Anda di halaman 1dari 17

TUGAS MATA KULIAH

KEPERAWATAN PROFESIONAL

ISU LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN

KEPERAWATAN PROFESIONAL

Dosen Pengampu : Deden Dermawan S.Kep.,Ns M.Kep

Disusun Oleh :

Nama : Dwi Jayanti

NIM : 19121090

Prodi : D3 Keperawatan Semester 3

POLTEKKES BHAKTI MULIA

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ...................................................................................................................... 2


BAB ….
ISU LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN....................................................................... 3
A. Pengertian Issue Legal ............................................................................................ 3
B. Berbagai Issue Legal dalam Keperawatan ............................................................. 5
C. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan ................................................................. 9
D. Perlindungan Legal Keperawatan ........................................................................... 10
E. Tanggung Gugat dalam Keperawatan .................................................................... 14
F. Perjanjian/Kontrak dalam Keperawatan ................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................... 17

2
BAB…

ISU LEGAL PRAKTIK KEPERAWATAN

A. Pengertian Isue Legal


Isu adalah suatu peristiwa atau kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau
tidak terjadi di masa mendatang, yang menyangkut ekonomi, moneter, social, politik,
hukum, pembangunan nasional, bencana alam, hari kiamat, hari kematian ataupun
tentang krisis.
Legal adalah sesuatu yang di anggap sah oleh hukum dan undang-undang
(Kamus Besar Bahasa Indonesia).Aspek legal yang sering pula disebut dasar hukum
praktik keperawatan mengacu pada hukum nasional yang berlaku di suatu negara.
Hukum bermaksud melindungi hak publik, misalnya undang-undang keperawatan
bermaksud melindungi hak publik dan kemudian melindungi hak perawatan.
Praktik keperawatan adalah Tindakan mandiri perawat professional melalui
kerja sama bersifat kolaboratif dengan pasien/klien dan tenaga kesehatan lainnya
dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung
jawabnya. Dengan demikian seseorang perawat profesional yang dalam memberikan
praktik asuhan keperawatan sudah sesuai dengan peraturan perundang-undangan/
hukum, maka dapat diartikan bahwa praktik asuhan keperawatan tersebut legal.
Jadi, Issue legal dalam praktik keperawatan adalah suatu peristiwa atau
kejadian yang dapat di perkirakan terjadi atau tidak terjadi di masa mendatang dan
Sah, sesuai dengan Undang-Undang/Hukum mengenai tindakan mandiri perawat
profesional melalui kerjasama dengan klien baik individu, keluarga atau komunitas
dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan lingkup wewenang dan tanggung jawabnya, baik tanggung
jawab medis/kesehatan maupun tanggung jawab hukum.
1. Karakteristik praktik keperawatan professional
a. Otoritas (authority), yakni memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya
yang akan mempengaruhi proses asuhan melalui peran professional.
b. Akuntabilitas (accountability), yakni tanggung gugat terhadap apa yang
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan tanggung
jawab kepada klien,diri sendiri, dan profesi, serta mengambil keputusan yang
berhubungan dengan asuhan

3
c. Pengambilan keputusan yang mandiri (independent decision ,making), berarti
sesuai dengan kewenangannya dengan dilandasi oleh pengetahuan yang kokoh
dan keputusan (judgment) pada tiap tahap proses keperawatan dalam
menyelesaikan masalah klien.
d. Kolaborasi, artinya dapat bekerja sama, baik lintas program maupun lintas
sector dengan berbagai disiplin dalam mengakses masalah klien dan membantu
klien menyelesaikannya.
e. Pembelaan atau dukungan (advokasi), artinya bertindak demi hak klien untuk
mendapatkan asuhan yang bermutu dengan mengadakan intervensi untuk
kepentingan atau demi klien, dalam mengatasi masalahnya, serta behadapan
dengan pihak-pihak lain yang lebih luas (sistem at large).
f. Fasilitasi (Facilitation), artinya mampu memberdayakan klien dalam upaya
meningkatkan derajat kesehatannya demi memaksimalkan potensi dari
organisasi dan sistem klien keluarga dalam asuhan.
Untuk melindungi masyarakat dan perawat dalam praktik keperawatan,
perlu disusun peraturan perundang-undangan keperawatan sebagai aspek legal dari
profesi keperawatan.Perundang-undangan yang mengatur praktik keperawatn
disebut undang-undang atau peraturan praktik kepperawatan.Bentuk perundang-
undangan tersebut diatur sesuai dengan kebutuhan dan jenjang peraturan
perundang-undangan.
2. Peran Keperawatan Berkaitan Dengan Praktik Legal
Perawat bekerja di berbagai tempat di luar lingkungan perawatan yang
melembaga termasuk dalam lingkungan komunitas adalah tempat kerja
okupasional atau industri di mana perawat memberikan perawatan primer
preventif dan terus menerus bagi pekerja, kesehatan publik atau komunitas,
dimana pelayanan preventif seperti imunisasi dan perawatan anak yang baik
diberikan di sekolah, rumah dan klinik dan perawatan kesehatan rumah, yang
memberikan pelayanan lanjutan setelah hospitalisasi. Klien juga dapat dirawat
dalam fasilitas perawatan jangka panjang.
Penting bahwa perawat, terutama mereka yang dipekerjakan dalam lingkungan
kesehatan komunitas, memahami hukum kesehatan publik.Legislatur Negara
membuat undang-undang dibawah kode kesehatan, yang menjelaskan laporan
hukum untuk penyakit menular, imunisasi sekolah, dan hukum yang diharapkan
untuk meningkatkan kesehatan dan mengurangi resiko kesehatan di komunitas.
The center for disease control and prevention (CDC) the occupational health and
4
safety act (DHSA) juga memberikan pedoman pada tingkat nasional untuk
lingkungan komunitas dan bekerja dengan aman dan sehat. Kegunaan dari hukum
kesehatan publik adalah perlindungan kesehatan publik, advokasi untuk hak
manusia, mengatur pelayanan kesehatan dan keuangan pelayanan kesehatan dan
untuk memastikan tanggung jawab professional untuk pelayanan yang
diberikan.Perawat kesehatan komunitas memiliki tanggung jawab legal untuk
menjalankan hukum yang diberikan untuk melindungi kesehatan public. Hukum
ini dapat mencakup pelaporan kecurigaan adanya penyalahgunaan dan pengabaian,
laporan penyakit menular, memastikan bahwa imunisasi yang diperlukan telah
diterima oleh klien komunitas dan laporan masalah yang berhubungan dengan
kesehatan lain diberikan untuk melindungi kesehatan public.

B. Berbagai Issue Legal Dalam Keperawatan


Telenursing akan berkaitan dengan isu aspek legal, peraturan etik dan
kerahasiaan pasien sama seperti telehealth secara keseluruhan. Di banyak negara, dan
di beberapa negara bagian di Amerika Serikat khususnya praktek telenursing dilarang
(perawat yang online sebagai koordinator harus memiliki lisensi di setiap resindesi
negara bagian dan pasien yang menerima telecare harus bersifat lokal) guna
menghindari malpraktek perawat antarnegara bagian.Isu legal aspek seperti
akontabilitas dan malprakatek, dan sebagainya dalam kaitan telenursing masih dalam
perdebatan dan sulit pemecahannya.
Dalam memberikan asuhan keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan
kebijakan umum kesehatan (terintegrasi) yang mengatur praktek, SOP/standar operasi
prosedur, etik dan profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan
informasi yang diberikan.Kegiatan telenursing mesti terintegrasi dengan strategi dan
kebijakan pengembangan praktek keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan
keperawatan, dan sistem pendidikan dan pelatihan keperawatan yang menggunakan
model informasi kesehatan/berbasis internet.
1. Isu Legal Dalam Keperawatan Berkaitan Dengan Hak Pasien
Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan
dan tindakan yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya
pemberi pelayanan kesehatan dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan
ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak terpenuhi, maka masyarakat akan
menempuh jalur hukum untuk membela hak-haknya.

5
Klien mempunyai hak legal yang diakui secara hukun untuk mendapatkan
pelayanan yang aman dan kompeten.Perhatian terhadap legal dan etik yang
dimunculkan oleh konsumen telah mengubah sistem pelayanan
kesehatan.Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat
untuk mendapatkan persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang
dilaksanakan.Institusi telah membentuk berbagai komite etik untuk meninjau
praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak klien terancam.Perhatian
lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan kesehatan
semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.
2. Tipe Tindakan Legal
Terdapat dua macam tindakan legal: tindakan sipil/pribadi, dan tindakan kriminal.
a. Tindakan sipil berkaitan dengan isu antara individu-individu. Contohnya:
seorang pria dapat mengajukan tuntutan terhadap seseorang yang diyakininya
telah menipunya.
b. Tindakan kriminal berkaitan dengan perselisihan antara individu dan
masyarakat secara keseluruhan. Contohnya: jika seorang pria menembak
seseorang, masyarakat akan membawanya ke persidangan.
3. Masalah Legal Dalam Keperawatan
Hukum dikeluarkan oleh badan pemerintah dan harus dipatuhi oleh warga
negara. Setiap orang yang tidak mematuhi hukun akan terikat secara hukum untuk
menanggung denda atau hukuman penjara. Beberapa situasi yang perlu dihindari
seorang perawat :
a. Pelanggaran adalah perlakuan seseorang yang dapat merugikan orang lain
berupa harta atau milik lainnya secara di sengaja atau tidak disengaja. Jika ada
tuntutan hukum, biasanya diselesaikan secara perdata dengan mengganti
kerugia tersebut.
Contoh : menghilangkan barang titipan klien atau merugikan nama baik klien.
b. Kejahatan adalah suatu perlakuan merugikan publik. Karena terlalu parah,
kejahatan yang dianggap tindakan perdata (tort) dapat digolongkan sebagai
tindakan kriminal (tindakan pidana). Tindak kriminal atau pidana ini dapat
dijatuhi hukuman denda atau penjara, atau kedua-duanya.
Contoh :

6
1) Kecerobohan luar biasa yang menunjukkan bahwa pelaku tidak
mengindahkan sama sekali nyawa orang lain (korban). Kejahatan ini dapat
dikenakan tindak perdata maupun pidana.
2) Kealpaan mematuhi undang-undang kesehatan yang mengakibatkan
tewasnya orang lain atau mengonsi/mengedarkan obat-obatan terlarang.
Kejahatan ini dapat dianggap sebagai tindakan kriminal (lepas dari
kenyataan disengaja atau tidak).
c. Kecerobohan dan praktik sesat. Kecorobohan adalah suatu perbuatan yang
tidak akan dilakukan oleh seseorang yang bersikap hati-hati dalam situasi yang
sama. Dengan kata lain, perbuatan yang dilakukan di luar koridor standar
keperawatan yang telah ditetapkan dan dapat menimbulkan kerugian.
Apabila hal tersebut terjadi dan ada penuntutan, hakim/juri biasanya
menggunakan saksi ahli (orang yang ahli di bidang tersebut).
Contoh:
1) Sembarangan menguras barang pribadi klien (pakaian, uang, kacamata, dll)
sehingga rusak atau hilang.
2) Tidak menjawab tanda panggilan klien yang di rawat sehingga klien
mencoba mengatasinya sendiri dan terjadi cedera.
3) Tidak melakukan tindakan perlindungan pada klien yang mengakibatkan
klien cedera, misalnya tidak mengambilkan air panas dari dekat klien yang
mengakibatkan air tersebut tumpah kena klien dan klien mengalami luka
bakar.
4) Gagal melaksanakan perintah perawatan, gagal memberi obat secara tepat
atau melaporkan tanda dan gejala yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tidak menyelidiki perintah yang meragukan sebelumnya sehingga dengan
kelalaian/kegagalan tersebut menimbulkan cedera.
5) Selanjutnya, secara profesional dikatakan bahwa kecerobohan sama dengan
pelaksanaan praktik buruk, praktik sesat, atau malpraktik.
d. Pelanggaran penghinaan, yaitu suatu perkataan atau tulisan yang tidak benar
mengenai seseorang sehingga orang tersebut merasa terhina dan dicemooh.
Jika pernyataan tersebut dalam bentuk lisan, disebut slander dan jika
berbentuk tulisan, disebut libel.
Contoh :
1) Pernyataan palsu
2) Menuduh orang secara keliru
7
3) Memberi keterangan palsu kepada klien.
Orang yang di dakwa dengan tuduhan slander atau libel tidak dapat
diancam hukuman jika ia dapat membuktikan kebenaran pernyataan
(lisan/tulisan). Tuduhan ini dapat dibela dengan komunikasi yang
didasarkan pada anggapan bahwa petugas profesional tidak dapat memberi
pelayanan yang baik tanpa pembeberan fakta secara lengkap mengenai
masalah yang di hadapinya.Jadi, informasi berprivilese merupakan
informasi rahasia antarpetugas profesional dengan kliennya, misalnya
antara perawat/dokter dengan kliennya, antara pngacara dengan kliennya,
antara kiai dengan pemeluk agamanya.
e. Penahanan yang keliru adalah penahanan klien tanpa alasan yang tepat atau
pencegahan gerak seseorang tanpa persetjuannya, misalnya menahan klien
pulang dari rumah sakit guna mendapat perawatan tambahan tanpa persetujuan
klien yang bersangkutan, kecuali jika klien tersebut mengalami gangguan jiwa
atau penyakit menular yang apabila di pulangkan dari rumah sakit akan
membahayakan masyarakat. Untuk itu, rumah sakit mempunyai formulir
khusus yang ditandatangani klien/keluarga, yang menyatakan bahwa rumah
sakit yang bersanguktan tidak bertanggung jawab apabila klien cedera karena
meninggalkan rumah sakit tersebut.
f. Pelanggaran privasi, yaitu tindakan mengekspos/memamerkan/menyampaikan
seseorang (klien) kepada publik, baik orangnya langsung, gambar ataupun
rekaman, tanpa persetujuan orang/klien yang bersangkutan, kecuali ekspos
klien tersebut memang diperlukan menurut prosuder perawatannya.
Contoh:
1) Menyebar gosip atau memberi informasi klien kepada orang yang tidak
berhak memperoleh informasi itu.
2) Memberi perawatan tanpa memerhatikan kerahasiaan klien, yaitu klien di
lihat/didengar orang lain sehingga klien merasa malu.
g. Ancaman dan pemukulan. Ancaman (assault) adalah suatu
percobaan/ancaman, melakukan kontak badan dengan orang lain tanpa
persetujuannya. Pemukulan (batter) adalah ancaman yang dilaksanakan. Setiap
orang diberi kebebasan dari kontak badan dari orang lain, keculi jika ia telah
menyatakan perseujuannya.
Contoh: jika klien dioperasi tanpa persetujuan yang bersangkutan/keluarganya,
dokter/rumah sakit tersebut dapat dituntut secara hukum.
8
h. Penipuan adalah pemberian gambaran salah secara sengaja yang dapat
mengakibatkan atau telah mengakibatkan kerugian atau cedera pada seseorang
atau hartanya.
Contoh : memberi data yang keliru guna mendapat lisensi keperawatan.

C. Proses Legalisasi Praktik Keperawatan


Legislasi Keperawatan adalah proses pembuatan undang-undang atau
penyempurnaan perangkat hukumyang sudah ada yang mempengaruhi ilmu dan kiat
dalam praktik keperawatan (Sand,Robbles1981). Legislasi praktek keperawatan
merupakan ketetapan hukum yang mengatur hak dan kewajiban seorang perawat
dalam melakukan praktek keperawatan.Legislasi praktek keperawatan di Indonesia
diatur melalui Surat Keputusan Menteri Kesehatan tentang registrasi dan praktek
perawat.   
Legislasi (Registrasi dan Praktek Keperawatan) Keputusan Menteri Kesehatan
No.1239/Menkes/XI/2001, Latar belakang “Perawat sebagai tenaga profesional
bertanggung jawab dan berwenang memberikan pelayanan keperawatan secara
mandiri dan atau berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya sesuai dengan
kewenangannya.Untuk itu perlu ketetapan yang mengatur tentang hak dan kewajiban
seseorang untuk terkait dengan pekerjaan/profesi.”
1. Tujuan utama Legislasi adalah untuk melindungi masyarakat serta melindungi
perawat.
2. Tujuan Yang lainnya adalah:
a. Mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
b. Melidungi masyarakat atas tindakan yang dilakukan
c. Menetapkan standar pelayanan keperawatan
d. Menapis IPTEK keperawatan
e. Menilai boleh tidaknya praktik
f. Menilai kesalahan dan kelalaian
3. Prinsip dasar legislasi untuk praktik keperawatan
a. Harus jelas membedakan tiap katagori tenaga keperawatan.
b. Badan yang mengurus legislasi bertanggung jawab aatas system keperawatan.
c. Pemberian lisensi berdasarkan keberhasilan pendidikan dan ujian sesuai
ketetapan.
d. Memperinci kegiatan yang boleh dan tidak boleh dilakukan perawat.
9
4. Fungsi legislasi keperawatan
a. Memberi perlindungan  kepada masyarakat terhadap pelayanan keperawatan
yang diberikan.
b. Memelihara  kualitas layanan keperawatan yang diberikan
c. Memberi kejelasan batas kewenangan setiap katagori tenaga keperawatan.
d. Menjamin adanya perlindungan hukum bagi perawat.
e. Memotivasi pengembangan profesi.
f. Meningkatkan proffesionalisme tenaga keperawatan.

D. Perlindungan Legal Keperawatan


Untuk menjalankan praktiknya secara hukum perawat harus dilindungi dari
tuntutan malpraktik dan kelalaian pada keadaan darurat.Contoh :
1. UU di AS yang bernama Good Samaritan Acts yang memberikan perlindungan
tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan pada keadaan darurat.
2. Di kanada terdapat UU lalu lintas yang memperbolehkan setiap orang untuk
menolong korban pada setiap situasi kecealakaan  yang bernama Traffic Acrt.
3. Di Indonesia UU kesehatan No.23 tahun 1992.
Undang-undang praktik keperawatan sudah lama menjadi bahan diskusi para
perawat.PPNI pada kongres Nasional ke duanya di Surabaya tahun 1980 mulai
merekomendasikan perlunya bahan-bahan perundang-undangan untuk perlindungan
hukum bagi tenaga keperawatan.Tidak adanya Undang-Undang perlindungan bagi
perawat menyebabkan perawat secara penuh belum dapat bertanggung jawab terhadap
pelayanan yang mereka lakukan. Tumpang tindih antara tugas dokter dan perawat
masih sering tejadi dan beberapa perawat lulus pendidikan tinggi merasa prustasi
karena tidak adanya kejelasan tentang peran, fungsi dan kewenangannya. Hal ini juga
menyebabkan semua perawat dianggap sama pengetahuan dan ketrampilannya, tanpa
memperhatikan latar belakang ilmiah yang mereka miliki.
1. Pentingnya Undang-undang Praktik Keperawatan
Ada beberapa alasan mengapa Undang-Undang Praktik Keperawatan dibutuhkan.
a. Pertama, alasan filosofi. Perawat telah memberikan konstribusi besar dalam
peningkatan derajat kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan
kesehatan mulai dari pelayanan pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga
pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi pengabdian tersebut pada
kenyataannya belum diimbangi dengan pemberian perlindungan hukum,
bahkan cenderung menjadi objek hukum (WHO, 2002).
10
b. Kedua, alasan yuridis. UUD 1945, pasal 5, menyebutkan bahwa Presiden
memegang kekuasaan membentuk Undang-Undang dengan persetujuan Dewan
Perwakilan Rakyat. Demikian Juga UU Nomor 23 tahun 1992, Pasal 32, secara
eksplisit menyebutkan bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan
berdasarkan ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan, hanya dapat
dilaksanakan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan
kewenangan untuk itu. Sedang pasal 53, menyebutkan bahwa tenaga kesehatan
berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya.Ditambah lagi, pasal 53 bahwa tenaga kesehatan dalam
melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi dan
menghormati hak pasien. Disisi lain secara teknis telah berlaku Keputusan
Menteri Kesehatan Nomor1239/Menkes/SK/XI/2001 tentang Registrasi dan
Praktik Perawat.
c. Ketiga, alasan sosiologis. Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan
khususnya pelayanan keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya
pergeseran paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan, dari model
medikal yang menitikberatkan pelayanan pada diagnosis penyakit dan
pengobatan, ke paradigma sehat yang lebih holistik yang melihat penyakit dan
gejala sebagai informasi dan bukan sebagai fokus pelayanan (Cohen, 1996).
Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang mudah
dijangkau, pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integral dari
pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan
penyelenggaraan pelayanan keperawatan.Keperawatan merupakan salah satu
profesi dalam dunia kesehatan.Sebagai profesi, tentunya pelayanan yang
diberikan harus professional, sehingga perawat/ners harus memiliki
kompetensi dan memenuhi standar praktik keperawatan, serta memperhatikan
kode etik dan moral profesi agar masyarakat menerima pelayanan dan asuhan
keperwatan yang bemutu.
2. Undang-Undang yang Berkaitan dengan Praktik Keperawatan
a. UU No. 9 tahun 1960, tentang pokok-pokok kesehatan
Bab II (tugas Pemerintah), pasal 10 antara lain menyebutkan bahwa
pemerintah mengatur kedudukan hukum, wewenang dan kesanggupan hukum.
b. UU No. 6 tahun 1963 tentang tenaga kesehatan
UU ini merupakan penjabaran dari UU No. 9 tahun 1960.UU ini membedakan
tenaga kesehatan sarjana dan bukan sarjana.Tenaga sarjana meliputi dokter,
11
doter gigi dan apoteker.Tenaga perawat termasuk dalam tenaga bukan sarjana
atau tenaga kesehatan dengan pendidikan rendah, termasuk bidan dan asisten
farmasi dimana dalam menjalankan tugas dibawah pengawasan dokter, dokter
gigi dan apoteker.Pada keadaan tertentu kepada tenaga pendidik rendah dapat
diberikaqn kewenangan terbats untuk menjalankan pekerjaannya tanpa
pengawasan langsung.
UU ini boleh dikatakan sudah using karena hanya mengklaripikasikan tenaga
kesehatan secara dikotomis (tenaga sarjana dan bukan sarjana).UU ini juga
tidak mengatur landasan hukum bagi tenaga kesehatan dalam menjalankan
pekerjaannya.Dalam UU ini juga belum tercantum berbagai jenis tenaga
sarjana keperawatan seperti sekarang ini dan perawat ditempatkan pada posisi
yang secara hukum tidak mempunyai tanggung jawab mandiri karena harus
tergantung pada tenaga kesehatan lainnya.
c. UU kesehatan No. 14 tahun 1964, tentang wajib kerja paramedis
Pada pasal 2,ayat (3) dijelasakan bahwa tenaga kesehatan sarjana muda,
menengah dan rendah wqajib menjalankan wajib kerja pada pemerintah selama
3 tahun.Dalam pasal 3 dihelaskan bahwa selama bekerja pada pemerintah,
tenaga kesehatan yang dimaksut pada pasal 2 memiliki kedudukan sebagain
pegawai negeri sehingga peraturan-peraturan pegawai negeri juga
diberlakukan terhadapnya.UU ini untuk saat ini sudah tidak sesuai dengan
kemampuan pemerintah dalam mengangkat pegawai negeri. Penatalaksanaan
wajib kerja juga tidak jelas dalam UU tersebut sebagai contoh bagai mana
sisitem rekruitmen calon pesrta wajib kerja, apa sangsinya bila seseorang tidak
menjalankaqn wajib kerja dll. Yang perlu diperhatikan dalam UU ini,lagi
posisi perawat dinyatakan sebagai tenaga kerja pembantu bagi tenaga
kesehatan akademis termasuk dokter, sehingga dari aspek propesionalisasian,
perawat rasanya masih jauh dari kewenangan tanggung jawab terhadap
pelayanannya sendiri.
d. SK Menkes No. 262/per/VII/1979 tahun 1979
Membedakan para medis menjadi dua golongan yaitu paramedic keperawatan
(termasuk bidan) dan paramedic non keperawata.Dari aspek hukum, sartu hal
yang perlu dicatat disini bahwa tenaga bidan tidak lagi terpisah tetapi juga
termasuk kategori tenaga keperawatan.
e. Permenkes. No. 363/ Menkes/ per/XX/1980 tahun 1980

12
Pemerintah membuat suatu pernyataan yang jelas perbedaan antara tenaga
keperawatan dan bidan.Bidan seperti halnya dokter, diizinkan mengadakan
praktik swasta, sedangkan tenaga keperawatan secara resmi
tidak diizinkan.Dokter dapat membuka praktik swasta untuk mengobati orang
sakit dan bidan dapat menolong persalinan dan pelayanan KB.Peraturan ini
boleh dikatakan kurang relevan atau adil bagi propesi keperawatan. Kita
ketahuai Negara lain perawat diizinkan membuka praktik swasta. Dalam
bidang kuratif banyak perawat harus menggantikan atau mengisi kekujrangan
tenaga dokter untuk mengobati penyakit terutam dipuskesmas- puskesmas
tetapi secara hukum hal tersebut tidak dilindungi terutama bagi perawat yang
memperpanjang pelayanan dirumah.Bila memang secara resmi tidak diakui,
maka seharusnya perawat dibebaskan dari pelayanan kuratif atau pengobatan
untuk benar-benar melakuan nursing care.
f. SK Mentri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 94/Menpan/
1986,tanggal 4 Nopember 1989, tentang jabatan fungsional tenaga
keperawatan dan system kredit poin.
Dalam system ini dijelaskan bahwa tenaga keperawatan dapat naik jabatannya
atau naik pangkatnya setiap 2 tahun bila memenuhi angka kredit
tertentu. Dalam SK ini, tenaga keperawatan yang dimaksud adalah : penyenang
kesehatan, yang sudah mencapai golongan II/a, Pengatur Rawat/ Perawat
Kesehatan/Bidan, Sarjana Muda/D III Keperawatan dan Sarjana/S I
Keperawatan.
System ini menguntungkan perawat karena dapat naik pangkatnya dan tidak
tergantung kepada pangkat/ golongan atasannya
g. UU kesehatan No. 23 tahun 1992
Merupakan UU yang banyak member kesempatan bagi perkembangan
termasuk praktik keperawatan professional karena dalam UU ini dinyatakan
tentang standar praktik, hak-hak pasien, kewenangan, maupun perlindungan
hukum bagi profesi kesehatan termasuk keperawatan.
Beberapa pernyataan UU kes. No. 23 Th. 1992 yang dapat dipakai sebagai
acuan pembuatan UU praktik keperawatan adalah :
1) Pasal 32 ayat 4
Pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran
dan ilmu keperawatan, hanya dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu.
13
2) Pasal 53 ayat I
Tenaga kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam
melaksanakan tugas sesui dengan profesinya.
3) Pasal 53 ayat 2
Tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk
mematuhi standar profesi dan menghormati hak pasien.

E. Tanggung Gugat dalam Keperawatan


Acountability : dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat dalam
membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekunsinya. Tanggung Gugat dapat diartikan sebagai bentuk partisipasi perawat
dalam membuat suatu keputusan dan belajar dengan keputusan itu konsekuensi-
konsekuensinya. Perawat hendaknya memiliki tanggung gugat artinya bila ada pihak
yang menggugat ia menyatakan siap dan berani menghadapinya. Terutama yang
berkaitan dengan kegiatan-kegiatan profesinya.Perawat harus mampu untuk
menjelaskan kegiatan atau tindakan yang dilakukannya. Hal ini bisa dijelaskan dengan
mengajukan tiga pertanyaan berikut
1. Kepada siapa tanggung gugat itu ditujukan?
Sebagai tenaga perawat kesehatan prawat memiliki tanggung gugat terhadap klien,
sedangkan sebagai pekerja atau karyawan perawat memilki tanggung jawab
terhadap direktur, sebagai profesional perawat memilki tanggung gugat terhadap
ikatan profesi dan sebagai anggota team kesehatan perawat memiliki tanggung
gugat terhadap ketua tim biasanya dokter sebagai contoh:  perawat memberikan
injeksi terhadap klien. Injeksi ditentukan berdasarkan advis dan kolaborasi dengan
dokter, perawat membuat daftar biaya dari tindakan dan pengobatan yang
diberikan yang harus dibayarkan ke pihak rumah sakit.Dalam contoh tersebut
perawat memiliki tanggung gugat terhadap klien, dokter, RS dan profesinya.
2. Apa saja dari perawat yang dikenakan tanggung gugat?
Perawat memilki tanggung gugat dari seluruh kegitan professional yang
dilakukannya mulai dari mengganti laken, pemberian obat sampai persiapan
pulang.Hal ini bisa diobservasi atau diukur kinerjanya.
3. Dengan kriteria apa saja tangung gugat perawat diukur baik buruknya?
Ikatan perawat, PPNI atau Asosiasi perawat atau Asosiasi Rumah sakit telah
menyusunstandar yang memiliki krirteria-kriteria tertentu dengan cara
14
membandingkan apa-apa yang dikerjakan perawat dengan standar yang tercantum.
Baik itu dalam input, proses atau outputnya. Misalnya apakah perawat mencuci
tangan sesuai standar melalui 5 tahap yaitu mencuci kuku, telapak tangan,
punggung tangan, pakai sabun di air mengalir selama 3 kali dan sebagainya.

Tanggung Gugat artinya dapat memberikan alasan atas tindakannya.Seorang


perawat bertanggung gugat atas dirinya sendiri, klien, profesi, atasan, dan masyarakat.
Jika dosis medekasi salah diberikan, perawat  bertanggung gugat pada klien yang
menerima medekasi tersebut, dokter yang memprogramkan tindakan, perwat yang
menetapkan standar perilaku yang diharapkan, serta masyarakat, yang semuanya
menghendaki perilaku professional. Untuk dapat melakukan tanggung gugat, perawat 
harus bertindak menurut kode etik professional. Jika suatu kesalhan terjadi, perawat
melaporkannya dan memulai perawatan untuk mencegah trauma lebih
lanjut.Tanggung gugat memicu evaluasi efektifitas perawat dalam praktik. Tanggung
gugat professional memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengevaluasi praktisi professional baru dan mengkaji ulang yang telah ada.
2. Untuk mempetahankan standar perawatan kesehatan.
3. Untuk memudahkan refleksi pribadi, pemikiran etis, dan pertumbuhan pribadi
pada pihak profesional perawatan kesehatan.
4. Untuk memberikan dasar pengambilan keputusan etis.
Untuk dapat bertanggung gugat, perawat melakukan praktik dalam kode
profesi.Tanggung gugat membutuhkan evaluasi kinerja perwat dalam memberikan
perawatan kesehatan.Joint commission on accreditation of healthcare organization
(JCAHO) telah merekomendasikan penetapan standar pemberian asuhan
keperwatan.Standar tersebut dikembangkn oleh ahli klinis, memberikn struktur dasar
di mana asuhan keperawatan secara objektif diukur.Standar tersebut tidak membatasi
kebutuhan rencana perawatan individu, bahkan, perawat justru memasukan standar
tersebut kedalam rencana perawatan untuk setiap klien.Tanggung gugat dapat dijamin
dan diukur dengan lebih baik ketika “kualitas perawatan” telah ditetapkan.Sebagian
besar instituisi menyandarkan panduan yang ditawarkan berdasarkan JCAHO dan
ANA.

F. Perjanjian/Kontrak dalam Keperawatan

15
Kontrak mengandung arti ikatan persetujuan atau perjanjian resmi antara dua
atau lebih partai untuk mengerjakan sesuatu atau tidak.Dalam konteks hukum, kontrak
sering disebut dengan perikatan atau perjanjian. Perikatan artinya mengikat orang
yang satu dengan orang lain.
Hukum perikatan di atur dalam UU Hukum Perdata pasal 1239:
“semuaperjanjian baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak mempunyai
nama tertentu, tunduk pada ketentuan-ketentuan umum yang termasuk dalam bab ini
dan bab yang lalu.” Lebih lanjut menurut ketentuan pasal 1234 KUHPdt, setiap
perikatan adalah untuk memberikan, berbuat sesuatu atau untuk tidak berbuat sesuatu.
Perjanjian dapat diaktakan sah bila memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Ada persetujuan kehendak antara pihak-pihak yang membuat janji (Consencius)
2. Ada kecakapan terhadap pihak-pihak untuk membuat perjanjian (Capacity)
3. Ada sesuatu hal tertentu (a certain subject matter) dan ada sesuatu sebab yang
halal
4. Kontrak perawat pasien dilakukan sebelum melakukan asuhan keperawatan
5. Kontrak juga dilakukan sebelum menerima dan diterima di tempat kerja
6. Kontrak perawat pasien digunakan untuk melindungi hak-hak kedua belah pihak
yang bekerjasama
7. Kontrak juga untuk menggugat pihak yang melanggar kontrak yang di sepakati.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. Mengetahui Legislasi Praktik Keperawatan. http://bkulpenprofil.


blogspot.com/2013mengetahui-legislasi- praktik keperawatan.html. Diakses tanggal
20 November 2020
Dewi, Virgiyati Tungga. 2013. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat.http://virgiyatitd.
blogspot. com/2013/04/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat.html. Diakses tanggal 20
November 2020
Dicky.2013. Pola Hubungan Kerja Perawat dalam Praktik Profesional. http://putrakietha
.blogspot.pola-hubungan-kerja-perawatdalam.html#ixzz3DUpWd8di. Diakses tanggal
20 November 2020
Didit, Ditya. 2011. Praktik Keperawatan. http://dityanurse.blogspot.com/2011/04/praktik-
keperawatan.html . Diakses tanggal 20 November 2020
Hazel. 2014. Tanggung Jawab dan Tanggung Gugat Keperawatan Profesional.
http://yonokomputer.com/2014/03/tanggung-jawab-dan-tanggung-gugat/. Diakses
tanggal 20 November 2020
Krista. 2011. Praktek dalam Keperawatan Profesional. http://ns-krista.
blogspot.com/2011/11/ praktek-keperawatan-profesional.html. Diakses tanggal 20
November 2020

17

Anda mungkin juga menyukai