Anda di halaman 1dari 2

Hubungan Kerja Dokter dan Perawat dalam Perspektif Hukum Kesehatan untuk Pelayanan Pasien

Dr. dr. Abd. Halim, SpPD SH MH MM


Ketua BHP2A IDI Wilayah Kalsel. Pengurus Pusat PERDAHUKKI (Wakil ketua Litbang SDM). Komp. HAMO PERSI PUSAT

Pembahasan masalah ini menjadi menarik setelah penyataan Bapak Menkes BGS di acara RDP dengan DPR RI yang
menyatakan bahwa sejak dulu dan sampai sekarang bahwa perawat dan dokter berbeda kasta dan bahkan perawat
hampir disamakan dengan ART.

Hubungan dokter-perawat adalah satu bentuk hubungan interaksi yang telah cukup lama dikenal ketika memberikan
pelayanan kepada pasien. Perspektif yang berbeda dalam memandang pasien, dalam prakteknya menyebabkan
munculnya hambatan-hambatan teknik dalam melakukan suatu korelasi dalam pelayanan kesehatan.

Hambatan dalam hubungan antara dokter dan perawat sering dijumpai pada tingkat profesional dan institusional.
Perbedaan status dan kekuasaan tetap menjadi sumber utama ketidaksesuaian hubungan tersebut. Inti sesungguhnya
dari konflik perawat dan dokter terletak pada perbedaan sikap profesional mereka terhadap pasien dan cara
berkomunikasi diantara keduanya. Kadang-kadang kecacatan atau kematian terjadi karena komunikasi yang kurang
baik.

Masyarakat awam sering memandang profesi perawat sebagai profesi yang hanya membantu dokter. Pandangan ini
terbentuk bisa dikarenakan masyarakat melihat kegiatan keperawatan di rumah sakit dimulai saat mengganti sprei,
memandikan pasien, menyuapi pasien, membantu kebutuhan buang air kecil dan buang air besar adalah tindakan
sehai-hari yang biasa dilakukan oleh seorang asisten rumah tangga. Sedangkan untuk kegiatan memberi obat
dilakukan perawat setelah mendapat instruksi dari dokter.

Kenyataan ini sungguh ironis, mengingat dokter dan perawat adalah tenaga kesehatan yang berperan penting dalam
upaya melayani dan melindungi kepentingan pasien dan masyarakat yang membutuhkan jasa pelayanan kesehatan.

Regulasi Topuksi Dokter dan Perawat dalam pelayanan Kesehatan Perseorangan

Hubungan dokter dan perawat dalam pemberian asuhan kesehatan kepada pasien merupakan hubungan kemitraan
(partnership) yang lebih mengikat dimana seharusnya terjadi harmonisasi tugas, peran dan tanggung jawab dan sistem
yang terbuka. Sebagaimana American Medical Association (AMA), 1994, menyebutkan kolaborasi yang terjadi antara
dokter dan perawat dimana mereka merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan
dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagai nilai-nilai yang saling mengakui dan menghargai
terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk merawat individu, keluarga dan masyarakat.

Dalam UU 38 tahun 2014 Pasal 4 disebutkan ada 2 Jenis Perawat terdiri yaitu Perawat profesi; dan Perawat vokasi
(1). Perawat profesi terdiri atas: ners dan ners spesialis (2). Dalam PMK nomor 26 tahun 2019 tentang peraturan
pelaksanaan undang-undang nomor 38 tahun 2014 tentang keperawatan, Tugas Perawat sebagai: a. pemberi Asuhan
Keperawatan; b. penyuluh dan konselor bagi Klien; c. pengelola Pelayanan Keperawatan; d. peneliti Keperawatan;
e. pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau f. pelaksana tugas dalam keadaan
keterbatasan tertentu (pasal 16).

Kewenangan perawat, berdasarkan pasal 30 ayat (1) UU 38 tahun 2014 dan Pasal 17 PMK 26 tahun 2019 Dalam
menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan perorangan, Perawat
berwenang: a. melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik; b. menetapkan diagnosis Keperawatan; c.
merencanakan tindakan Keperawatan; d. melaksanakan tindakan Keperawatan; e. mengevaluasi hasil tindakan
Keperawatan; f. melakukan rujukan; g. memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi; h. memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter; i. melakukan penyuluhan
kesehatan dan konseling; dan j. melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai dengan resep
tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas. Pasal 27 Tugas sebagai pelaksana tugas berdasarkan
pelimpahan wewenang dilaksanakan berdasarkan: a. pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dari
dokter dan evaluasi pelaksanaannya; atau b. dalam rangka pelaksanaan program pemerintah.
Pasal 28 disebutkan bahwa pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis dari dokter dapat berupa
pelimpahan wewenang delegatif atau mandat. dan harus dilakukan secara tertulis. Pelimpahan wewenang secara
mandat diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat untuk melakukan sesuatu tindakan medis di bawah pengawasan
tenaga medis yang melimpahkan wewenang. Dan pelimpahan wewenang secara delegatif untuk melakukan sesuatu
tindakan medis diberikan oleh tenaga medis kepada Perawat dengan disertai pelimpahan tanggung jawab.
Pelimpahan wewenang secara delegatif hanya dapat diberikan kepada Perawat Profesi atau Perawat Vokasi
terlatih. Pelimpahan wewenang untuk melakukan tindakan medis (ayat 1) dilakukan sesuai dengan kompetensinya.
Dalam PMK 26 tahun 2019 pasal 28 pada ayat (7) Jenis tindakan medis dalam pelimpahan wewenang secara mandat
meliputi tindakan: a. memberikan terapi parenteral; b. menjahit luka; dan c. tindakan medis lainnya sesuai dengan
kompetensi Perawat. Ayat (8) Jenis tindakan medis dalam pelimpahan wewenang secara delegatif meliputi tindakan:
a. memasang infus; b. menyuntik; c. imunisasi dasar; dan d. tindakan medis lainnya yang dilakukan sesuai dengan
kompetensi Perawat.

Adapun dalam UU 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran pada pasal 35 ayat (1) Dokter atau dokter gigi yang
telah memiliki STR mempunyai wewenang melakukan praktik kedokteran sesuai dengan pendidikan dan
kompetensi yang dimiliki, yang terdiri atas : a. mewawancarai pasien; b. memeriksa fisik dan mental pasien; c.
menentukan pemeriksaan penunjang; d. menegakkan diagnosis; e. menentukan penatalaksanaan dan pengobatan
pasien; f. melakukan tindakan kedokteran atau kedokteran gigi; g. menulis resep obat dan alat kesehatan; h.
menerbitkan surat keterangan dokter atau dokter gigi; i. menyimpan obat dalam jumlah dan jenis yang diizinkan; dan
j. meracik dan menyerahkan obat kepada pasien, bagi yang praktik di daerah terpencil yang tidak ada apotek.

Kesimpulan
Hubungan dokter dan perawat dalam pemberian asuhan kesehatan kepada pasien merupakan hubungan kemitraan
(partnership) yang lebih mengikat dimana seharusnya terjadi harmonisasi tugas, peran, tanggung jawab serta sistem
yang terbuka. Terdapat dua jenis hubungan dokter-perawat yaitu hubungan delegasi dan hubungan rujukan. Dalam
hubungan rujukan, perawat dapat melakukan tindakan sesuai dengan keputusannya sendiri sesuai dengan kondisi-
kondisi yang tertera pada PMK 26 tahun 2019.

Tanggung jawab hukum dalam pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan, terdapat 3 bentuk hukum
yaitu hukum perdata, pidana dan administrasi dimana hukum tersebut memiliki ketentuan masing-masing sesuai
dengan jenis tindakan yang harus dipertanggungjawabkan oleh seorang tenaga Kesehatan.

Banjarbaru, 5 Pebruari 2023

Semoga Bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai