Oleh
Dosen Pembimbing :
NIM : 21710088
Fakultas : Kedokteran
Surabaya
Disetujui
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya, penulis mendapat kemudahan untuk menyelesaikan referat yang berjudul
“Informed Consent”. Penyusunan referat ini diajukan untuk memenuhi tugas pada KSM
Kedokteran Forensik dan Medikolegal dalam menempuh pendidikan profesi dokter di
RSUD Nganjuk juga dimaksudkan untuk menambah wawasan bagi penulis.
Selain itu penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang
sebesarbesarnya kepada:
Dalam penulisan referat ini penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kekurangan
dan jauh dari sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan semoga referat ini
bermanfaat untuk pembaca dan semua orang yang memanfaatkannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULAN.........................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................2
1.3 Tujuan...........................................................................................................................................2
1.4 Manfaat.........................................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................3
2.1 Definisi Informed Consent...........................................................................................................3
2.2 Bentuk-bentuk Informed Consent................................................................................................4
2.3 Tujuan Informed Consent.............................................................................................................4
2.4 Fungsi Informed Consent.............................................................................................................5
2.5 Isi Informed Consent....................................................................................................................6
2.6 Contoh Kasus.................................................................................................................................6
2.7 Analisis Kasus...............................................................................................................................6
BAB III................................................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................................................13
3.1 Kesimpulan.................................................................................................................................13
3.2 Saran...........................................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................14
iii
BAB I
PENDAHULAN
Kesehatan merupakan hal yang sangat penting agar manusia dapat bertahan dan
melakukan aktivitas. Pentingnya kesehatan ini mendorong pemerintah untuk mendirikan
layanan kesehatan, agar masyarakat dapat mengakses kebutuhan kesehatan. Layanan rumah
sakit merupakan tempat masyarakat untuk mengakses kebutuhan kesehatan.
Menurut Perundang-Undangan Nomor 29 tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran pada
pasal 53 yaitu mengatur Tentang Hak dan Kewajiban Pasien Dalam Hubunganya Dengan
Kontrak Teraputik, di mana pasien mempunyai hak dan kewajiban tertentu. Memberi
informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya kepada dokter yang sedang
merawatnya, mematuhi nasihat dan petunjuk dokter, mematuhi ketentuan yang berlaku di
tempat pelayanan kesehatan baik rumah sakit atau pun puskesmas atau tempat pelayanan
kesehatan lainnya, memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima. berkewajiban
memenuhi hal-hal yang telah disepakati atau perjanjian yang telah dibuatnya.
Persetujuan yang diberikan oleh pasien ataupun keluarganya atas dasar informasi dan
penjelasan mengenai tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien disebut dengan Informed
Consent. Sehingga hubungan antara informed consent dan tindakan medis yang akan
dilakukan oleh dokter dapat dikatakan bahwa informed consent merupakan komponen utama
yang mendukung adanya tindakan medis tersebut. Karena persetujuan yang diberikan secara
sukarela yang diberikan oleh pasien dengan menandatangani informed consent adalah
merupakan salah satu syarat subjektif untuk terjadinya atau sahnya suatu perjanjian jika
pasien memenuhi minimal tiga unsur yaitu keterbukaan informasi yang cukup diberikan oleh
dokter, kompetensi pasien dalam memberikan persetujuan dan sukarel (tanpa
paksaan/tekanan) dalam memberikan persetujuan. Untuk itulah pengisian informed consent
harus lengkap dan benar. Dalam hal ini fungsi dari informed consent perjanjian yang
dimaksud adalah perjanjian untuk melakukan tindakan medis atntar dokter dengan pasien.
Pelaksanaa informed consent terhadap perlindungan hukum tenaga kesehatan hampir
tidak ada masalah dan sudah dilaksanakan secara optimal, tetapi dalam penyampaian hasil
keadaan pasien oleh pihak tenaga kesehatan masih kurang jelas sehingga terjadi
misscomunication antara pihak keluarga pasien dengan tenaga kesehatan.
1
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana informed consent dalam pelayanan kesehatan?
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui informed consent dalam pelayanan kesehatan
1.4 Manfaat
a. Menambah pengetahuan dan memberikan penulis pengalaman membuat refrat.
b. Menambah pengetahuan serta informasi kepada pembaca mengenai informed consent.
c. Menambah sumber informasi dan gambaran umum mengenai apa itu informed
consent.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Pasien atau yang sah mewakilinya dalam keadaan cakap (kompeten) untuk
memberikan keputusan/persetujuan
4
telah berusaha semaksimal mungkin dan bertindak dengan sangat hati-hati dan teliti.
Lebih lanjut Pratita (2013) menjelaskan tata cara pemberian informasi Informed
Consent adalah sebagai berikut: sebuah. Tujuan dari informed consent adalah
mendapatkan informasi yang cukup untuk mengambil keputusan atas tindakan yang
akan dilakukan. Hak pasien untuk menentukan nasibnya dapat terpenuhi dengan
sempurna jika pasien telah menerima semua informasi yang diperlukan sehingga
pasien dapat mengambil keputusan.
c. Dokter berkewajiban menginformasikan kepada pasien tentang kondisi, diagnosis,
diagnosis banding, pemeriksaan penunjang, terapi, risiko, alternatif, prognosis dan
harapan. Dokter tidak boleh mengurangi materi untuk memaksa pasien segera
mengambil keputusan.
d. Tidak semua pasien boleh memberikan pernyataan, baik setuju maupun tidak setuju.
Pasien harus dewasa, dengan usia 21 tahun, pasien di bawah 21 tahun dalam keadaan
sadar, dapat diajak berkomunikasi secara wajar dan lancar serta dalam keadaan
pikiran yang sehat.
e. Bentuk persetujuan harus didasarkan pada semua unsur persetujuan yang benar, yaitu
pengetahuan dan kompetensi. Beberapa rumah sakit dan dokter telah
mengembangkan persetujuan yang merangkum semua informasi dan juga catatan
permanen, biasanya dalam catatan medis pasien.
f. Semua informasi harus diterima oleh pasien sebelum tindakan medis yang
direncanakan dilakukan. Penyedia informasi ini harus objektif, tidak memihak, dan
tanpa tekanan, setelah menerima semua informasi pasien harus diberi waktu untuk
berpikir dan memutuskan keseimbangan.
g. Proses pemberian informasi dan permintaan persetujuan tindakan medis tidak boleh
dilakukan oleh dokter, jika pasien dalam keadaan darurat. Dalam kondisi ini, dokter
akan memprioritaskan tindakan dalam menyelamatkan nyawa pasien. Namun
prosedur penyelamatan nyawa pasien tetap dilakukan sesuai standar pelayanan
disertai profesionalisme yang tinggi.
g. Sebagai suatu proses edukasi masyarakaat dalam bidang kedokteran dan kesehatan
3. Berterus terang √
4. Menghargai privasi √
5. Menjaga rahasia pribadi
√
7
6. Menghargai rasionalitas pasien
√
7. Melaksanakan informed consent
√
8. Membiarkann pasien dewasa dan √
kompeten mengambil keputusan sendiri
8
5. Paternalisme bertanggung jawab/ kasih √
sayang
7. Pembatasan Goal-Based
√
8. Maksimalisasi pemuasan √
kebahagiaan/preferensi pasein
9
2. Kondisi untuk menggambarkan kriteria √
ini adalah:
a. Pasien dalam keadaan berbahaya.
b.Dokter sanggup mencegah
bahaya atau kehilangan.
c. Tindakan Kedokteran tadi terbukti
efektif
d.Manfaat bagi pasien > kerugian dokter
(hanya mengalami risiko
minimal).
10
Justice
NO KRITERIA ADA TIDAK ADA
11
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar √
SARA, status sosial dll
12
BAB III
3.1 Kesimpulan
Sebelum melakukan suatu tindakan medik, maka pasien memiliki hak untuk mendapatkan
informasi terhadap tindakan medik yang akan dilakukan kepadanya sebagaimana yang diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) No. 290 tahun 2008 Tentang Persetujuan Tindakan Medis,
jika dilihat dari segi bentuknya maka informed consent terdiri dari imflied consent dan expressed consent,
Tujuan dari informed consent dibagi menjadi tiga aspek yaitu : legal, etik dan administratif. informed
consent sangat penting, informed consent merupakan dasar atau landasan bagi dokter untuk melakukan
Dalam tindakan seorang dokter punya kewajiban untuk melaksanakan informed consent, pasien
maupun keluarga pasien tidak punya kewenangan menolak informed consent, tetapi mereka punya hak
untuk menyetujui maupun menolak informed consent. Isi informed consent kan biasanya berisi kondisi
pasien terus tindakan apa yang akan dilakukan serta konsekuensi dari dilakukan/tidak sebuah tindakan.
3.2 Saran
a. Masyarakat harus mulai diberikan sosialisasi mengenai prosedur informed consent.
Sosialisasi tentang informasi tindakan medis (Informed consent) agar dilakukan secara
terencana dan terus menerus. Hal ini dilakukan agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan.
b. Bagi tenaga kesehatan dan tenaga medis agar dalam memberikan penjelasan indormed
consent secara langsung tanpa diwakili yang sesuai dengan SPO (Standar prosedur
operasional) yang ada di rumah sakit. Tenaga kesehatan dan tenaga medis harus memahami
mengenai hukum kesehatan dengan baik agar dapat mengetahui hak dan kewajiban masing-
masing pihak sehingga tidak ada yang merasa dirugikan. Hubungan dokter dan pasien juga
harus dibuat seharmonis mungkin, agar bila terjadi sengketa dapat diselesaikan secara
musyawarah.
13
DAFTAR PUSTAKA
Candra. (2020). Informed Consent In Health Services: How Are The Patients’ Rights
Protected. Law journal. Vol.1 No.4
Guwandi, J. (2007). Hukum Medik (Medical Law), Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, Jakarta.
Hatta, Moh. (2013). Hukum Kesehatan Dan Sengketa Medik. Cetakan Pertama. Liberty,
Yogyakarta.
Indriyanti, Dewi Alexana. (2008). Etika dan Hukum Kesehatan. Cetakan Pertama. Pustaka,
Yogyakarta.
Notoadmojo, Soekidjo. (2010). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 290/MENKES/PER/III/2008
Tentang Persetujuan Tindakan Kedokteran,
Sugiono, (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta, Bandung.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.
Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit
Veronica, Komalawati. (2002). Peranan Informed Consent dalam Transaksi Terapeutik
(Persetujuan Dalam hubungan Dokter dan Pasien). Cetakan Kedua. PT. Citra Aditya
Bakti, Bandung.
Wahyudi. (2020). Analisis informed consent terhadap perlindungan hukum tenaga
kesehatan di rumah sakit umum daerah Kota bandung. Law journal. Vol.2 no. 1
Wahyudi, (2018). Kedudukan Badan Hukum Rumah Sakit Privat Dihubungkan Dengan
Fungsi Sosio Ekonomi, Istinbath : Jurnal Hukum, hlm 231-246.
14