Anda di halaman 1dari 20

p-ISSN 2502-9541

e-ISSN 2685-9386

KAJIAN YURIDIS PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIK (INFORMED


CONSENT) DALAM PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 29
TAHUN 2004 TENTANG PRAKTIK KEDOKTERAN

Mahdi Surya Aprilyansyah


Fakultas Hukum Universitas PGRI Palangka Raya
mahdiupgriplk@gmail.com

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan mendeskripsikan tanggung jawab


dokter dalam melakukan tindakan medik dalam perspektif Undang-Undang
Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran. Metode yang digunakan
adalah metode hukum normatif yang memberikan argumentasi hukum sebagai
dasar penentu terhadap suatu peristiwa telah benar atau salah serta bagaimana
sebaiknya peristiwa itu menurut hukum. Hasil penelitian ini mengemukakan
bahwa tanggung jawab dokter dalam melakukan tindakan mendik harus memiliki
persetujuan tindakan medik terlebih dahulu. Persetujuan tindakan medik
(informed consent) antara dokter dan pasien atau keluarga harus berdasarkan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran dengan
tujuan memberikan kepastian bahwa pasien atau keluarga pasien dianggap telah
mengetahui atau menyetujui apa yang terjadi berkaitan dengan tindakan medik
yang dilakukan dokter. Hal ini juga untuk mengantisipasi terkait resiko maupun
efek samping dari tindakan tersebut sehingga jika terdapat suatu kerugian yang
diderita oleh pasien atau keluarga pasien akibat dari resiko atau efek samping dari
tindakan medik yang dilakukan, dokter tidak dapat dimintai pertanggung jawaban
sepanjang tindakan medik.
Kata Kunci: Tindakan Medik, Persetujuan Tindakan Medik, Praktik
Kedokteran.

Abstract
This study aims to describe the responsibility of doctors in carrying out medical
actions from the perspective of Law Number 29 of 2004 concerning Medical
Practice. The method used is the normative legal method, which provides legal
arguments as the basis for determining whether an event is right or wrong and
how the event should be according to law. The results of this study suggest that
the doctor's responsibility in carrying out a student's action must have prior
medical approval. The informed consent between the doctor and the patient or
family must be based on Law Number 29 of 2004 concerning Medical Practice to
provide certainty that the patient or patient's family is deemed to have known or
agreed to what happened in connection with the medical action performed by the
doctor. It also to anticipate the related risks and side effects of the action so that if
there is a loss suffered by the patient or the patient's family as a result of the risk
or side effect of the medical action performed, the doctor cannot be held
responsible for the duration of the medical procedure.
Keywords: Medical Action, Approval of Medical Action, Medical Practice.

755
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

PENDAHULUAN tersebut maka dapat digambarkan


Berdasarkan atas penjelasan bahwa hubungan pasien dengan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun dokter tersebut bersifat vertikal
2004 tentang Praktik Kedokteran dimana kedudukan atau posisi antara
dijelaskan bahwa pembangunan pemberi jasa pelayanan kesehatan
bidang kesehatan pada dasarnya dengan penerima jasa pelayanan
ditujukan untuk meningkatkan kesehatan tidak sederajat. Hal ini
kesadaran, kemauan dan kemampuan disebabkan pemberi jasa pelayanan
hidup sehat bagi setiap orang untuk kesehatan mengetahui tentang segala
mewujudkan derajat kesehatan yang sesuatu yang berkaitan dengan
optimal sebagai salah satu unsur penyakit, sementara itu penerima
kesejahteraan sebagaimana jasa pelayanan kesehatan (pasien)
diamanatkan oleh Pembukaan tidak tahu apa-apa tentang
Undang-Undang Dasar 1945. Oleh penyakitnya apalagi bagaimana cara
karena itu untuk melaksanakan menyembuhkannya. Dari hubungan
pembangunan di bidang kesehatan tersebut maka menurut Hermien
tersebut, keberadaan dokter sangat Hadijati Koeswadji si sakit akan
dibutuhkan sebagai pengemban dari menyerahkan nasib sepenuhnya
amanat pelaksanaan pembangunan kepada sang pengobat (Koeswadji,
kesehatan. 1998).
Dokter sebagai pemberi jasa Kedudukan dan peran sang
pelayanan kesehatan yang dapat pengobat dianggap lebih tinggi oleh
disebut sebagai sang pengobat si sakit karena keadaan psikobiologis
dimata pasien (masyarakat) dianggap si sakit memberikan peringatan
mengetahui segalanya (father knows bahwa sang pengobatlah yang
best). Sehingga melahirkan suatu dianggap mampu memberikan
hubungan ketergantungan pasien bantuan pertolongan berdasarkan
sebagai penerima jasa pelayanan kemampuan profesionalnya.
kesehatan terhadap dokter sang Sebaliknya sebagai akibat adanya
pengobat yang disebut hubungan hubungan paternalistik yang
Paternalistik (Isfandyarie et al., berprinsip Father Knows Best
2006). Dari adanya hubungan tersebut, sang pengobat harus

756
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

mengupayakan untuk dapat bertindak Veronica digambarkan sebagai


sebagai bapak yang baik dengan berikut :
memperlakukan pasien sebagai 1. Pasien pergi ke dokter karena
seorang anak. merasa ada sesuatu yang
Dengan berkembang membahayakan kesehatannya,
pesatnya sarana informasi melalui sehingga memerlukan
berbagai mass media, kerahasian pertolongan dokter sebagai
profesi dokter mulai terbuka. pribadi yang mempunyai
Sementara itu keawaman pasien kelebihan karena kemampuan
terhadap kesehatan mengalami mengobati yang dimiliki. Dari
perubahan kearah masyarakat yang sudut pandang pasien yang
terdidik dalam bidang kesehatan. menyerahkan nasibnya kepada
Semakin meningkatnya pengetahuan dokter, dokter dianggap
dan kesadaran masyarakat terhadap mempunyai peranan yang lebih
tanggungjawab atas kesehatannya penting dan kedudukan yang
sendiri, mengakibatkan pergeseran lebih tinggi dari pasien
paradigma yang berlaku dari 2. Pasien pergi ke dokter karena
kepercayaan yang semula tertuju mengetahui dirinya sakit dan
pada kemampuan ilmu dari sang dokter akan mampu untuk
pengobat. Dari sinilah kemudian menyembuhkannya. Pasien yang
timbul kesadaran warga masyarakat mulai menyadari haknya
untuk menuntut adanya hubungan terhadap pelayanan kesehatan
seimbang antara dokter sebagai yang merupakan kewajiban
pemberi jasa pelayanan kesehatan dokter terhadap dirinya
dengan pasien sebagai pihak menganggap kedudukannya sama
penerima jasa pelayanan kesehatan dengan dokter tetapi pasien tetap
dimana pasien tidak lagi sepenuhnya menyadari bahwa peranan dokter
pasrah kepada dokter. lebih penting dari dirinya
Perkembangan hubungan 3. Pasien pergi ke dokter untuk
antara dokter dan pasien oleh Dassen mendapatkan pemerikasaan yang
yang dikutip oleh Komalawati D. intensif dan mengobati penyakit
yang biasanya diperintahkan oleh

757
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

pihak ketiga seperti pihak sederjat merupakan pangkal tolak


asuransi. Dalam hal ini sifat dari hubungan kontraktual yang
pemeriksaan adalah tindakan menghendaki adanya kesepakatan
preventif (Veronica, 2002). antara para pihak untuk saling
Dari penjelasan mengenai memberikan prestasi (dengan berbuat
hubungan antara dokter dan pasien sesuatu atau tidak berbuat) atau jasa
tersebut maka dapat disimpulkan (antara pemberi pelayanan kesehatan
bahwa hubungan antara dokter dan dengan penerima pelayanan
pasien memiliki dua pola hubungan kesehatan). Masing-masing pihak
yaitu hubungan yang bersifat dianggap mempunyai pengetahuan
paternalistik dan hubungan sederajat. yang sama tentang penyakit dan
Menurut Hermien Hadijati cara-cara penyembuhannya sehingga
Koeswadji menyebutkan adanya dua bila salah satu pihak merasa tidak
pola hubungan antara dokter dan sesuai atau tidak puas terhadap
pasien yaitu pola hubungan vertical pelaksanaan perjanjian tersebut, para
paternalistic dan pola hubungan pihak mempunyai hak untuk
horisontal yang kontraktual membatalkan perjanjian. Dari adanya
(Koeswadji, 1998). Dalam hubungan pola hubungan horisontal kontraktual
vertikal paternalistik, kedudukan inilah yang mengakibatkan
atau posisi antara dokter sebagai munculnya persetujuan tindakan
pemberi pelayanan jasa kesehatan medik (informed consent) dalam
tidak sederjat dengan pasien sebagai pemberian pelayanan kesehatan oleh
pengguna atau penerima pelayanan dokter terhadap pasien sebagai
kesehatan. Sedangkan dalam pola penerima pelayanan kesehatan.
hubungan horisontal kontraktual Sebagai bentuk dari
kedudukan atau posisi antara penjabaran hubungan horisontal
penerima jasa pelayanan kesehatan kontraktual, sebelum dokter
dan pemberi pelayanan kesehatan melakukan tindakan medik maka
mempunyai kedudukan yang terlebih dahulu harus ada persetujuan
sederajat. medik (informed consent) dari pasien
Dalam hubungan horisontal yang hendak menerima pelayanan
kontraktual ini, hubungan yang kesehatan (BAKTI, 1998). Adapun

758
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

yang mendasari adanya persetujuan (tidak bisa) memaksa pasien untuk


medik ialah pada prinsipnya sama menerima pelayanan medis.
dengan perjanjian yang dilakukan Sehingga dari uraian tersebut maka
oleh dokter sebagai pemberi persetujuan tindakan medis dalam
pelayanan kesehatan dengan pasien pemberian pelayanan kesehatan yang
sebagai penerima pelayanan dilakukan oleh dokter merupakan
kesehatan yang dalam hal ini salah satu syarat dalam proses
diibaratkan hubungan antara pelayanan kesehatan
produsen (jasa) dengan konsumen. Seperti yang dikemukakan
Mengenai persetujuan oleh Achmad Busro dalam
tindakan medis diatur dalam Pasal 45 penelitiannya yang berjudul Aspek
ayat (1) Undang-Undang Nomor 29 Hukum Persetujuan Tindakan Medis
Tahun 2004 tentang Praktik (Informed Consent) Dalam
Kedokteran yang menguraikan Pelayanan Kesehatan, diuraikan
bahwa pada prinsipnya yang berhak bahwa pelaksanaan persetujuan
memberikan persetujuan tindakan tindakan medik (informed consent)
atau penolakan tindakan medis dalam pelayanan kesehatan.
adalah pasien atau keluarga pasien Keharusan adanya Informed consent
yang bersangkutan. Jadi dapat secara tertulis yang ditandatangani
disimpulkan bahwa sebelum dokter oleh pasien sebelum dilakukannya
melakukan tindakan medis terhadap tindakan medik, karena erat
pasien maka terlebih dahulu pasien kaitannya dengan
harus diberitahu tindakan medis apa pendokumentasiannya ke dalam
yang akan dilakukan terhadapnya catatan medik (Medical Record). Hal
dan apabila pasien teersebut ini dilakukan sebagai bentuk
menyetujuinya maka barulah dokter prosedur standar pelayanan rumah
dapat melakukan tindakan pelayanan sakit yang telah ditentukan dalam
kesehatan. Namun apabila pasien keputusan Menteri Kesehatan No.
tidak menyetujui tindakan medis 436/MENKES/SK/VI/1993 Tentang
yang akan dilakukan oleh dokter Berlakunya Standar Pelayanan di
maka dokter sebagai pemberi Rumah Sakit (Busro, 2018).
pelayanan kesehatan tidak bolah

759
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

Penelitian lain yang apabila timbul sengketa medis


dilakukan oleh Ratih Kusuma (Wardhani RK., 2009).
Wardhani dalam tesisnya yang Berdasarkan beberapa uraian
berjudul Tinjauan Yuridis serta analisis hasil penelitian yang
Persetujuan Tindakan Medis telah dilakukan sebelumnya maka
(Informed consent) Di RSUP Dr. yang menjadi tujuan dalam tulisan
Kariadi Semarang, menjelaskan ini adalah mendeskripsikan tanggung
bahwa jika terdapat kesenjangan jawab dokter dalam melakukan
informasi yang diberikan oleh dokter tindakan medik dalam perspektif
dikarenakan pihak pasien yang Undang-Undang Nomor 29 Tahun
merupakan masyarakat biasa 2004 tentang Praktik Kedokteran.
memiliki tingkat kemampuan dan
METODE PENELITIAN
pengetahuan yang beragam sehingga
Metode yang digunakan
dokter harus pandai dalam
dalam penelitian ini adalah metode
memberikan informasi mengenai
hukum normatif. Penelitian hukum
penyakit maupun tindakan medik
normatif adalah penelitian hukum
yang akan dilakukan terhadap pasien
yang meletakkan hukum sebagai
dengan bahasa yang mudah dipahami
sebuah bangunan sistem norma.
dan memberikan informasi yang
Sistem norma yang dibangun
cukup, mencakup mencakup
adalah mengenai asas-asas, norma,
keuntungan maupun kerugian dari
kaidah dari peraturan perundangan,
tindakan medis tersebut, baik jika
putusan pengadilan, peranjian, serta
diminta oleh pihak pasien maupun
doktrin (ajaran) (Achmad & Mukti
jika tidak diminta. Disamping itu,
Fajar, 2015). Penelitian hukum
agar formulir informed consent yang
normatif meneliti kaidah atau
telah diisi tersebut memiliki
peraturan hukum sebagai suatu
kekuatan hukum yang cukup, maka
bangunan sistem yang terkait
seharusnya lebih diperhatikan adanya
dengan suatu peristiwa hukum.
saksi pendamping dari pihak perawat
Penelitian ini dilakukan dengan
/ paramedis lain, mengingat
maksud untuk memberikan
pentingnya keberadaan saksi yang
argumentasi hukum sebagai dasar
berstatus perawat / paramedis ini
penentu apakah suatu peristiwa telah

760
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

benar atau salah serta bagaimana pikiran dan pertimbangannya. Begitu


sebaiknya peristiwa itu menurut juga dengan pasien atau keluarganya
hukum. (Achmad & Mukti Fajar, sebagai medikal receivers
2015) mempunyai hak untuk menentukan
Selanjutnya dilakukan pengobatan atau tindakan medik
analisis peraturan perundang- yang akan dilakukan terhadap
undangan terkait topik penelitian dirinya (pasien). Sehingga dari
seperti Undang-Undang Nomor 29 adanya hak dan kewajiban tersebut
Tahun 2004 Tentang Praktik maka menimbulkan suatu
Kedokteran dan dikolaborasikan pertentangan dimana dokter sebagai
dengan bahan hukum lainnya seperti pemberi pelayanan kesehatan tentu
hasil penelitian dan buku-buku yang semua yang dilakukan oleh dokter
ditelaah secara sistematis dan dengan jalan dan pertimbangan
kemudian ditarik sebuah kesimpulan. terbaik dapat tidak sejalan dengan
apa yang diinginkan atau dapat
Tanggungjawab Dokter Dalam
diterima oleh pasien atau
Melakukan Tindakan Medik
keluarganya. Hal ini dikarenakan
Melihat adanya hubungan
sifat dari ilmu kedokteran yang tidak
antara dokter dengan pasien yang
semuanya akan berhasil dalam
terjalin melalui transaksi terapeutik
menangani pasien.
maka tentu hal ini akan
Berbicara mengenai tanggung
menimbulkan hak dan kewajiban
jawab dokter dalam melakukan
masing-masing dari pihak yaitu
tindakan medik erat kaitannya
dokter sebagai pemberi pelayanan
apabila tindakan medik yang
(medikal provider) dan pasien
dilakukan itu menimbulkan kerugian
sebagai pihak penerima pelayanan
bagi pasien atau keluarga pasien.
(medikal receivers) dan harus
Kerugian ini dapat dikarenakan
dihormati oleh kedua pihak tersebut.
tindakan medik yang dilakukan oleh
Tim dokter sebagai medikal
dokter itu menimbulkan suatu
providers mempunyai kewajiban
permasalahan akibat dari tindakan
untuk melakukan diagnosis,
medik tersebut. Padahal apabila
pengobatan dan tindakan medik yang
pasien atau keluarga pasien mau
terbaik menurut pengetahuan, jalan

761
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

berpikir lebih mendasar bahwa mempunyai peranan yang bersifat


tindakan medik yang dilakukan oleh insidentil dalam dunia kedokteran.
dokter itu tentunya mempunyai efek Adapun peranan bersifat insidentil
samping atau resiko. Akan tetapi itu dikarenakan berdasarkan.
pengetahuan mengenai efek samping Undang-Undang Nomor 29 Tahun
atau resiko dari tindakan medik ini 2004 tentang Praktik Kedokteran
tidak semua pasien atau keluarga Pasal 45 ayat (1) dimana disebutkan
pasien mengerti (mengetahuinya) bahwa setiap tindakan kedokteran
dikarenakan kedudukan mereka atau kedokteran gigi yang akan
bukan sebagai pakar (ahli) namun dilakukan oleh dokter atau dokter
sebagai pemakai jasa kedokteran. gigi terhadap pasien harus mendapat
Oleh karena itu hal seperti ini persetujuan, sehingga dari ketentuan
sebenarnya merupakan kewajiban tersebut jelas keberadaan persetujuan
dari seseorang dokter dalam tindakan medik merupakan suatu
memberikan pengetahuan keharusan. Dengan demikian melihat
(informasi) mengenai resiko atau pentingnya persetujuan tindakan
efek samping dari tindakan medik medik (informed consent) yang
tersebut. Sehingga sebagai bentuk merupakan bentuk tanggung jawab
tanggung jawab dokter dalam dokter dalam melakukan tindakan
melakukan tindakan medik maka medik maka hal selanjutnya yang
sebelum melakukan tindakan medik perlu dipikirkan ialah maksud dari
dokter harus meminta persetujuan persetujuan tindakan medik tersebut.
tindakan medik dari pasien atau Mengenai persetujua
keluarga pasien. tindakan medik pada dasarnya
Sebagaimana langkah untuk merupakan sarana yang erat
mencegah hal-hal yang dapat kaitannya dengan hak pasien atau
merugikan pasien atau keluarga keluarga pasien. Hal ini dikarenakan
pasien yang dapat mendudukkan melalui persetujuan tindakan medik
dokter untuk dimintai pertanggung informed consent) inilah pada
jawabannya, maka melalui prinsipnya hak pasien dapat
persetujuan tindakan medik yang dihormati yaitu mengenai hak untuk
dilakukan merupakah tindakan yang menentukan nasibnya sendiri dan

762
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

hak untuk mendapatkan informasi tindakan kedokteran atau kedokteran


dan kalau dari sudut pandang profesi gigi yang akan dilakukan oleh dokter
dokter sebagai pemberi tindakan atau dokter gigi terhadap pasien
medik, persetujuan tindakan medik harus mendapat persetujuan.
merupakan kewajiban seorang dokter Sehingga melihat ketentuan tersebut,
dakam memberikan informasi keberadaan persetujuan yang
kepada pasien dan untuk memenuhi dimaksud yaitu persetujuan tindakan
standar profesi medik. Sehingga medik harus terlebih dahulu
apabila dokter telah mendapat dilakukan sebelum dilakukannya
persetujuan tindakan medik sebelum tindakan medik. Melihat ketentuan
melakukan tindakan medik maka Pasal 45 ayat (1) tersebut maka dapat
apabila terjadi sesuatu akibat dari dijelaskan sebagai berikut:
tindakan medik berkaitan dengan 1. Pada prinsipnya yang berhak
resiko atau efek sampingnya maka memberikan persetujuan atau
dokter tidak dapat dimintai penolakan tindakan medis adalah
pertanggung jawabannya sepanjang pasien yang bersangkutan
tindakan medik yang dilakukan itu 2. Persetujuan tindakan medik dapat
sesuai dengan apa yang telah dilakukan oleh bukan pasien
disetujui dalam persetujuan tindakan dalam hal seperti pasien berada
medik tersebut. di bawah pengampunan, pasien
Persetujuan tindakan medik anak-anak dan pasien dalam
(informed consent) merupakan keadaan tindak sadar
persetujuan yang di dapat dokter dari 3. Yang berhak mewakili pasien
pasien atau keluarganya terhadap dalam keadaan diatas ialah
tindakan medik yang akan dilakukan keluarga terdekat antara lain
oleh dokter kepada pasiennya. suami, isteri, ayah, ibu, anak-
Ketentuan mengenai informed anak kandung, saudara kandung.
consent (persetujuan tindakan medik) Namun apabila keluarga tidak
terdapat dalam Undang-Undang ada, maka penjelasan diberikan
Nomor 29 Tahun 2004 tentang kepada pengantar pasien.
Praktik Kedokteran Pasal 45 ayat (1) 4. Apabila tidak ada yang mengatar
dimana disebutkan bahwa setiap dan tidak ada keluarganya maka

763
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

dalam keadaan gawat darurat Undang Nomor 29 Tahun 2004


untuk menyelamatkan jiwa tentang Praktik Kedokteran Pasal 45
pasien tidak diperlukan ayat (3) sekurang-kurangnya
persetujuan. mencakup diagnosis dan tata cara
Dengan demikian dari tindakan medik, tujuan tindakan
ketentuan adanya persetujuan medis yang dilakukan, alternatif
tindakan medik tersebut maka hal ini tindakan lain dan resikonya, resiko
merupakan salah satu wujud dari dan komplikasi yang mungkin terjadi
bentuk tanggung jawab dokter dalam dan prognosis terhadap tindakan
melakukan tindakan medik yang dilakukan.
sebagaimana yang ditegaskan dalam Dalam memberikan
Pasal Pasal 45 ayat (1) UU No 29 penjelasan guna mendapatkan
Tahun 2004. persetujuan tindakan medik, dokter
Sebelum dokter atau dokter atau dokter gigi harus menjelaskan
gigi meminta persetujuan dari pasien kepada pasien atau keluarganya
atau keluarganya untuk melakukan hendaknya menggunakan bahasa
tindakan medik, maka kepada pasien yang mudah dimengerti karena
harus terlebih dahulu diberikan penjelasan merupakan landasan
penjelasan lengkap. Adapun maksud untuk memberikan persetujuan
dari diberikan penjelasan lengkap medik dan haruslah diberikan secara
ialah penjelasan yang berkaitan langsung oleh dokter yang akan
terhadap tindakan medik yang akan melakukan tindakan medik tersebut.
dilkukan kepada pasien tersebut Penjelasan ini lebih lagi diperlukan
seperti efek samping dari tindakan berkaitan dengan pembiayaan.
medik dan sebagainya. Pemberian Untuk memberikan
penjelasan ini diatur dalam Undang- persetujuan tindakan medik
Undang Nomor 29 Tahun 2004 (informed consent) dapat dilakukan
tentang Praktik Kedokteran Pasal 45 baik secara lisan atau tertulis
ayat (2). Kemudian penjelasan yang didasarkan atas Pasal 45 ayat (4)
harus diberikan oleh dokter atau Undang-Undang Nomor 29 Tahun
dokter gigi kepada pasien 2004 tentang Praktik Kedokteran.
sebagaimana diatur pada Undang- Adapun secara lisan dapat berbentuk

764
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

dengan ucapan setuju dari pasien 3. Tindakan khusus yang berakitan


atau dengan gerakan dengan penelitian bidang
menganggukkan kepala. Persetujuan kedokteran atau uji klinik.
secara lisan ini biasanya digunakan Dengan demikian segala
dalam hal tindakan medik yang tindakan kedokteran yang
hanya mempunyai resiko kecil atau mengandung resiko tinggi pada
mengadung resiko relatif kecil prinsipnya harus diperlukan adanya
menurut ilmu kedokteran. Akan persetujuan tindakan medik
tetapi untuk tindakan medik yang (informed consent) dari pihak pasien
mempunyai resiko tinggi terhadap atau keluarganya.
keselamatan pasien maka untuk Melihat keharusan adanya
persetujuannya harus diberikan persetujuan tindakan medik, pada
secara tertulis (persetujuan tertulis) dasarnya hal tersebut diberlakukan
berdasarkan Pasal 45 ayat (5) atau diharuskan dalam hal tindakan
Undang-Undang Nomor 29 Tahun medik yang mempunyai resiko berat.
2004 tentang Parktik Kedokteran Sehingga apabila tindakan medik
seperti halnya untuk melakukan yang mengandung resiko berat
operasi bedah jantung, operasi kulit tersebut dilakukan tanpa adanya
dan sebagainya. Berikut tindakan persetujuan tindakan medik, maka
medik yang memerlukan persetujuan dokter selaku pemberi tindakan
medik (informed consent) secara medik akan dapat dimintai
tertulis berkaitan dengan resiko pertanggung jawabannya baik oleh
tinggi tersebut sebagai berikut: pasien, atau keluarga pasien. Oleh
1. Tindakan-tindakan yang bersifat karena itulah keberadaan persetujuan
invasif dan operatif atau tindakan medik ini sangat penting
memerlukan pembiusan baik dan harus dilaksanakan untuk
untuk menegakkan diagnosis menghindari kesalah pahaman antara
maupun tindakan yang bersifat dokter dengan pasien atau keluarga
terapeutik pasien.
2. Tindakan pengobatan khusus Selain diatur dalam Undang-
mislanya terapi sitostatika atau Undang Nomor 29 Tahun 2004
radioterapi untuk kanker tentang Praktik Kedokteran,

765
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

mengenai persetujuan tindakan tindakan kedokteran


medik juga diatur dalam Peraturan yang akan dilakukan
Menteri Kesehatan (Permenkes) Ayat (2) : Tindakan
Nomor 1419/Menkes/Per/X/2005 kedokteran
tentang Penyelenggaraan Praktik sebagaimana
Kedokteran. Dalam Peraturan dimaksud ayat (1)
Menteri Kesehatan ini secara tegas harus mendapatkan
diatur mengenai Persetujuan persetujuan pasien
tindakan medik yaitu Pada Pasal 13 Ayat (3) : Pemberian
ayat (1) yang menyatakan bahwa penjelasan dan
dokter atau dokter gigi dalam persetujuan
melaksanakan praktik kedokteran sebagaimana
didasarjan atas kesepakatan antara dimaksud dalam
dokter atau dokter gigi dengan pasien ayat (1) dan ayat (2)
dalam upaya pemeliharaan dilaksanakan sesuai
kesehatan, pencegahan penyakit, dengan ketentuan
peningkatan kesehatan, pengobatan perundang-
penyakit dan pemulihan kesehatan. undangan
Namun dalam Peraturan Menteri Dengan demikian didalam
Kesehatan ini mengenai pertujuan ketentuan Peraturan Menteri
tindakan medik diatur secara jelas Kesehatan (Peraturan Menteri
dalam Pasal 17 yaitu: Kesehatan) Nomor
Ayat (1) : Dokter atau dokter 1419/Menkes/Per/X/2005 tentang
gigi dalam Penyelenggaraan Praktik
memberikan Kedokteran, kedudukan persetujuan
pelayanan tindakan tindakan medik (informed consent)
kedokteran atau merupakan suatu keharusan yang
kedokteran gigi terlebih dahulu dilakukan sebelum
terlebih dahulu dokter atau dokter gigi melakukan
harus memberikan upaya tindakan medik terhadap
penjelasan kepada pasiennya.
pasien tentang

766
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

Ketentuan secara jelas dan 585/Menkes/Per/IX/1989. Kemudian


rinci mengenai persetujuan tindakan seperti halnya dalam ketentuan
medik (informed consent) dapat Undang-Undang Nomor 29 Tahun
didasarkan pada Peraturan Menteri 2004 tentang Praktik Kedokteran,
Kesehatan (Permenkes) Nomor berdasarkan atas Pasal 2 ayat (3)
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Persetujuan tindakan medik. Dalam 585/Menkes/Per/IX/1989 persetujuan
Pasal 1 ayat (a) persetujuan tindakan diberikan kepada pasien setelah
medik (informed consent) adalah pasien mendapatkan penjelasan atau
persetujuan yang diberikan oleh informasi tentang tindakan medik
pasien atau keluarganya atas dasar yang akan dilakukan terhadap
penjelasan mengenai tindakan medik dirinya serta resiko yang dapat
yang akan dilakukan terhadap pasien ditimbulkan dari tindakan medik
tersebut. Kemudian yang dimaksud tersebut.
dengan tindakan medik dalam Selanjutnya dalam Peraturan
Peraturan Menteri Kesehatan Menteri Kesehatan Nomor
tersebut Pasal 1 ayat (b) ialah suatu 585/Menkes/Per/IX/1989 pada Pasal
tindakan yang dilakukan terhadap 3 ayat (1) disebutkan bahwa untuk
pasien berupa tindakan diagnostik tindakan medik yang mengandung
dan terapeutik. resiko tinggi, persetujuan medik
Di dalam Ketentuan Pasal 2 harus dibuat secara tertulis yang
ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan ditandatangani oleh yang hendak
Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989 memberikan persetujuan. Jadi untuk
diharuskan adanya persetujuan tindakan medik yang beresiko tinggi,
tindakan medik terhadap tindakan persetujuan medik (informed
medik yang akan dilakukan kepada consent) harus dibuat secara tertulis
pasien. Kemudian persetujuan dan disetuji oleh pasien atau keluarga
tindakan medik ini dapat diberikan pasien yang bersangkutan dalam hal
secara tertulis maupun lisan seperti pasien tersebut masih anak-
berdasarkan atas ketentuan pada anak atau dibawah pengampunan
Pasal 2 ayat (2) Peraturan Menteri atau pasien tersebut dalam keadaan
Kesehatan Nomor tidak sadarkan diri. Sedangkan dalam

767
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

Pasal 3 ayat (2) Peraturan Menteri kepentingan kesehatan pasien atau


Kesehatan tersebut, persetujuan pasien menolak diberikan informasi
tindakan medik dapat dibuat seara tindakan medik. Adapun mengenai
lisan dalam hal tindakan medik yang informasi yang harus diberikan
akan dilakukan terhadap pasien tidak menurut Munir Fuady ialah:
mempunyai resiko tinggi. Sehingga 1. Nama operasi
dari adanya dua bentuk persetujuan 2. Sifat dan hakikat pengobatan
medik (informed consent) baik yang diberikan
secara tertulis maupun tidak tertulis 3. Apa saja (organ atau jaringan
(lisan) maka persetujuan yang dapat tubuh bagian mana) yang akan
diberikan dapat secara nyata atau dioperasi
secara diam-diam. 4. Lamanya pengobatan
Berkaitan dengan penjelasan 5. Penghitungan biaya pengobatan
sebelum disetujuinya persetujuan 6. Alternatif lain dari pengobatan
medik (informed consent), maka yang bisa dilakukan
penjelasan atau informasi yang akan 7. Kemungkinan komplikasi
diberikan oleh dokter kepada pasien (penyulit) yang bisa terjadi
atau kelaurganya harus disampaikan 8. Kemungkinan timbulnya rasa
sesuai dengan tingkat pendidikan sakit
serta kondisi dan situasi pasien 9. Resiko yang terjadi seandainya
sesuai dengan ketentuan pada Pasal 2 tindakan yang dilakukan dan
ayat (4) Peraturan Menteri Kesehatan resiko bila tindakan tidak
Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989. dilakukan
Kemudian dalam Pasal 4 ayat (1) dan 10. Peringatan khusus terhadap hal-
ayat (2) berkaitan dengan informasi hal yang terjadi setelah operasi
disebutkan bahwa informasi tindakan misalnya setelah operasi akan
medik harus diberikan oleh dokter ada selang (pipa) dihitung untuk
kepada pasien baik diminta maupun membantu pernapasan pasien,
tidak diminta dengan informasi yang dan jangan sampai dilepas
selengkap-lengkapnya kecuali bila 11. Keuntungan dari model
dokter menilai bahwa informasi yang pengobatan yang diberikan
diberikan dapat merugikan

768
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

12. Keterbatasan model pengobatan persetujuan tindakan medik lebih


yang bersangkutan sering di tandatangani oleh keluarga
13. Tingkat kesuksesan operasi pasien. Hal ini berkaitan dengan
berdasarkan penglaman doker kesiapan mental pasien untuk
tersebut. menjalani tindakan medik maupun
14. Apa saja yang mungkin untuk menandatangani persetujuan
dirasakan pasien paca operasi tindakan medik tersebut. Untuk
(Fuady, 2005) pasien di bawah umur 21 (dua puluh
Dengan demikian kedudukan satu) tahun dan pasien dengan
persetujuan tindakan medik gangguan jiwa maka yang
(informed consent) lebih mengarah menandatangani persetujuan
kepada proses komunikasi antara tindakan medik (informed consent)
dokter dengan pasien atau adalah orang tua atau keluarga
keluarganya dan bukan semata-mata terdekat atau walinya.
hanya sebagai pengisian dan Berkaitan dengan
penandatanganan formulir diperlukannya persetujuan tindakan
persetujuan tindakan medik medik antara dokter dan pasien maka
(informed consent). untuk menjaga keamanan dan
Berpedoman pada Peraturan keaslian persetujuan tindakan medik
Menteri Kesehatan Nomor diperlukan saksi dari pihak keluarga
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang maupun dari pihak rumah sakit.
Persetujuan tindakan medik, maka Mengenai jumlah saksi yang harus
yang berhak memberikan persetujuan ada dalam persetujuan medik
atau penandatanganan perjanjian tersebut tidak ada diatur secara
adalah pasien yang sudah dewasa khusus.
yaitu diatas 21 (dua puluh satu) Dalam hal informasi tidak
tahun atau sudah menikah dan dalam bisa diberikan kepada pasien maka
keadaan sehat mental. Sedapat dengan persetujuan pasien, dokter
mungkin persetujuan tindakan medik dapat memberikan informasi tersebut
(informed consent) ditandatangani kepada keluarga terdekat dengan
sendiri oleh pasien. Akan tetapi didampingi seorang perawat atau
dalam praktek di lapangan paramedis sebagai saksi berdasarkan

769
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

atas Pasal 4 ayat (3) Peraturan jawab sesuai dengan ketentuan Pasal
Menteri Kesehatan Nomor 6 Peraturan Menteri Kesehatan
585/Menkes/Per/IX/1989. Informasi Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989.
yang diberikan oleh dokter kepada Seetelah informasi diberikan
pasien atau keluarganya harus oleh dokter berkaitan dengan
diberikan secara jujur dan benar tindakan medik yang akan dilakukan,
sesuai dengan ketentuan dalam Pasal maka tergantung pasien atau
5 Peraturan Menteri Kesehatan keluarganya untuk menyetujui atau
Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989. tidak tindakan medik yang akan
Dengan begitu, untuk persetujuan dilakukan tersebut. Dalam hal pasien
tindakan medik (informed consent), yang menolak dilakukannya tindakan
maka informasi yang merupakan medik yang direncanakan atau sudah
klausul apakah disetujui atau dilakukan oleh dokter meskipun
tidaknya tindakan medik tersebut sudah mendapatkan penjelasan yang
harus diberikan oleh dokter secara cukup harus memberikan pernyataan
jujur dan benar tanpa ada yang boleh secara tertulis. Biasanya di bagian
disembunyikan. depan rekam medik tersedia format
Kemudian untuk tindakan penolakan penindakan atau pulang
bedah atau tindakan invasif lainnya, paksa atau pulang atas permintaan
informasi harus diberikan secara sendiri (APS). Pernyataan tertulis ini
langsung oleh dokter yang akan penting untuk menghindari tuntutan
melakukan operasi tersebut atau bila hukum terhadap dokter apabila
dokter tersebut berhalangan, maka terjadi akibat buruk pada pasien yang
harus diberikan oleh dokter lain yang menolak dilakukan tindakan medik
dengan pengetahuan dan petunjuk pada dirinya.
dokter yang bertanggung jawab. Akan tetapi dalam hal
Sedangkan untuk tindakan yang menyetuj\ui tindakan medik tersebut,
bukan tindakan bedah atau tindakan dalam Peraturan Menteri Kesehatan
tidak invasif maka informasi dapat Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989
diberikan oleh dokter lain atau juga diatur pihak-pihak manakah
perawat dengan pengetahuan atau yang mempunyai kewenangan untuk
petunjuk dokter yang bertanggung memberikan persetujuan tindakan

770
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

medik (informed consent). Adapun tidak didampingi oleh keluarga


menurut Pasal 8 Peraturan Menteri terdekat dan dalam keadaan gawat
Kesehatan Nomor darurat sehingga memerlukan
585/Menkes/Per/IX/1989 persetujuan tindakan medik segera untuk
diberikan oleh pasien dewasa dalam kepentingannya maka menurut pasal
keadaan sadar dan sehat mental 11 Peraturan Menteri Kesehatan
dengan kriteria telah berumur 21 Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989
tahun atau telah menikah. Jadi tidak diperlukan persetujuan
walaupun pasien tersebut sudah tindakan medik (informed consent).
dewasa hal ini belum tentu pasien Selain dalam keadaan gawat darurat,
tersebut boleh memberikan pengecualian terhadap persetujuan
perrsetujuan melainkan harus medik (informed consent) juga dapat
diperhatikan keadaan pasien apakah diberlakukan terhadap tindakan
dalam keadaan sadar dan sehat medik yang dilakukan untuk
mental atau tidak. Apabila pasien kepentingan masyarakat banyak yang
menderita gangguan mental atau harus dilaksanakan dengan program
berada di bawah pengampunan maka pemerintah berdasrakan atas Pasal 14
persetujuan dapat diberikan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
orang tua atau wali yang 585/Menkes/Per/IX/1989.
bersangkutan berdasarkan atas Pasal Dengan demikian melalui
9 Peraturan Menteri Kesehatan persetujuan tindakan medik
Nomor 585/Menkes/Per/IX/1989. (informed consent) antara dokter dan
Namun apabila pasien dibawah pasien atau keluarga pasien
umum tidak mempunyai orang tua berdasarkan atas Undang-Undang
atau wali maka persetujuan dapat Nomor 29 Tahun 2004 tentang
diberikan oleh keluarga lainnya Praktik Kedokteran maka apabila
berdasarkan atas Pasal 10 Peraturan nantinya terdapat suatu kerugian
Menteri Kesehatan Nomor yang diderita oleh pasien atau
585/Menkes/Per/IX/1989 tentang keluarga pasien akibat dari resiko
persetujuan tindakan medik. atau efek samping dari tindakan
Sedangkan apabila pasien dalam medik yang dilakukan, dokter tidak
keadaan tidak sadar/pingsan serta dapat dimintai pertanggung jawaban

771
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

sepanjang tindakan medik yang tindakan medik, maka tidak


dilakukan oleh dokter itu sesuai diperlukan adanya persetujuan
dengan persetujuan tindakan medik. tindakan medik mengingat kondisi
Hal ini dikarenakan apabila pasien pasien tersebut. Namun sebelum
atau keluarga pasien telah adanya persetujuan medik, dokter
menyetujuan persetujuan tindakan terlebih dahulu memberitahukan
medik (informed consent) maka informasi kepada pasien berkaitan
pasien atau keluarga pasien dianggap dengan tindakan medik yang akan
telah mengetahui atau menyetujui dilakukan. Sehingga dengan
apa yang terjadi berkaitan dengan mendengar penjelasan atau informasi
tindakan medik yang dilakukan dari dokter tersebut, maka pasien
dokter terutama mengenai resiko atau keluarganya dapat
maupun efek samping dari tindakan mempertimbangkan apakah akan
tersebut. Akan tetapi apabila menyetujui atau tidak persetujuan
tindakan medik yang dilakukan oleh tindakan medik yang akan dilakukan
dokter terhadap pasien tanpa di oleh dokteer tersebut terhadap pasien
dahului adanya persetujuan tindakan atau keluarganya. Jadi setelah
medik (informed consent) maka disetujuinya tindakan medik oleh
apabila terjadi suatu kerugian pasien baik secara tertulis maupun
berkaitan dengan resiko atau efek lisan maka berhaklah dokter
samping dari tindakan medik melakukan tindakan mediknya dalam
tersebut, pasien atau keluarga pasien memberikan pertolongan kepada
dapat meminta pertanggung jawaban pasiennya.
dokter secara hukum atas kejadian
Kesimpulan
tersebut. Kemudian mengenai
Mengenai Tanggung Jawab
adanya persetujuan tindakan medik
dokter dalam melakukan tindakan
(informed consent) ini ada terlebih
medik maka sebagai bentuk
lagi terkait terhadap tindakan medik
pelaksanaan tanggung jawabnya
yang mengandung resiko tinggi
terlebih dahulu harus diadakan
terhadap pasien. Lain halnya
persetujuan tindakan medik. Adapun
terhadap pasien yang dalam kondisi
persetujuan tindakan medik
gawat darurat yang segera diberikan
(informed consent) antara dokter dan

772
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

pasien atau keluarga pasien keluarga pasien dapat meminta


berdasarkan atas Undang-Undang pertanggung jawaban dokter secara
Nomor 29 Tahun 2004 tentang hukum atas kejadian tersebut.
Praktik Kedokteran dilakukan agar Kemudian mengenai adanya
nantinya apabila terdapat suatu persetujuan tindakan medik
kerugian yang diderita oleh pasien (informed consent) ini ada terlebih
atau keluarga pasien akibat dari lagi terkait terhadap tindakan medik
resiko atau efek samping dari yang mengandung resiko tinggi
tindakan medik yang dilakukan, terhadap pasien. Lain halnya
dokter tidak dapat dimintai terhadap pasien yang dalam kondisi
pertanggung jawaban sepanjang gawat darurat yang segera diberikan
tindakan medik yang dilakukan oleh tindakan medik, maka tidak
dokter itu sesuai dengan persetujuan diperlukan adanya persetujuan
tindakan medik. Hal ini dikarenakan tindakan medik mengingat kondisi
apabila pasien atau keluarga pasien pasien tersebut. Namun sebelum
telah menyetujuan persetujuan adanya persetujuan medik, dokter
tindakan medik (informed consent) terlebih dahulu memberitahukan
maka pasien atau keluarga pasien informasi kepada pasien berkaitan
dianggap telah mengetahui atau dengan tindakan medik yang akan
menyetujui apa yang terjadi dilakukan. Sehingga dengan
berkaitan dengan tindakan medik mendengar penjelasan atau informasi
yang dilakukan dokter terutama dari dokter tersebut, maka pasien
mengenai resiko maupun efek atau keluarganya dapat
samping dari tindakan tersebut. Akan mempertimbangkan apakah akan
tetapi apabila tindakan medik yang menyetujui atau tidak persetujuan
dilakukan oleh dokter terhadap tindakan medik yang akan dilakukan
pasien tanpa di dahului adanya oleh dokter tersebut terhadap pasien
persetujuan tindakan medik atau keluarganya. Jadi setelah
(informed consent) maka apabila disetujuinya tindakan medik oleh
terjadi suatu kerugian berkaitan pasien baik secara tertulis maupun
dengan resiko atau efek samping dari lisan maka berhaklah dokter
tindakan medik tersebut, pasien atau melakukan tindakan mediknya dalam

773
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)
p-ISSN 2502-9541
e-ISSN 2685-9386

memberikan pertolongan kepada


Wardhani RK. (2009). Tinjauan
pasiennya.
yuridis persetujuan tindakan
medis.
Daftar Pustaka
Peraturan Perudang-Undangan:
Achmad, Y., & Mukti Fajar, N. D.
(2015). Dualisme Penelitian
Undang-Undang Dasar 1945
Hukum Normatif & Empiris.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata
BAKTI, P. T. C. A. (1998). Hukum
Kedokteran (Studi Tentang
Undang-Undang Nomor 23 Tahun
Hubungan Hukum Dalam Mana
1992 tentang Kesehatan.
Dokter Sebagai Salah Satu
Pihak). Citra Aditya Bakti.
Undang-Undang Nomor 29 Tahun
Busro, A. (2018). Aspek Hukum
2004 tentang Praktik
Persetujuan Tindakan Medis
Kedokteran
(Inform Consent) Dalam
Pelayanan Kesehatan. Law &
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
Justice Journal, 1(1), 1–18.
1419/Menkes/Per/X/2005
https://doi.org/10.14710/ldjr.v1i
tentang Penyelenggaraan
1.3570
Praktik Kedokteran
Fuady, M. (2005). Sumpah
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
hippocrates:(aspek hukum
585/Menkes/Per/IX/1989
malpraktek dokter). PT. Adiya
tentang Persetujuan Tindakan
Bakti.
Medik
Isfandyarie, A., Afandi, F., Puspita,
N. Y., & Gufron, A. (2006).
Tanggung jawab hukum dan
sanksi bagi dokter. Prestasi
Pustaka Publisher.

Koeswadji, H. H. (1998). Hukum


kedokteran: studi tentang
hubungan hukum dalam mana
dokter sebagai salah satu pihak.
Citra Aditya Bakti.

Veronica, K. D. (2002). Peranan


Informed Consent dalam
Transaksi Terapeutik:
Persetujuan dalam Hubungan
Dokter dan Pasien. Suatu
Tinjauan Yuiridis, Bandung:
Penerbit Citra Aditya Bakti, H,
178.

774
Jurnal Ilmu Hukum Tambun Bungai Vol. 5 No. 2, September 2020 Kajian Yuridis..... (Mahdi 755-774)

Anda mungkin juga menyukai