DISUSUN OLEH:
Dokter Muda RSUD Nganjuk
PEMBIMBING:
dr. H. Agus Moch. Algozi, Sp. F (K), SH, DFM.
Disetujui Oleh
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat dan
rahmatnya lah penulis dapat menyelesaikan tugas ini sebagai salah satu syarat
untuk mengikuti ujian di bidang Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal
dalam menyelesaikan Pendidikan dokter muda di Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.
Selain itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
2. dr. H.Agus Moch. Algozi, Sp.F (K) DFM, S.H selaku Kepala Bagian
Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal di Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kumuma Surabaya.
3. dr. Meivy Isnoviana, S.H, M.H selaku pembimbing di Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kumuma Surabaya.
4. dr. Bambang Rudy Utantio, Sp. JP selaku pembimbing di Fakultas
Kedokteran Universitas Wijaya Kumuma Surabaya.
5. Kedua orang tua kami yang telah memberikan dukungan moril, materil,
maupun spiritual.
Penulis menyadari bahwa referat ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu
penulis mengharap kritik dan saran yang membangun. Semoga referat ini dapat
bermanfaat untuk dokter muda yang melaksanakan kepanitraan klinik pada
khususnya, serta masyarakat pada umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iii
BAB I FORENSIK KLINIK....................................................................................1
1.1 Pemeriksaan Selaput Dara................................................................... 1
1.2 Pemeriksaan Anus................................................................................2
1.3 Pemeriksaan Derajat Luka................................................................... 3
1.4 Klasifikasi Luka...................................................................................6
BAB II TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL.......................................................7
2.1 Buccal Swab.........................................................................................7
2.2 Pengambilan Darah..............................................................................8
2.3 Vaginal Swab.......................................................................................9
2.4 Pengambilan Urin...............................................................................10
2.5 Pengambilan Muntahan dan Isi Lambung..........................................11
2.6 Pemeriksaan Jaringan dan Sampel Tulang.........................................12
2.7 Pengambilan Sampel Gigi..................................................................13
2.8 Pengumpulan dan Pengemasan Barang Bukti....................................13
BAB III PEMERIKSAAN TOKSOLOGI.............................................................14
3.1 Pemeriksaan TKP...............................................................................14
3.2 Pemeriksaan Jenazah..........................................................................14
3.3 Pemeriksaan Toksikologi................................................................... 15
BAB IV LABORATORIUM FORENSIK............................................................18
4.1 Pemeriksaan Cairan Mani.................................................................. 18
4.2 Pemeriksaan Bercak Darah................................................................ 19
4.3 Histopatologi Forensik.......................................................................21
4.4 Fotografi Forensik..............................................................................21
4.5 Tes Getah Paru................................................................................... 21
4.6 Pengambilan Gas CO2 dari Sumur..................................................... 22
4.7 Alkali Dilution Test............................................................................23
iii
DAFTAR ISI
4.8 Tes Apung Paru..................................................................................24
4.9 Emboli Udara Vena............................................................................24
4.10 Emboli Udara Arteri...........................................................................25
4.11 Emboli Lemak....................................................................................25
4.12 Pneumothorax.....................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
Lampiran 1. Surat Kematian..................................................................................28
Lampiran 2. Visum et Repertum korban hidup......................................................29
Lampiran 3. Visum et Repertum korban mati........................................................32
DAFTAR ISI
iv
BAB I
FORENSIK KLINIK
1
2
3. Inspeksi pada jaringan perianal dan lakukan palpasi pada kulit disekitarnya
3
7
8
Jika tidak dilakukan otopsi, blind stick sampling tidak boleh dilakukan.
Prosedur pemotongan pembuluh darah dapat dilakukan. Bahkan tanpa otopsi,
vena femoralis dapat dengan mudah terekspos dan pengambilan sampel darah
perifer dapat dilakukan. Demikian juga jantung dapat dapat diekspos dan
ventrikel kiri dapat dengan mudah diidentifikasi sehingga pengambilan darah
sentral dapat dilakukan.
Darah perifer secara umum diterima sebagai spesimen yang paling akurat
untuk pemeriksaan toksikologi, karena kurang rentan terhadap perubahan post
mortem.
pemeriksaan
c. Sedangkan cara lain yang bisa dilakukan adalah melakukan
pemeriksaan kelainan pada lambung oleh dokter sehingga dapat
diperkirakan jenis racun apa yang ditelan oleh korban
2. Pemeriksaan usus dan isinya
Pemeriksaan usus sangat bergun terutama jika kematian korban
terjadi beberapa jam setelah ia kemasukan racun. Dari pemeriksaan dapat
diperkirakan saat kematian korban dan dapat ditemukannya tablet yang
tidak dapat dihancurkan oleh lambung (enteric coated tablet). Cara yang
dapat dilakukan ialah mengikat usus dengan jarak 60 cm yaitu pada
perbatasan lambung-usus halus, usus halus, usus halus-usus besar, dan
usus besar poros usus. Ikatan ini bertujuan untuk mencegah tercampurnya
isi usus bagian oral dengan isi usus bagian anal.
14
15
Misalnya bercak warna coklat karena asam sulfat atau kuning karena
asam nitrat
2) Lebam mayat : warna lebam mayat yang tidak biasa juga mempunyai
makna, karena warna lebam mayat pada dasarnya adalah manifestasi
warna darah yang tampak pada kulit. Pada korban yang keracunan CO
lebam mayat berwarna Cherry Red, korban keracunan sianida lebam
mayat berwarna merah terang dan pada korban keracunan nitrit lebam
mayat berwarna coklat kebiruan.
3) Warna kulit : pada korban yang mengalami hiperpigmentasi dan
keratosis pada telapak tangan dan kaki yang diakibatkan keracunan
arsen kronik. Kulit berwarna kelabu kebiru-biruan akibat keracunan
perak (Ag). Pada keracunan tembaga (Cu) dan fosfor kulit akan
berwarna kuning akibat hemolisis juga pada keracunan insektisida
hidrokarbon dan arsen karena terjadi gangguan fungsi hati.
4) Bau : dari bau yang tercium dapat diperoleh petunjuk racun apa yang
dikiranya ditelan oleh korban misalnya : minyak tanah, karbol,
alkohol dll.
b. Pemeriksaan Dalam
1) Racun yang bersifat korosif, pada pemeriksaan lambung dapat
ditemukan lambung yang hiperemi, mengalami perlunakan, ulserasi
dan perforasi.
2) Pada urin bisa ditemukan warna kehijauan pada kasus keracunan
salisilat
18
19
keringkan di udara.
• Jangan letakan pada tempat tertutup, kedap udara atau tas
plastik. Akan menyebabkan bahan pemeriksaan menjadi basah
dan timbul bakteri yang dapat merusak barang bukti.
• Setelah kering masukan dalam kantong kertas (amplop)
• Beri label dan segera kirim ke laboratorium pemeriksaan DNA
b. Benda dengan bercak darah basah
• Benda kecil biarkan kering di udara, kumpulkan.
• Pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan, maka hisap
bercak tersebut dengan kain katun bersih kemudian keringkan
di udara.
• Masukan dalam kantong kertas.
• Beri label dan segeraa kirim ke laboratorium
3) Bercak darah kering
a) Pada benda yang dapat dipindahkan, misal : senjata, kain, sprei
• Kumpulkan benda tersebut
• Tiap item masukan dalam kantong kertas
• Beri label dan segera kirim ke laboratorium
b) Pada benda yang padat dengan permukaan tidak menyerap dan
tidak dapat dipindahkan, misal : lantai
• Bercak dikerok dengan alat bersih
• Masukan dalam kantong kertas
• Beri label, dipak kemudian kirim ke laboratorium
c) Bercak darah kering pada benda besar yang tidak dapat dipindahkan
atau dipotong serta tidak dapat dikerok.
• Bercak dapat dilarutkan dengan kapas bersih yang telah
dibasahi dengan cairan salin steril atau air steril yang digosokan
pada area bercak.
• Kapas dikeringkan di udara
• Setelah kering masukan dalam kantong kertas
• Beri label, dipak dan dikirim ke laboratorium
21
2. Kemudian di iris sampai alveoli yang paling dekat dengan pleura (sub
pleura) dan di tutup
3. Objek glass ditempelkan pada alveoli dan ditutup dengan gelas penutup
4. Dilihat dibawah mikroskop akan didapatkan lumpur, pasir, telur cacing,
diatome, alga, dll.
1 Tes getah paru (+) : korban sempat atau pernah bernafas dalam air
2 Tes getah paru (-) : korban meninggal terlebih dahulu baru masuk
kedalam air atau tidak sempat bernafas dalam air, airnya jernih sama
dengan air minum, spasme laring, vagal reflex.
4. Sebagai kontrol jangan digunakan darah fetus karena darah fetus juga
bersifat resisten terhadap alkali.
4.11Emboli Lemak
Contoh kasus yang dapat menyebabkan sesorang terkena emboli lemak
yaitu : apabila terdapat seseorang yang dipukuli terus menerus dan orang
26
tersebut menjadi sesak kemudian mati serta kasus sesorang yang hendak
dioperasi karena patah tulang paha yang berakhir meninggal akibat sesak.
Dari kasus diatas penyebab terjadinya kematian yaitu karena adanya
emboli lemak setelah dilakukan pemeriksaan pada paru-paru, ec. Fraktur
tulang panjang.
1 Lemak terpecah dan terlepas karena terkena pukulan pada kulit seluruh
punggung dan karena patahnya tulang panjang sehingga cairan lemak
masuk ke dalam pembulu darah vena yang robek dan masuk ke dalam
vena cava superior kemudian masuk ke atrium kanan dan masuk ke
ventirkel kanan setelah itu masuk ke arteri pulmonale dan membuntu di
paru-paru (alveoli)
2 Korban meninggal karena kapiler buntu dan terjadi asfiksia.
3 Dilakukan tes emboli lemak dengan organ yang diambil adalah paru-paru.
Jaringan paru-paru diambil dan dikeraskan dengan uap zat asam arang
cair (frozzensetion) dan kemudian dengan mikrotom dipotong 20 mikron
dan di cat dengan warna Sudan III kemudian dikirim ke laboratorium
4 Pengiriman ke laboratorium PA atau pengawetan dilakukan dengan cara
paru-paru diberi gas CO kemudian difiksasi menggunakan dry ice agar
tidak membusuk. Jangan mengirim menggunakan alcohol atau formalin
karena lemak akan larut.
4.12Pneumothorax
Pneumothorax merupakan adanya udara dalam rongga thorax. Otopsi yang
dilakukan adalah :
a. Membuka kulit dinding thorax dengan potongan huruf ‘I’ atau dengan
potongan huruf ‘Y’.
b. Setelah costa terlihat, tarik potongan costa kemudian tarik potongan kulit
hingga membentuk kantong kemudian isikan air sampai tergenang.
c. Lakukan tusukan pada paru-paru yang berada diantara ICS 2.
d. Ditemukan hasil positif bila hasil test tersebut ditemukan gelembung udara.
e. Pada gas pembusukan ditemukan sedikit gelembung udara.
DAFTAR PUSTAKA
Forensik dalam proses penyidikan, Bab 7, hal 133 -143. Jakarta: Sagung Seto
Idries, A. M. 2008. Sistematik Pemeriksaan Ilmu Kedokteran Forensik Khusus
pada
korban perlukaan. Penerapan Ilmu Kedokteran
Satyo, A. C. 2006. Aspek medikolegal luka pada forensic klinik. Majalah
Kedokteran Nusantara, vol. 39, no. 4, pp. 430-433
Shkrum, M. J. dan Ramsay, D. A. 2007. Blunt Trauma. Forensic Pathology of
Trauma, Chapter 8, pp. 405-518
Vincent J. D. dan Dominick, D. 2001. Blunt Trauma Wounds. Forensic Pathology
Second Edition, Chapter 4, pp 1-26
27
Lampiran 1. Surat Kematian
28
Lampiran 2. Visum et Repertum korban hidup
29
30
31
Lampiran 3. Visum et Repertum korban mati
32
33
34