
jantung.
Sistem vena yang simetris mengalami lateraisasi, dengan anastomosis dari
kiri ke kanan di daerah kepala dan abdomen. Vena umbilikalis yang
menaglirkan darah dari plasenta, vena vitelina yang berasal dari kandung
kuning (yolk sac), serta vena kardinalis yang berasal dari embrio bergabung
dan masuk ke sinus venosus, untuk selanjutnya berhubungan dengan atrium
primitif dari tabung jantung. 10
Anastomosis superior pada daerah kepala berlangsung antara sistem vena
kardinalis, hingga vena kardinalis superior superior kiri mengalir ke vena
kardinalis kanan dan selanjutya ke sinus venosus. Vena kardinalis kanan ini
kelak menjadi vena kava superior. 10
Perubahan di daerah abdomen terjadi pada sistem vena vitelina dan vena
umbilikalis. Sistem vena ini membentuk saluran yang baru yaitu duktus
venosus, yang menghubungkan vena umbilikalis kiri ke vena vitelina kanan
untuk kemudian masuk ke dalam sinus venosus. Vena vitelina kanan ini
kemudian menjadi vena kava inferior. Vena-vena lainnya mengalami regresi
dan sebagian dari vena vitelina bergabung dengan sistem vena porta
Setelah terjadi reorganisasi sistem vena ini, maka darah seluruhnya mengalir
masuk ke bagian kanan sinus venosus melalui vena kava superior (atau vena
kardinalis kanan) dan vena kava inferior (vena vitelina kanan). Bagian kiri
sinus venosus mengalami regresi dan hanya tersisa sebagai sinus koronarius
dan vena oblik.
Pada saat ini telah terjadi pergeseran ke kanan dari sinuatrial junction.
Sebuah saluran vena baru, yaitu vena pulmonalis primer, tumbuh dari bagian
kiri atrium primitif. Sisa sinuatrial junction merupakan sekat tipis yang menjadi
katup untuk mengarahkan aliran darah vena kava inferior dari plasenta ke
atrium kiri melalui foramen ovale. Pada saat yang sama v. Pulmonalis primer
tumbuh ke arah tunas paru (lung buds), yang berasal dari usus depa (foregut).
Pleksus v. Pulmonalis yang terpisah juga terbentuk dalam paru, berasal dari
pleksus spalngnikus yang melingkari usus depan. Pada perkembangan normal
v.pulmonalis yang berasal dari atrium bergabung dengan pleksus
v.interpulmonalis, mengalami reabsorbsi menjadi atrium kiri dan ke-4 v.
Pulmonalis. 10
G. DIAGNOSIS
1. Pemeriksaan Klinis
a. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara alloanamnesis dari orangtua bayi tentang
riwayat penggunaan obat, penyakit infeksi, dan riwayat di keluarga. Hal
ini dapat ditanyakan untuk menguatkan diagnosa dari penyakit jantung
kongenital. Saat datang ke dokter keluarga bayi yang baru lahir
mengeuhkan bayi berwarna biru (sianosis) dan napasnya cepat. Pada
bayi dengan obstruksi gejala akan muncul pada beberapa hari pertama
lahir. Gejala yang timbul muncul dengan cepat setelah 12 jam pertama
lahir dapat berupa respiratory distress syndrome. 12
b. Pemeriksaan Fisis
Menurut variabelnya tergantung dari tipe TAPVR dan derajat obstruksi
vena pulmonalis.
- Tanpa obstruksi 9,11
Gejalanya hampir sama pada atrial septal defect yang sangat
besar. Gejala dapat muncul sesaat setelah lahir
Congestive heart failure : Sianosis jarang trejadi pada 1 tahun
pertama, respiratory distress, takipnea, takikardi dan
hepatoegali.
S2 terdegar jelas (wide-split), murmur aliran pulmonari
dengan atau tanpa murmur diastolik trikuspid. Hipotensi dan
nadi melemah.
Dapat menjadi gagal jantung kanan
- Obstruksi yang berat 9,11
Gejalan dapat uncul setelah 12 jam pertama kelahiran.
Takipneu, dyspneu, hypoxia, gagal perkembangan, pemberian
makan yang buruk.
Bunyi suara tambahan dan ronki pada kedua lapangan paru.
S2 pecah dan terus menerus karena overload dari ventrikel
dextra, biasanyya tidak terdapat murmur namun dapat
terdengar murmur sistolik pada daerah pulmonal atau karena
murmur insufisiensi tricuspid pada batas tengah dan bawah
kiri sternum,
Nadi pada arteri perifer biasanya normal setelah lahir tapi
dapat menurun sejalan dengan gagal jantung yang progresif.
Hepatomegali biasanya terjadi pada terutama pada TAPVR
tipe III (aliran subdiaphrgamatika)
2. Pemeriksaan Laboratorium
Untuk menilai dan memperbaiki oksigenasi, status asam basa, dan
status hemogram pada bayi baru lahir atau pada bayi dengan TAPVR untuk
persiapan operasi.11
3. Elektrokardiografi (EKG)
Pada kebanyakan pasien elektrokardiogram memperlihatkan deviasi
sumbu ke kanan dengan hipertrofi ventrikel dextra dengan atau tanpa
pembesaran atrium kanan. Pada antaran prekrdium kanan tampak pola qR
atau rR. Interval P-R yang memnajang atau fibrilasi atriium dapat terjadi
pada pasien besar yang tidak dioperasi. 10,11
Gambar 10. Gambaran TAPVR sinus coronarius pada neonatus usia 10 hari.
Foto AP thorax menunjukkan cardiomegaly, peningkatan vascular marking pulmonal,
dan hyperinflation.13
Gambar 11. Gamabaran x-ray thorax pada neonatus usia 15 hari dengan TAPVR
infradifragmatika. Foto x-ray posisi AP menunjukkan ukuran jantung membesar, edema
pulmonal, dan hyperinflation. 13
Gambar 12. Gambaran TAPVR supracardiac non-obstruksi pada bayi usia 1 bulan.
Drainase vena pulmonari melalui vena vertikal ke vena innominate. Foto thorax posisi AP
menunjukkan kardiomegali dan edema ringan pulmonal. Garis vena umbilikal berada
pada vena cava inferior.13
Gambar 13. Foto thorax posisi AP pada laki-laki usia 50 tahun dengan TAPVR melaui
vena vertikal ke vena innominate yang tidak dioperasi. Ada gambaran “snowman”
dengan bagian bawah diwakili oleh kardiomegalu yang moderat dan bagian atas diwakili
oleh dilatasi vena vertikal sepanajng mediastinum kiri, dilatasi vena innominate pada
mediastinum superior dan dilatasi vena cava superior disepanjang mediastinum kanan.
Ada arteri pulmonari utama yang menonjol pada bagian superior dari kontur jantung
sebelah kiri. 13
Gambar 14. Pada foto x-ray posisi lateral menunjukkan hilangnya anterior clear space
yang disebabkan oleh hipertrofi jantung sebelah kanan.14
b. Pemeriksaan Echocardiography
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 21. Gamabaran MRA dari total anomalous pulmonary venous return (TAPVR).
Gambar a) Gadolinium-enhanced 3D MIP MRA dan, Gambar b) rekonstruksi anatomi
gadolinium-enhanced 3D MRA pada bayi baru lahir dengan mixed-TAPVR dan koarkasio
aorta. Keterangan Dao = descending aorta, SCV = superior vena cava, RUPV = right upper
pulmonary vein, LUPV = left upper pulmonary vein, RLPV = right lower pulmonary vein,
LLPV = left lower pulmonary vein, dan VV = vertical vein. 15
H. DIAGNOSIS BANDING
1. Transposition of The Great Arteries (TOF)
Pada Transposition of the great arteries terjadi epruganahn posisi
aorta dan arteri pulmonalis yakni aorta keluar dari ventrikel kanan, dan
terletak di sebelah anterior arteria pulmonalis, sedangkan arteri pulmonalis
keluar dari ventrikel kiri. Akibatnya, aorta menerima darah sistemik dari
vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, dan dadrah diteruskan ke
sistemik.
Gambar 22. Foto X-ray thorax posisi AP pada neonatus meperlihatkan gambaran
egg on a string sign. 10,14
2. Tetrallogi Fallot
Tetralogi fallot merupakan penyakit jantung bawaan sianotik yang paling
banyak ditemukan. Tetralogi fallot merupakan kombinasi 4 komponen,
yaitu defek septum ventrikel, over-riding aorta, stenosis pulmonal, serta
hipertrofi ventrikel kanan.
Gambar 23. Foto x-ray posisi AP pada anak usia 5 tahun ditemukan gambaran
“boot shaped” heart, apex jantung terangkat, segmen arteri pulmonari konkav,
arcus aorta berada disebelah kiri. 10,14
I. PENATALAKSANAAN
Pengobatan definitif untuk kelainan ini adalah operasi. Koreksi bedah
merupakan kontraindikasi apabila sudah ada hipertensi pulmonal. Mortalitas
operasi adalah tinggi pada pasien dengan gagal jantung dan pada tipe
infradiafragma, khusunya yang dengan obstruksi. Pasien yang dengan
obstruksi bila tidak dioperasi jarang yang dapat mencapai umur 2 bulan. 10
Pada tipe suprakardiak, vena cardinal atau vertical dipisahkan dan diligasi
pada bagian bawah dari vena innominate. Pertemuan vena pulmonalis dan
dinding atrium sinistrum bagian belakang dibuka dan dilakukan anastomose
side-to-side. ASD ditutup dan penambahan atrium sinistrum. 17
Gambar 25. Rekonstruksi TAPVR tipe intracardia/cardiac
Pada tipe intracardiac, sinus coronarius dan septum atrial di insisi, dan
pembesaran penghubung interatrial. Septum atrial direkonstruksi dengan
menggunakan patch, selanjutnya dilakukan perbaikan ASD dan aliran vena
pulmoalis ke dalam atrium sinistrum. 17
J. PROGNOSIS
Keadaan yang mungkin dapat muncul nanti (long term).
1. Keadaan yang jarang, mungkin terbentuk aritmia atrium, keadaan ini
memerlukan pengobatan dan terapi peacemaker.
2. 5-10 % pasien berubah menjadi obstruksi vena pulmonalis atau 6-12 bulan
setelah operasi.
3. Tanpa operasi, 2/3 bayi tanpa obstruksi pulmonal akan meninggal sebelum
usia 12 bulan. Bayi dengan TAPVR infrakardia sangat jarang bertahan
sampai usia 2 bulan tanpa operasi. 18
K. KAJIAN ISLAM
Penyakit yang diberikan oleh Allah SWT merupakan salah satu ujian untuk
menguji hamba-Nya yang beriman. Bentuk ujian yang datang dapat hal yang
kita sukai maupun sebaliknya. Tujuannya agar manusia tidak hanyut dalam
kegembiraan pada waktu senang dan tidak hanyut dalam kesedihan pada waktu
susah.19
Allah ta’ala berfirman yang artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kami akan mengujimu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan
(yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kamu dikembalikan.” (QS. al-
Anbiyaa’: 35).
Sahabat Ibnu ‘Abbas -yang diberi keluasan ilmu dalam tafsir al-Qur’an-
menafsirkan ayat ini: “Kami akan menguji kalian dengan kesulitan dan
kesenangan, kesehatan dan penyakit, kekayaan dan kefakiran, halal dan
haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan.” (Tafsir Ibnu Jarir).
Dalam menghadapi ujian, manusia hendaklah mempunyai sikap sabar.
Dalam agama, tingkat sabar terbagi menjadi 3 yakni, (1) adanya kekuatan
dalam jiwa manusia atau daya tahan dalam diri manusia untuk menangkal rasa
keputusasaan menghadapu hal-hal tidak menyenangkan. (2) tingkat kedua,
berupa suatu kekuatan daya tahan dalam jiwa/diri manusia, yang menjadikan
manusia mampu melaksanakan petunjuk-petunjuk agama. (3) tingkat ketiga,
berupa suatu kekuatan dalam diri manusia agar mampu meninggalkan
larangan-larangan agama. 19
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah (Muhammad), ‘Tidak akan
menimpa kami kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk kami. Dialah pelindung
kami, dan hanya kepada Allah orang-orang beriman harus bertawakal.’” (QS. At
Taubah: 51).
Juga firman-Nya, “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap
apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa
yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang
sombong lagi membanggakan diri.” (QS Al Hadid: 22-23)
Pada firman Allah SWT (QS. At Taubah: 51), manusia harus bertawakal
hanya kepada Allah SWT karena cobaan dan jalan keluar dari cobaan
semuanya datang dari Allah SWT utnuk menguji umatnya yang beriman.
Pada firman Allah SWT (QS Al Hadid: 22-23), semua kejadian (bencana,
musibah) yang terjadi telah Allah SWT tentukan sebelum penciptaan alam
semesta ini. Dalam mngahadapi masalah, manusia jangan terlalu bersedih
dengan apa yang menimpanya dan jangan pula sombong dengan apa yang di
dapatkan karena semua itu hanya titipan yang Allah berikan kepada hamba-
Nya untuk menguji hamba-Nya.
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang muslim yang tertimpa
gangguan berupa penyakit atau semacamnya, kecuali Allah akan
menggugurkan bersama dengannya dosa-dosanya, sebagaimana pohon yang
menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
“Bencana senantiasa menimpa seorang mukmin dan mukminah pada dirinya,
anaknya, dan hartanya sampai ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak
ada kesalahan pada dirinya.” (HR. At Tirmidzi, dan beliau berkomentar,
“Hasan shahih.”, Imam Ahmad, dan lainnya)
Allah berfirman menceritakan kekasih-Nya, Ibrahim ‘alaihissalam,
“Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkanku.” (QS Asy Syu’ara:80)
Dan di surat Al An’am (ayat: 17) Allah SWT berfirman, “Dan jika Allah
menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang
menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan
kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu.” (QS Al
An’am :17)
L. KESIMPULAN
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah istilah
untuk kelainan jantung dan vaskularisasi jantung yang didapat sebelum
kelahiran ataupun sejak bayi baru lahir.
Total anomalous pulmonary venous return (TAPVR) atau total anomalous
pulmonary venous connection (TAPVC) adalah salah satu bentuk penyakit
jantung kongenital dimana empat vena pulmonari tidak bermuara ke dalam
atrium kiri dan malah sebaliknya bermuara kembali ke dalam atrium kanan
baik secara langsung ataupun melalui penghubung vena sistemik. Kelainan
kongenital ini terjadi sebelum minggu ke delapan usia kandungan. Secara garis
besar TAPVR dibedakan menjadi obstriksi dan nonobstruksi.
Penegakan diagnosis harus cepat dilakukan untuk penganan yang cepat dan
tepat untuk neonatus dan bayi. Banyak modalitas yang dapat digunakan
menegakkan diagnosis TAPVR seperti thorax x-ray, CT scan, USG, serta MRI
sesuai dengan keperluan.
Daftar Pustaka