DOSEN PENGAMPU:
LINDANUR SIPATU, S.Kep, Ners, MM
Disusun oleh:
Afni Safitri saleh
PO7120120025
A. Pengertian
Legalitas adalah tujuan utama dari dokumentasi/pencatatan Keperawatan. Beberapa aspek
secara cerdik perlu dipelajari untuk mendapatkan dokumentasi yang legal.
Aspek legal dapat didefinisikan sebagai studi kelayakan yang mempermasalahkan keabsahan
suatu tindakan ditinjau dan hukum yang berlaku di Indonesia. Asuhan keperawatan (askep)
merupakan aspek legal bagi seorang perawat walaupun format model asuhan keperawatan di
berbagai rumah sakit berbeda-beda. Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan
merupakan bukti tertulis terhadap tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan
keperawatan pada pasien/keluarga/kelompok/komunitas. (Dikutip dari ”Hand Out Aspek Legal
& Manajemen Resiko dalam pendokumentasian Keperawatan”, Sulastri).
Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau penyempurnaan
perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat dalam praktik keperawatan
(Sand,Robbles1981).
Pendokumentasian merupakan unsur terpenting dalam pelayanan keperawatan. Karena
melalui pendokumentasian yang lengkap dan akurat akan memberi kemudahan bagi perawat
dalam menyelesaikan masalah klien (Martono, 2012).
Profesi perawat mengemban tanggung jawab yang besar dan menuntut untuk memiliki
sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diterapkan pada asuhan keperawatan sesuai dengan
standar dan kode etik profesi. Dimana keperawatan yang memberikan pelayanan 24 jam terus
menerus pada klien, dan menjadi satu-satunya profesi kesehatan di rumah sakit yang banyak
memberikan pelayanan kesehatan pada diri klien (Ferawati, 2012).
Dokumentasi asuhan keperawatan mempunyai aspek hukum, jaminan mutu, komunikasi,
keuangan, pendidikan, penelitian, dan akreditasi (Nursalam,2001). Dokumentasi keperawatan
adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk mengevaluasi asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien. Fungsi pendokumentasian keperawatan bertanggugjawab untuk
mengumpulkan data dan mengkaji status klien, menyusun rencana asuhan keperawatan dan
menentukan tujuan, mengkaji kembali dan merevisi rencana asuhan keperawatan (Nursalam,
2001).
Perawat professional dalam menjalankan peran dan fungsinya harus mengacu pada standar
profesi , standar profesi yang berlaku mencakup beberapa aspek diantaranya standar Ilmu
keperawatan , standar akuntabilitas , standar pelaksanaan asuhan keperawatan. Pada aspek
standar akuntabilitas maka perawat dihadapkan pada tanggung jawab dan tanggung gugat
dengan demikian pendokumentasian praktik keperawatan menjadi unsur penting dalam
semua pelaksanaan aspek standar professional keperawatan .
Beberapa item standar akuntabilitas yang berhubungan dengan dokumentasi praktik
keperawatan antara lain :
Standar Akuntabilitas Profesional keperawatan ( DPP PPNI tahun 1999 )
1. Berfungsi sejalan dengan legislasi dan standar praktek keperawatan yang sesuai dengan
tingkat pendidikannya.
2. Menunjukan minat , empati , percaya , jujur dan hangat pada saat bertinteraksi dengan
klien.
3. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan membantu klien memahami informasi yang
relevan .
4. Bertindak sebagai perwakilan klien dengan melindungi dan meningkatkan hak-hak
klien untuk :
a. Memperoleh informasi yang absah.
b. Menyepakati secara sadar akan asuhan keperawatan , pengobatan dan peran
sertanya dalam kegiatan penelitian .
c. Privasi dan dan kerahasiaan
d. Pengobatan yang sesuai dengan manusia sebagai individu.
e. Berpartisipasi dalam membuat keputusan yang mempengaruhi asuhan keperawatan
yang ditujukan padanya.
5. Bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan .
6. Menunjukan kemampuan dalam hal pengetahuan yang mutakhir pada saat menjalankan
praktek.
7. Mencari bantuan dan bimbingan bila tidak dapat melaksanakan tugas – tugas nya secara
kompenten
8. Menghindari mempraktekkan hal hal diluar batas kemampuan
9. Bekerjasama sesama anggota profesi
10. Bekerjasama dengan anggota kesehatan lain.
11. Membuat pertimbangan dalam menjalankan rencana keperawatan yang bersifat
multidisplin yang telah disusun.
12. Berbagi pengetahuan dan keahlian dengan orang lain
13. Melakukan tindakan pada kondisi dimana keamanan atau kesejahteraan klien tidak
diperhatikan / terancam.
14. Melaporakan kejadian tentang praktek yang tidak benar atau kekeliruan dalam
menjalankan pelayanan keperawatan oleh tenaga lain ( bukan perawat ) kepada yang berwenang.
15. Membantu mengembangkan kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan asuhan
klien .
16. Membantu pengembangan keperawatn atau sistem pelayanan keperawatan .
Kode etik keperawatan mejadi kerangka dasar bagi profesi perawat untuk bersikap ,
bertindak , mengembangkan fungsi dan peranya , tanggung jawab kepada individu , keluarga
dan masyarakat , tanggung jawab terhadap tugas , tanggung jawab terhadap profesi serta
tanggung jawab kepada bangsa dan tanah air . pasal – pasal Kode etik keperwatan yang
berhubungan dengan dokumentasi keperawatan secara implisit diatur pada :
Pasal 1 .
Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya senantiasa berpedoman pada tanggung jawab yang
bersumber dari adanya kebutuhan akan perawatan , Individu , keluarga dan masyarakat.
Pasal 5.
Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan nyang tinggi disertai kejujuran
profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu , keluarga dan masyarakat.
Pasal 6.
Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang
dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Pasal 10.
Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antar sesama perawat dan tenaga kesehatan
lainnya, baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai
tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
Dalam UU No.23 tahun 1992 diatur secara garis besar tanggung jawab tenaga kesehatan
( termasuk perawat ) yang berhubungan pendokumentasian tenaga kesehatan . Secara implisit
sebenarnya diatur pada semua pasal – pasal yang ada namun lebih jelas diatur pada :
Pasal 11 ayat 2.
Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat ( 1 ) didukung oleh
sumber daya kesehatan .
Pasal 32 ayat 2.
Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengobatan dan atau
perawatan .
Pasal 32 ayat 3.
Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu edokteran dan ilmu
keperwatan dan atau cara lain yang dapat dipertanggung jawabkan .
Pasal 32 ayat 4.
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan
hanya dapat dilakukan tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu .
Pasal 49 .
Suber daya kesehatan merupakan semua perangkat keras dan perangkat lunak yang diperlukan
sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan meliputi
a. tenaga kesehatan ;
b. sarana kesehatan ;
c. perbekalan kesehatan ;
d. pembiayaan kesehatan ;
e. pengelolaan kesehatan ;
f. penelitian dan pengembangan kesehatan.
Pasal 53 ayat 1.
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.
Pasal 53 ayat 2.
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien.
Pasal 54 ayat 1
Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan
profesinyadapat dikenakan tindakan disiplin.
Pasal 55 ayat 1.
Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesalahan atau kelalaian yang dilakukan tenaga
kesehatan .
Dalam pasal – pasal yang disebutkan diatas , tidak ada yang mengatur secara jelas tentang
pemdokumentasian , namun pelaskanaan pasal – pasal tersebut dan termasuk pasal – pasal
tentang ketentuan pidana serta sanksi dalam UU No.23 tahun 1992 memerlukan perangkat
dokumentasi sebagai perangkat lunak .
Hal – hal yang prinsip mengatur tentang aspeg legal etik praktek keperawatan dan dokumentasi
keperawatan diatur dalam keputusan Menteri Kesehatan No. 1239 / Menkes / Sk /XI/2001, pada
pasal – pasal :
Pasal 15
Perawat dalam melaksanakan praktik keperawatan berwenang untuk
a. Melaksankan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian , penetapan diagnosa
keperawatan , perencanaan , melaksanakan tindakan keperaatan dan evaluasi keperawatan ;
b. Tindakan keperawatan sebagai mana yang dimaksud pada butir a) meliputi Intervensi
keperawatan , observasi keperawatan , pendidikan dan konseling ;
c. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebagai mana yang dimaksud pada hurup a)
dan b) harus sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang ditetapkan oleh organisasi profesi ;
d. Pelayanan tindakan medik hanya dapat dilakukan berdasarkan permintaan tertulis dari
dokter.
Pasal 16
Dalam melaksanakan kewenangan sebagai mana dimaksud pada pasal 15 perawat berkewajiban
untuk :
a. Menghormati hak pasien ;
b. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ;
c. Menyimpan rahasia sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku ;
d. Memberikan informasi ;
e. Meminta persetujuan tindakan yang akan dilakukan ;
f. Melakukan catatan keperawatan dengan baik.
Pasal 23
1. Perawat dalam melaksanakan praktik perorangan sekurang – kurangnya memenuhi
persyaratan :
a. memiliki tempat praktik yang memenuhi syarat kesehatan
b. memiliki perlengkapan untuk tindakan asuhan keperawatan maupun kunjungan rumah
c. memiliki perlengkapan administrasi yang meliputi buku catatan kunjungan ,formulir
catatan tindakan asuhan keperawatan serta formulir rujukan .
2. Persyaratan perlengkapan sebagai mana yang dimaksud pada ayat 1) , sesuai dengan standar
perlengkapan asuhan keperawatan yang ditetapkan organisasi profesi.
Aturan – aturan yang disebutkan diatas dalam hal dokumentasi keperawatan ada yang dengan
jelas menyebutkan dan merupakan bagian dari tindakan yang dilakukan dan ada yang secara
implisit , namun begitu pentingnyad dokumentasi tersebut tidak lah kegiatan secara sempurna
tanpa pendokumentasian .
Catatan medis klien adalah sebuah dokumentasi legal dan dapat diperliahatkam di pengadilan
sebagai bukti sering kali catatan tersebut digunakan untuk mengingatkan saksi mengenai
kejadian di seputar tuntutan karena beberapa bulan atau tahun biasanya sudah berlalu sebelum
tuntutan di bawa ke pengadilan. Efektivitas kesaksian oleh saksi dapat bergantung pada akurasi
dari catatan semacam ini. Oleh karena itu perawat perlu untuk tetap akurat dan melengkapi
catatan askep yang diberikan pada klien.
Kegagalan membuat catatan yang semestinya dapat dianggap kelalaian dan menjadi dasar
Liabilitas yang merugikan. Pengkajian dan dokumentasi yang tidak memadai atau tidak akurat
dapat menghalangi diagnosis dan terapi yang tepat dan mengakibatkan cedera pada klien.
Profile Sarjana Keperawatan dan Ners ini dibagi menjadi 6, antara lain :
1. Care Provider
Perawat memiliki kemampuan dalam mengarahkan, menginisiasi, dan melaksanakan rencana
asuhan keperawatan professional di klinik dan komunitas dengan menggunakan pendekatan
proses keperawatan dan etika profesi sebagai tuntunan dalam melakukan praktik professional.
2. Community Leader
Perawat memiliki kesempatan untuk mendidik individu dan kelompok di komunitas mengenai
pencegahan dan pemeliharaan kesehatan (Promosi kesehatan).
3. Educator
Perawat juga berpartisipasi dalam aktivitas pendidikan di komunitas.
4. Manager
Sebagai seorang manager dan pemberi perawatan klien, perawat mengkoordinasikan berbagai
professional perawatan kesehatan dan layanan untuk membantu klien mencapai hasil akhir yang
diinginkan.
Sedangkan organisasi birokratik menggunakan kontrol melalui kebijakan, pekerjaan terstruktur,
dan tindakan pembagian kategori. Organisasi lain mendesentralisasikan kontrol dan menekankan
pengarahan diri dan disiplin diri anggotanya.
6. Reseacher
Menurut Position Statement on Education for Participation in Nursing Research (1994) oleh
American Nurses Association (ANA), semua perawat berbagi komitmen untuk kemajuan ilmu
keperawatan. Praktik berbasis penelitian dipandang sebagai hal penting agar asuhan keperawatan
efektif dan efisien. Menurut Polit dan Hungler (1999), menetapkan empat alasan penelitian itu
penting dalam keperawatan, antara lain:
· Sebagai profesi, keperawatan memerlukan penelitian untuk mengembangkan dan
memperluas ilmu pengetahuan ilmiah yang unik dan terpisah dari disiplin lain.
· Penelitian itu penting untuk mempertahankan tanggung gugat ilmiah keperawatan
terhadap klien, keluarga, dan masyarakat secara umum.
· Perhatian saat ini mengenai ekonomi dan keefektifan perawatan kesehatan menuntut
keperawatan untuk mendokumentasikan melalui penelitian bagaimana layanan keperawatan
berperan pada pemberian perawatan kesehatan.
· Saat intervensi multipel mungkin diberikan dalam situasi klien tertentu, penelitian
keperawatan penting untuk proses pengambilan keputusan klinis.
BAB 2
STANDAR AKUNTABILITAS DALAM PENDOKUMENTASIAN ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengertian
Dokunemtasi Keperawatan adalah bukti pemcatatan keperawatan dan pelaporan yang
dimiliki perawat dalam melakukan catatan perawatan yang berguna untuk kepentingan klien,
perawat dan tim kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dengan dasar komunikasi
yang lengkap dan akurat secara tertulis dengan tanggung jawab perawat. ( Hidayat, 2000 )
Dokumentasi keperawatan merupakan aspek penting dalam praktik keperawatan,
menggambarkan catatan kesehatan klien dan dijadikan alat komunikasi dengan tenaga kesehatan
lainnya. Kualitas dari dokumentasi keperawatan tercermin dari standar yang diterapkan terhadap
dokumentasi tersebut. Dokumentasi keperawatan juga dapat menggambarkan kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat.
Standar dokumentasi adalah pernyataan tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi
dipertimbangkan secara baik untuk memperkuat pola pencatatan dan sebagai petunjuk atau
pedoman pendokumentasian dalam tindakan keperawatan. Perawat memerlukan standar
dokumentasi sebagai petunjuk dan arah agar tidak terjadi penyimpangan dan melakukan teknik
pencatatan dengan benar. Setelah memberikan asuhan keperawatan kepada kliendan keluarga,
dokumentasi merupakan bagian yang tidak bisa di pisahkan, terutama dalam pencapaian mutu
kualitas pelayanan asuhan. Setiap pelaksanaan tugas dalam keperawatan, harus ada bukti yang
tercatat dan nantinya bila ada sesuatu yang terjadi bisa ditelusuri semenjak awal dari
dokumentasi keperawatan yang telah dibuat.
Dokumentasi keperawatan adalah 'bukti otentik' yang dituliskan dalam format yang telah
tersedia dan dibubuhi dengan inisial dan tanda tangan/paraf nama perawat dan juga menyatu
dalam rekam medis pasien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien, maka
setiaplangkah dari proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, penentuan diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan harus masuk dalam
dokumentasi keperawatan.Pemenuhan kebutuhan klien danasuransi kepegawaian harus
memenuhi standar profesi. Standar perlu diobservasi sehingga perawat, pasien akan dilindungi
dari kesalahan.
Standar 3: Keamanan
Perawat melindungi informasi kesehatan klien dengan menjaga kerahasiaan dan
menyimpan informasi sesuai dengan prosedur yang konsisten sesuai dengan standar profesional
dan etika berdasarkan peraturan perundang-undangan yang relevan.
Indikator Perawat :
a. Memastikan bahwa informasi perawatan klien yang relevan diambil dalam catatan
kesehatan klien, seperti yang didefinisikan oleh kebijakan rumah sakit.
b. Mempertahankan kerahasiaan informasi kesehatan klien, termasuk password atau
informasi yang diperlukan untuk mengakses catatan kesehatan klien.
c. Memahami dan mematuhi kebijakan, standar dan peraturan perundang-undangan yang
berkaitan dengan kerahasiaan, privasi dan keamanan.
d. Mengakses informasi hanya dapat dilakukan oleh perawat yang memiliki kebutuhan
profesional untuk memberikan perawatan.
e. Menjaga kerahasiaan klienlain dengan menggunakan inisial atau kode ketika mengacu
pada klien lain dalam catatan kesehatan klien(misalnya, menggunakan inisial ketika
mengutip teman sekamar klien)
f. Memfasilitasi hak-hak klien untuk mengakses informasi kesehatan tentang dirinya.
g. Memeriksa dan mendapatkan salinan catatan kesehatan, seperti yang didefinisikan oleh
kebijakan rumah sakit.
h. Memperoleh persetujuan dari klienatau pengganti pengambil keputusan untuk
menggunakan dan mengungkapkan informasi kepada orang lain di luar lingkaran
perawatan, sesuai dengan peraturan yang relevan.
i. Menggunakan metode yang aman untuk mengirimkan informasi kesehatan klien
(misalnya, menggunakan garis aman untuk fax atau e-mai).
j. Mempertahankan catatan kesehatan sesuai dengan kebijakan dan peraturan organisasi dan
melakukannya sebagai bagian dari tanggungjawab perawat
k. Memastikan penghancuran dokumen yang sudah tidak diperlukan dengan aman dan
menjaga rahasia dokumen tetap terjaga.
H. Standar Dokumentasi Keperawatan Menurut ANA dan CHS
1. Standar Dokumentasi Keperawatan Menurut ANA
Standar I : Pengkajian
Perawat mengunpulkan data kesehatan pasien
a. Pengunpulan data melibatkan pasien, keluarga, dan pemberi perawatan lain jika sesuai
b. Prioritas aktivitas pengumpulan data ditentukan oleh kondisi pasien yang segera atau
sesuai kebutuhan.
c. Data yang berhubungan dikumpulkan menggujakan tekhnik pemgkajian dan instrumen
yang tepat.
d. Data yamg relevan di dokunentasikan dalam format yang dapat diperoleh kenbali.
e. Proses pengumpulam data bersifat sisitematik dan berkelanjutan.
Standar II : Diagnosis
Perawat menganalisis data pengkajian dalam menetapkan diagnosis
a. Diagnosis berasal dari pengkajian.
b. Diagnosis divalidasi bersana pasien, keluarga, dan pemberi perawatan lain, jika
memungkinkan dan sesuai.
c. Diagnosis didokumentasikan dengan cara yang memudahkan penetapan hasil yang
diharapkan dan memudahkan rencana perawatan.
Standar V : Implementasi
Perawat mengimplementasika intervensi yang diidentifikasi dalam rencana perawatan
a. Intervensi konsisten dengan rencana keperawatan
b. Intervensi diimplementasikan dengan cara yang aman, tepat waktu, dan sesuai.
c. Intervensi didokumentasikan.
Standar IV : Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan pasien terhadap pencapaian hasil
a. Evaluasi bersifat sistematik, berkelanjutan, dan berdasarkan kriteria.
b. Pasien, keluarga, dan pemberi perawatan kesehatan yang lain terlibat dalam proses
evaluasi, jika tepat.
c. Pengkajian data yang terus menerus digunakan untuk merevisi diagnosis, hasil, dan
rencana perawatan, jika diperlukan.
d. Revisi diagnosis, hasil, dan rencana perawatan didokumentasikan.
e. Efektivitas intervensi dievaluasi berkaitan dengan hasil.
f. Respon pasien terhadap intervensi didokumentasikan.
BAB 3
KESIMPULAN (RANGKUMAN BAB 1 DAN 2)
Aspek legal dikaitkan dengan dokumentasi keperawatan merupakan bukti tertulis terhadap
tindakan yang sudah dilakukan sebagai bentuk asuhan keperawatan pada
pasien/keluarga/kelompok/komunitas. Dalam melaksanakan pendokumentasian keperawatan
selain harus sesuai dengan standar dokumentasi keperwatan tentunya diperlukan aturan atau
norma yang mengatur untuk pertanggung jawaban dan tanggung – gugat . Aturan atau norma
yang mengatur tentang aspek legal dalam pendokumentasian keperawatan antara lain: Kode Etik
Keperawatan, Undang – Undang Kesehatan, Keputusan Menteri Kesehatan : KepMenkes No.
1239 / Meskes/ SK / XI/2001.
Perawat mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar profesional dan etika,
peraturan dan kebijakan yang relevan dari rumah sakit. Standar dokumentasi adalah pernyataan
tentang kualitas dan kuantitas dokumentasi dipertimbangkan secara baik untuk memperkuat pola
pencatatan dan sebagai petunjuk atau pedoman pendokumentasian dalam tindakan keperawatan.
Perawat memerlukan standar dokumentasi sebagai petunjuk dan arah agar tidak terjadi
penyimpangan dan melakukan teknik pencatatan dengan benar. Setelah memberikan asuhan
keperawatan kepada kliendan keluarga, dokumentasi merupakan bagian yang tidak bisa di
pisahkan, terutama dalam pencapaian mutu kualitas pelayanan asuhan. Setiap pelaksanaan tugas
dalam keperawatan, harus ada bukti yang
tercatat dan nantinya bila ada sesuatu yang terjadi bisa ditelusuri semenjak awal dari
dokumentasi keperawatan yang telah dibuat.
Dokumentasi keperawatan adalah 'bukti otentik' yang dituliskan dalam format yang telah
tersedia dan dibubuhi dengan inisial dan tanda tangan/paraf nama perawat dan juga menyatu
dalam rekam medis pasien. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien, maka
setiaplangkah dari proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian, penentuan diagnosis
keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi keperawatan harus masuk dalam
dokumentasi keperawatan
DAFTAR PUSTAKA